Anda di halaman 1dari 55

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Stakeholder

Stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Standford Research Institute

(RSI) ditahun 1963. Freeman akhirnya mengembangkan teoritis mengenai

stakeholder ditahun 1984 dalam karyanya yang berjudul “Strategic Management:

A Stakeholder Approach”. Teori stakeholder menurut Freeman dan Reed, 2010

adalah sekelompok orang atau individu internal maupun eksternal yang

diidentifikasi dapat mempengaruhi ataupun dapat dipengaruhi oleh kegiatan

perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Duran dan Radojicic,

2004, mengungkapkan bahwa para pemegang saham, para pekerja (karyawan),

para supplier, bank, para kostumer, pemerintah, dan komunitas memegang

peranan penting (berperan sebagai stakeholder) yaitu mempunyai kekuasaan,

legitimasi, dan kepentingan dalam organisasi untuk mewujudkan pengendalian

internal yang efektif dan tata kelola yang baik (good governance), untuk itu

korporasi harus memperhitungkan semua kepentingan dan nilai-nilai dari para

pemangku kepentingannya. Hal ini berarti, perusahaan dan pemangku

kepentingan (stakeholder) membentuk hubungan yang saling mempengaruhi.


2.1.2 Stewardship Theory

Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat

manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu

bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran

terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki

para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang

manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

kepentingan publik maupun stakeholder.

Menurut Donaldson & Davis (1991) teori stewardship adalah teori yang

menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-

tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk

kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan

sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi

untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan

meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran

organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana

para eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk

bertindak dengan cara terbaik pada prinsipalnya.

Pada Teori Stewardship, model of man diasumsikan sebagai seorang yang

memiliki perilaku dimana dia dapat dibentuk agar selalu dapat diajak bekerjasama

dalam organisasi, memiliki perilaku kolektif atau berkelompok dengan utilitas

tinggi daripada individunya dan selalu bersedia untuk melayani. Pada


teori stewardship terdapat suatu pilihan antara perilaku self-serving dan pro-

organisational. Yang mana perilaku manajer tidak akan dipisahkan dari

kepentingan organisasi juga bahwa perilaku eksekutif disejajarkan dengan

kepentingan prinsipal dimana para steward berada. Steward akan menggantikan

atau mengalihkan self-serving untuk berperilaku kooperatif. Sehingga meskipun

kepentingan antara steward dan prinsipal tidak sama, steward tetap akan

menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Sebab steward berpedoman bahwa terdapat

utilitas yang lebih besar pada perilaku kooperatif, dan perilaku tersebut dianggap

perilaku rasional yang dapat diterima.

Teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kiat antara

keberhasilan tujuan organisasi dengan kepuasan prinsipal. Steward akan

melindungi dan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh organisasi

dengan memaksimalkan kinerja perusahaan, sehingga dengan demikian fungsi

utilitas ikut maksimal dengan sendirinya. Asumsi penting dari stewardship adalah

manajer membentuk tujuannya agar sesuai dengan tujuan prinsipal. Namun, tidak

berarti steward tidak memiliki kebutuhan hidup.

2.2 Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin

Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya

mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu


kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Guntur Setiawan

berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan

proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Dari pengertian-pengertian diatas

memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu

sistem. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas

dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu

untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri

sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi

kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide, program atau aktivitas baru dengan

harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan terhadap suatu

pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan.

2.3 Good Governance

Good governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan

diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada

investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka

investasikan. Good governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin

bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer

tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-

proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah

ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor


mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Agus dan Ardana

(2009:103) menjelaskan konsep good governance sebagai berikut:

Tabel 2.3 Konsep Good Governance

1. Wadah Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintah)

2. Model Seperangkat peraturan termasuk prinsip-prinsip, serta nilai-


nilai yang melandasi praktik bisnis yang sehat.
3. Tujuan  Meningkatkan kinerja organisasi.
 Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku
kepentingan.
 Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan
yang signifikan dalam pengelolaan organisasi.
 Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan
tidak dirugikan.
4. Mekanisme Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran,
wewenang dan tanggung jawab:
 Dalam arti sempit: antara pemilik/pemegang saham,
dewan komisaris, dan dewan komisaris.
 Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan.

Sedangkan prinsip good governance adalah sebagai berikut:

1. Transparency (keterbukaan), artinya keterbukaan yang disampaikan para

pengelola harus lengkap, benar, dan tepat waktu dalam proses pengambilan

keputusan dan penyampaian informasi kepada seluruh pemangku

kepentingan.

2. Accountability (akuntabilitas), dimana para pengelola memiliki kewajiban

untuk membina sistem akuntansi yang efektif guna menghasilkan laporan

keuangan yang dapat dipercaya.


3. Responsibility (tanggung jawab), merupakan pertanggungjawaban yang harus

dipenuhi oleh para pengelola atas semua tindakan yang dilakukan dalam

pengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud

kepercayaan yang diberikan kepadanya.

4. Independency (independensi), artinya para pengelola dalam pengambilan

keputusan harus bersifat profesional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan

dan bebas dari tekanan dari berbagai pihak.

5. Fairness (kewajaran) merupakan keadilan dan kesetaraan yang harus

dilakukan oleh para pengelola dalam memperlakukan pemangku kepentingan

sekunder (pemerintah dan masyarakat).

2.4 Implementasi Good Governance (Y)

Mengimplementasikan konsep dapat dilakukan dengan mencapai keadaan

yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam

pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat

minimal untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi,

akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan

keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan,

efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai

bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan masyarakat di

setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).


2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Good Governance

2.4.1.1 Audit Internal (X1)

Audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk menghimpun bukti

secara obyektif mengenai asersi dari tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat

kesesuaian antara aseri tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan serta

menyampaikan hasilnya kepada para pemegang kepentingan.

Terdapat definisi mengenai Audit Internal menurut The Institute of

Internal Auditors (2017:29) yang terdapat dalam Standard for Professional

Practice of Internal Auditing, menyatakan bahwa:

“Internal auditing is an independent appraisal function established within

an organization to examine and evaluate as a service to the organization.”

Yang mempunyai arti sebagai berikut :

“Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang ditetapkan dalam

sebuah organisasi untuk diperiksa dan dievaluasi sebagai layanan untuk

organisasi”.

Menurut Alvin A.Arens, Randal J. Elder & Mark S.Beasley yang dialih

bahasakan oleh Gina Gania (2009:482) yang dikutip oleh Nugraha (2018) definisi

audit internal adalah aktifitas konsultasi dan assurance yang objektif dan

independen yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi

organisasi. Hal tersebut membantu organisasi mencapai tujuan mereka dengan

melakukan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan


meningkatkan efektivitas dan manajemen risiko, pengendalian, dan proses

pengaturan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal merupakan

suatu fungsi penilaian yang dikembangkan dalam suatu organisasi untuk

menjamin pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan-kegiatan di dalam perusahaan.

Pada mulanya internal auditor dalam suatu perusahaan atau instansi

mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengadakan pengawasan atas pembukuan,

namun sejalan dengan meningkatnya sistem, aktivitas internal auditor tidak lagi

berputar pada pengawasan pembukuan informasi akuntansi semata-mata. Akan

tetapi mencakup pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas

sistem organisasi, sistem internal kontrol dan kualitas kertas kerja manajemen

dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Di dalam perusahaan, instansi, satker internal audit merupakan fungsi staf,

sehingga tidak memiliki wewenang untuk langsung memberikan perintah kepada

pegawai, juga tidak dibenarkan untuk melakukan tugas-tugas operasional dalam

perusahaan yang sifatnya di luar kegiatan pemeriksaan. Fungsi audit internal

terdiri atas :

1. Perencanaan, penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun

perencanaan yang berbasis risiko untuk menetapkan prioritas kegiatan

audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.

2. Komunikasi dan persetujuan. Penanggung jawab fungsi audit internal

harus mengkomunikasikan rencana kegiatan audit, dan kebutuhan sumber


daya kepada pemimpin dan dewan pengawas organisasi untuk mendapat

persetujuan.

3. Pengelolaan sumber daya, penanggung jawab fungsi audit internal harus

memastikan bahwa sumber daya fungsi audit internal sesuai, memadai,

dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapai rencana-rencana yang

telah disetujui.

4. Kebijakan dan prosedur. Penanggung jawab fungsi audit internal harus

menetapkan kebijakan dan prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan

kegiatan fungsi audit internal.

5. Koordinasi, penanggung jawab fungsi audit internal harus berkoordinasi

dengan pihak internal dan eksternal yang melakukan pekerjaan audit untuk

memastikan bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai

dan meminimalkan duplikasi.

6. Laporan kepada pemimpin dan dewan pengawas, penanggung jawab

fungsi audit.

7. Internal harus menyampaikan laporan secara berkala kepada pemimpin

dan dewan pengawas mengenai perbandingan rencana dan realisasi yang

mencakup saran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja fungsi audit

internal.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal yang ada pada perusahaan

sebagai sebuah alat yang dapat membantu manajemen dalam menilai efektifitas

dan efisiensi pengendalian internal yang ada dalam perusahaan. Adapun

penjelasan dari ruang lingkup audit internal di atas adalah :


1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi finansial dan

operasi serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

mengklarifikasi dan melaporkan informasi tersebut.

2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan

kesesuaian dengan berbagai kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan

peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta

harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan

hal-hal tersebut.

3. Mereview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan

bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.

4. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber daya.

5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya

akan konsisten dengan tujuan dan sarana yang telah ditetapkan dan apakah

kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang

direncanakan.

Konsorsium organisasi profesi audit internal menerbitkan Standar Profesi

Audit Internal (SPAI), dijelaskan oleh Hiro Tugiman (2001:6) dalam bukunya

yang berjudul Standar Profesional Internal Audit isi dari standar standar tersebut

meyebutkan ada lima faktor yang harus dipenuhi oleh audit internal yaitu (1)

independensi, (2) kemampuan profesional, (3) lingkup pekerjaan, (4) pelaksanaan

kegiatan pemeriksaan, dan (5) manajemen bagian audit internal.


2.4.1.1.1 Independensi

Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan, independensi memungkinkan

auditor internal untuk melakukan pekerjaan audit secara bebas dan objektif. Hal

ini dapat tercapai apabila audit internal diberikan status dan kedudukan yang jelas

seperti yang dikemukakan Hiro Tugiman (2006:20), sebagai berikut :

“Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan

pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa

internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa

prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan

sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi

dan sikap objektif pada auditor internal.”

Adapun status organisasi dan objektivitas audit internal menurut Hiro

Tugiman (2006:16)adalah sebagai berikut :

“Independensi: Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan

yang diperiksanya.

1.Status organisasi: Status organisasi unit audit internal (bagian pemeriksaan

internal) haruslah memberi keleluasaan untuk memenuhi

dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang

diberikankepadanya.

2. Objektivitas : Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah

melaksanakan tugasnya secara objektif.


2.4.1.1.2 Kemampuan Profesional

Agar audit internal dapat berfungsi dengan baik, maka pelaksanaan audit

internal harus menggunakan segala kemampuan profesional yang dimiliki oleh

semua bagian audit internal. Adapun kemampuan profesional menurut Hiro

Tugiman (2006:27) adalah kemampuan yang merupakan tanggung jawab bagian

audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap

pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan

memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan

untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.”

2.4.1.1.3 Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup audit internal meliputi bidang yang luas dan kompleks

meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif ataupun

operasional dan harus mampu membantu manajemen dalam memecahkan setiap

permasalahan yang dihadapi. Hiro Tugiman (2006:17) mengemukakan bahwa

lingkup pekerjaan audit internal adalah sebagai berikut:

“Lingkup pekerjaan: Lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi

pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem

pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan

tanggung jawab yang diberikan”.

2.4.1.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Pelaksanaan audit internal menurut Akmal (2007:14) yaitu sebagai berikut:

Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan,


pengujian dan evaluasi informasi, pemberitahuan hasil dan tindak lanjut, terdiri

dari:

 Perencanaan pemeriksaan

Pemeriksaan internal harus membuat perencanaan untuk setiap penugasan

pemeriksaan yang dilakukannya.

 Pengujian dan pengevaluasian informasi

Pemeriksaan internal harus mengumpulkan, menganalisa,

menginterprestasikan, dan membuktikan kebenaran informasi untuk

mendukung hasil pemeriksaan.

 Penyampaian hasil pemeriksaan

Pemeriksaan internal harus membuat laporan atas hasil pemeriksaan yang

dilakukan dan disampaikan ke pejabat yang tepat.

 Tindak lanjut hasil pemeriksaan

Pemeriksa internal harus memonitor apakah hasil temuan dan rekomendasi

yang diperoleh telah dilakukan tindak lanjut yang tepat.

2.4.1.1.5 Manajemen Bagian Audit Internal

Hiro Tugiman (2006:79) mengemukakan bahwa pimpinan audit internal

bertanggung jawab mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga:

1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang

disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan,

2. Sumber daya bagian audit internal dipergunakan secara efisien dan efektif,
3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar

profesi.

Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh pimpinan audit internal

dalam manajemen bagian audit internal menurut Hiro Tugiman (2006:19) yaitu :

1. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab: pimpinan audit internal harus

memiliki tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit

internal.

2. Perencanaan. Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi

pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.

3. Kebijaksanaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus membuat

berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan

dipergunakan sebagai pedoman oleh staff pemeriksa.

4. Manajemen personel: pimpinan audit internal harus menetapkan program

untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian

audit internal.

5. Auditor eksternal: pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha-

usaha atau kegiatanaudit internal dengan auditor eksternal.

6. Pengendalian mutu: pimpinan audit internal harus menetapkan dan

mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk

mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal.


2.4.1.2 Akuntabilitas Sumber Daya Manusia (X2)

Untuk dapat menghasilkan produk perusahaan tidak cukup hanya

mempunyai modal fisik saja, namun individu atau sumberdaya manusia (human

capital) merupakan hal yang penting. Banyak para pemimpin perusahaan kurang

menyadari bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan sebenarnya berasal dari

human capital, hal ini disebabkan aktivitas perusahaan hanya dilihat dari

perspektif bisnis semata.

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,

melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik

(Mardiasmo, 2002 dalam Pramudiarta,2015).

Akuntabilitas Sumber Daya Manusia. Muhi (2011) yang dikutip dalam

Latifah, et al (2015) dalam makalahnya membagi akuntabilitas ke dalam dua

aspek, aspek akuntabilitas dalam penyampaian laporan keuangan dan akuntabilitas

dalam aspek sumber daya manusia. Dalam aspek akuntabilitas sumber daya

manusia dititik beratkan kepada peningkatan kinerja SDM dengan menerapkan

sistem reward dan punishment kepada karyawan yang dikaitkan dengan kebijakan

kompensasi yang berlaku di internal perguruan tinggi. Jadi aspek kesejahteraan

atau penghargaan bagi sumber daya manusia sangat diperhatikan.


2.4.1.3 Pengendalian Internal (X3)

Pengertian pengedalian internal merupakan bagian yang sangat penting

dalam suatu perusahaan. Demikian pula dunia usaha mempunyai perhatian yang

makin meningkat terhadap pengendalian internal, karena hal tersebut sangat

mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, sehingga perusahaan

memerlukan pengendalian internal yang baik dalam menjalankan tugasnya.

Pengendalian Internal menurut PP nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem.

Pengendalian internal pemerintah adalah sebagai berikut:

“Sistem pengendalian internal adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan beberapa konsep dasar

pengendalian internal :

1. Pengendalian internal adalah suatu proses. Pengendalian internal berupa

serangkaian tindakan yang mempengaruhi dan menyatu dengan

infrastruktur suatu organisasi.

2. Pengendalian internal berfungsi efektif karena manusia. Pengendalian

internal bukan semata-mata kebijakan bersifat manual dan melibatkan


berbagai macam formulir tetapi melibatkan orang-orang yang ada di dalam

organisasi termasuk dewan direksi, manajemen dan personnel yang

lainnya.

3. Pengendalian internal tidak dimaksudkan untuk memberi jaminan yang

mutlak tetapi memberikan jaminan yang memadai karena kelemahan

inheren yang ada dalam setiap pengendalian internal. Sebagus apapun

pengendalian internal diciptakan, pasti memiliki kelemahan.

4. Pengendalian internal diharapkan mencapai tujuan yang meliputi pelaporan

keuangan, kepatuhan dan operasional.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal

merupakan seperangkat kebijakan dan prosedur yang dipengaruhi oleh dewan

direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan

efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

2.4.1.4 Sistem Informasi Akuntansi (X4)


Azhar Susanto (2008) mengungkapkan bahwa sistem informasi akuntansi

adalah kumpulan(integrasi) dari sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun

non fisik yang saling berhubungan dan bekerja satu sama lain secara harmonis

untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi

informasi keuangan. Mulyadi (2008:3) menyatakan sistem informasi akuntansi

adalah formulir, catatan, dan laporan koordinasi sedemikian rupa. untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna

memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dapat

dijalankan manual dan terkomputerisasi. Pada unit usaha kecil dimungkinkan


menggunakan sistem informasi yang sederhana dan manual, namun untuk

perusahaan menengah keatas tentunya telah menggunakan SIA terkomputerisasi.

Kemudahan dalam penggunaan dan penerapan didalam operasional perusahaan

tentunya menjadi pilihan bagi pihak manajemen untuk lebih memilih aplikasi SIA

yang berbasis komputer. Selain itu, tuntutan persaingan teknologi dari perusahaan

lain semakin tinggi dalam manajemen perusahaan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Ruspina (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak

terdapat pengaruh sistem pengendalian internal dengan penerapan good

governance. Hal ini diduga disebabkan adanya terdapat beberapa indikator SPI

yang belum sepenuhnya terpenuhi atau terlaksana dengan baik.

Penelitian Hartono dan Pancawati (2013) yang meneliti tentang audit

internal dan akuntabilitas sumber daya manusia terhadap perwujudan good

governance. Hasil penelitian menyatakan bahwa audit internal berpengaruh

terhadap tercapainya perwujudan good governance, dan akuntabilitas sumber daya

manusia berpengaruh terhadap tercapainya perwujudan good governance.

Penelitian Latifah dan Pudyantoro (2015) Populasi dari penelitian ini

adalah jajaran kepegawaian SKK Migas. Hasil penelitian yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa audit internal berpengaruh terhadap tercapainya good

governance pada lembaga SKK Migas, dan akuntabilitas sumber daya manusia

berpengaruh terhadap tercapainya good governance pada lembaga SKK Migas.

Penelitian Syafrion (2015) menyatakan bahwa sistem pengendalian

internal berpengaruh dan signifikan terhadap penerapan good governance. Hal ini

membuktikan bahwa dengan adanya pengendalian internal yang baik maka tujuan

organisasi dapat tercapai secara efektif dan efesien, pelaporan keuangan dilakukan

dengan andal, pengamanan asset dapat dilakukan dan mendorong ketaatan kepada

peraturan. Sehingga akan terciptalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).
Penelitian Salampessy dan Yolanda (2016) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa audit internal berpengaruh dan sangat signifikan terhadap

implementasi good governance. Hal ini dikarenakan optimalnya penerapan audit

internal yang berbasis pembinaan pada Inspektorat Jenderal.

Penelitian Dhiyavani (2017) menyatakan bahwa sistem pengendalian

internal tidak berpengaruh terhadap penerapan good governance. Hal ini

dikarenakan belum terpenuhinya sistem pengendalian internal pemerintah yang

memadai sehingga tidak mempengaruhi penerapan good governance.

Penelitian Rohmaningsih (2018) menyatakan bahwa ada pengaruh antara

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap penerapan good

governance pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Wonogiri,

artinya apabila penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

meningkat/baik maka dapat meningkatkan penerapan good governance.

Kemudian ada pengaruh antara Standar Akuntansi Pememerintah (SAP) terhadap

penerapan good governance pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten

Wonogiri, artinya apabila penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

semakin meningkat/baik maka dapat meningkatkan penerapan good governance.

Penelitian Jastika (2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

akuntabilitas sumber daya manusia tidak berpengaruh secara signifikan. Hal

tersebut dikarenakan, semakin banyaknya sumber daya manusia yang tidak

akuntabel dalam suatu perbankan atau instansi, maka perwujudan tidak akan

efektif.

Penelitian Rustendi (2018) yang meneliti tentang audit internal terhadap

pelaksanaan good governance. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa fungsi audit

internal berpengaruh terhadap pelaksanaan good governance. Hal tersebut dapat

dipahami karena salah satu tujuan dari audit internal adalah membantu
manajemen dengan cara mengevaluasi dan memperbaiki proses good governance.
Tabel 2.5

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Hasil
No Judul Peneliti Variabel
Penelitian
(Tahun)
Dependen :

Penerapan
Pengaruh Kinerja Good
Aparatur Governance
Pemerintah Daerah,
Pengelolaan
Keuangan Daerah, Independen :
Ruspina Sistem 1. Berpengaruh
Pengendalian 1. Kinerja 2. Berpengaruh
1
(2013) Internal Pemerintah Aparatur 3. Tidak
(SPIP) Terhadap Pemerintah berpengaruh
Penerapan Good Daerah
Governance 2. Pengelolaan
Keuangan
(Studi Empiris pada Daerah
Pemerintah Kota 3. Sistem
Padang) Pengendalian
Internal
Pemerintah

