Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance (GCG) merupakan paradigma tentang

pengelolaan perusahaan yang menekankan pada kesejahteraan hubungan antara

pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, auditor internal, dan auditor

eksternal agar pengelolaan perusahaan lebih profesional, transparan, dan efisien.

Corporate Governance akhir-akhir ini menjadi perhatian publik, terutama karena

sumbangannya yang jelas terhadap kesehatan perusahaan dan masyarakat secara

umum.

2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-

MBU/2002, Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan

oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan

tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan etika.

11
12

Menurut Sutedi (2012:1) menyebutkan bahwa Good Corporate Governance

adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang

Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas, dan Direksi) untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna tetap memperhatikan

kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan

nilai-nilai etika.

Menurut Daniri (2014:5) menyebutkan bahwa Good Corporate Governance

adalah struktur dan proses (Peraturan, Sistem dan Prosedur) untuk memastikan Prinsip

TARIF bermigrasi menjadi kultur, mengarahkan dan mengendalikan perusahaan untuk

mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan, meningkatkan nilai tambah dengan tetap

memperhatikan keseimbangan kepentingan stakeholder yang sesuai dengan prinsip

korporasi yang sehat dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

dalam Sarafina dan Muhammad (2017) menyebutkan bahwa Good Corporate

Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para

pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan.
13

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Good Corporate Governance merupakan suatu proses untuk mengendalikan setiap

kegiatan yang dilakukan didalam perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai-nilai

perusahaan.

2.1.1.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Good Corporate Governance diharapkan dapat dilaksanakan dan diterapkan

dengan mengikuti prinspi-prinsip secara total dan mutlak. Adapun beberapa prinsip

dasar yang harus diperhatikan dalam corporate governance, yaitu menurut Tunggal

(2007) prinsip-prinsip good corporate governance adalah sebagai berikut :

1. Keterbukaan (Transparancy)

Keterbukaan adalah keterbukaan informasi (secara akurat dengan tepat waktu)

mengenai kinerja perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri

perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu

kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.

2. Kemandirian (Indipendency)

Kemandirian adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan atau

intervensi dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan

yang berlaku.
14

3. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas dalam bentuk tanggung jawab yang diwujudkan dengan

menyediakan seluruh perangkat pengawasan secara komprehensif serta siap

untuk digugat sesuai peraturan dan regulasi yang berlaku.

4. Keadilan (Fairness)

Perlindungan kepentingan minority shareholders dari penipuan, kecurangan,

perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang dalam (self dealing atau trading).

Keadilan adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan terhadap pihak-pihak

yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.

Dalam hal ini ditentukan agar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan terlindungi dari kecurangan serta penyalahgunaan wewenang yang

dilakukan oleh orang dalam.

5. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Pertanggung jawaban adalah bentuk pertanggung jawaban seluruh internal

stakeholders (Business Owner/RUPS, Komisaris dan direksi, karyawan)

kepada para eksternal stakeholders lainnya. Termasuk seluruh masyarakat

melalui misi menjadikan perusahaan berkategori sehat, penciptaan lapangan

kerja, serta nilai tambah bagi masyarakat dimana bisnis mendapatkan manfaat

dari seluruh aktivitasnya.

Sedangkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut Peraturan

Menteri BUMN Nomor: PER - 01/MBU/2011 adalah sebagai berikut:


15

1. Transparency (Keterbukaan)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai

efektif.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ perseroan

sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

4. Independency (Kemandirian)

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat.

5. Fairness (Kewajaran)

Keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Menurut peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 penerapan

prinsip – prinsip Good Corporate Governanve pada BUMN, bertujuan untuk:


16

1. Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang

kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu

mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai

maksud dan tujuan BUMN.

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien dan efektif,

serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero

/Organ Perum.

3. Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan

dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan

terhadap peraturan perundanng-undangan, serta kesadaran akan adanya

tanggungjawab sosial BUMN terhadap pemangku kepentingan

(stakeholders) maupun kelestarian lingkungan disekitar BUMN.

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

Menurut Hery (2010:5) manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang

menerapkan Good Corporate Governance, yaitu sebagai berikut :

1. Good Corporate Governance secara tidak langsung akan dapat mendorong

pemanfaatan sumber daya perusahaan ke arah yang lebih efektif dan

efisien,yang pada gilirannya akan turut membantu terciptanya pertumbuhan

atau perkembangan ekonomi nasional.

2. Good Corporate Governance dapat membantu perusahaan dan

perekonomian nasional dalam hal menarik modal investor dengan biaya


17

yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor dan kreditor

domestik maupun internasional.

3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan atau menjamin

bahwa perusahaan telah taat pada ketentuan, hukum dan peraturan.

4. Membantu manajemen dan corporate board dalam pemantauan

penggunaan aset perusahaan.

5. Mengurangi korupsi.

2.1.1.4 Unsur-Unsur Good Corporate Governance

Menurut Ardeno Kurniawan (2012:43) unsur-unsur dalam Good Corporate

Governance (GCG), terdiri atas :

1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ di dalam organisasi yang

memfasilitasi pemegang saham untuk mengambil keputusan penting berkenaan

dengan investasinya di dalam organisasi. Keputusan yang diambil di dalam

RUPS harus memiliki orientasi jangka panjang terhadap organisasi. RUPS

tidak dapat mencampuri pelaksanaan tugas dan fungsi dewan direksi dan dewan

komisaris. Pelaksanaan RUPS merupakan tanggung jawab dewan direksi.

2) Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah organ di dalam organisasi yang memiliki tugas untuk

mengawasi dan memberikan nasehat kepada dewan direksi serta memastikan

organisasi dengan baik, termasuk didalamnya adalah implementasi sistem


18

manajemen risiko serta proses-proses pengendalian yang menjadi komponen

dari sistem tata kelola organisasi yang baik.

3) Dewan Direksi

Dewan Direksi adalah organ di dalam organisasi yang bertanggung jawab atas

pengelolaan organisasi. Setiap anggota dewan direksi menjalankan tugasnya

dan membuat keputusan ssuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan

kata lain, dewan direksi merupakan bagian dari manajemen yang akan bertugas

mengurus organisasi. Agar dewan direksi dapat berfungsi sesuai dengan

tugasnya, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipatuhi yang meliputi hal-

hal berikut ini:

a) Komposisi dewan direksi haruslah dibuat sedemikian rupa agar memiliki

independensi serta dapat memberikan keputusan yang benar, tepat waktu,

dan efektif.

b) Anggota dewan direksi haruslah memiliki profesionalitas dalam bentuk

integritas, pengalaman, dan kapabilitas sehingga memungkinkan mereka

untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

c) Dewan direksi bertanggung jawab untuk mengelola organisasi agar dapat

memperoleh laba serta memastikan kelangsungan organisasi.

2.1.2 Audit Internal

Audit internal merupakan suatu profesi yang bersifat independen dan objektif

yang berada dalam suatu organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk
19

mencapai tujuannya dengan melakukan aktivitas pemeriksaan terhadap kegiatan

operasi perusahaan dan memberikan pendapat dan rekomendasi yang dijadikan dasar

dalam membantu pengambilan keputusan manajemen.

2.1.2.1 Pengertian Audit Internal

Pengertian audit internal menurut IIA Board of Director di dalam Kurt. F reding

(2013:1-3) adalah sebagai berikut :

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting


activity designed to add value and improve an organization’s operations. It
helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes.”

Menurut pernyataan IIA Board of Director dalam Kurt. F Reding audit internal

adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang

dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi

organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui

suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.

Menurut Soekrisno Agoes (2013:204) audit internal adalah pemeriksaan yang

dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan

catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak

yang telah ditentukan.


20

Sedangkan Menurut Mulyadi (2010:29) definisi audit internal adalah auditor

yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan Negara maupun perusahaan Swasta) yang

tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan

organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai

bagian organisasi.

Dari definisi audit internal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

audit internal adalah suatu aktivitas yang memberikan jaminan bahwa perusahaan

dapat mencapai tujuan-tujuannya setelah melakukan kegiatan yang telah melalui tahap

evaluasi dan penilaian secara independen untuk meningkatkan efektivitas proses

manajemen risiko, kontrol, dan tata kelola yang dilakukan oleh seseorang yang berasal

dari dalam perusahaan yang disebut auditor internal.

2.1.2.2 Tujuan Audit Internal

Menurut Tugiman (2006:11) menyebutkan tujuan audit internal adalah tujuan

audit internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan

tanggung jawabnya secara efektif. Tujuan audit internal mencakup usaha

mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.

Sedangkan Menurut Sukrisno Agoes (2013:205) menyebutkan bahwa tujuan

audit internal adalah sebagai berikut:


21

“Tujuan Audit Internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan


(manajemen) dalam menyelesaikan tanggung jawabnya dengan memberikan
analisa, penilaian, dan komentar mengenai kegiatan pemeriksaan.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus melakukan kegiatan-

kegiatan berikut:

1. Menelaah dan menilai penerapan pengendalian intern dan pengendalian

operasional memadai atau tidak serta mengembangkan pengendalian yang

efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

2. Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedur-prosedur yang

telah ditetapkan manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan

dilindungi dari segala kemungkinan terjadinya segala bentuk kecurangan,

pencurian, dan penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi

dapat dipercaya.

5. Menilai suatu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas-tugas yang

diberikan oleh manajemen dalam perusahaan.

6. Memberikan saran perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka efisiensi dan

efektivitas perusahaan.

2.1.2.3 Fungsi Audit Internal

Fungsi Audit internal merupakan kegiatan yang membantu manajemen untuk

mengawasi operasional perusahaan agar menjaga efektivitas dan efesiensi kegiatan

dalam perusahaan.
22

Fungsi Audit Internal menurut Mulyadi (2010:211) adalah fungsi audit internal

adalah menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan fungsi

sebagai tugas organisasi. Dengan demikian fungsi audit internal merupakan bentuk

pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektifitas dari

unsur-unsur pengendalian internal yang lain.

Sedangkan menurut Sawyer (2005) mengemukakan bahwa internal audit

memiliki berbagai fungsi diantaranya:

1. Pengawasan pada seluruh aktivitas yang sulit ditangani oleh pimpinan

puncak.

2. Pengidentifikasian dan minimalisasi resiko.

3. Report Validation kepada manajer.

4. Mendukung dan membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.

5. Membantu proses decision making.

6. Menganalisis masa mendatang (bukan untuk hal yang telah terjadi).

7. Membantu manajer dalam mengelola perusahaan

Dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal merupakan kegiatan yang

bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan memeriksa akuntansi,

keuangan dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam

melaksanakan tanggung jawab mereka.


23

2.1.2.4 Tanggung Jawab Audit Internal

Untuk dapat menjalankan tugasnya audit internal harus mengetahui tanggung

jawabnya secara jelas. Menurut Tugiman (2006:11) menyebutkan bahwa tanggung

jawab audit internal adalah sebagai berikut:

“Audit Internal berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang


kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal organisasi dan
kualitas suatu pelaksanaan tanggung jawab yang ditugaskan”
Adapun tanggung jawab auditor internal menurut Komite Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) dalam “Standar Profesi Akuntan Publik” (2011:332) adalah auditor

Internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi, memberikan

keyakinan dan rekomendasi lain kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris

atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggungjawabnya. Untuk memenuhi

tanggungjawabnya tersebut auditor internal mempertahankan objektifitasnya yang

berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya dan tanggung jawab penting fungsi internal

adalah memntau kinerja pengendalian satuan usaha.

Dapat disimpulkan tanggung jawab audit internal adalah menerapkan program

audit internal dalam perusahaan.

2.1.2.5 Kode Etik Profesi Audit Internal


Profesi audit internal memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan

dijalankan oleh segenap auditor internal. Kode etik tersebut memuat standar perilaku

sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal.


24

Kode etik profesi audit internal menurut The Institute of Internal Auditor (2009)

adalah:

Prinsip:

Auditor internal diharapkan untuk menerapkan dan menegakkan prinsip-

prinsip berikut:

1. Integritas

Integritas auditor internal membentuk keyakinan dan oleh karenanya menjadi

dasar kepercayaan terhadap pertimbangan auditor internal.

2. Objektivitas

Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional pada level tertinggi

dalam memperoleh, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi tentang

aktivitas atau proses yang diuji. Auditor internal melakukan penilaian yang

seimbang atas segala hal yang relevan dan tidak terpengaruh secara tidak

semestinya oleh kepentingan pribadi atau pihak lain dalam memberikan

pertimbangan.

3. Kerahasiaan

Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang

diterimanya dan tidak mengungkap informasi tersebut tanpa kewenangan yang

sah, kecuali diharuskan oleh hukum atau profesi.

4. Kompetensi

Auditor internal menerapkan pengetahuan, kecakapan dan pengalaman yang

diperlukan dalam memberikan jasa audit internal.


25

Aturan Perilaku:

1. Integritas:

Auditor internal:

1.1. Harus melaksanakan pekerjaannya secara jujur, hati-hati dan

bertanggung jawab.

1.2. Harus mematuhi hukum dan membuat pengungkapan sebagaimana

diharuskan oleh hukum atau profesi.

1.3. Tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal, atau

melakukan kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal

atau organisasi.

1.4. Harus menghormati dan mendukung tujuan organisasi yang sah dan

etis.

2. Objektivitas

Auditor internal:

2.1. Tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun

yang dapat, atau patut diduga dapat, menghalangi penilaian auditor

internal yang adil. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan atau

hubungan apapun yang mengakibatkan timbulnya pertentangan

kepentingan dengan organisasi.

2.2. Tidak boleh menerima apapun yang dapat, atau patut diduga dapat,

mengganggu pertimbangan profesionalnya.


26

2.3. Harus mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya,

yang apabila tidak diungkapkan, dapat mendistorsi laporan atas

kegiatan yang direviu.

3. Kerahasiaan

Auditor internal:

3.1. Harus berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang

diperoleh selama melaksanakan tugasnya.

3.2. Tidak boleh menggunakan informasi untuk memperoleh keuntungan

pribadi, atau dalam cara apapun, yang bertentangan dengan hukum

atau merugikan tujuan organisasi yang sah dan etis.

4. Kompetensi

Auditor internal:

4.1. Hanya terlibat dalam pemberian jasa yang memerlukan

pengetahuan, kecakapan dan pengalaman yang dimilikinya.

4.2. Harus memberikan jasa audit internal sesuai dengan Standar

Internasional Praktik Profesional Audit Internal (Standar).

4.3. Harus senantiasa meningkatkan keahlian, keefektifan dan kualitas

jasanya secara berkelanjutan.

Berdasarkan uraian Kode etik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kode

Etik audit internal disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan perusahaan

kepada auditor internal, dan untuk meningkatkan loyalitas audit internal kepada

perusahaan..
27

2.1.2.6 Standar Profesi Audit Internal


Standar terdiri dari dua kelompok utama yaitu Standar Atribut dan Standar

Kinerja. Standar Atribut mengatur atribut organisasi dan individu yang melaksanakan

audit internal. Standar Kinerja mengatur sifat audit internal dan menetapkan kriteria

mutu untuk mengukur kinerja jasa audit internal. Standar Atribut dan Standar Kinerja

diterapkan pada seluruh jenis jasa audit internal. Standar Implementasi merinci Standar

Atribut dan Standar Kinerja dengan menyajikan persyaratan tertentu untuk setiap jenis

jasa audit internal, yaitu dengan kode (A) untuk asurans/Assurance, dan kode (C) untuk

konsultansi/Consulting. Standar Profesi Audit Internal menurut Konsorium Organisasi

Profesi Audit Internal (SPAI) dan menurut Kurt F Reding (2013:2-5) bahwa efektifitas

jasa audit internal di ukur melalui:

1. Independensi&Obejktivitas

2. Kecakapan

3. Kecermatan Profesional

Standar Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh International Professional

Practices Framework (IPPF) (2017) :

1. Independensi dan Objektivitas (Standar Atribut 1100)

a. Independensi Organisasi, Kepala audit internal harus bertanggungjawab

kepada suatu level dalam organisasi yang memungkinkan aktivitas audit

internal dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Kepala audit internal


28

harus melaporkan kepada dewan, paling tidak setahun sekali, independensi

organisasi aktivitas audit internal.

b. Objektivitas Individual, Auditor internal harus memiliki sikap mental tidak

memihak dan tanpa prasangka, serta senantiasa menghindarkan diri dari

kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan

c. Kendala terhadap Independensi atau Objektivitas, Jika independensi atau

objektivitas terkendala, baik dalam fakta maupun dalam penampilan

(appearance), detail dari kendala tersebut harus diungkapkan kepada pihak

yang berwenang. Bentuk pengungkapan tergantung pada bentuk kendala

tersebut

2. Kecakapan (Proficiency) (Standar Atribut 1210)

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi

lain yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Aktivitas audit internal, secara kolektif, harus memiliki atau memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tanggung jawabnya.

a. Kepala audit internal harus memperoleh saran dan asistensi yang

kompeten jika auditor internal tidak memiliki pengetahuan,

keterampilan, atau kompetensi yang memadai untuk melaksanakan

seluruh atau sebagian penugasan

b. Auditor internal harus memiliki pengetahuan memadai untuk dapat

mengevaluasi risiko kecurangan, dan cara organisasi mengelola risiko


29

tersebut, namun tidak diharapkan memiliki keahlian seperti layaknya

seseorang yang tanggungjawab utamanya adalah mendeteksi dan

menginvestigasi kecuranga

c. Kepala audit internal harus menolak penugasan konsultansi atau

memperoleh saran dan bantuan yang kompeten, jika auditor internalnya

tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi untuk

melaksanakan seluruh atau sebagian penugasan tersebut.

3. Kecermatan Profesional (Due Professional Care) (Standar Atribut 1220)

Auditor internal harus menggunakan kecermatan dan keahlian sebagaimana

diharapkan dari seorang auditor internal yang cukup hati-hati (reasonably

prudent) dan kompeten. Cermat secara profesional tidak berarti tidak akan

terjadi kekeliruan.

Auditor internal harus menerapkan kecermatan profesionalnya dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup Penugasan

2. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.

3. Kecukupan dan efektivitas proses tata kelola, pengelolaan risiko, dan

pengendalian

4. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan

5. Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik

analisis lainnya
30

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian yang berkaitan

dengan audit internal terhadap Good Corporate Governance.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Persamaan dan
Nama
No Tahun Judul penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian
1 Karina Sintya 2015 Peranan Audit Sama-sama Hasil menunjukan
Dwiwarningrum Internal Dalam mengkaji audit bahwa
Penerapan Good internal dan Good berpengaruh
Corporate Corporate positif dan
Governance Governance, signifikan
(GCG) Pada PT. perbedaannya terhadap
Bank Danamon terdapat pada penerapan Good
Indonesia objek penelitian Corporate
(Persero) Tbk. yang diteliti. Governance pada
Bandung PT Bank
Danamon
Indonesia dan
menyatakan
bahwa korelasi
sangat kuat dan
positif.
2 Sanjaya Kuntara 2016 Pengaruh Audit Sama-sama Hasil menunjukan
Internal Terhadap mengkaji audit bahwa peranan
Penerapan Good internal dan Good audit internal
Corporate Corporate berpengaruh positif
Governance Pada Governance, dan signifikan
PT. Bank perbedaannya terhadap penerapan
Pembangunan terdapat pada Good Corporate
Daerah Jawa objek penelitian Governance pada
Barat dan Banten yang diteliti. PT Bank
Pembangunan
Daerah Jawa Barat
dan Banten.
3 Yuha Nadhirah 2014 Pengaruh Peranan Sama-sama Hasil menunjukan
Qintharah Audit Internal mengkaji audit bahwa penelitian ini
Terhadap internal dan Good mampu dibuktikan
Corporate secara parsial,
Governance, bahwa peranan audit
31

Penerapan Good perbedaannya internal berpengaruh


Corporate terdapat pada posited dan
Governance Pada objek penelitian signifikan terhadap
Perusahaan Yang yang diteliti. penerapan Good
Berada Di Corporate
Wilayah Governance pada
Makassar perusahaan di
wilayah Makassar
4 Nurmalia 2015 Peran Audit Sama-sama Berdasarkan uji
Anggun Internal Dalam mengkaji audit korelasi model
Kusumawati Mewujudkan internal dan Good pearson menyatakan
Good Corporate Corporate bahwa pelaksanaan
Governance Governance, manajeman
(Studi pada perbedaannya bagian audit
Perusahaan terdapat pada berhubungan
Daerah Air objek penelitian terhadap good
Minum (PDAM) yang diteliti. corporate
Kabupeten Blitar) governance.
Berdasarkan hasil
penelitian yang
telah dilakukan nilai
signifikasi sebesar
0,030 < 0,05 maka
berhubungan
terhadap good
corporate
governance
5 Karli Soedijatno 2013 Pengaruh Sama-sama Berdasarkan hasil
Pelaksanaan mengkaji audit penelitian
Audit Internal internal dan Good pelaksanaan audit
Terhadap Corporate internal pada
Penerapan Good Governance, BUMN yang
Cokporate perbedaannya berkantor pusat di
Governance terdapat pada Bandung sudah
(Studi Pada Bumn objek penelitian dilakukan dengan
Yang Berkantor yang diteliti. sangat baik. Hal ini
Pusat di Bandung) dilihat
dari fenomena
pelaksanaan audit
internal pada
BUMN dalam
memberikan jasa
konsultasi dan
sebagai pemberi
jaminan (assurance)
yang berpedoman
pada standar profesi
internal audit
internasional
6 Chris 2016 Pengaruh Peranan Sama-sama Hasil menunjukan
Yohanes Audit Internal mengkaji audit bahwa
32

Ginting Terhadap internal dan Good berpengaruh


Penerapan Good Corporate positif dan
Corporate Governance, signifikan
Governance perbedaannya terhadap
(GCG) Pada PT terdapat pada penerapan Good
Perkebunan objek penelitian Corporate
Nusantara II yang diteliti. Governance pada
Tanjung Morawa PT Perkebunan
Nusantara II
Tanjung Morawa.
Karena
keberadaan fungsi
SPI menjamin
efektifitas
pengendalian
internal dan
merupakan mitra
strategis dalam
penyempurnaan
kegiatan
pengelolaan
perusahaan serta
mendorong proses
governance.

2.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi

adalah dengan cara menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan Good

Corporate Governance (GCG) merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam

membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi,

kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan

adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan

(stakeholders) secara konsisten.


33

Good Coprorate Governance adalah prinsip-prinsip yang mendasari proses dan

mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan

etika berusaha (PER-01/MBU/2011).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER- 09/MBU/2012

prinsip-prinsip yang harus diperhatikan perusahaan dalam menerapkan Good

Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, independency

dan responsibility. Kelima komponen tersebut penting karena secara konsisten terbukti

dapat meningkatkan kualitas kinerja perusahaan.

Menurut Daniri (2014) keberhasilan penerapan GCG juga memiliki persyaratan

tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, faktor eksternal dan internal. Salah

satu faktor internalnya yaitu terdapatnya sistem audit yang efektif dalam perusahaan

untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi. Dan salah satu

faktor eksternalnya yaitu terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat yang dapat

menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Salah satu elemen

yang cukup signifikan dalam proses implementasi GCG adalah fungsi pengawasan

internal yang baik yang dilakukan oleh auditor internal. Dengan demikian ekstensi

departemen audit internal itu sendiri merupakan salah satu wujud implementasi dari

GCG. Selain itu audit internal berperan sangat strategis dalam membantu manajemen

dalam upaya mewujudkan GCG ke dalam dalam praktik-praktik bisnis manajemen.

Audit Internal perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Audit Internal diharapkan dapat berfungsi sebagai sistem peringatan dini
34

(early warning system) sehingga kekeliruan dapat cepat dikoreksi jauh sebelumnya

(Islahuzzaman, 2005).

Audit internal merupakan suatu aktivitas yang memberikan jaminan bahwa

perusahaan dapat mencapai tujuan-tujuannya setelah melakukan kegiatan yang telah

melalui tahap evaluasi dan penilaian secara independen untuk meningkatkan efektivitas

proses manajemen risiko, kontrol, dan tata kelola.

Pelaksanaan audit internal membantu organisasi dalam pencapaian tujuannya

dengan pendekatan yang sistematis dan interdisiplin untuk mengevaluasi dan

memperbaiki keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola

(governance). Dalam hal ini audit internal bertujuan untuk membantu organisasi

menerapkan kontrol yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi serta

mendorong perbaikan yang terus menerus (Sawyer,2005:55).

Dalam kaitannya dengan implementasi GCG, audit internal mempunyai

peranan yang sangat besar untuk mendorong terwujudnya pengelolaan bisnis yang

efektif dan efesien.


35

Fenomena :
Kelemahan penerapan Good Corporate Governance yang
menyebabkan terjadinya kerugian negara. Dengan adanya fungsi
audit internal merupakan upaya untuk mewujudkan perusahaan
yang mampu melaksanakan praktik Good Corporate.

Audit Internal (x) : Good Corporate Governance (Y) :


1. Independensi dan Objektivitas 1. Transparancy (Keterbukaan)
2. Kecakapan (Proficiency) 2. Accountability (Akuntabilitas)
3. Kecermatan Profesional (Due 3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Professional care) 4. Independency (Kemandirian)
5. Fairness (Kewajaran)

(Standar Internasional Praktik ( Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER


Profesiobal Audit Internal, 2017) - 01/MBU/2011)

Metode
Metode penelitian menggunakan tipe penelitian deskriptif dan
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan survey.

Hipotesis
Audit Internal berpengaruh terhadap
penerapan Good Corporate
Governance
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
36

2.3.1 Pengaruh Audit Internal terhadap Good Corporate Governance

Salah satu maksud implementasi GCG sesuai dengan pedoman GCG yang

dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yaitu untuk

memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemenang saham dengan cara meningkatkan

prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar

perusahaan memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional

serta dengan demikian mendukung kondisi investasi.

Menurut Daniri (2014) keberhasilan penerapan GCG juga memiliki persyaratan

tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, faktor eksternal dan internal. Salah

satu faktor internalnya yaitu terdapatnya sistem audit yang efektif dalam perusahaan

untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi. Dan salah satu

faktor eksternalnya yaitu terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat yang dapat

menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Salah satu elemen

yang cukup signifikan dalam proses implementasi GCG adalah fungsi pengawasan

internal yang baik yang dilakukan oleh auditor internal. Dengan demikian ekstensi

departemen audit internal itu sendiri merupakan salah satu wujud implementasi dari

GCG. Selain itu audit internal berperan sangat strategis dalam membantu manajemen

dalam upaya mewujudkan GCG ke dalam dalam praktik-praktik bisnis manajemen.

Definisi pemeriksaan internal menurut International Professional Practices

Framework (IPPF) (2017) adalah :

Aktivitas audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang

sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola organisasi untuk:


37

1. Membuat keputusan strategis dan operasional

2. Mengawasi pengelolaan risiko dan pengendalian

3. Pengembangan etika dan nilai-nilai yang sesuai dalam organisasi;

4. Memastikan bahwa pengelolaan dan akuntabilitas kinerja organisasi telah

efektif;

5. Mengkomunikasikan informasi risiko dan pengendalian pada area yang sesuai

dalam organisasi; dan

6. Mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan informasi secara efektif

di antara dewan, auditor eksternal dan internal, para penyedia jasa asurans

lainnya, serta manajemen.

Sesuai dengan definisi diatas, pengawasan internal menurut pedoman GCG

adalah suatu proses yang bertujuan untuk mencapai kepastian berkenaan dengan :

1. Kebenaran infomasi keuangan

2. Efektivitas dan efisiensi proses pengelolaan perusahaan, dan

3. Kepatuhan dan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam kaitannya dengan implementasi GCG, audit internal mempunyai

peranan yang sangan besar untuk mendorong terwujudnya pengelolaan bisnis

perusahaan yang bersih dan transparan. Dari pemahaman tentang fungsi pengawasan

intern, dapat diketahui bahwa salah satu tugas audit internal yaitu melakukan review

terhadap sistem yang ada untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya dengan peraturan-

peraturan eksternal, kebijakan dan prosedur internal yang ditetapkan termasuk prinsip-

prinsip yang tertuang dalam pedoman good corporate governance.


38

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian biasanya disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan. (Sugiyono (2014:93)

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori, dan

kerangka konseptual yang dikemukakan maka dikembangkan hipotesis bahwa Audit

internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance.

Anda mungkin juga menyukai