Anda di halaman 1dari 13

KONSEP ETHICAL GOVERNANCE (GCG)

A. Pengertian ethical governance


Etika Pemerintah adalah berperilaku yang baik sesuai dengan nilai nilai keutamaan
yang berhubungan dengan rangkaian proses, kebijakan atau aturan dari suatu perusahaan.
Dalam etika governance (etika pemerintahan) terdapat juga masalah kesusilaan dan
kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya. Etika pemerintahan tidak
dapat terlepas dari filsafat pemerintahan.
Etika pemerintahan ini juga dikenal dengan sebutan Good Corporate Governance.
Menurut Bank Dunia (World Bank) adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah
yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja
secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Finance Committee on Corporate Governance (FCCG)
Malaysia mendefinisikan Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang
digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan aktivitas perusahaan kearah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Jadi, Good Corporate
Governance/ Ethical Governance (Etika Pemerintahan) adalah kumpulan hukum, peraturan
dan kaidah-kaidah untuk berperilaku yang baik dan benar dalam aktivitas perusahaan.
Filsafat pemerintahan adalah prinsip pedoman dasar yang di jadikan sebagai pondasi
pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang biasa di nyatakan dalam UUD negara.
Etika merupakan suatu ajaran yang berasal dari filsafat yang mencakup tiga hal yaitu:
 Logika, mengenai tentang benar atau salah.
 Etika, mengenai tentang perilaku baik atau buruk.
 Estetika, mengenai tentang keindahan atau kejelekan

PRINSIP – PRINSIP ETHICAL GOVERNANCE


Berikut adalah beberapa prinsip utama Ethical Governance :
1. Integritas sebagai landasan utama
Prinsip integritas menekankan pentingnya perilaku yang jujur, adil dan konsisten.
Organisasi harus menjaga integritas dalam semua aspek operasionalnya. Ini
termasuk menghindari konflik kepentingan, perilaku yang tidak etis, dan
mempromosikan kejujuran dan keadilan.
2. Tanggung Jawab Sosial
Prinsip tanggung jawab sosial mengharuskan organisasi untuk mempertimbangkan
dampaknya terhadap masyarakat, lingkungan dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Transparansi dan akuntabilitas
Prinsip transparansi dan akuntabilitas mendorong organisai untuk mengelola
informasi dengan jujur dan terbuka. Organisasi harus memberikan akses yang
mudah terhadap informasi relevan kepada pemangku kepentingan, seperti laporan
keuangan yang akurat dan terperinci.
4. Keadilan
Prinsip keadilan menuntut perlakuan yang adil dan setara kepada semua pihak yang
terlibat dalam organisasi. Organisasi harus menghindari diskriminasi,
mempromosikan keadilan sosial, dan memastikan kebijakan dan praktik yang sejalan
dengan prinsip-prinsip ini.
5. Kepatuhan
Prinsip kepatuhan mewajibkan organisasi untuk mematuhi hukum, peraturan, dan
standar etika yang berlaku.
TUJUAN ETHICAL GOVERNANCE
Berikut adalah tujuan utama dari Ethical Governance dalam konteks bisnis :
1. Kepatuhan Hukum
Tujuan utama Ethical Governance adalah memastikan perusahaan mematuhi hukum,
peraturan, dan standar etika yang berlaku. Perusahaan harus beroperasi sesuai
dengan kerangka hukum yang berlaku untuk menghindari risiko hukum dan sanksi
yang mungkin timbul.
2. Tanggung Jawab Sosial
Tujuannya untuk memastikan perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya
dengan baik. Perusahaan harus memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari
operasional mereka serta berkontribusi pada keberlanjutan dan kesejahteraan
masyarakat.
3. Membangun Budaya Etika
Bertujuan untuk membangun budaya kerja yang etis di perusahaan. Hal ini
melibatkan pengembangan nilai-nilai etika yang diterapkan dalam setiap tingkatan
organisasi dan diimplementasikan dalam pengambilan keputusan.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
Ethical Governance bertujuan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas
dalam operasional perusahaan. Perusahaan harus memiliki sistem pelaporan yang
jelas dan transparan serta bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang
diambil.
B. Governance System
Governance merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang
membentuk pola hubungan antara negara, masyarakat, dan ranah privat atau swasta.
sedangkan sistem berarti seperangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan,sehingga membentuk suatu kesatuan untuk menjalankan proses pencapaian suatu
tujuan. Maka dari itu, governance system adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintah yang bekerja saling bergantungan dan
mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintah yang meliputi cara
kerja, aturan, cara pengambilan keputusan dan penerapan kepada masyarakat luas.
Governance System merupakan suatu tata kekuasaan yang terdapat di
dalam perusahaan yang terdiri dari 4 (empat) unsur yang tidak dapat terpisahkan, yaitu:
1) Commitment on Governance
Commitment on Governance adalah komitmen untuk menjalankan
perusahaan yang dalam hal ini adalah dalam bidang perbankan berdasarkan prinsip
kehati-hatian berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Dasar peraturan yang berkaitan dengan hal ini adalah :
2) Governance Structure
Governance Structure adalah struktur kekuasaan berikut persyaratan pejabat
yang ada di bank sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku.
3) Governance Mechanism
Governance Mechanism adalah pengaturan mengenai tugas, wewenang dan
tanggung jawab unit dan pejabat bank dalam menjalankan bisnis dan
operasional perbankan.
4) Governance Outcomes
Governance Outcomes adalah hasil dari pelaksanaan baik dari aspek
hasil kinerja maupun praktek-praktek yang digunakan untuk mencapai hasil
kinerja tersebut.
Adapun prinsip Corporate governance yang diterbitkan oleh OECD harus
mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Tranparancy (Keterbukaan)
Tranparansi berarti keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dalam
mengemukakan informasi mengenai perusahaan.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas berarti memberikan pelaporan pertanggung- jawaban pelaksanaan
tugas secara periodic, termasuk mengenai penggunaan dan sumber-sumber dana.
3. Fairness (Kewajaran)
Kewajaran berarti keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak masing-masing
stakeholders sesuai kontribusi yang diberikan kepada perusahaan, serta perjanjian
dengan perundang-undangan yang berlaku.
4. Responsibility (Responsibilitas)
Prinsip ini erat kaitannya dengan manajemen resiko-resiko yang dihadapi perusahaan
dengan tujuan untuk melindungi bahkan meningkatkan nilai/kepentingan
stakeholders dan pemegang saham.
Akuntan memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG). Berikut adalah beberapa alasan mengapa peran akuntan sangat
dibutuhkan dalam implementasi GCG:
1. Meningkatkan standar akuntansi dan audit
Profesi akuntan memperkuat standar akuntansi dan audit untuk memastikan bahwa
profesionalisme mereka adalah bagian dari tanggung jawab sosial dalam melindungi
kepentingan stakeholder Opini yang diberikan oleh auditor independen juga menjadi
indikator sejauh mana perusahaan telah menerapkan GCG
2. Menjaga transparansi dan akuntabilitas
Akuntan membantu dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas perusahaan
melalui penyajian informasi akuntansi yang berkualitas dan lengkap dalam laporan
tahunan. Informasi laporan keuangan ini sangat penting bagi para pengguna, seperti
investor, dalam pengambilan keputusan bisnis
3. Mengelola sumber daya dengan baik
Menerapkan praktek GCG membantu perusahaan dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki pemegang saham dengan baik, efisien, dan digunakan semata-mata
Akuntan membantu dalam memastikan bahwa sumber daya perusahaan dikelola
dengan tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
4. Memberikan keyakinan atas kualitas informasi keuangan
Peran akuntan publik dalam GCG adalah memberikan keyakinan atas kualitas
informasi keuangan perusahaan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa informasi
yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik adalah akurat dan dapat dipercaya.
5. Mendukung prinsip-prinsip GCG
Penerapan GCG tidak bisa lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal yang turut mempengaruhi GCG
diantaranya budaya perusahaan, peraturan perusahaan, manajemen berbasis risiko
serta akurasi dan transparansi. Akuntan membantu dalam mengidentifikasi dan
mengelola faktor-faktor ini untuk mendukung implementasi GCG yang efektif

C. Budaya Etika
1) Pengertian Budaya
Budaya adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman
bersama yang dialami oleh orang-orang dalam organisasi tertentu dari lingkungan
sosial mereka.
2) Pengertian Etika
Etika berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah, betul dan tidak,
bohong dan jujur. Dimana hal tersebut sangat tergantung kepada nilai-nilai
yang berlaku dalam lingkungan dimana orang-orang tersebut berfungsi.
Jadi budaya etika adalah cara yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
lingkungan tertentu yang berkaitan dengan sikap.
Pada saat ini topik tentang pengembangan budaya etika menjadi pembicaraan di
kalangan para pemimpin perusahaan kelas dunia baik di Amerika maupun Eropa.
Tujuan pengembangan budaya etika adalah meningkatkan kualitas kecerdasan
emosional, spiritual dan budaya yang diperlukan oleh setiap pemimpin bisnis
sehingga dapat memperlancar proses pengelolaan bisnis yang digeluti. Oleh karena itu
mereka meyakini bahwa hanya budaya etika lah yang dapat menyelamatkan bisnis
mereka di masa depan. Hal ini muncul dari hikmah atas peristiwa krisis ekonomi dan
keuangan dunia yang berawal di Amerika dimana penyebab utama dari peristiwa
tersebut adalah tidak berjalannya etika bisnis dengan dukungan manajemen risiko
yang kuat. Para ahli manajemen beranggapan bahwa krisis terjadi akibat beberapa
perusahaan tidak menerapkan prinsip-prinsip dengan baik dan benar. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa belajar dari peristiwa krisis itulah maka pada saat ini
para pemain bisnis global semakin menyadari pentingnya mengembangkan budaya etika
berbasis prinsip-prinsip dan nilai-nilai perusahaan. Budaya Organisasi
mempunyai contoh seperti yang terjadi di setiap perusahaan, yang muncul
berdasarkan peralanan hidup para pegawai. Tapi pada umumnya budaya organisasi
terletak pada pendiri perusahaan itu sendiri. Karena merekalah yang
mengambil keputusan dan memberi arah strategi organisasi yang biasanya disebut juga
budaya organisasi.
Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan pentingnya budaya etika:
1. Menghasilkan perilaku yang beretika
Budaya etika membantu individu dan kelompok dalam masyarakat atau organisasi untuk
menghasilkan perilaku yang beretika. Manusia yang beretika akan menghasilkan budaya
yang beretika Contohnya, di lingkungan masyarakat Bugis Wajo, terdapat budaya
Mappatabe' yang mengajarkan sikap sopan santun kepada orang yang lebih tua
2. Mendukung keputusan yang tepat
Budaya etika membantu individu dalam mengambil keputusan yang tepat berdasarkan
prinsip keadilan dan etika. Dalam konteks organisasi, budaya etika yang kuat dapat
membantu karyawan dalam mengambil keputusan yang mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi
3. Membentuk lingkungan kerja yang baik
Budaya etika yang kuat dapat membentuk lingkungan kerja yang cemerlang, di mana
karyawan bekerja dengan integritas, kepercayaan, dan sikap nilai yang baik
4. Budaya kerja yang berkualitas
Budaya kerja yang berkualitas juga membutuhkan integriti dalam ketepatan waktu,
menyampaikan informasi, memberikan pelayanan terbaik, dan berhubungan dengan
atasan, rekan kerja, dan staf pendukung
5. Menghadapi tantangan globalisasi
Dalam era globalisasi, budaya etika menjadi penting dalam menjaga keutuhan dan
keberlanjutan masyarakat dan organisasi. Nilai-nilai globalisasi yang terkesan hedonistik
dan materialistik dapat mengancam budaya dan etika yang ada, sehingga diperlukan
upaya untuk mempertahankan budaya etika yang baik.
6. Membangun generasi yang berakhlak mulia
Budaya etika yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dapat membantu dalam mendidik
generasi muda agar memiliki akhlak yang baik dan beretika. Hal ini penting untuk
membangun masyarakat yang bersatu, harmonis, berintegriti, bermoral, dan beretika.

Berikut adalah beberapa aspek utama dari budaya etika akuntansi:


a. Integritas
Integritas adalah nilai fundamental dalam budaya etika akuntansi. Para akuntan
diharapkan untuk selalu bertindak dengan jujur dan menghindari tindakan yang dapat
merusak integritas laporan keuangan.
b. Objektivitas
Akuntan harus menjaga objektivitas dalam pelaksanaan tugas mereka. Mereka tidak
boleh memihak atau membiarkan faktor subjektif memengaruhi keputusan akuntansi.
c. Profesionalism
Budaya etika akuntansi mendorong tingkat profesionalisme yang tinggi di antara para
akuntan. Ini mencakup komitmen untuk belajar, terus-menerus meningkatkan
keterampilan, dan mematuhi standar akuntansi yang berlaku.
d. Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi
Budaya etika akuntansi menekankan pentingnya mematuhi standar akuntansi yang
relevan, seperti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) atau International Financial
Reporting Standards (IFRS), untuk memastikan laporan keuangan yang akurat dan dapat
diandalkan.
e. Ketertutupan Informasi
Budaya etika akuntansi dapat mencakup ketertutupan informasi, yang mengacu pada
perlindungan informasi rahasia dan peka yang ditemukan dalam praktik akuntansi. Ini
termasuk menjaga kerahasiaan data perusahaan dan transaksi klien.
f. Kepatuhan Hukum
Para profesional akuntansi diharapkan untuk mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dalam praktik mereka. Ini mencakup hukum perpajakan, peraturan pasar modal,
dan undangundang anti-penipuan.
g. Transparansi
Meskipun ada komitmen untuk kerahasiaan informasi sensitif, budaya etika akuntansi
juga mendorong transparansi yang tepat dalam laporan keuangan dan pengungkapan
penting kepada pemangku kepentingan.
h. Pelaporan Kecurangan dan Pelanggaran Etika
Para akuntan diharapkan untuk melaporkan kecurangan atau pelanggaran etika yang
mereka temui dalam organisasi mereka, menjaga prinsip keadilan dan akuntabilitas.
i. Pendidikan dan Pelatihan
Budaya etika akuntansi mendukung pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi para
profesional akuntansi untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi mereka.
j. Tanggung Jawab Sosial
Beberapa budaya etika akuntansi mungkin menekankan tanggung jawab sosial dan
berkelanjutan, yang mengacu pada kontribusi positif terhadap masyarakat dan
lingkungan.
Budaya etika akuntansi adalah penting untuk memastikan bahwa laporan keuangan
adalah cerminan yang akurat dan dapat dipercaya dari kinerja keuangan suatu organisasi. Ini
juga membantu mencegah penipuan, manipulasi laporan keuangan, dan praktik tidak etis
lainnya dalam dunia akuntansi. Para profesional akuntansi dan organisasi akuntansi harus
memelihara budaya etika yang kuat dan berkomitmen untuk menjalankannya dalam praktik
sehari-hari mereka.
D. Pengembangan Struktur Etika Korporasi
Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan pengembangan struktur etika korporasi:
1. Mengintegrasikan Good Corporate Governance (GCG): Struktur etika korporasi harus
didasarkan pada prinsip-prinsip GCG yang meliputi transparansi, akuntabilitas, keadilan,
dan tanggung jawab sosial. GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organisasi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
2. Menyesuaikan dengan kepribadian perusahaan: Struktur etika korporasi yang efektif
harus disesuaikan dengan kepribadian perusahaan. Setiap perusahaan memiliki budaya,
nilai, dan tujuan yang berbeda, sehingga struktur etika korporasi harus mencerminkan
karakteristik unik perusahaan tersebut.
3. Menggunakan wadah organisasi yang tepat: Struktur etika korporasi harus diterapkan
melalui wadah organisasi yang sesuai, seperti perusahaan, sosial, atau pemerintahan. Hal ini
memastikan bahwa struktur etika korporasi dapat diintegrasikan dengan baik ke dalam
operasi sehari-hari perusahaan.
4. Mengadopsi model sistem: Struktur etika korporasi dapat dianggap sebagai suatu sistem
yang terdiri dari proses, kebijakan, dan praktik yang saling terkait. Model sistem ini
membantu perusahaan dalam mengembangkan struktur etika korporasi yang komprehensif
dan terintegrasi.
5. Didorong oleh kesadaran individu: Pengembangan struktur etika korporasi juga didorong
oleh kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang
mengutamakan etika. Kesadaran ini dapat mendorong perusahaan untuk mengadopsi
prinsip-prinsip etika dalam keputusan dan tindakan mereka.
6. Mendukung tujuan jangka panjang: Struktur etika korporasi yang baik dapat membantu
perusahaan dalam mencapai tujuan jangka panjangnya, seperti pertumbuhan yang
berkelanjutan, keberlanjutan lingkungan, dan kepuasan stakeholder. Dengan
mengintegrasikan prinsip-prinsip etika ke dalam operasinya, perusahaan dapat membangun
reputasi yang baik dan memperoleh kepercayaan dari para pemangku kepentingan

E. Kode Perilaku Korporasi


Kode Perilaku Korporasi, juga dikenal sebagai kode etik atau kode etik bisnis,
adalah dokumen yang berisi prinsip-prinsip dan nilai-nilai etis yang mengatur perilaku para
anggota organisasi dalam konteks korporasi. Kode Perilaku Korporasi bertujuan untuk
membimbing para karyawan dalam mengambil keputusan dan bertindak secara etis dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab. Kode ini mencakup berbagai aspek, seperti
integritas, transparansi, keadilan, keberlanjutan, perlindungan lingkungan, dan keterlibatan
sosial.
Kode perilaku korporasi (Code of Conduct) adalah pedoman internal perusahaan
yang berisi Sistem Nilai, Etika Bisnis, Etika Kerja, Komitmen, serta kepatuhan terhadap
peraturan-peraturan perusahaan bagi individu dalam menjalankan bisnis, dan aktivitas
lainnya serta berinteraksi dengan pemangku kepentingan.
Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan utama yang
selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau
etika. Kode Etik merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis. Dalam mengatur perilaku
inilah, perusahaan perlu menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi
kebijakan dan standar perilaku yang diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap pelaku
bisnisnya. Kode perilaku korporasi yang dimiliki suatu perusahaan berbeda dengan
perusahaan lainnya, karena setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam
menjalankan usahanya. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:
1) Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (Corporate Values)
yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
2) Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,
Perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh
organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan
manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3) Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan
lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan kode perilaku korporasi (corporate
code of conduct) adalah sebagai berikut :
PT.Aulia Karya (Persero) telah membentuk tim penerapan Good Corporate Governance
pada tanggal 5 Februari 2005, melalui Tahapan Kegiatan Sosialisasi dan Workshop.
Kegiatan sosialisasi terutama untuk para pejabat telah dilaksanakan dengan harapan bahwa
seluruh karyawan PT. Aulia Karya (Persero) mengetahui & menyadari tentang adanya
ketentuan yang mengatur kegiatan pada level Manajemen keatas berdasarkan dokumen yang
telah didistribusikan, baik di Kantor Pusat, Divisi maupun ke seluruh Wilayah. Melakukan
evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman.
Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP
dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005. Adapun Prinsip-prinsip Good Corporate
Governance di PT Aulia Karya (Persero) adalah sebagai berikut :
a) Pengambilan Keputusan bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, tata
kerja korporat, kebijakan dan struktur organisasi.
b) Mendorong untuk pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya secara
efektif dan efisien.
c) Mendorong dan mendukung pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang
saham dan stake holder lainnya.
Dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance, diperlukan instrumen-
instrumen yang menunjang, yaitu sebagai berikut :
a) Code of Corporate Governance (Pedoman Tata Kelola Perusahaan), pedoman dalam
interaksi antar organ Perusahaan maupun stakeholder lainnya.
b) Code of Conduct (Pedoman Perilaku Etis), pedoman dalam menciptakan hubungan
kerjasama yang harmonis antara Perusahaan dengan Karyawannya.
c) Board Manual, Panduan bagi Komisaris dan Direksi yang mencakup
Keanggotaan,Tugas, Kewajiban, Wewenang serta Hak, Rapat Dewan, Hubungan
Kerja antara Komisaris dengan Direksi serta panduan Operasional Best Practice.
d) Sistem Manajemen Risiko, mencakup Prinsip-prinsip tentang Manajemen Risiko dan
Implementasinya.
e) An Auditing Committee Contract – arranges the Organization and Management of
the Auditing Committee along with its Scope of Work.
f) Piagam Komite Audit, mengatur tentang Organisasi dan Tata Laksana Komite Audit
serta Ruang Lingkup Tugas
F. Evaluasi Terhadap Kode Perilaku Korporasi
Evaluasi terhadap kode perilaku korporasi dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman.
Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah
diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.
Pengaruh etika terhadap budaya:
a) Etika Personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan
dan keberadaannya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku manajer yang
terinternalisasi menjadi perilaku organisasi yang selanjutnya mempengaruhi budaya
perusahaan.
b) Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya
perusahaan maka hal tersebut berpotensi menjadi dasar kekuatan persusahaan yang
pada gilirannya.
Dengan adanya evaluasi ini kita dapat memantau apakah segala kegiatan yang
sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Evaluasi sebaiknya
dilakukan secara rutin sehingga perusahaan selalu berada dalam pedoman dan melakukan
koreksi apabila diketahui terdapat kesalahan.
Berikut ini langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi terhadap kode perilaku korporasi,
yaitu :
1) Pelaporan Pelanggaran Code of Conduct
Setiap individu berkewajiban melaporkan setiap pelanggaran atas Code of
Conduct yang dilakukan oleh individu lain dengan bukti yang cukup kepada Dewan
Kehormatan. Laporan dari pihak luar wajib diterima sepanjang didukung bukti dan identitas
yang jelas dari pelapor. Dewan kehormatan wajib memberikan perlindungan terhadap
pelapor.
2) Sanksi Atas Pelanggaran Code of Conduct
Pemberian sanksi Atas Pelanggaran Code of Conduct yang dilakukan oleh
karyawan diberikan oleh Direksi atau pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pemberian sanksi dilakukan setelah ditemukan bukti nyata terhadap
terjadinya pelanggaran pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai