Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN

ETIKA BISNIS DALAM BERWIRAUSAHA

MAKALAH
MATA KULIAH:

KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA BISNIS

DOSEN PENGAMPU :

Dr. SUDJONO, M.Acc.

OLEH :
INDAH ROHMAWATI
55522120010

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2023
MAKALAH

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN

ETIKA BISNIS DALAM BERWIRAUSAHA

1. Pendahuluan

Perubahan lingkungan bisnis yang begitu cepat menuntut pengusaha

untuk mengambil langkah strategis dalam menjalankan usahanya agar terus

berkembang. Perubahan untuk menjadi lebih baik, tidak terlepas dari sejumlah

tantangan yang akan terus menghadang, apalagi di era digitalisa yang penuh

persaingan dan ketidakpastian.

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha yang dilakukan oleh

lebih dari satu pemegang saham harus selalu mengikuti peraturan yang ada dan

telah ditetapkan oleh ketentuan perusahaan itu sendiri. Keterbukaan informasi

pemegang saham harus dilakukukan demi menjaga Kerjasama dan

keberlanngsungan perusahaan.

Good corporate governance adalah prinsip yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan anatara keukuatan

serta kerwenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya

kepada para pemegang saham. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengatur

kewenangan direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain yang

berhubungan denngan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu,


Salah satu penyebab rentanya perusahaan di Indonesia terhadap gejolak

perekenomian adalah lemahnya penerapan good corpotate governance. Prinsip-

prinsip good corpoaret governance yaitu transparansi, akuntanbilitas,

responsibility dan kewajaran. Penerapan prinsip good corporate governance

dalam implementasi etika dalam berbisnis memiliki peran yang sangat besar.

Etika bisnis adalah cara-cara atau aturan untuk melakukan kegiatan berbisnis,

yang mencangkup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,

industri dan juga Masyarakat. Semua hal tersebut mencakup bagaimana kita

menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku tidak

tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Pada intinya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang

harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus

terpenuhi. Salah satu contohnya pada prinsip-prinsip GCG mencerminkan etika

bisnis yang dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholdernya. Etika bisnis

yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk membuatnya

tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan ketidakstabilan

ekonomi.
2. Kajian Teoritis

2.1.Good Corporate Governance

Menurut Organisation for Economic Coorperation and Development

(OECD) mendefinisikan Corporate Governance sebagai: Sekumpulan

hubungan antara pihak manajemen perusahaan,board pemegang saham dan

pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate

Governance juga mensyaratkan adanya stuktur perangkat untuk mencapai

tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat

memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan

yang merupakan kepentingan perushaan dan pemegang saham harus

memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahan

menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten

terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi

penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang dapat mengakibatkan laporan

keuangan tidak menggambarkan keadaan suatu perusahaan (Kaihatu, 2006).

Menurut (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), prinsip

prinsip umum GCG yang meliputi transparan, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi dan keadilan sangatlah penting untuk mencapai keberlanjutan

perusahaan yang disertai ketertarikan pada stakeholder. Prinsip-prinsip tersebut

adalah :
1) Transparency (keterbukaan informasi), yaitu perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang

penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan

pemangku kepentingan lainnya.

2) Accountability (akuntabilitas), yaitu Perusahaan harus dapat

mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk

itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.

3) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu perusahaan harus mematuhi

peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab

terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen.

4) Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan

dikelolasecara professional secara independen tanpa benturan kepentingan

dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan

peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip


korporasi yang sehat.

5) Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu Dalam melaksanakan

kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

kewajaran dan kesetaraan.

2.2.Etika Bisnis

Etika Bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal

dalam pengaturan dan pengelolaan antara lain: norma dan moralitas

yang berlaku secara universal dan berlaku secara ekonomi dan sosial.

Pertimbangan yang diambil pelaku bisnis dalam mencapai tujuannya

adalah dengan memperhatikan terhadap kepentingan & fenomena

sosial danbudaya masyarakat (Prihatminingtyas, 2019).

Etika bisnis adalah suatu tindakan dalam berbisnis yang

memperhatikan dan menggunakan aspek norma, moralitas, dan agama.

Dengan memperhatikan pengertian tersebut ada beberapa kata kunci

yang penting, yakni berbisnis, norma, moralitas, dan agama. Berbisnis

yang dimaksud adalah melakukan kegiatan usaha baik yang dilakukan

secara individual perseorangan atau dalam bentuk usaha atau

perusahaan. Sementara itu berdasarkan norma, moralitas, dan agama

adalah tindakan yang sesuai peraturan dan kaidah-kaidah yang sejalan

dengan aturan-aturan dan hukum yang berlaku termasuk hukum agama.


Dalam sebuah perusahaan atau berwirausaha, etika bisnis

dapat menjadi pedoman atau standar bagi karyawan atau pelaku usaha

dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Begitu juga ketika sebuah

perusahan atau pelaku usaha melakukan transaksi bisnis di sebuah

masyarakat maka norma, moral, dan agama harus benar-

benar digunakan dalam setiap praktiknya. Jika tidak maka akan

menganggu kelangsungan hidup perusahaan atau usaha baik secara

langsung ataupun tidak dan baik dalam jangka pendek maupun dalam

jangka panjang kelak.

Sementara itu terdapat banyak versi definisi etika bisnis dari

berbagai pihak, dan berikut adalah beberapa definisi etika bisnis :

1. Menurut Laura Nash (1990), etika bisnis sebagai studi mengenai

bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan

tujuan perusahaan (dalam Sutrisna, 2010).

2. Menurut Griffin dan Ebert (2007), etika bisnis adalah istilah yang

biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau tidak etis yang

dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi.

3. Menurut Velasques (2005), etika bisnis merupakan studi yang

dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini

berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam

kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.


4. Menurut Irham Fahmi (2013), etika bisnis adalah aturan-aturan

yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh

bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari

aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu

bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima.

Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak

langsung.

2.3.Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu sebagai berikut :

a. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas

memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan

pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya.

Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk

pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada

kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

b. Kesatuan (Unity)

Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang

memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang

ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen,serta


mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

c. Kehendak Bebas (Free Will)

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika

bisnis,tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan

kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya batasan

pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya

dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

d. Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna

kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu

kebajikan dan kejujuran.Dalam konteks bisnis kebenaran

dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku benar yang meliputi

proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas

pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau

menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika

bisnis sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan

adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi

,kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.

e. Prinsip keadilan / Keseimbangan (Equilibrium)

Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait


dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan

sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepadakonsumen, dan

lain-lain.

f. Prinsip hormat pada diri sendiri

Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui

prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.

g. Tanggung jawab (Responsibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan

oleh manusia karena tidakmenuntut adanya pertanggungjawaban dan

akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan,

manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. secara logis

prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan

batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan

bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.

3. Pembahasan

Permasalah yang terjadi di dalam PT XXX tempat penulis

bekerja, disebabkan tidak adanya keterbukaan antara Direktur dan

Komisaris dalam menjalankan bisnis bersama. Menggunakan

manajemen kekeluargaan yang menjadi faktor gesekan antara direktur

dan komisaris. Gesekan tersebut yang membuat pengurus manajemen


membuat laporan keuangan yang akan dibagikan ke pemegang saham

berbeda dengan yang sesungguhnya. Perusahaan tempat penulis

bekerja bukan perusahaan skala besar yang mempunyai good corporate

govenance yang sesungguhnya.

Tidak adanya sistem yang baku atau tertulis juga dapat

menghabat berkembangnya perusahaan, karena sistem dapat mengatur

aturan yang seharusnya dalam berbisnis dan sebagai pengurus. Sistem

yang jelas mengarahkan perusahaan akan menjadi lebih baik dan bisa

berjalan semestinya.Masalah keagenan yang terjadi menyebabkan

perusahaan tidak berkembang, komunikasi yang kurang dalam

menjalankan bisnis Bersama salah satu faktor yang menyebabkan

perusahaan tidak stabil dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditektahui bahwa pihak

manajemen PT XXX telah melakukan kecurangan, yaitu membuat

laporan keuangan tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang

sesungguhnya. Informasi laporan keuangan merupakan pemenuhan

terhadap prinsip good corporate governance, khususnya prinsip

transparasi. Dari prinsip transparansi tersebut dapat dilihat bahwa

kewejiban untuk menginformasikan laporan keuangan hendaknya

dilakukan secara tepat dan dilakukan secara professional dengan cara

menggunakan jasa auditor yang independent, qualified, dan competent.


Perbuatan manajemen PT. XXX yang melakukan kecurangan

dalam menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan keadaan

perusahaan yang merupakan tanggung jawab dari manajemen PT.

XXX. Dalam sudut pandangan GCG terjadi karena lemahnya tidak

adanya penerapan good corporate governance salah satu bentuk

penerapan prinsip akuntansbilitas di dalam PT. XXX, khususnya dalam

hal pembuatan laporan keuangan.

Pada kasus PT. XXX, menunjukkan bahwa perbuatan

manajemen PT. XXX tergolong perbuatan yang telah memanipulasi

para pemangku kepentingan. Dimana jika perusahaan melakukan

manipulasi laporan keuangan akan berpengaruh terhadap kepercayaan

pemegang saham terhadap perusahaan yang di investasikan. Oleh

karena itu, hendaknya aturan dan sistem segera diterapkan agar

terjadinya keselarasan antara agen dan principal dalam menjalankan

bisnisnya.

4. Kesimpulan dan Saran

4.1. Keseimpulan

1. Menggunakan manajemen kekeluargaan dan tidak adanya sistem

dan aturan yang baku dalam menjalankan perusahaan tersebut.

2. Tidak adanya penerapan good corporate governance pada


perusahaan tersebut.

3. Prinsip-prinsip good corporate governance yang dilanggar oleh PT.

XX, yaitu prinsip transparansi dan prinsip akuntabilititas.

Perlanggaran terhadap prinsip transaparansi ditunjukkan dengan

perbuatan manajemen menyajikan laporan keuangan tidak sesuai

keadaan perusahaan yang sebenarnya. PT. XXX telah melakukan

suatu kelalaian dan melanggar salah satu hak dasar pemegang

saham, yaitu hak untuk menerima informasi. Sedangkan,

pelanggaran terhadap prinsip akuntabilitas dapat dilihat dari

kesalahan manajemen yang menyajikan laporan keuangan

manipulasi dan tidak dihadikannya auditor independent dalam

perusahaan tersebut.

4.2. Saran

1. Sebaiknya perusahaan merumuskan atau membuat

prosedur/sistem yang jelas dan tertulis agar dapat lebih mudah

mengkontrol perusahaan.

2. PT. XXX., sebaiknya mulai menerapkan good corporate

governance agar etika dalam etika berbisnis dapat dijalankan

dengan sesuai aturan.

3. Saat pembuatan laporan keuangan, sebaiknya di audit oleh


pihak auditor independent agar mendapatkan laporan keuangan

yang berkualitas, transparansi dan sesuai standar akuntansi.

5. Daftar Pustaka

Asri, J. (2019). Etika Bisnis dan Konsep Good Corporate Governance Dalam
Menciptakan Perusahaan Berbais Nilai. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari-April 2019.
Budiartini, D. A. (2012). PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP GOOD
CORPORATE. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
Juhaina, N. (2022). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Gender
Diversity dan Profitabilitas Terhadap Financial Distress. Jakarta: Reposiory
UMB.

Anda mungkin juga menyukai