• Finance Committee on Corporate Governance (FCGG) mendefinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. • Center for European Policy Study (CEPS), memformulasikan corporate governance adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak, proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan dengan catatan bahwa hak di sini adalah hak dari seluruh stakeholders dan bukan hanya terbatas pada satu stakeholders saja. • Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan, corporate governance adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber- sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Kesimpulanya corporate governance merupakan seperangkat sistem yang mengendalikan dan mengatur perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan dan masyarakat secara luas. 2. Tujuan Coeporate Governance • Mendorong terciptanya lingkungan kerja yang kondusif antara pemangku kepentingan, karyawan, masayarakat dan lingkungan. • Meningkatnya kinerja perusahaan akibat adanya pengambilan keputusan yang lebih baik dan berdampak juga pada meningkatnya efesiensi operasional perusahaan. • Mendorong peningkatan corporate value, memaluli peningkatan kinerja keuangan dan meminimalisir risiko keputusan investasi. • Meningkatkan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan kepada pemegang saham nmaun tetap memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan. • Mendorong serta mendukung pengembangan usaha, pengelolaan sumber daya perusahaan denagn pengelolaan risiko yang lebih efektif. 3. Prinsip-prinsip Corporate Governance Menurut Emirzon, Joni (2006:95) Prinsip utama GCG yang diperlukan dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan yaitu: 1. Keterbukaan (Transparancy), dapat diartikan sebagai kerterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. 2. Akuntabilitas (Accountability), adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga penggelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Pertanggungjawaban (Responsibility), pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Independensi (Independency), atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perudangudangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (Fairness) yaitu perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. 5 teori yang melandasi Corporate Governance
1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menekankan pentingnya pemegang saham (pemilik perusahaan) untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para ahli atau tenaga professional yang lebih memahami tentang mengelola bisnis sehari-hari. Implikasi teori keagenan dalam konsep Corporate Governance yaitu adanya pemberian insentif dan melakukan monitoring atau pengawasan. Karena adanya pemisahaan peran antara pemegang saham dan pihak manajemen yang bertindak untuk mengoperasionalkan perusahaan, sehingga adanya insentif mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Pemberian insentif tersebut bisa beruppa gaji, insentif berbasis kinerja seperti pemberian saham perusahaan maupun kompensasi lainnya. 2. Teori Entitas (Entity Theory) Teori ini memandang pemegang saham (pemegang saham biasa dan istimewa) sebagai pemilik dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Teori entitas mengasumsikan adanya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik saham (pemilik ekuitas) dengan entitas bisnisnya (perusahaan), serta keriditor sebagai pihak luar dan pemmegang saham tetap mitra manajemen. Dalam teori ini juga menganggap bahwa asset menjadi milik pribadi pemegang saham dan pemegang saham menanggung semua risiko yang berkaitan dengan utang. Maka akan timbul persamaan akuntansi asset dikurangi kewajiban sama dengan jumlah ekuitas. 3. Teori Penatalayanan (Stewarship Theory) Teori ini mengasumsikan bahwa manajer merupakan pelayan yang baik untuk perusahaan. Manajer dapat dipercaya dan bekerja dengan baik untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan dan tingkat pengembalian yang tinggi untuk pemegang saham. Manajer sebagai pihak yang melayani perusahaan akan bekerja sama dengan pemegang saham untuk mencapai tujuan perusahaan. Implikasi teori ini terhadap konsep Corporate Governance yaitu dengan terbitnya Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesia. 4. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory) Teori ini menyatakan bahwa perusahaan merupakan kesepakatan kerjasama yang dibuat antaraa perusahaan dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) mereka. Atau dapat diartikan bahwa direktur dan manajer perusahaan harus memnuhi keinginan dan harapan pemangku kepentingan bukan hanya pemiliknya saja. Perusahaan yang mampu menciptakan hubungan yang baik dengan seluruh stakeholder disebut sebgai perusahaan yang dapat menciptakan keberlanjutan kesejahteraan ekonomi. Impikasi teori ini terhadap Corporate Governance yaitu perusahaan mendirikan unit khusus untuk menanggapi komunikasi stakeholder. 5. Teori Dana (Fund Theory) Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba. Dana (fund) mempunyai dua pengertian; (1) dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu; (2) dana juga dapt berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Jadi, dana dapat berarti sebagai kesatuan akuntansi (accounting entity). Konsep ini memandang bahwa kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri.