Istilah Corporate Governance diperkenalkan pertama kali oleh Komite Caadbury pada tahun
1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report. Corporate Governance
semakin berkembang ketika terjadi peristiwa ekonomi penting terjadi, seperti krisis keuangan
Asia pada tahun 1997. Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi, yang
menjelaskan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai agen
bertanggung jawab akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Konsep Good
Corporate Governance secara definitive merupakan system yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
skateholder. Dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance adalah system, proses, dan
seperangkat peraturan yang mengandung hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan terutama dalam arti sempit, hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate Governance
dimaksudkan untuk mengatur hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesalahan yang
signifikan dalam strategi koporasi serta untuk memastikan bahwa kesalahan yang terjadi
dapat segera diperbaiki.
Menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Memastikan bahwa sasaran yang ditetapkan telah dicapai.
Memastikan bahwa aktiva perusahaan dijaga dengan baik.
Memastikan perusahaan menjalankan praktik-praktik usaha yang sehat.
Memastikan kegiatan-kegiatan perusahaan bersifat transparan.
Manfaat langsung yang dirasakan perusahaan dengan mewujudkan prinsip-prinsip good
corporate governance adalah meningkatnya produktivitas dan efisiensi usaha. Manfaat lain
adalah meningkatnya kemampuan operasional perusahaan dan pertanggungjawaban kepada
publik. Selain itu juga memperkecil praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta konflik
kepentingan. Corporate governance yang baik dapat mendorong pengelolaan organisasi yang
lebih demokratis (partisipasi banyak kepentingan), lebih accountable (adanya
pertanggungjawaban dari setiap tindakan), dan lebih transparan serta akan meningkatkan
keyakinan bahwa perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang.
Dalam penerapannya agar terlaksana dengan efektif dan efisien untuk mewujudkan konsep
Good Corporate Governance (GCG), setidaknya terdapat 5 pilar GCG ayng ditetaplan oleh
Komite Nasional Kebijakan Government, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko
Ekuin Nomor: KEP/31/M. EKUIN/08/1999 yang kemudian dikenal dengan konsep TARIF
(Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, and Fairness).
Penerapan praktek-praktek GCG merupakan salah satu langkah penting bagi Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) untuk meningkatkan dan memaksimalkan nilai perusahaan (corporate
value), mendorong pengelolaan perusahaan yang profesional,transparan dan efisien dengan
cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab
dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban secara baik kepada pemegang saham,
dewan komisaris, mitra bisnis, serta stakeholders lainnya. Lebih lanjut, pihak direksi, dewan
komisaris, manajemen dan staf berkomitmen untukmenerapkan praktek-praktek GCG dalam
pengelolaan kegiatan usaha BUMN. Kesadaran akan pentingnya GCG bagi BUMN adalah
karena keinginan untukmenegakkan integritas dalam menjalankan bisnis yang sehat.
Program Pengembangan dan Penerapan Praktek GCGBeberapa hal yang perlu dilakukan
BUMN dalam rangka program pengembangandan penerapan praktekpraktek GCG:
Sumber:
Google Books “Good Corporate Governance (GCG)” oleh Eko Sudarmanto, dkk.