Pengaruh Audit
Internal dan Dependen :
Suwardi Akuntabilitas Perwujudan
Prawiro Sumber Daya Good
Hartono, Manusia Terhadap Governanc
2 1. Berpengaruh
dan Neni Perwujudan Good e 2. Berpengaruh
Pancawati Governane Pada
Penerapan Badan Internal :
(2013) 1.Audit Internal
Layanan Umum
Daerah (BLUD) di 2.Akuntabilitas
RSUD Sleman Sumber Daya
Manusia
Dependen :
Pengaruh Audit Perwujudan
Internal dan Good
Latifah, Akuntabilitas Governanc
dan Sumber Daya e 1. Berpengaruh
3 Manusia Terhadap 2. Berpengaruh
Pudyantoro
Perwujudan Good
(2015) Governance pada Independen :
Lembaga SKK
Migas. 1.Audit Internal
2.Akuntabilitas
Sumber Daya
Manusia

Dependen :
Pengaruh Sistem Penerapan
Pengendalian Good
Internal, Governance
Pengelolaan
Keuangan Daerah, 1. Berpengaruh
Fandra
Komitmen 2. Berpengaruh
4 Yovano Independen :
Organisasi dan 3. Berpengaruh
Syafrion
Budaya Organisasi 1.Sistem 4. Berpengaruh
(2015) Terhadap Penerapan Pengendalian
Good Governance Internal
(Studi Kasus Pada 2.Pengelolaan
Satuan Kerja Keuangan
Perangkat Daerah Daerah
Kota Solok 3.Komitmen
Organisasi
4.Budaya
Organisasi

Acica Analisis Pengaruh Dependen :


Priyanti 1. Berpengaruh
5 Penerapan Audit
Salampessy Kualitas 2. Berpengaruh
Internal dan Audit
,Yolanda Good
Eksternal Terhadap
Governance
(2016) Kualitas
Good
Independen :
Governance
1.Audit Internal
2.Audit
Eksternal
Dependen :
Penerapan
Good
Pengaruh Kinerja Governance
Aparatur
Pemerintah Daerah, Independen :
Pengelolaan 1.Kinerja 1. Berpengaruh
Siti Indah Keuangan Daerah, Aparatur 2. Berpengaruh
6 Dhiyavani Sistem Pemerintah 3. Tidak
Pengendalian Daerah Berpengaruh
(2017) Internal, dan 2.Pengelolaan 4. Berpengaruh
Implementasi Keuangan
Standar Akuntansi Daerah
Pemerintah 3.Sistem
Terhadap Penerapan Pengendalian
Good Governance Internal
4.Implementasi
Standar
Akuntansi
Pemerintah
Pengaruh Sistem
Pengendalian
Internal Pemerintah Dependen :
Dan Penerapan Penerapan
Good
Rohmaning Standar Akuntansi
Pemerintahan Governance
sih Sari 1. Berpengaruh
7 Terhadap Penerapan 2. Berpengaruh
Saputri Independen :
Good Governance
(2018) (Studi pada 1.Sistem
Organisasi Pengendalian
Perangkat Pemerintah
Daerah/OPD 2.Standar
Kabupaten Akuntansi
Wonogiri) Pemerintahan
Dependen :
Pengaruh
Kompetensi Auditor 1. Efektifitas
Internal, Pengendalian
Akuntabilitas Internal 1. Tidak
Sumber Daya 2. Perwujudan Berpengaruh
Manusia dan Sistem Good 2. Berpengaruh
Informasi Akuntasi Corporate
Yola 3. Berpengaruh
Terhadap Efektifitas Governanc
8 Jastika
Pengendalian e
(2018) Internal dan
Perwujudan Good 1. Berpengaruh
Independen :
Corporate 2. Tidak
1. Kompetensi
Governance (GCG). Berpengaruh
Auditor
(Studi Kasus pada 3. Berpengaruh
Internal
PT. Bank 2. Akuntabilitas
Pembangunan Sumber Daya
Daerah Sumatera Manusia
Barat). 3. Sistem
Informasi
Akuntansi.
Pengaruh Fungsi
Audit Internal Dependen :
Terhadap
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Tedi Good
9 Good Governance Berpengaruh
Rustendi Governanc
(Survey Pada e
(2018)
Kantor Cabang
Bank Umum di
Tasikmalaya) Independen :

Audit Internal

Pengaruh Fungsi
Audit Internal Dependen :
Terhadap
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Tedi Good
10 Good Governance Berpengaruh
Rustendi Governanc
(Survey Pada
(2018) e
Kantor Cabang
Bank Umum di
Tasikmalaya)
Independen
: Audit

Internal
2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.6.1 Pengaruh Audit Internal Terhadap Implementasi Good Governance

Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf

audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas

rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan


manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk

menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling

penting bagi kesuksesan organisasi (Wardoyo dan Lena, 2010).

Menurut Sukisno Agoes (2013;204), internal audit (pemeriksaan internal)

adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,

terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan

terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan

terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang

berlaku.

Board of Director IIA (2009) mendefinisikan audit internal adalah

aktivitas independen, keyakinan obyektif dan konsultasi yang dirancang untuk

memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi.

Dengan demikian audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya

dengan menetapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan

pengendalian dan pengelolaan organisasi.

H1 : Audit internal berpengaruh terhadap implementasi good governance

2.6.2 Pengaruh Akuntabilitas Sumber Daya Manusia Terhadap

Implementasi Good Governance

Keberadaan sumber daya manusia yang akuntabel adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi terciptanya pengendalian internal yang efektif dan

implementasi good governance. Faktor manusia sebagai karyawan sangat vital

untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Dalam hal ini, manusia yang
dimaksud adalah manusia yang bertanggung jawab atas tugas dan kewenangan

yang dimiliki. Setiap pekerjaan ataupun hal apapun yang dilakukan oleh manusia

sebagai karyawan dalam perusahaan harus berdasarkan pada prinsip good

governance.

Muhi (2011) dalam makalahnya membagi akuntabilitas ke dalam dua

aspek. Aspek akuntabilitas dalam penyampaian laporan keuangan dan

akuntabilitas dalam aspek sumber daya manusia. Dalam aspek akuntabilitas

sumber daya manusia dititik beratkan kepada peningkatan kinerja SDM dengan

menerapkan sistem reward dan punishment kepada karyawan yang dikaitkan

dengan kebijakan kompensasi yang berlaku di internal perguruan tinggi. Jadi,

aspek kesejahteraan atau penghargaan bagi sumber daya manusia sangat

diperhatikan.

H2 : Akuntabilitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap implementasi good

governance

2.6.3 Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Implementasi Good

Governance

IAPI (Agoes, 2012) mendifinisikan sistem pengendalian internal adalah

suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal

yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian

keandalan pelaporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian internal harus menghasilkan keyakinan yang memadai

bahwa ketiga golongan tujuan pengendalian internal tercapai di dalam prinsip


efektivitas biaya, artinya bahwa tidak adanya pengendalian internal yang

sempurna dan biaya untuk peningkatan pengendalian internal tidak boleh melebihi

manfaatnya.

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan

direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan

yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui: (a)

Efisiensi dan efektifitas operasi, (b) Penyajian laporan keuangan yang dapat

dipercaya, (c) Ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.

Pengendalian internal merupakan istilah yang sudah umum terutama bagi

usaha-usaha yang bergerak dalam bidang industri, dagang maupun jasa yang

berfungsi sebagai pembantu manajemen dalam melakukan pegawasan terhadap

kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pengendalian internal merupakan prioritas

dari manajemen, dan bukan hanya merupakan bagian dari sistem akuntansi saja.

Semakin baik pengendalian internal, maka semakin baik pula good governance.

Hal tersebut berarti dengan adanya sistem pengendalian internal maka akan

terciptanya pemerintahan yang baik, efektif dan efisien.

Berdasarkan teori tersebut beserta dengan penelitian terdahulu yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa bahwa pengendalian

internal berperan dalam penerapan prinsip-prinsip good governance. Berdasarkan

hasil tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Pengendalian Internal berpengaruh terhadap implementasi good governance.


2.6.4 Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Implementasi Good

Governance

Azhar Susanto (2008) mengungkapkan bahwa sistem informasi

akuntansi adalah kumpulan(integrasi) dari sub-sub sistem atau komponen

baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan bekerja satu

sama lain secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan

dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan. Mulyadi (2008:3)

menyatakan sistem informasi akuntansi adalah formulir, catatan, dan

laporan koordinasi sedemikian rupa. untuk menyediakan informasi

keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan

pengelolaan perusahaan. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dapat

dijalankan manual dan terkomputerisasi. Pada unit usaha kecil

dimungkinkan menggunakan sistem informasi yang sederhana dan manual,

namun untuk perusahaan menengah keatas tentunya telah menggunakan

SIA terkomputerisasi. Kemudahan dalam penggunaan dan penerapan

didalam operasional perusahaan tentunya menjadi pilihan bagi pihak

manajemen untuk lebih memilih aplikasi SIA yang berbasis komputer.

Selain itu, tuntutan persaingan teknologi dari perusahaan lain semakin

tinggi dalam manajemen perusahaan.

Berdasarkan teori tersebut beserta dengan penelitian terdahulu

yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa

bahwa system informasi akuntansi berperan dalam penerapan prinsip-

prinsip good governance. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap implementasi


good governance.

2.6.5 Pengaruh Audit Internal, Akuntabilitas Sumber Daya Manusia,

Pengendalian Internal dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap


Implementasi Good Governance

Menurut Sukisno Agoes (2013;204), internal audit (pemeriksaan

internal) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit

perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan

maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah

ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-

ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.

Keberadaan sumber daya manusia yang akuntabel adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi terciptanya pengendalian internal yang efektif

dan implementasi good governance. Faktor manusia sebagai karyawan

sangat vital untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

IAPI (Agoes, 2012) mendifinisikan sistem pengendalian internal

adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen

dan personal yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai

tentang pencapaian keandalan pelaporan keuangan, efektifitas dan efisiensi

operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Mulyadi (2008:3) menyatakan sistem informasi akuntansi adalah

formulir, catatan, dan laporan koordinasi sedemikian rupa. untuk

menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna

memudahkan pengelolaan perusahaan.

Berdasarkan teori tersebut beserta dengan penelitian terdahulu yang

telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa bahwa

system informasi akuntansi berperan dalam penerapan prinsip-prinsip

good governance. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H5 : Audit Internal, Akuntabilitas Sumber Daya Manusia,


Pengendalian Internal dan Sistem Informasi Akuntansi
berpengaruh terhadap implementasi good governance.
2.7 Model Penelitian

Untuk lebih menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen. Berikut model penelitian yang digunakan :

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

AUDIT INTERNAL
(X1)

AKUNTABILITAS
SUMBER DAYA
MANUSIA (X2) IMPLEMENTASI GOOD
GOVERNANCE (Y)

PENGENDALIAN
INTERNAL (X3)

SISTEM
INFORMASI
AKUNTANSI
(X4)

Gambar 2.7

Gambar Model Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Pekanbaru yaitu pada Rumah

Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad,

Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi, Rumah Sakit Angkatan Udara

Pekanbaru, Rumah Sakit Bhayangkara Riau, Rumah Sakit Universitas Riau dan

waktu penelitiannya adalah bulan Juni 2020 sampai dengan selesai.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Berdasarkan pada judul penelitian maka penulis menentukan populasi.

Menurut Sugiyono (2014:115) menyatakan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi pada penelitian

ini adalah seluruh rumah sakit pemerintah yang menerapkan prinsip BLU di Kota

Pekanbaru. Berikut rumah sakit pemerintah yang menerapkan prinsip BLU di kota

Pekanbaru yang digambarkan pada tabel dibawah ini :


Tabel 3.1
Nama-Nama Rumah Sakit Pemerintah BLU di Pekanbaru

No Nama Instansi/Satker Jumlah

1 Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau 13

2 Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad 13

3 Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi 13

4 Rumah Sakit Angkatan Udara Pekanbaru 13

5 Rumah Sakit Bhayangkara Riau 13

6 Rumah Sakit Universitas Riau 13

Sumber : Data Primer, 2021

3.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono:2014:81). Adapun penentuan teknik pengambilan

sampelnya menggunakan teknik sampling jenuh . Istilah lain dari sampel jenuh

adalah metode sensus. Sugiyono (2014:85) mengatakan bahwa sampling jenuh

adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner

yang berisi beberapa pertanyaan dengan metode analisis datanya menggunakan

regresi berganda. Maka dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah

jajaran kepegawaian rumah sakit BLU dan BLUD diantaranya, Rumah Sakit Jiwa

Tampan
Provinsi Riau, Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Rumah Sakit Umum

Daerah Petala Bumi, Rumah Sakit Angkatan Udara Pekanbaru, Rumah Sakit

Bhayangkara Riau, Rumah Sakit Universitas Riau. Berikut klarifikasi

kepegawaian yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini :

Tabel 3.2
Klasifikasi Jajaran Kepegawaian Rumah Sakit Pemerintah BLU
Pekanbaru
No. Klarifikasi Jajaran Pegawai Jumlah

1 Wakil Direktur 6

2 Kepala Tata Usaha 6

3 Kepala Sub Bagian Umum 6

4 Kepala Sub Bagian Perbendaharaan 6

5 Bendahara Gaji 6

6 Bendahara Pengeluaran APBD 6

7 Bendahara Pengeluaran BLUD 6

8 Bendahara Penerimaan BLUD 6

9 Kepala Bidang Pelayanan 6

10 Kepala Bidang Penunjang 6

11 Kepala Bidang Keperawatan 6

12 Kepala Perlengkapan 6

13 Tim Sistem Pengendalian Internal 6

Total 78 orang

Sumber : data primer,2021


Sehingga dalam penelitian ini menggunakan responden yang berjumlah 78

dari keenam rumah sakit pemerintah yang menerapkan prinsip BLU atau BLUD

di Kota Pekanbaru.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

sumber data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data berupa jawaban

langsung dari penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada keenam rumah sakit

pemerintah di Kota Pekanbaru.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh

data penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

survey lapangan yang menggunakan suatu metode pengumpulan data original.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan menyebarkan dibagikan kepada

keenam rumah sakit pemerintah di Kota Pekanbaru.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberikan surat yang berisikan pertanyaan kepada responden atau instansi

terkait secara langsung. Pertanyaan berupa suatu daftar pertanyaan yang diberikan

kepada respoden untuk diisi berdasarkan persepsi masing-masing responden dari

satker dengan menggunakan skala Likert. Dalam menggunakan skala Likert dalam

penelitian ini, jawaban terdiri dari lima pilihan, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian ini

(scoring) untuk jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan nilai 5 dan seterusnya

menurun sampai pada jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) yang diberikan nilai 1.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang

diungkapkan dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,

secara nyata dalam lingkup objek penelitian/objek yang diteliti. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Dependent Variable), dan

variabel bebas (Independent Variable).

3.5.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Pengertian variabel dependen atau variabel terikat menurut Sugiyono

(2016:39) adalah sebagai berikut:

“Variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas.”

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah implementasi good

governance (Y).

3.5.1.1 Implementasi Good Governance (Y)

Variabel dependen implementasi good governance adalah suatu tatanan

kehidupan berbangsa dan bernegara yang pola sikap dan pola tindak pelakunya

dilandasi prinsip-prinsip dan karakteristik tertentu (Mardiasmo, 2004).


Variabel ini di ukur dengan indikator (1) partisipasi, (2) aturan hukum, (3)

transparansi, (4) daya anggap, (5) berorientasi, (6) konsensus, (7) berkeadilan, (8)

efektivitas dan efisiensi, (9) akuntabilitas dan (10) bervisi strategis

Variabel implementasi good governance diukur dengan skala Likert antara

1 sampai 5. Skor terendah (1) dari jawaban responden menunjukkan rendahnya

implementasi good governance dan skor tertinggi (5) menunjukkan implementasi

good governance yang tinggi.

3.5.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan

timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi

variabel bebas adalah Audit Internal (X1), Akuntabilitas Sumber Daya Manusia

(X2) dan Pengendalian Internal (X3). Penjelasan ketiga variabel tersebut adalah

sebagai berikut:

3.5.2.1 Audit Internal (X1)

Audit Internal menurut Sukrisno Agoes (2013:203) mengemukakan

pengertian audit internal adalah sebagai berikut:

“Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal

audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan

maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan

dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang

perpajakan, bidang kesehatan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan,

perindustrian, investasi, dan lain-lain”. Audit Internal memiliki 5 faktor yang


harus dipenuhi yaitu (1) independensi, (2) kemampuan profesional, (3) lingkup

pekerjaan, (4) pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan (5) manajemen bagian audit

intern.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert dengan skor 5-1 yaitu

: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

Setuju (STS).

3.5.2.2 Akuntabilitas Sumber Daya Manusia (X2)

Akuntabilitas Sumber Daya Manusia. Muhi (2011) dikutip oleh Latifah et.al

(2015) dalam makalahnya membagi akuntabilitas ke dalam dua aspek, aspek

akuntabilitas dalam penyampaian laporan keuangan dan akuntabilitas dalam aspek

sumber daya manusia. Dalam aspek akuntabilitas sumber daya manusia dititik

beratkan kepada peningkatan kinerja SDM dengan menerapkan sistem reward dan

punishment kepada karyawan yang dikaitkan dengan kebijakan kompensasi yang

berlaku di internal perguruan tinggi. Celviana Winidyaningrum (SNA, 2010)

menyatakan bahwa Kinerja sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang

untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya dalam mencapai

tujuannya secara efektif dan efisien jadi aspek kesejahteraan atau penghargaan

bagi sumber daya manusia sangat diperhatikan.

Indikator variabel akuntabilitas sumber daya manusia yaitu: (1)

pengetahuan, (2) keterampilan, dan (3) sikap kerja.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert dengan skor 5-1 yaitu

: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

Setuju (STS).
3.5.2.3 Pengendalian Internal (X3)

Sistem pengendalian internal pemerintah adalah proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara , dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (PP. Nomor 60

Tahun 2008). Komponen indikator pengendalian internal, yaitu: 1. Lingkungan

pengendalian, 2. Penilaian risiko, 3. Kegiatan pengendalian, 4. Informasi dan

komunikasi, 5. Pemantauan.

3.5.2.4 Sistem Informasi Akuntansi (X4)

Azhar Susanto (2008) mengungkapkan bahwa sistem informasi akuntansi

adalah kumpulan(integrasi) dari sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun

non fisik yang saling berhubungan dan bekerja satu sama lain secara harmonis

untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi

informasi keuangan. Komponen indicator system informasi akuntansi, yaitu : 1.

Perangkat Keras, 2. Perangkat Lunak, 3. Manusia, 4. Prosedur, 5. Basis Data, 6.

Teknologi Jaringan Komunikasi, 7. SPT (Siklus Pengolahan Transaksi).

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert dengan skor 5-1 yaitu

: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

Setuju (STS).
Tabel 3.5 Matriks Operasionalisasi

Jenis Variabel Definisi Indikator Skala

Implementasi Suatu tatanan kehidupan (1) Partisipasi,


Good berbangsa dan bernegara yang (2) Aturan
Corporate pola sikap dan pola tindak hukum,
Governance (Y) pelakunya dilandasi prinsip- (3) Transparansi,
prinsip dan karakteristik (4) Daya anggap,
Likert
tertentu (Mardiasmo, 2004). (5) Berorientasi,
(6) Konsensus,
(7) Berkeadilan,
(8) Efektivitas dan
efisiensi,
(9) Akuntabilitas
dan
(10) Bervisi
strategis
Audit Internal Internal audit adalah (1) Independensi,
(X1) pemeriksaan yang dilakukan (2) Kemampuan
oleh bagian internal audit profesional,
perusahaan, terhadap laporan (3)Lingkup
keuangan dan catatan pekerjaan,
akuntansi perusahaan maupun (4) Pelaksanaan
ketaatan terhadap kebijakan kegiatan
manajemen puncak yang telah pemeriksaan, Likert
ditentukan dan ketaatan dan
terhadap peraturan pemerintah (5)Manajemen
misalnya peraturan di bidang bagian audit
perpajakan, bidang kesehatan, internal.
pasar modal, lingkungan
hidup, perbankan,
perindustrian, investasi, dan
lain-lain. (Sukrisno Agoes
(2013:203))
Akuntabilitas Kinerja sumber daya manusia (1) pengetahuan,
Sumber Daya adalah kemampuan seseorang (2) keterampilan,
Manusia (X2) untuk melaksanakan fungsi- dan
fungsi atau kewenangannya (3) sikap kerja.
dalam mencapai tujuannya Likert
secara efektif dan efisien Jadi
aspek kesejahteraan atau
penghargaan bagi sumber daya
manusia sangat diperhatikan.
Winidyaningrum (SNA, 2010)
Pengendalian Sistem pengendalian intern (1) Lingkungan
Internal (X3) pemerintah adalah proses yang pengendalian,
integral pada tindakan dan (2) Penilaian
kegiatan yang terus-menerus risiko,
oleh pimpinan dan seluruh (3) Kegiatan
pegawai untuk memberikan pengendalian,
keyakinan memadai atas (4) Informasi dan Likert
tercapainya tujuan organisasi komunikasi,
melalui kegiatan yang efektif (5)Pemantauan.
dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan,
pengamanan aset Negara , dan
ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
(PP. Nomor 60 Tahun 2008)
Sistem Sistem Informasi Akuntansi (1) Perangkat
Keras
Informasi adalah kumpulan(integrasi)
(2) Perangkat
Akuntansi dari sub-sub sistem atau
Lunak,
(X4) komponen baik fisik maupun
(3)Manusia
non fisik yang saling
(4) Prosedur
berhubungan dan bekerja satu
(5) Basis Data
sama lain secara harmonis
(6) Teknologi
untuk mengolah data transaksi Likert
(7) SPT (Siklus
yang berkaitan dengan
Pengelolaan
masalah keuangan menjadi
Transaksi.
informasi keuangan.
3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan

Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan

menggunakan Software Warp-PLS versi 6.0 PLS adalah model persamaan SEM

yang berbasis komponen atau varian. PLS merupakan salah satu metode

statistika SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi

berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data..

PLS menggunakan literasi algorithms yang terdiri dari seri OLS

(Ordinary Least Squares) sehingga persoalan identifikasi model tidak menjadi

masalah untuk model recursive (model yang mempunyai satu arah kausalitas)
dan menghindarkan masalah untuk model yang bersifat non-recursive (model

yang bersifat timbal balik atau reciprocal antar variabel) yang dapat

diselesaikan oleh SEM berbasis covariance. Sebagai alternatif analisis

covariance based SEM, pendekatan variance based dengan PLS mengubah

analisis dari menguji model kausalitas (model yang dikembangkan berdasarkan

teori) ke model prediksi komponen (Ghozali, 2013).

Analisis PLS-SEM ini biasanya terdiri dari dua sub model yaitu model

pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model

struktural (structural model) atau sering disebut inner model. Model

pengukuran menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observed, variabel

merepresentasi variabel laten untuk diukur. Sedangkan model struktural

menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk. Selanjutnya,

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

deskriptif dan inferensial.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2014:206) Analisis deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Analisis statistik deskriptif di dalam penelitian ini adalah menggunakan

tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum,

nila rata-rata (mean) dan standar deviasi yang bertujuan untuk memberikan

gambaran mengenai variabel-variabel penelitian ini. Sedangkan untuk


mendeskripsikan demografi responden pada penelitian ini digunakan tabel

distribusi dan persentase. Untuk mendeskripsikan tingkat

pengembalian kusioner digunakan tabel distribusi dan presentase.

3.6.2 Analisis Statistik Inferensial

Pemilihan metode PLS ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam

penelitian ini terdapat konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif.

Konstruk yang dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu seperti

personalitas atau sikap, maka indikatornya bersifat refleksif. Menurut Ghozali

(2013) konstruk laten mempengaruhi variasi pengukuran dan asumsi hubungan

kausalitas dari kontrak laten ke indikator, atau covariance pengukuran indikator

dipengaruhi oleh konstruk laten dan mencerminkan variasi dari konstruk laten.

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang

sudah dirumuskan, dimulai dari pengukuran model (outer model), struktur

model (inner model ) dan pengujian hipotesis.

3.6.2.1 Measurement Model (Outer Model)

Menurut Ghozali (2013) pengukuran model atau outer model sering juga

disebut outer relation atau measurement model mendefinisikan bagaimana

setiap blok indikator berhubungan dengan variabel lainnya .

x = Λxξ + δ y = Λyη +ε

Di mana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan
endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang

menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan

variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan δ dan ε dapat

diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise (Ghozali,2013).

3.6.2.1.1 Validitas dan Reabilitas

Prosedur pengujian validitas adalah convergent validity yaitu dengan

mengkorelasikan skor item (component score) dengan construct score) yang

kemudian menghasilkan nilai loading factor. Nilai loading factor dikatakan

tinggi jika komponen atau indikator berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk

yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari

pengembangan, loading factor 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Ghozali,2013).

Sedangkan uji reliablitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat

ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur

konsistensi responden. SEM-PLS dengan menggunakan program Warp-PLS

6.0, untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat

dilakukan dengan dua cara, yatu dari nilai cronbach alpha atau composite

reliability. Nilai composite realibility dan cronbach’s alpha nilainya >0.70

dapat dikatakan reliabel (Sholihin, Mahfud dan Dwi, 2013:73). Pendapat lain

menyatakan bahwa cronbach’s alpha dalam PLS dikatakan baik, apabila ≥ 0.5

dan dikatakan cukup apabila ≥0.3. Apabila suatu konstruk telah memenuhi dari

kriteria tersebut maka dapat dikatakan bahwa konstruk reliabel atau memiliki

konsistensi dalam instrument penelitian.


3.6.2.2 Model Struktural (Inner Model)

Structural atau inner model dapat diukur dengan melihat nilai R-Square

model yang menunjukkan seberapa besar pengaruh antar variabel dalam model.

Evaluasi ini meliputi uji kecocokan (model fit), path coefficient, dan R2. Uji

model fit ini digunakan untuk mengethaui suatu model memiliki kecocokan

dengan data. Pada uji kecocokan model terdapat 3 indeks pengujian, yaitu

average path coefficient (APC), Average R-square (ARS) dan Average varians

factor (AVIF). APC dan APS diterima dengan syarat p-value <0.05 dan AVIF

lebih kecil dari 5. Selanjutnya hasil path coefficient digunakan untuk

mengetahui seberapa besar nilai koefisien jalur. R2 dapat dilihat pada effect size,

digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen

mempengaruhi variabel dependen. Persamaan dari inner model adalah sebagai

berikut :

η ζ

keterangan :

η : Matriks konstruk laten endogen

ξ : Matriks konstruk laten eksogen

: Koefisien matriks variabel

endogen Γ : Koefisien matriks variabel

eksogen Ζ : Inner model residual

matriks
3.6.3 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menjelaskan arah hubungan antara

variabel. Pengujian ini dilakukan dengan cara analisis jalur atas model yang

telah dibuat. Teknik SEM dapat secara dimultan menguji model struktural yang

komplek, sehingga dapat diketahui hasil analisis jalur dalam satu kali analisis

regresi. Hasil korelasi antar konstruk diukur dengan melihat path coefficients

dan tingkat signifikansinya yang kemudian dibandingkan dengan hipotesis

penelitian. Untuk melihat hasil uji hipotesis secara simultan atau secara

bersama-sama dapat dilihat nilai path coefficients dan P-values dalam total

effects hasil dari pengolahan data variabel secara simultan.

Suatu hipotesis dapat diterima atau harus ditolak secara statistic dapat

dihitung melalui tingkat signifikannya. Tingkat sigifikansi yang dipakai dalam

penelitian ini adalah sebesar 5%. Apabila tingkat signifikansi yang dipilih

sebesar 5% maka tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan sama dengan

0.05 untuk menolak suatu hipotesis. Dalam penelitian ini ada kemungkinan

mengambil keputusan yang salah sebesar 5% dan kemungkinan mengambil

keputusan yang benar sebesar 95%. Berikut ini yang digunakan sebagai dasar

pengambil keputusan yaitu :

p-value ≤ 0,05, maka Hipotesis diterima.

p-value > 0.05, maka Hipotesis ditolak.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2011. Etika Bisnis Dan Profesi :Tantangan Membangun


Manusia Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat

Agus, S dan I.C. Ardana. 2019. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba Empat. Jakarta

Aktual Online, 2019. RS Jiwa Tampan Pekanbaru Bangun Sistem Pelayanan


Standar Nasional. http://aktualonline.com/view/Pekanbaru/8088/RS-
Jiwa-Tampan-Pekanbaru-Bangun-Sistem-Pelayanan-Standar-
Nasional.html

Arenss, A.A; R.J . Elder dan M.S. Beasley. Auditing dan Pelayanan Verifikasi:
Pendekatan Terpadu. Indeks. Jakarta

Cakaplah.com, 2019. Gedung Poliklinik Diresmikan RSJ Tampan Diminta


Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan
https://www.cakaplah.com/berita/baca/2019/02/01/gedung-poliklinik-
diresmikan-rsj-tampan-diminta-tingkatkan-mutu-pelayanan-kesehatan

Cakaplah.com, 2020. Ada Rumah Sakit di Pekanbaru Buang Limbah B3 Medis


Sembarangan. https://www.cakaplah.com/berita/acara/2020/01/07/ada-
rumah-sakit-di-pekanbaru-buang-limbah-b3-medis-
sembarangan#sthash.hjF8yFAr.dpbs

Donaldson, L. & Davis, J. H. 1991. “Stewardship Theory or Agency Theory :


CEO Governance and Shareholder Returns”. Australian Journal of
Management, Vol. 16, p. 49-64.
Duran, Manuel Balza & Davor Radojicic. 2004. CSR an Non-govermental
Organizations. Thesis University of Wiconsin. Swadish.

Freeman, R. E., Harrison, J. S., Wicks, A. C., Parmar, B. L. And De Colle, S.


(eds). 2010. Stakeholder Theory. The State of The Art. Cambridge, UK:
Cambridge University Press

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali,Imam. 2013. Structural Equation Modeling,Metode Alternatife Dengan


Partial Least Square.Semarang: Badan Peerbit Universitas Diponegoro.

Hery. 2013 Auditing (Pemeriksaan Akuntansi I), Cetakan Pertama, Jakarta;


CAPS (Center of Academic Publishing Service). Yogyakarta

Indah, Siti Dhiyavani. 2017. Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah,


Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Pengendalian Internal, dan
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap Penerapan Good
Governance.

Jastika, Yolanda. 2018. Pengaruh Kompetensi Auditor Internal, Akuntabolitas


Sumber Daya Manusia dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap
Efektifitas Pengendalian Internal dan Perwujudan Good Corporate
Governance (GCG). Universitas Negeri Padang. Padang

Kompas Nasional, 2016. Jokowi Perintahkan Polri Usut Detail Jaringan Vaksin
Palsu.https://nasional.kompas.com/read/2016/07/18/10372521/jokowi.pe
rintahkan.polri.usut.detail.jaringan.vaksin.palsu

Latifah, Rinto Pudyantoro. 2015. Pengaruh Audit Internal dan Akuntabilitas


Sumber Daya Manusia Terhadap Perwujudan Good Governance Pada
Lembaga SKK Migas.

Mardiasmo, 2009, akuntansi sector public. Yogyakarta:


Muhi, Ali H. (2011), “Membangun Good Governance Pada Perguruan Tinggi di
Indonesia”.

Nugraha, Yudi Rizki. 2018. Pengaruh Audit Internal, Budaya Organisasi dan
Pengendalian Intern Terhadap Implementasi Good Corporate
Governance (GCG) Serta Dampaknya Pada Kinerja Perusahaan (Survey
pada BUMN Sektor Transportasi & Pergudangan di Kota Bandung).
Bandung

Nugroho, Wahyu. 2010. Pengaruh Peran Komite Audit Dan Audit Internal Dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance.

Pemerintah Republik Indonesia. 2008.Peraturan Pemerintah no 60 tahun 2008


tentang sistem pengendalian Intern Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005. Tentang Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008. Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah.

Pitt, Sally-Ane.(2014). Internal Audit Quality; Developing Quality Assurance And


Improving Program. West Sussex, United Kingdom: John Wiley and
Sons Ltd.

Pramudiarta, Rizal. 2015. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,


Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern
Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Entitas Akuntansi
Pemerintah Daerah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Diponegoro. Semarang

Prawiro, Suwardi Hartono & Neni Pancawati. 2013. Pengaruh Audit Internal dan
Akuntabilitas Sumber Daya Manusia Terhadap Perwujudan Good
Governance Pada Penerapan Badan Layanan Umum Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Ruspina, Depi Oktia. 2013. Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah,


Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP) Terhadap Penerapan Good Governance. Skripsi.
Universitas Negeri Padang. Padang

Salampessy, Acica Priyanti & Yolanda. 2016. Analisis Pengaruh Penerapan


Audit Internal dan Audit Eksternal Terhadap Kualitas Good
Governance.

Saputri, Rohmaningsih Sari. 2018. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah Dan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap
Penerapan Good Governance (Studi pada Organisasi Perangkat
Daerah/OPD Kabupaten Wonogiri.

Sawyers, Lawrence B (2009), internal Audit, Salemba Empat, Jakarta

Sugiyono, 2014, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Riau Online, 2019. Fitra Beberkan Kecurangan Rumah Sakit Terhadap Pasien
BPJShttps://www.riauonline.co.id/riau/read/2019/12/09/fitra-riau-
beberkan-kecurangan-rumah-sakit-terhadap-pasien-bpjs

Rustendi, Tedi. (2017). Audit Internal: Prinsip Dan Teknik Audit Berbasis Risiko.
Bandung: Mujahid Press.

Rustendi, Tedi. (2018). Pengaruh Fungsi Audit Internal Terhadap Pelaksanaan


Good Governance (Survey Pada Kantor Cabang Bank Umum di
Tasikmalaya).
The Institute of Internal Auditor – The IIA. (2011). International Standards for
The Professional Practice of Internal Auditing (Standards). Florida: IIA
Inc.

The Institute of Internal Auditor Standars and Guidance. 2017. International


Profesional Practice Framework (IPPF). 1035 Greenwood Blvd, Suite
401 Lake Mary, FL 32746 USA.

Tugiman, Hiro. 2001. Standar Profesional Internal Audit. Kanisius:Yogyakarta.

Wardani, Kiki. 2010. Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dan


Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Pelaksanaan Good
Governance. Skripsi. UNP. Padang

Wardoyo, T dan Lena. 2010. Peranan Auditor Internal dalam Menunjang


Pelaksanaan Good Corporate Governance. Jurnal Ilmiah Akuntansi. 3.

Winidyaningrum, Celviana & Rahmawati. 2010. Pengaruh Sumber Daya


Manusia Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan
Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Dengan
Variabel Intervening Pengendalian Intern Akuntansi (Studi Empiris Di
Pemda Subosukawonosraten).

Wiratno, Adi. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi,Gaya Kepemimpinan,


Komitmen Organisasi dan Pengendalian Intern Terhadap Penerapan
Good Governance serta Implikasinya Pada Kinerja. Jurnal Universitas
Jendral Soedirman.

Yovano, Fandra Syafrion. 2015. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern,


Pengelolaan Keuangan Daerah, Komitmen Organisasi dan Budaya
Organisasi Terhadap Penerapan Good Governance (Studi Kasus Pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Solok. Skripsi. Universitas Riau.
Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai