Anda di halaman 1dari 7

Hubungan CSR dan GCG Terhadap Keberlangsungan Perusahaan

Study kasus
(PT UNILEVER Tbk.)

1. Corporate Social Responsibility

CSR adalah suatu bentuk dari tanggung jawab suatu perusahaan dalam
upaya untuk memperbaiki kesenjangan sosial serta kerusakan lingkungan yang
terjadi akibat dari aktivitas operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin
tingginya bentuk pertanggungjawaban tersebut maka akan semakin meningkatnya
image perusahaan dan tentunya akan meningkatkan citra perusahaan menjadi
lebih baik sehingga akan lebih mudah menarik minat para investor dan loyalitas
pelanggan pun juga akan meningkat. Pada akhirnya hal ini akan berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan dan nilai perusahaan yang semakin meningkat.
Corporate Social Responsibility saat ini tidak hanya memiliki sifat yang
sukarela atau komitmen yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
mempertanggung jawabkan kegiatan – kegiatan pada perusahaan tersebut, namun
saat ini CSR juga menjadi suatu hal yang wajib di terapkan pada beberapa
perusahaan. Corporate Social Responsibility seringkali dianggap sebagai inti dari
etika bisnis, hal ini berarti bahwa suatu perusahaan bukan hanya memiliki
kewajiban ekonomi dan legal namun juga kewajiban kepada pihal lain yang
berkepentingan yang jangkauannya melebihi kewajiban ekonomi dan legal. Maka
dari itu CSR merujuk pada seluruh hubungan yang terjadi antara sebuah
perusahaan dengan stakeholdernya.

2. Good Corporate Governance

Good Corporate Governance adalah suatu konsep yang menyangkut


struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan, dan pembagian
beban tanggung jawab dari masing masing unsur yang membentuk unsure
perseroan, dan mekanisme yang harus di tempuh oleh masing masing unsure
tersebut. Good Corporate Governance berfungsi untuk menumbuhkan
kepercayaan stockholder. GCG ini dibentuk melalui lima prinsip dasar yang
menjadi pedoman dasarnya, yakni transparansi, akuntabilitas, independensi,
responsibilitas, dan kesetaraan dan kewajaran. Untuk itulah perlu suatu kerjasama
ataupun integritas seluruh lini perusahaan untuk bisa bekerja atau melakukan
operasionalisasi perusahaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam GCG.
Penjabarannya sebagai berikut :

a. Transparency (keterbukaan informasi)

Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam


mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang
cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya. Informasi yang
diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara
independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain
mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat
ditingkatkan.

b. Accountability (akuntabilitas)

Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur,


system dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini
diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban
dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris
dan dewan direksi. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan
pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan
dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab
atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.

c. Responsibility (pertanggung jawaban)


Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial,
kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara
lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan
menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam
kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung
jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-lainnya.
d. Indepandency (kemandirian)

Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa


ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan kata lain,
prinsip ini menuntut bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang
dimilikinya tanpa ada tekanan. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola
perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders
yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan
fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan
jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela
yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain.

Penerapan Good Corporate governance akan mencegah kesalahan dalam


pengambilan keputusan dan perbuatan menguntungkan diri sendiri sehingga
secara otomatis akan meningkatkan nilai yang tercermin pada kinerja keuangan.
Good Corporate Governance merupakan satu set hubugan antara manajemen
perusahaan, dewan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainya (OECD,
2004). Good Corporate Governance pada dasarnya berkaitan dengan cara semua
pemangku kepentingan (stakeholder) berusaha memastikan bahwa para manajer
dan karyawan internal lainnya selalu mengambil langkah langkah yang tepat atau
mengadopsi mekanisme yang melindungi kepentingan Stakeholder (AL-
haddad,Alzurqan,& Al-sufy,2011). Stakeholder adalah semua pihak baik internal
maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat memperngaruhi maupun
di pengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Good
Corporate Governance juga menetapkan bagaimana berbagai pemegang saham
dan pemangku kepentingan, manajemen, dan dewan direksi berinteraksi dalam
menentukan arah dan kinerja perusahaan (Al-haddad, Alzurqan, & Al-Sufy,2011).

B. Analisa Dan Pembahasan

Hubungan CSR dan GCG Terhadap Keberlangsungan Perusahaan Study


kasus PT Unilever Tbk.

PT. Unilever adalah salah satu perusahaan consumsion daily terbesar di


Indonesia. PT. Unilever menjadi perusahaan yang digerakkan oleh tujuan yang
baik. Tujuan sederhana namun jelas – memasyarakatkan kehidupan yang
berkelanjutan. Unilever percaya bahwa bisnis harus menjadi bagian dari solusi
permasalahan global, oleh karenanya pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata
adalah satu-satunya model bisnis yang bisa kami terima.
Secara global pada tahun 2010, Unilever meluncurkan Unilever
Sustainable Living Plan (USLP) sebagai strategi untuk terus mengembangkan
bisnisnya seraya mengurangi setengah dampak lingkungan yang ditimbulkan dan
meningkatkan manfaat sosial bagi masyarakat. USLP memiliki 3 tujuan utama,
yaitu: 1.Kami akan membantu lebih dari 1 miliar orang untuk meningkatkan
kesehatan mereka pada tahun 2020. 2. Mengurangi jejak lingkungan dari
pembuatan dan penggunaan produk kami hingga separuhnya pada tahun 2030. 3.
Meningkatkan penghidupan jutaan orang yang ada di dalam rantai nilai kami pada
2020.
Keberlanjutan sudah menjadi DNA Unilever sejak pertama kali didirikan
pada abad ke-19. Secara global, sejak awal Unilever memiliki tujuan besar untuk
memasyarakatkan kehidupan yang berkelanjutan melalui produk-produk dan
program-programnya. Unilever Indonesia telah menyusun dan
mengimplementasikan berbagai program strategis berbasis masyarakat bersama
para pemangku kepentingan untuk menggali, memberdayakan, dan memberikan
nilai tambah bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, di tingkat global
Unilever menetapkan visi untuk menumbuhkan bisnis yang pada saat bersamaan
dapat mengurangi jejak lingkungan serta meningkatkan dampak positif sosial,
yang dilakukan melalui pelaksanaan Unilever Sustainable Living Plan.
Pemilihan topik dalam laporan keberlanjutan PT Unilever Tbk.
menyesuaikan isi laporan dengan topik-topik yang dicakup dalam USLP dan
prinsip-prinsip dalam UNGC serta analisis materialitas yang dilakukan
sebelumnya. Laporan Keberlanjutan 2017 memuat topik baru tentang Hak Asasi
Manusia, melengkapi topik-topik yang telah dilaporkan dalam Laporan
Keberlanjutan 2015-2016. Dalam menetapkan isi laporan, menerapkan prinsip-
prinsip Standar GRI, yaitu: 1. Keinklusifan Pemangku Kepentingan: dalam
proses penyusunan laporan, kami mencermati masukan dan respons dari
pemangku kepentingan yang kami dapatkan selama tahun pelaporan. 2.
Materialitas: aspek-aspek yang dipilih untuk dilaporkan adalah aspek yang
material berdasarkan pertimbangan keberlanjutan Unilever Indonesia dan
pandangan pengaruh kepentingan yang terkait. 3. Konteks Keberlanjutan: laporan
ini menyajikan pelaksanaan inisiatif keberlanjutan termasuk pada rantai pasokan
Perusahaan pada aspek-aspek material yang relevan. 4. Kelengkapan: data dan
informasi yang disajikan dalam laporan ini telah mencakup seluruh entitas operasi
Unilever Indonesia pada aspek-aspek yang dilaporkan.
PT. Unilever Indonesia, Tbk, yang merupakan perusahaan bertaraf
multinasional dan memiliki jaringan yang cukup luas dalam level nasional
maupun internasional. Dalam upaya pelaksanaan GCG ini, PT. Unilever
Indonesia, mendapat predikat yang sangat baik diantara perusahaan lainnya di
Indonesia. Sebagai bukti nyata pada tahun 2008 dan 2009, PT. Unilever Indonesia
mendapatkan penghargaan “Overall Best Managed Company in Indonesia – Large
Cap”, oleh AsiaMoney (www.ipmpr.net). Hal ini menunjukkan bahwa Unilever
memiliki komitmen penuh untuk menyelenggarakan GCG dengan sungguh –
sungguh demi kemajuan perusahaan.
Untuk meningkatkan tata kelola, PT. Unilever Indonesia, Tbk, melakukan
evaluasi yang komprehensif menggunakan ASEAN Good Corporate Governance
Scorecard untuk memandu programnya melakukan perbaikan dalam GCG.
pedoman prinsip-prinsip bisnis unilever. Kerangka tata kelola perusahaan
didukung oleh dua instrumen utama yakni Pedoman Prinsip-Prinsip Bisnis (Code
of Business Principles - CoBP) dan Pedoman Kebijakan. Pembaruan Pedoman
Prinsip-Prinsip Bisnis dan Pedoman Kebijakan (‘Pedoman’) yang terakhir kali
telah disetujui pada Pertemuan Integritas Bisnis tanggal 24 Mei 2016. Dokumen
tersebut menjadi pedoman untuk pelaksanaan tata kelola perusahaan.

CoBP merupakan patokan bagi semua orang di Unilever mengenai hal-hal


yang ‘harus dilakukan’ dan ‘tidak boleh dilakukan’. Kerangka ini membantu
‘menerjemahkan’ standarstandar tersebut ke dalam perilaku yang bertujuan untuk
melindungi Unilever dan juga seluruh pemangku kepentingan terkait. CoBP
berfokus pada menghindari konflik kepentingan; anti-suap; aturan terkait
pemberian hadiah dan keramahtamahan; penyimpanan catatan yang akurat,
pelaporan dan akuntansi; perlindungan aset fisik, keuangan serta kekayaan
intelektual Perseroan; dan anti pencucian uang, mengawasi dan memperkuat
kedua instrumen tersebut sepanjang tahun, termasuk melalui kampanye integritas
bisnis dan penandatanganan ulang Ikrar Pedoman Integritas.

Unilever Indonesia senantiasa berupaya menyelaraskan arah strategi


perusahaan dengan harapan dan kepentingan para pemangku kepentingan dari
kegiatan yang dijalankan. Terlibatnya berbagai pemangku kepentingan secara
konstruktif membantu mengambil keputusan dan menjalankan bisnis yang
bertanggung jawab dan keberlanjutan.

Anda mungkin juga menyukai