Anda di halaman 1dari 43

BAB II

PEMBAHASAN

A. RTA Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


a. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Corporate social responsibility adalah aktivitas bisnis dimana perusahaan


bertanggung jawab secara sosial kepada pemangku kepentingan dan masyarakat
luas sebagai bentuk perhatiannya dalam meningkatkan kesejahteraan dan
berdampak positifbagi lingkungan.
Seperti yang kita ketahui, sebuah perusahaan besar akan menimbulkan
berbagai potensi risiko merusak lingkungan. Keberadaan CSR perusahaan
diharapkan dapat membantu mengurangi bahkan membuat risiko tersebut
menjadi nol.
b. Jenis - Jenis Tanggung Jawab Perusahaan

● Inside Stakeholders : orang-orang yang mempunyai kepentingan dan


tuntutan atas sumberdaya perusahaan, berada dalam organisasi
perusahaan. Yang termasuk :Pemegang saham, para manajer, para
karyawan.
● Outside Stakeholders : pihak yang berada di luar perusahaan namun
memiliki kepentingan terhadap perusahaan, dan dipengaruhi oleh
keputusan dan tindakan yang dilakukan perusahaan. Yang termasuk
:Pelanggan, pemasok, pemerintah,masyarakat lokal, masyarakat umum /
luas
c. Ragam Tanggung Jawab Perusahaan

a. Tanggung jawab ekonomi Tanggung jawab ekonomi merujuk pada fungsi


utama bisnis sebagai produsen barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
konsumen,dengan menghasilkan laba yang dapat diterima, artinya laba
yang dihasilkan harus sejalan dengan aturan dasar masyarakat. Masalah
tanggung jawab merupakan hal yang dianggap paling krusial karena tanpa
adanya kelangsungantanggung jawab finansial hal yang lain menjadi hal
yang meragukan.

b. Tanggung jawab etis Tanggung jawab etis mencakup tanggung jawab


secara umum, karena tidak semua harapan masyarakat telah dirumuskan
3
dalam hukum.Etika bukan hanya sesuai dengan hukum, namun juga dapat
diterima secara moral. Kategori tanggung jawab etika sering berhubungan
dengan kategori hukum, melebarkan tanggung jawab hukum dan
mengharapkan para usahawan untuk menjalankan fungsinya setingkat
diatas hukum. Etika bisnis mencakupcara organisasi bisnis menjalankan
kewajiban hukum dan etika mereka.

c. Tanggung jawab berperi kemanusiaan Tanggung jawab terhadap


sesamamencakup peran aktif perusahaan dalam memajukan kesejahteraan
manusia.

d. Tahapan-Tahapan CSR

Menurut Wibisono (2007), terdapat empat tahapan CSR, yaitu:

1. Tahap perencanaan.

Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah
utamamembangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen manajemen, upaya
ini dapat berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessment merupakan
upayamemetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang
perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara
efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui
benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan
kejelasan dan keseragaman pola pikir danpola tindak seluruh elemen perusahaan
guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi.

Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan
(direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana,
dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri
dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi.

4
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
4. Pelaporan.

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik


untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Sejalan dengan hal itu, konsep piramida Corporate Social Responsibility


(CSR)yang dikembangkan Archie B. Carol memberi justifikasi teoritis dan logis,
mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat di
sekitarnya (Saidi dan Abidin, 2004). Dalam pandangan Carol, CSR adalah puncak
piramida yang erat terkait,dan bahkan identik dengan tanggung jawab filantropis.
1. Tanggung jawab ekonomis Make a profit adalah kata kuncinya. Motif
utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi
perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai
prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup dan berkembang. Perusahaan
adalah organisasi yang bertujuan mencari laba (profit oriented) sehingga
selalu diharapkan untuk berkembang menjadi perusahaan yang besar.
Kelangsungan hidup perusahaan hanya dapat dipertahankan jika
perusahaan memperoleh keuntungan dan disebut sebagai tanggung jawab
ekonomis. Perusahaan selalu berusaha meningkatkan kinerja
ekonomisnya sehingga tanggung jawab ekonomi diartikan sebagai profit
maximization. Berdasarkan sudut pandang tersebut perusahaan yang
tidak menghasilkan laba dianggap sebagai perusahan yang tidak sehat,
karena perusahaan didirikan dengan modal yang harus diperoleh kembali
dalam jangka waktu tertentu bersama dengan laba yang diharapkan.
Secara ekonomis keuntungan perusahaan diekspresikan dalam bentuk
uang. Dalam pencarian keuntungan ini tidak diperoleh perusahaan secara
sepihak tetapi melalui interaksi antara perusahaan dengan lingkungannya.
Bisnis yang baik (good business) bukan perusahaan yang hanya
menguntungkan secara ekonomi tetapi juga yang baik secara moril
(ethic).
2. Tanggung jawab legal Obey the law adalah kata kuncinya. Perusahaan
harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh

5
melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
Dalam prakteknya, banyak masalah yang timbul dalam hubungan
perusahaan dengan hukum.Hukum merupakan sudut pandang normatif,
karena menetapkan apa yang harusdilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Dibandingkan dengan standar dan etika, hukum lebih jelas dan
pasti karena hukum ditulis diatas putih dan jika dilanggar ada sanksi
tertentu.

Tanggung jawab etis Be ethical adalah kata kuncinya. Perusahaan


memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar,
adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi
perilaku organisasi perusahaan. Termasuk dalam tanggung jawab etis
adalah kepekaan korporat dalam menjunjung kearifan dan adat lokal.
Pengenalan terhadap kebiasaan, opinion leader, kebudayaan, bahasa
daerah, kepercayaan dan tradisi menjadi sebuah keharusan dalam
menjalankan tanggung jawab etis tersebut.
3. Tanggung jawab filantropis Be a good citizen adalah kata kuncinya.
Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku
etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan semua. Para pemilik dan pegawai yang
bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yaitu kepada
perusahaan dan kepada publik, tetapi diharapkan agar perusahaan dapat
memupuk kemandirian komunitas. oleh perusahaan dibagi menjadi empat
kategori, yaitu :
a. Kelompok Hitam Merupakan perusahaan yang tidak melakukan praktek
CSR sama sekali, dimana mereka menjalankan bisnis semata-mata untuk
kepentingan sendiri, bagaimana mendapatkan hasil semaksimal mungkin
dan tidak peduli kepada lingkungan dan masyarakat sekitar serta tanpa
mempertimbangkan efek negatif yang ditimbulkan dari aktivitas
perusahaan tersebut.
b. Kelompok Merah Merupakan perusahaan yang mulai melakukan CSR
tetapi memandangnya sebagai beban, yaitu komponen biaya yang akan
mengurangi keuntungan, karena CSR dianggap tidak memiliki dampak

6
positif bagi perusahaan. Perusahaan melakukan CSR karena keterpaksaan
akibat tekanan dari masyarakat atau pihak lain. Perusahaan selalu
menggunakan alasan ekonomis dimana kondisi perusahaan masih dalam
tahap perkembangan, sehingga masih fokus untuk mendapat keuntungan
yang maksimal.
c. Kelompok Biru Merupakan perusahaan yang berpendapat bahwa kegiatan
CSR akan memberikan dampak positif terhadap bisnis dan menganggap
CSR sebagai investasi jangka panjang, yang akan memberikan dampak
bagi perusahaan berupa citra positif dan bagi masyarakat berupa
kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Perusahaan ini telah
menetapkan 20 program yang tepat sasaran,dengan tujuan yang terukur
dan dijalankan secara berkelanjutan.

d. Kelompok Hijau Merupakan perusahaan yang telah melaksanakan CSR


dan menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggapnya sebagai
suatukeharusan, bahkan kebutuhan. CSR telah menjadi filosofi dari setiap
langkah dan keputusan yang diambil oleh perusahaan, yang berkorelasi
dengan kepentingan internal maupun eksternal. Perusahaan sangat
memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan karyawan
serta melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Berdasarkan kategori tersebut, maka bisa disusun indikator pelaksanaan
dan metode penilaian CSR dalam perusahaan.

B. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Etika Bisnis


a. Pengertian
Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan Sedangkan Etika bisnis sendiri adalah
suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau wirausaha.
b. Prinsip prinsip tanggung jawab sosial perusahaan dalam etika bisnis
• Prinsip Otonom : sikap secara sadar untuk mengambil keputusan yang

7
baik untuk dilakukannya
• Prinsip Kejujuran : jujur dalam pemenuhan syarat – syarat perjanjian
dan kontrak, jujur dalam menawarkan sebuah barang atau jasanya,
jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
• Prinsip Keadilan : Memperlakukan semua orang secara adil dan sesuai
denganaturan yang dapat dipertanggung jawabkan
• Prinsip Mutualisme : Memperlakukan semua bisnis juga saling
menguntungkanantara dua belah pihak
• Prinsip Integritas Moral : Menghayati dan tetap menjalankan bisnis
tanpa harusmenjelek jelekkan pihak lain seperti pimpinan, karyawan
dan perusahaannya.
c. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
• Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar dalam
menjalankan bisnisnya bisa berjalan secara baik dan etis

• Agar masyarakat paham atas hak dan kepentingan mereka yang


tidak bolehdilanggar oleh praktik bisnis siapapun juga
• Tanggung jawab sosial dalam etika bisnis juga diatur dalam
sistem ekonomibahwa sebenarnya etis atau tidak dalam menjalankan
bisnisnya
d. Manfaat CSR dalam etika bisnis di Perusahaan

- Perusahaan bisa mendapatkan kepercayaan dari konsumen

- Citra perusahaan dimata konsumen baik

- Meningkatkan motivasi pekerja

- Keuntungan perusahaan dapat diperoleh secara mudah.

C. Kelangsungan Hidup
Corporate Social Responsibility (CSR): Konsep dan Mekanisme Kerja
Dunia usaha merupakan bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki
tanggung jawab sosial yang sama dengan masyarakat. Pada kenyataannya, tidak
dapat dipungkiri bahwa peran dunia usaha selama ini hanya sebatas pemberian
dukungan dana secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy)

8
sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat. Hal ini memunculkan rasa kekecewaan masyarakat dan pemerintah
akan minimnya peran dunia usaha dalam kehidupan sosial dan adanya
kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR hanya sekedar untuk di mata masyarakat
ataubahkan hanya di mata konsumen mereka.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah selaku
pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat.
Peran pemerintah dalam hubungan dengan perusahaan diperlukan bukan sebagai
pihak pengatur atau pengendali tetapilebih merupakan pihak yang berperan sebagai
mitra. Peran pemerintah diperlukan bukan hanya sebagai pembuat
kebijakan,melainkan juga sebagai fasilitator dan dinamisator bagi dunia usaha
dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Peran
pemerintah sebagai pembuat kebijakan akan dibahas lebih detail pada pembahasan
selanjutnya.
The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR
sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan,
komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupan. Sankat danClement (2002) dalam Rudito dan Famiola (2007)
mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untukmeningkatkan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitasluas. Secara umum,
CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu
untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati,memanfaatkan, dan
memeliharalingkungan hidup yang ada.
CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan
berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada
masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara
mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Dengan perkataan lain, CSR dikembangkan dengan koridor Tri Bottom Line yang
mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan. Contoh sederhana pelaksanaan CSR
adalah dengan menghasilkan produk yang aman, tidak berbahaya bagi kesehatan,
dan ramah lingkungan; membuat sumur resapan; penyaluran limbah dengan baik;
9
dan pembatasan penggunaan AC dan listrik.
Ernst and Young mengemukakan bahwa perusahaan memiliki empat tanggung
jawab utama yaitu terhadap karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungan.
Keempat hal tersebut bisa menjadi dasar pertimbangan bagi perusahaan untuk
menetapkan program inti dalam melaksanakan CSR secara spesifik. Terdapat
sembilan program kerja yang dapat dilakukan perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan CSR yaitu:
1. Employee Programs
Karyawan merupakan aset berharga bagi perusahaan, sehingga tidak
mengejutkan jika perusahaan sangat memperhatikan pengembangan
kompetensi dan kesejahteraan karyawan. Perhatian terhadap kesejahteraan
karyawan perlu diperluas bukan hanya dari sisi jaminan kesehatan dan
keselamatan tetapi perlu adanya perluasan program seperti work life balance
program dan decision making empowerment program.
2. Community and Broader Society
Mayoritas perusahaan memiliki aktivitas dalam area ini, salah satunya adalah
melalui pemberdayaan masyarakat yang intinya adalah bagaimana individu,
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka (Shardlow, 1998 dalam Ambadar, 2008). Implementasi pemberdayaan
masyarakat melalui:
a. proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota
masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan.

b. kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-


kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang
bertanggung jawab.
3. Environtment Programs
Program yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan misalnya dengan
menghasilkanproduk yang aman, tidak berbahaya bagi kesehatan, dan ramah
lingkungan; membuat sumur resapan; dan penyaluran limbah dengan baik.
4. Reporting and Communications Programs
Perusahaan mengeluarkan atau melaporkan hasil kegiatan CSRnya melalui
mannual CSRreport sehingga terdapat bukti riil partisipasi perusahaan dalam

10
melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
5. Governance or Code of Conduct Programs
Perusahaan menitikberatkan kegiatan sosial yang dilakukan berdasarkan
system yang diatur oleh pemerintah. Hal utama yang harus diperhatikan adalah
bagaimana stakeholder, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dapat
membuat regulasi atau ketentuan yang disepakati bersama untuk
mengefektifkan program CSR. Hal ini berarti diperlukan UU untuk mengatur
CSR pada level makro seperti sasaran program CSR, standar penilaian
keberhasilan program,dan koordinasi dengan pihak terkait.
6. Stakeholder Engagement
Programs Untuk menciptakan “effective engagement program” sebagai kunci
utama untukmencapai kesuksesan strategi CSR dan sustainability strategy.
7. Supplier Programs
Pembinaan hubungan yang baik atas dasar kepercayaan, komitmen,
pembagian informasi antara perusahaan dengan mitra bisnisnya, misalnya
melalui pengelolaan rantai pasokan atau jejaring bisnis.
8. Customer/Product Stewardship
Program Perlunya perhatian perusahaan terhadap keluhan konsumen dan
jaminan kualitasproduk yang dihasilkan perusahaan.
9. Shareholder Programs
Program peningkatan “share value” bagi shareholder, karena shareholder
merupakan prioritas bagi perusahaan

Penerapan CSR harus berada dalam koridor strategi perusahaan untuk


mencapai tujuan dasar bisnis perusahaan. Pengembangan CSR memerlukan
tahapan yang sistematis dan kompleks. Tahap pertama, dimulai dengan upaya
melihat dan menilai kebutuhan masyarakat dengan cara mengidentifikasi
masalah yang terjadi dan mencari solusi yang tepat. Tahap kedua, perlu dibuat
rencana aksi beserta anggaran, jadwal, indikator evaluasi, dan sumber daya
yang diperlukan bagi perusahaan. Tahap ketiga, melakukan monitoring
kegiatan melalui kunjungan langsung atau melalui survey. Tahap keempat,
melakukan evaluasi secara regular dan melakukanpelaporan untuk dijadikan
panduan strategi dan pengembangan program selanjutnya. Evaluasidilakukan
pula dengan membandingkan hasil evaluasi dari internal perusahaan dan
11
eksternal perusahaan.

D. Corporate Citizenship
Pengertian Corporate Citizenship adalah cara perusahaan dalam bersikap atau
memperlihatkan perilaku ketika berhadapan dengan para pihak lain misalnya
pelanggan, pemasok, masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya sebagai salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan
meningkatkan keunggulan kompetitif serta membantu memperbaiki kualitas hidup
manusia. Corporate citizenship sangat berkaitan erat dengan masalah
pembangunan sosial (social development) dan juga diterapkan dalam konteks
kerjasama (partnership) dan tata kelola (governance).
Corporate citizenship mengacu pada tanggung jawab perusahaan terhadap
masyarakat. Tujuannya adalah untuk menghasilkan standar hidup dan kualitas
hidup yang lebih tinggi bagimasyarakat di sekitarnya. Dan tetap mempertahankan
keuntungan bagi para pemangku kepentingan.Permintaan untuk perusahaan yang
bertanggung jawab secara sosial terus tumbuh,mendorong investor, konsumen, dan
karyawan untuk menggunakan kekuatan individu mereka untuk secara negatif
mempengaruhi perusahaan yang tidak berbagi nilai-nilai terhadap mereka.Melalui
corporate citizenship yang baik, perusahaan bisa mendapatkan manfaat-manfaat
sebagai berikut:
1. Meningkatkan reputasi manajemen. Reputasi merupakan hal yang kritikal bagi
kesuksesan perusahaan. Reputasi yang positif perlu dibangun dan dikelola
oleh perusahaan secara serius.
2. Mempermudah dalam mengelola profil risiko dan manajemen risiko.
Beberapa risiko potensial yang mungkin timbul perlu dilakukan antisipasi
serta mitigasi, sehingga dampak negatif yang merugikan perusahaan dapat
diminimalisir.
3. Meningkatkan kreativitas dan inovasi terutama pada karyawan level bawah.
Perusahaan dapat maju dan berkembang pesat, apabila para karyawan
memiliki ide-ide kreatif dan inovasi tinggi yang dapat diaplikasikan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.

12
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kenaikan CSR Baru-Baru Ini


Peran perusahaan dalam masyarakat sudah jelas dalam agenda. Hampir tidak ada satu hari pun
berlalu tanpa laporan media tentang kesalahan perilaku dan skandal perusahaan atau, lebih baiknya
lagi, atas kontribusi bisnis terhadap masyarakat luas. Perusahaan-perusahaan sudah mulai
menghadapi tantangan ini. Ini dimulai dengan 'tersangka biasa' seperti perusahaan di industri
minyak, kimia dan tembakau. Akibat tekanan media, bencana besar, dan terkadang peraturan
pemerintah, perusahaan-perusahaan ini menyadari bahwa mereka menopang rezim yang
menindas, terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, mencemari lingkungan, atau salah
menginformasikan dan dengan sengaja merugikan pelanggan mereka, hanya untuk memberikan
beberapa contoh, adalah praktik yang harus dipertimbangkan kembali jika mereka ingin bertahan
di masyarakat pada akhir abad ke-20.
Saat ini, bagaimanapun, hampir tidak ada industri, pasar, atau jenis bisnis yang belum mengalami
tuntutan yang meningkat untuk mengsahkan praktiknya kepada masyarakat luas. Misalnya,
perbankan, ritel, pariwisata, makanan dan minuman, hiburan, dan industri kesehatan - selama ini
dianggap cukup 'bersih' dan tidak kontroversial - sekarang semua menghadapi harapan yang
meningkat bahwa mereka harus menerapkan praktik yang lebih bertanggung jawab. Perusahaan
telah menanggapi agenda ini dengan menganjurkan apa yang sekarang menjadi istilah umum
dalam bisnis: tanggung jawab sosial perusahaan. Lebih sering dikenal hanya sebagai 'CSR', konsep
tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan manajemen yang telah meningkatkan
popularitas di seluruh dunia selama dekade terakhir. Sebagian besar perusahaan besar, dan bahkan
beberapa perusahaan kecil sekarang menampilkan laporan CSR, manajer, departemen atau
setidaknya proyek CSR, dan subjek semakin sering dipromosikan sebagai area inti manajemen, di
samping pemasaran, akuntansi, atau keuangan.
Jika kita melihat lebih dekat pada peningkatan CSR baru-baru ini, beberapa mungkin berpendapat
bahwa ide manajemen 'baru' ini sedikit lebih dari sekadar mode daur ulang, atau seperti pepatah
lama, 'anggur tua dalam botol baru'. Dan, faktanya, orang pasti dapat menyarankan bahwa
beberapa praktik yang termasuk dalam label CSR memang merupakan masalah bisnis yang sudah
relevan setidaknya sejak revolusi industri. Memastikan kondisi kerja manusiawi, menyediakan
perumahan atau perawatan yang layak, dan menyumbang untuk amal adalah kegiatan yang oleh
banyak industrialis awal di Eropa dan Amerika Serikat telah terlibat - tanpa harus meneriakkannya
dalam laporan tahunan, apalagi menyebut mereka sebagai CSR. Bahkan di negara seperti India,
perusahaan seperti “Tata” dapat menempatkan dirinya dalam lebih dari seratus tahun praktik bisnis
yang bertanggung jawab, termasuk kegiatan kemanusiaan dan peningkatan masyarakat yang luas
(Elankumaran, Seal, & Hashmi, 2005). Apa yang kami temukan di bidang CSR adalah bahwa
sementara banyak kebijakan, praktik, dan program-program bukanlah hal baru, perusahaan saat
ini menangani peran mereka di masyarakat yang jauh lebih koheren, komprehensif, dan
profesional - sebuah pendekatan yang kontemplatif dirangkum dalam CSR.
Bersamaan dengan peningkatan menonjolnya CSR di perusahaan tertentu, kita juga bisa
mengamati kemunculan sesuatu seperti 'gerakan' CSR. Banyak menjamurnya konsultan CSR
khusus, yang kesemuanya melihat peluang bisnis dalam semakin populernya konsep ini. Pada saat
bersamaan, kami menyaksikan sejumlah perkembangan standar CSR, pengawas, auditor, dan
sertifikasi CSR yang bertujuan untuk melembagakan dan menyelaraskan praktik CSR secara
global. Semakin banyak asosiasi industri dan kelompok kepentingan telah dibentuk
untuk mengkoordinasikan dan menciptakan sinergi antara pendekatan bisnis individual terhadap
CSR. Sementara itu, semakin banyak majalah, buletin, daftar email, dan situs web yang
berdedikasi tidak hanya berkontribusi untuk memberikan identitas kepada CSR sebagai konsep
manajemen, namun juga membantu membangun jaringan praktisi, akademisi, dan aktivis CSR di
seluruh dunia.

B. Karakteristik Inti CSR


Karakteristik inti dari CSR adalah fitur penting dari konsep yang cenderung direproduksi dalam
beberapa cara dalam definisi akademis atau praktisi tentang CSR. Beberapanya, jika ada, definisi
yang ada akan mencakup semuanya, namun ini adalah aspek utama di mana perdebatan definisi
cenderung berpusat. Enam karakteristik inti terbukti:
1. Sukarela. Banyak definisi CSR biasanya akan melihatnya sebagai
kegiatan sukarela yang melampaui ketentuan yang ditentukan oleh undang-undang. Banyak
perusahaan sekarang terbiasa mempertimbangkan tanggung jawab di luar batas minimum hukum,
dan sebenarnya pengembangan inisiatif aturan sendiri CSR dari industri sering dipandang sebagai
cara untuk mencegah peraturan tambahan melalui kepatuhan terhadap norma moral masyarakat.
2. Internalisasi atau pengelolaan eksternalitas. Eksternalitas adalah efek samping positif dan
negatif dari perilaku ekonomi yang ditanggung oleh orang lain, namun tidak diperhitungkan dalam
proses pengambilan keputusan perusahaan, dan tidak termasuk dalam harga pasar untuk barang
dan jasa. Polusi biasanya dianggap sebagai contoh klasik dari eksternalitas karena masyarakat
setempat menanggung biaya tindakan produsen. Regulasi dapat memaksa perusahaan untuk
menginternalisasi biaya eksternalitas, seperti denda polusi, namun CSR akan mewakili pendekatan
sukarela untuk mengelola eksternalitas, misalnya oleh perusahaan yang berinvestasi pada
teknologi bersih yang mencegah polusi di tempat pertama.
3. Orientasi multipihak. CSR melibatkan mempertimbangkan berbagai kepentingan dan dampak
di antara berbagai pemangku kepentingan yang berbeda selain hanya pemegang saham. Asumsi
bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab kepada pemegang saham biasanya tidak
dipermasalahkan, namun intinya adalah karena perusahaan mengandalkan berbagai konstituensi
lain seperti konsumen, pengusaha, pemasok, dan masyarakat lokal untuk bertahan dan sejahtera,
mereka tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk pemegang saham.
4. Penyelarasan tanggung jawab sosial dan ekonomi. Penyeimbangan kepentingan pemangku
kepentingan yang berbeda ini mengarah ke empat segi. Sementara CSR mungkin akan melampaui
fokus sempit terhadap pemegang saham dan profitabilitas, banyak juga yang percaya bahwa tidak
seharusnya bertentangan dengan profitabilitas.
5. Praktik dan nilai. CSR sudah jelas tentang aturan tertentu praktek bisnis dan strategi yang
berhubungan dengan isu-isu sosial, tapi bagi banyak orang itu juga tentang sesuatu yang lebih -
yaitu filsafat atau aturan nilai-nilai yang mendasari praktek-praktek ini.
6. Di luar kedermawanan. Di beberapa wilayah di dunia, CSR terutama tentang kedermawanan -
yaitu kemurahan perusahaan terhadap orang yang kurang beruntung. Tapi perdebatan saat ini pada
CSR cenderung tegas mengklaim bahwa CSR 'sesungguhnya' adalah lebih dari hanya
kedermawanan dan proyek masyarakat, tetapi tentang bagaimana seluruh operasi perusahaan -
yaitu fungsi bisnis inti - dampak pada masyarakat. Fungsi bisnis utama meliputi produksi,
pemasaran, pengadaan, manajemen sumber daya manusia, logistik, keuangan, dan lain-lain.
Keenam karakteristik inti ini, kami sarankan, mencakup aspek-aspek
utama CSR. Namun, seperti yang akan kita bahas sekarang, makna dan relevansi CSR akan
bervariasi sesuai konteks organisasi dan nasional.
C. CSR dalam Organisasi yang Berbeda
Demi terciptanya good governance dan sebagai upaya pemberantasan kemiskinan, diperlukan
kerjasama dari berbagai elemen masyarakat. Bukan hanya pemerintah yang harus berandil besar,
melainkan juga sektor privat dan masyarakat sendiri mempunyai kewajiban yang sama. Dengan
pola pembangunan yang berasal dari bawah (grass root), setidaknya beban pembangunan yang ada
di pemerintah dikurangi. Bagan di bawah ini akan menyajikan peran dari masing-masing aktor
pembangunan.
1. Pemerintah
Peran dalam pemberdayaan; formulasi dan penetapan policy,
implementasi monitoring dan evaluasi mediasi. Bentuk output peran: kebijakan: politik, umum,
khusus / departemental / sektoral penganggaran, juknis dan juklak, penetapan indikator
keberhasilan peraturan hukum, penyelesaian sengketa. Fasilitasi: dana, jaminan, alat, teknologi,
network, sistem manajemen informasi, edukasi.
2. Swasta
Peran dalam pemberdayaan: kontribusi pada formulasi,
implementasi, monitoring dan evaluasi. Bentuk output peran: konsultasi & rekomendasi kebijakan,
tindakan dan langkah/policy action implementasi, donatur, private investment pemeliharaan.
Fasilitasi: dana, alat, teknologi, tenaga ahli dan sangat terampil.
3. Masyarakat
Peran dalam pemberdayaan: partisipasi dalam formulasi,
implementasi, monitoring dan evaluasi. Bentuk output peran: saran, input, kritik, rekomendasi,
keberatan, dukungan dalam formulasi kebijakan. Policy action, dana swadaya menjadi obyek,
partisipan, pelaku utama/subyek menghidupkan fungsi social. Fasilitasi: tenaga terdidik, tenaga
terlatih, setengah terdidik dan setengah terlatih. Dalam bidang ekonomi, model kegiatannya yang
dapat dilakukan dalam membangun hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar yang
lebih berkualitas adalah melalui pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peran
perusahaan dalam pengembangan UMKM dapat dilakukan dengan memberikan bantuan kepada
UMKM sehingga UMKM tersebut dapat membentuk capacity building, financial support dan jalur
pemasaran yang kuat. CSR sebagai salah satu solusi kemitraan dapat memperkuat daya saing
UMKM.
D. CSR di Berbagai Daerah Dunia
Makna CSR tidak hanya berbeda dari sektor ke sektor, tetapi juga berbeda cukup substansial dari
negara ke negara. Untuk menempatkan CSR dalam konteks global adalah penting untuk
memahami konteks regional dan nasional tertentu dimana perusahaan berlatih CSR. Ada beberapa
karakteristik dasar dari CSR di berbagai daerah dunia.
1. CSR di Negara Maju
Dalam kedok yang paling terkenal, CSR pada dasarnya adalah sebuah ide AS dimana bahasa dan
praktek CSR pertama kali muncul. Alasan utama untuk ini terletak pada karakteristik khusus dari
system bisnis AS (Matten & Moon, 2004) Dengan demikian, masyarakat Amerika ditandai dengan
pasar yang cukup datar untuk tenaga kerja dan modal, rendahnya tingkat penyediaan negara
kesejahteraan, dan apresiasi yang tinggi dari kebebasan individu dan tanggung jawab. Akibatnya,
banyak isu-isu sosial seperti pendidikan, kesehatan, atau investasi masyarakat secara tradisional
telah menjadi inti dari CSR. Di bagian lain dunia, terutama Eropa, Timur jauh, dan Australia selalu
ada kecenderungan kuat untuk mengatasi masalah sosial melalui kebijakan pemerintah dan
tindakan kolektif.
2. CSR di Negara- Negara Berkembang
Kegiatan perusahaan multinasional Barat di negara-negara
berkembang juga telah menjadi penggerak utama di balik lonjakan terbatu dalam CSR selama dua
decade terakhir. Banyak perusahaan menggunakan negara-negara berkembang sebagai sumber
bahan baku

E. Fenomena Globalisasi dalam Konteks CSR


Fenomena globalisasi telah menampakkan dua wajah yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari
dampak negatif dan dampak positif dari globalisasi itu sendiri. Dampak negative yang sudah
terlihat jelas sekarang ini adalah budaya konsumerisme dan adanya produk-produk yang berasal
dari luar atau barat telah menjamur di dalam kawasan lokal. Dampak positif dari globalisasi sendiri
yaitu sistem pemerintahan yang dijalankan saat ini lebih demokratis dan terbuka, terbukanya pasar
internasional sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara, selain itu kita dapat
meniru pola berpikir yang baik seperti dalam perkembangan teknologi saat ini, dengan cara
mengambil sisi positifnya dan menggunakan internet secara baik dan benar sesuai dengan aturan.
Pengaruh yang ditimbulkan dari globalisasi tersebut utamanya pengaruh yang bersifat negatif
cepat ataupun lambat harus ditemukan jalan keluarnya agar masalah yang timbul dari globalisasi
dapat dieliminir. Jalan keluar yang dimaksud yaitu dengan menerapkan Corporate Social
Responbility ( Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ).
Karena dengan adanya CSR diharapkan perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan lokal dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang sebagian besar telah berdiri di wilayah
Indonesia ini. Dengan adanya CSR , kita menjadi lebih memahami bagaimana agar produk dalam
negeri atau yang berasal dari lokal dapat mempunyai kemampuan untuk menjadi produk nomor
satu.
Corporate Social Responbility juga tidak terlepas dari adanya komponen man (manusia).
Keberadaan komponen ini sangat penting , karena tanpa adanya manusia yang mempunyai SDM
dan skill yang baik serta mumpuni maka tak ayal negara kita ini akan tergerus arus globalisasi dan
ketinggalan jaman.

F. Implikasi Terhadap Global Corporation


Di era globalisasi ini CSR bukan hanya kegiatan sosial untuk memberdayakan masyarakat tetapi
juga menjadi salah satu strategi bisnis yang efektif. Karena semakin banyak perusahaan yang
menempatkan masalah-masalah sosial sebagai inti dari strategi pemasarannya.
Tanggung jawab sosial perusahaan sangat diperlukan dalam era globalisasi ini. Mengingat
kesenjangan sosial dalam masyarakat sangat besar akibat globalisasi, perusahaan diharapkan dapat
melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengurangi kesenjangan yang ada. Karena pada
dasarnya, CSR tidak hanya menguntungkan bagi masyarakat tetapi juga menguntungkan bagi
perusahaan. Oleh sebab itu, CSR tidak lagi dimaknai sebagai tuntutan moral tetapi harus diyakini
sebagai kewajiban perusahaan yang harus dilaksanakan. Sehingga harapannya kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai dengan adanya perbaikan kualitas hidup yang didukung oleh
perusahaan.

G. Merefleksikan Potensial dan Keterbatasan CSR dalam Konteks Global


CSR memiliki kelemahan dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan
masyarakat dan pemerintahan. Perusahaan semestinya memperoleh manfaat yang besar dari relasi
dengan masyarakat dan pemerintahan yang lebih baik: berkurangnya biaya operasional, tidak
banyak korupsi, meningkatnya reputasi perusahaan, dan seterusnya. Negara penyelenggara
semestinya juga memperoleh manfaat yang besar dari peningkatan sumber daya manusia dan
pemerintahan, dalam kerangka meningkatnya investasi swasta, meningkatnya tingkat pendidikan,
pelayanan publik yang lebih baik dan seterusnya. Namun demikian, perusahaan nampak enggan
mengatasi isyu-isyu pemerintahan, sementara pendekatannya melalui pengembangan masyarakat
sering kali tidak efektif.
Berikut adalah dua alasan mendasar mengapa perusahaan multinasional gagal mengatasi persoalan
pembangunan dan pemerintahan secara efektif. Business case for CSR yakni, memanfaatkan
inisiatif sosial untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan) batas satuan inisiatif untuk dapat
mencapai masyarakat yang lebih luas. Perusahaan multinasional sering kali gagal mengenali
secara penuh lingkup interaksi mereka dengan masyarakat dan politik, dan mereka tidak mau
menerima tanggung jawabterhadap isyu-isyu di level makro isyu-isyu yang berkaitan dengan
dampak industri mereka terhadap masyarakat luas.
Banyak inisiatif sukarela perusahaan gagal karena mereka tidak mendengar stakeholders-nya
dengan baik. Keterlibatan pemangku kepentingan sering kali dangkal dan singkat, perusahaan
mungkin mendengarkan stakeholder-nya dengan daya tawar yang lebih besar dengan prioritas
kepentingan perusahaannya daripada memperhatikan stakeholder-nya. Sehingga masalah krusial
berikutnya adalah keputusan mengenai inisiatif sosial dan lingkungan sering kali dilakukan untuk
mencapai prioritas perusahaan daripada stakeholder, yang akhirnya mengarah pada terbatasnya
kemampuan CSR memberi manfaat signifikan kepada stakeholder.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan manajemen yang telah meningkatkan
popularitas di seluruh dunia selama dekade terakhir. Sebagian besar perusahaan besar, dan bahkan
beberapa perusahaan kecil sekarang menampilkan laporan CSR, manajer, departemen atau
setidaknya proyek CSR, dan subjek semakin sering dipromosikan sebagai area inti manajemen, di
samping pemasaran, akuntansi, atau keuangan. CSR memiliki enam karakteristik ini yaitu; (a)
sukarela, (b) internalisasi atau pengelolaan eksternalitas, (c) orientasi multipihak, (d) penyelarasan
tanggung jawab sosial dan ekonomi, (e) praktik dan nilai, dan (f) di luar kedermawanan.

B. Saran
Sebaiknya semua perusahaan tidak hanya berfoku pada profit akan tetapi juga harus melaksanakan
program csr atau tanggung jawab sosial perusahaan karena program csr ini merupakan suatu
kewajiban bagi suatu perusahaan. Program csr tidak hanya menguntungkan bagi masyarakat
sekitar perusahaan akan tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri seperti meningkatkan citra
perusahaan, memperkuat “brand” perusahaan, mengembangkan kerja sama dengan para
pemangku kepentingan, membedakan perusahaan dengan pesaingnya, dan menghasilkan inovasi
dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASPEK MORAL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

2.1.1. Pengertian CSR in The Stakeholders

Definisi Stakeholders menurut Freeman (1984) adalah individu atau kelompok


yang bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari
aktivitas-aktivitasnya. Sedangkan Chariri dan Ghazali mengatakan bahwa perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder-nya (shareholders, kreditur, konsumen,
supplier, pemerintah masyarakat, analis dan pihak lain). Sedangkan Rudito
mengemukakan bahwa perusahaan dianggap sebagai stakeholders, jika mempunyai
tiga atribut, yaitu: kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan.

2.1.2. Aspek Moral Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan


menjadi sebuah keyakinan baru bagi pelaku bisnis. CSR menjadi salah satu elemen
penting dalam sebuah kerangka keberlanjutan usaha suatu industri yang mencakup
aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. CSR merupakan media perusahaan
untuk menjawab berbagai kritik. Sekarang banyak perusahaan atau pelaku industri
menjadikan CSR menjadi yang terintegrasi pada perusahaan, isu lingkungan,
pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, juga mendapat perhatian yang serius
dari pelaku bisnis. Pada umumnya perusahaan di Indonesia menjalankan CSR atas
dasar memenuhi kewajiban kontraktual, dalam hal ini mematuhi peraturan baik yang
dibuat oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Stakeholders terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan kepentingannya:

1. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan:


a. Tanggung jawab ekonomi, yaitu bahwa tetap menguntungkan bagi
pemegang saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para
pekerjanya dan menghasilkan produk yang berkualitas bagi
pelanggannya.

4
b. Tanggung jawab hukum, yaitu setiap tindakan perusahaan harus
mengikuti hukum yang berlaku sesuai aturan permainan.
c. Tanggung jawab etik, yaitu menjalankan bisnis dengan moral,
mengerjakan apa yang benar, dan apa yang dilakukan harus adil dan
tidak menimbulkan kerusakan.
d. Tanggung jawab filantropis, yaitu memberikan kontribusi secara
sukarela kepada masyarakat, memberi waktu, dan uang untuk
pekerjaan yang baik.
2. Klasifikasi yang berkaitan dengan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan:
a. Ethical CSR, yaitu secara moral perusahaan memilih untuk memenuhi
tanggung jawab perusahaan dari segi ekonomi, hukum, dan etika.
b. Altruistic CSR, yaitu memenuhi tanggung jawab filantropis perusahaan
dan melakukan pencegahan timbulnya kerusakan untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan
apakah hal itu menguntungkan perusahaan atau tidak.
c. Strategi CSR, yaitu memenuhi tanggung jawab filantropis yang
menguntungkan perusahaan melalui publikasi positif dan goodwill.

Definisi yang ditulis oleh organisasi dunia World Bisnis Council for
sustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu
komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat maupun
masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya serta seluruh
keluarga.

2.2 TEORI STAKEHOLDER

Stakeholder adalah individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam


operasi dan kinerja suatu perusahaan. Mereka dapat memiliki pengaruh langsung atau
tidak langsung terhadap perusahaan dan terlibat dalam berbagai aktivitas, termasuk
pemilik saham, karyawan, pelanggan, pemasok, regulator, dan masyarakat di sekitar
perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan kepentingan dan
kebutuhan dari semua stakeholder dalam mengambil keputusan dan merancang
strategi. Dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat,

5
perusahaan dapat membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan dengan
masing-masing stakeholder, dan mencapai tujuan jangka panjang yang berkelanjutan.

2.2.1. Kategori Stakeholder

Secara umum, stakeholder dapat dibagi menjadi beberapa kategori


berdasarkan hubungan mereka dengan perusahaan.Stakeholder utama, sekunder, dan
kunci adalah kategori tambahan dari stakeholder yang digunakan untuk membedakan
tingkat kepentingan dan dampak yang mereka miliki terhadap suatu perusahaan atau
proyek. Berikut adalah penjelasan singkat dan contohnya:

A. Stakeholder utama (primary stakeholder): kelompok stakeholder yang


memiliki kepentingan yang paling besar dalam kesuksesan atau kegagalan
perusahaan. Kepentingan mereka seringkali terkait dengan tujuan utama
perusahaan, seperti laba atau pertumbuhan bisnis. contoh stakeholder utama
adalah pemilik saham, manajemen perusahaan, dan karyawan
B. Stakeholder sekunder (secondary stakeholder): kelompok stakeholder yang
memiliki kepentingan dalam perusahaan atau proyek, namun kepentingan
mereka tidak sebesar stakeholder utama. Contoh stakeholder sekunder adalah
pemasok, pelanggan dan masyarakat lokal.
C. Stakeholder kunci (key stakeholder): kelompok stakeholder yang memiliki
dampak yang signifikan terhadap perusahaan atau proyek, meskipun
kepentingan mereka mungkin tidak sebesar stakeholder utama. Mereka
seringkali memiliki pengaruh atau keterkaitan yang kuat dengan perusahaan
atau proyek. Contoh stakeholder kunci adalah regulator, investor institusional,
dan media

Penting bagi perusahaan atau proyek untuk memahami kepentingan dan


kebutuhan dari setiap kelompok stakeholder, termasuk stakeholder utama, sekunder,
dan kunci. Dengan mempertimbangkan kepentingan dan dampak dari masing-masing
stakeholder, perusahaan atau proyek dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan
membangun hubungan yang lebih baik dengan kelompok stakeholder yang relevan.

6
2.2.2. Paradigma Dalam Menerapkan CSR

Paradigma perusahaan dalam menerapkan CSR dapat berbeda beda tergantung


pada nilai dan tujuan bisnis mereka, umumnya terdapat beberapa paradigma umum.
Menurut Wibisono (2007), terdapat tiga kategori paradigma perusahaan dalam
menerapkan CSR, yaitu sebagai berikut :

a. Paradigma filantropi: perusahaan yang menganut paradigma filantropi


cenderung memberikan kontribusi sosial atau donasi secara sukarela dan tidak
terstruktur. Pada paradigma ini, tanggung jawab sosial perusahaan dianggap
sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat atau lingkungan, namun bukan
bagian dari inti bisnis perusahaan
b. Paradigma persyaratan hukum: perusahaan yang menganut paradigma
persyaratan hukum, memandang bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
terbatas hanya pada memenuhi persyaratan hukum dan regulasi pemerintah.
c. Paradigma bisnis sosial: perusahaan yang menganut paradigma bisnis sosial,
mengintegrasikan tanggung jawab sosial ke dalam inti bisnis perusahaan
sebagai strategi jangka panjang. Pada paradigma ini, perusahaan memandang
bahwa keberhasilan bisnis dan tanggung jawab sosial saling terkait dan saling
menguntungkan

Penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan paradigma mana yang


sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan bisnis mereka, serta memperhatikan dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis mereka. Dengan memperhatikan aspek
CSR, perusahaan dapat membangun hubungan yang baik dengan semua stakeholder
dan menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi semua pihak yang
terlibat.

2.3 RELEVANSI TEORI STAKEHOLDER

Melalui pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa Corporate Social


Responsibility (CSR) disini lebih menitik beratkan pada kepedulian perusahaan
terhadap kepentingan stakeholder, bukan hanya untuk kepentingan perusahaan saja.
CSR memiliki konsep yang menekankan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab

7
penuh atas tindakan dan kegiatan dalam operasional perusahaan yang berdampak pada
orang-orang atau masyarakat yang terdampak dan lingkungan sekitar.
Dalam konteks ini, tanggung jawab sosial atas Undang-Undang, memperbaiki
atau bersedia mengganti rugi atas segala kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas
perusahaan. Tanggung jawab sosial sendiri merupakan salah satu nilai moral yang
dimana posisinya tidak sama dengan hukum. Indonesia sendiri menghendaki adanya
CSR sebagai suatu kewajiban hukum, mengingat kurangnya kesadaran moral dan
bahkan seringkali terjadi sesuatu hal yang bersifat merugikan. Contohnya seperti
kerusakan lingkungan, eksploitasi SDA, tidak membayar pajak, dan lain-lain.

2.4 HUBUNGAN PERUSAHAAN DENGAN STAKEHOLDER

Bentuk hubungan sosial antara perusahaan dengan stakeholder yang terjadi di


masing - masing negara akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini cenderung
dipengaruhi oleh sistem politik yang dipakai dan di anut oleh negara tersebut.
Terdapat 3 elemen stakeholder besar dalam satu wilayah, yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat.

Sistem politik di Indonesia bersifat majemuk atau penciptaan suatu model


birokrasi dengan tidak menghilangkan model - model kesukubangsaan yang ada, hal
ini terkait dengan otonomi daerah. Keberadaan suku bangsa yang ada di Indonesia
sangat mewarnai bentuk korporasi yang tumbuh di dalamnya, sehingga menjadi
sangat kontekstual yang mungkin tidak dapat diterapkan secara homogen pada semua
wilayah. Hal ini juga berkaitan bahwa Indonesia terdiri dari beberapa pola hidup yang
sangat berbeda dan bahkan berseberangan antara satu dengan lainnya, seperti berburu
dan meramu serta industri jasa yang dapat hidup secara bersama dalam satu wilayah.

Dari gambaran yang beraneka ragam ini, maka tampaknya model hubungan
antar - stakeholder menjadi pilihan yang tepat bagi perkembangan bisnis di Indonesia.
Lebih ditekankan pada bentuk kemajemukan dari masyarakat dan juga berlandasan
pada model sistem politik nasional sebagai pedoman dalam mengatur tindakan dan
tingkah laku secara nasional.

Model antar - stakeholder disusun berdasarkan atas pandangan dari


perusahaan yang hidup dalam masyarakat dan idenya bertumpu pada anggapan bahwa
perusahaan - perusahaan mempunyai hubungan dengan stakeholder mereka secara

8
aktif dan pasif. Hubungan perusahaan - stakeholder dilihat sebagai hubungan yang
mengalami perkembangan, dan hubungan tersebut diatur secara kontrak baik implisit
maupun eksplisit. Kontrak - kontrak ini sering tidak disebutkan dan tidak terarah pada
negosiasi yang sedang berjalan, khususnya pada bagian harapan yang akan diperoleh
dari hubungan ini dan apa yang akan diterima dari hubungan ini.

Hubungan-hubungan antar-stakeholder dilihat dan diumpamakan sebagai


suatu aliran darah dalam organisasi. Seperti halnya sebuah entitas yang berada dalam
hubungan simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang dilakukan oleh
perusahaan. Hubungan stakeholder menyediakan energi, informasi, dan sumber daya
yang penting bagi kehidupan. Dalam hubungan ini perusahaan menciptakan modal
sosial, modal intelektual, modal lingkungan dan modal finansial dan keseluruhannya
untuk upaya jangka panjang yang berkelanjutan (sustainability) dan juga
pertumbuhan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tuntutan pilihan yang


tidak bisa dihindarkan lagi Corporate Social Responsibility (CSR) hans dikerjakan
sebagai bentuk tanggung jawab terhadap shareholder (pemegang saham). Dan
Corporate Social Responsibility (CSR) juga suatu pilihan yang mana pilihan tersebut
dilandasi oleh kesadaran dari perusahaan yang tidak hanya pada pemegang saham dan
konsumen saja tetapi ia juga harus memenuhi harapan para stakeholder (pemangku
kepentingan) seperti keluarga, karyawan, rekan bisnis, pemerintah dan masyarakat
sekitar.

Selain itu program Corporate Social Responsibility (CSR) in the stakeholders


baru dapat menjadi berkelanjutan apabila, program yang dibuat oleh suatu perusahaan
benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam
perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan dukungan dengan penuh
antusias dari karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan program
penebusan dosa dan pemegang saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara
intensif, maka nilai dari program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri
yang sangat besar bagi perusahaan.

10
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Marketplace

Marketplace merupakan pasar elektronik yang digunakan untuk kegiatan jual beli, produk
yang dijual dapat berupa jasa maupun barang. Marketplace memiliki 3 aspek yaitu B2B
(business to business), B2C (business to customer), dan C2C (customer to customer).
Berdasarkan pengertian marketplace, maka disini konsumen dapat menemukan banyak seller
yang menjual berbagai macam barang. Tentu saja hal ini sangat menguntungkan baik bagi
pembeli maupun penjual.

Penjual dapat menjual dagangannya di marketplace yang mana pihak e-commerce


akan diiklankan ke pembeli yang potensial. Banyaknya penjual dan pembeli yang bergabung
akan menentukan kesuksesan marketplace tersebut. Ibaratnya, suatu pasar akan terkenal dan
ramai jika di dalam pasar tersebut terdapat banyak penjual dan pembeli. Begitulah konsep
marketplace. Pada umumnya, marketplace yang efisien dapat meningkatkan iklim investasi
di perusahaan dan memudahkan arus input output barang.

1. Jenis-Jenis Marketplace

Pada umumnya terdapat dua jenis kerja sama di situs marketplace Indonesia, yaitu
marketplace murni dan konsinyasi.

a. Marketplace Murni

Kerjasama marketplace murni adalah ketika situs marketplace hanya


menyediakan lapak untuk berjualan dan fasilitas pembayaran. Penjual yang
melakukan kerjasama marketplace diberikan keleluasaan lebih banyak
dibandingkan kerjasama konsinyasi.

Penjual berkewajiban untuk menyediakan deskripsi dan foto produk


secara mandiri. Selain itu, penjual juga dapat menerima penawaran harga dari
pembeli. Jadi sebelum melakukan pembayaran, pembeli dapat melakukan
penawaran harga kepada penjual. Setelah mendapatkan harga yang disepakati
oleh kedua belah pihak, pembeli bisa mengirimkan sejumlah uang ke rekening
yang disediakan marketplace.

Contoh marketplace Indonesia yang populer di dengan jenis kerjasama


pertama adalah Tokopedia, Bukalapak, Elevenia, Belanja, dan BliBli.
Beberapa contoh marketplace dari luar negeri yang populer di Indonesia
adalah Shopee (Singapura), Lazada (Singapura), JD.ID (Tiongkok), Amazon
(Amerika Serikat), dan Rakuten (Jepang).

b. Marketplace Konsinyasi
Jenis kerjasama yang kedua adalah konsinyasi atau istilah mudahnya adalah
titip barang. Jika penjual melakukan kerjasama konsinyasi dengan situs
marketplace, ia hanya perlu menyediakan produk dan detail informasi ke
pihak marketplace. Salah satu contoh marketplace yang menyediakan
kerjasama konsinyasi adalah Zalora. Contoh marketplace lain yang
menggunakan jenis kerjasama ini adalah Berrybenka.

Pihak situs marketplace akan mengurus penjualan dari foto produk,


gudang, pengiriman barang, hingga fasilitas pembayaran. Berbeda dari jenis
kerjasama sebelumnya, di jenis kerjasama ini pembeli tidak bisa melakukan
penawaran harga karena alur semua alur transaksi ditangani oleh situs
marketplace.

Perbedaan mendasarnya terletak pada tanggung jawab penjual dan alur


transaksinya. Alur transaksi di marketplace terjadi langsung antara penjual dan
pembeli, sedangkan kerjasama konsinyasi semua alur transaksi langsung
ditangani situs marketplace.

Jenis Marketplace berdasarkan kategori produk yaitu Horizontal Marketplace dan


Vertical Marketplace.

a. Horizontal Marketplace

Horizontal marketplace adalah website dan aplikasi yang menjual berbagai


barang dan jasa dari beragam kategori. Biasanya, marketplace horizontal
melabeli dirinya sebagai toko serba ada dengan mengandalkan kenyamanan
sebagai nilai jual utamanya.

Horizontal marketplace menjual berbagai produk dengan kategori yang


berbeda-beda. Tokopedia dan Bukalapak masuk ke dalam jenis yang satu ini.
Di kedua website tersebut, Anda bisa menemukan banyak barang, mulai dari
buku, furniture, makanan, baju, mainan anak, gadget, dan masih banyak lagi.
Biasanya, horizontal marketplace menampilkan dirinya sebagai toko serba ada
dan mengangkat kenyamanan sebagai selling pointnya.

b. Vertikal Marketplace

Kalau horizontal menjual berbagai produk, vertikal marketplace adalah


jenis marketplace yang hanya menjual barang khusus atau hanya satu jenis
produk, misalnya fashion. Vertikal marketplace bisa dikatakan sebagai
e-commerce. Contohnya adalah Sribulancer atau Fiverr, yang merupakan
platform khusus freelancer untuk menghubungkan pekerja lepas dengan para
client.
2.2 Komponen Utama dan Pelaku dalam Marketplace

Komponen utama dan pemain dalam marketspace yaitu :

1. Customer

Ada 10 juta orang di dunia ini yang membuka internet merupakan pembeli potensial
atas barang dan jasa yang ditawarkan atau diiklankan di internet. Pembeli mencari
perbandingan harga, barang sesuai pesanan, barang kolektor, entertainment, dan
lain-lain. Mereka bisa mencari informasi yang detail, membandingkan, menawar, dan
terkadang bernegosiasi. Organisasi tersebut adalah customer terbesar, lebih dari 85%
dari aktivitas EC.

2. Penjual

Jutaan orang terdaftar di website mempromosikan dan menawarkan berbagai variasi


barang. Setiap hari terdapat penawaran baru produk dan jasa. Penjual bisa menjual
langsung dari website mereka atau dari e-marketplace.

3. Produk dan Jasa

Satu perbedaan utama dari marketplace dan marketspace yaitu kemungkinan


banyaknya produk dan jasa di marketspace. Meskipun kedua tipe pasar bisa menjual
produk fisik, marketspace juga bisa menjual produk digital, dimana barang bisa
ditransformasi ke format digital dan diberikan melalui internet.

4. Infrastruktur

Infrastruktur marketspace meliputi jaringan elektronik, hardware, software, dan


lain-lain.

5. Front End

Halaman muka web yang terlihat oleh user, di mana penjual dan pelanggan saling
berinteraksi. Komponen dari front end bisa meliputi pintu gerbang penjual, katalog
elektronik, shopping cart, search engine, dan pintu pembayaran.

6. Back End

Semua aktivitas berhubungan dengan agregasi pesanan dan pemenuhan, manajemen


persediaan, pembelian dari supplier, accounting, keuangan,proses pembayaran,
packaging, pendistribusian yang dinamakan back end dari sebuah bisnis.

7. Perantara

Dalam marketing, perantara merupakan orang ketiga yang mengoperasikan hubungan


antara penjual dan pembeli. Perantara menawarkan jasa mereka dalam web. Peranan
dari perantara disini berbeda dengan peranan perantara pada umumnya. Perantara
online menciptakan dan mengatur pasar online. Mereka membantu mencocokkan
pembeli dan penjual, menyediakan jasa infrastruktur, dan membantu customer dan
atau penjual dalam menyelesaikan transaksi.

8. Partner Bisnis Lainnya

Selain perantara, terdapat beberapa tipe partner bisnis, seperti pengiriman yang
berkolaborasi melalui internet, dan partner lain yang biasanya berkaitan dengan
supply chain.

9. Jasa Pendukung

Banyak jasa pendukung yang tersedia, mulai dari pengesahan sertifikat, jaminan
orang ketiga, sampai penyedia layanan.

2.3 Sistem yang Digunakan dalam Marketplace

Kemudahan yang ditawarkan Marketplace, membuat sebagian orang ketagihan untuk


berbelanja online. Berbagai promo yang ditawarkan oleh Marketplace membuat
produk-produk dapat dibeli dengan harga yang murah. Dengan berbelanja online, mereka
yang sibuk pun masih bisa memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Karena berbelanja online
dapat diakses melalui website, sosial media atau mobile aplikasi. Tak hanya itu, dengan
berbelanja online, kita bisa mendapatkan barang yang tidak bisa didapatkan secara offline.

Berdasarkan survey mengenai ketakutan berbelanja online, beberapa marketplace


yang ada di Indonesia, sudah berhasil menemukan solusinya. Mengenai masalah display
barang yang tidak sesuai, beberapa marketplace sudah menerapkan resolusi yang besar, dan
dari berbagai sudut gambar juga memiliki fitur zoom (memperbesar) gambar.

Banyak Marketplace yang sudah memiliki dompet virtual. Dengan menggunakan


dompet virtual, penjual dan pembeli akan sama-sama aman. Dana transferan dari pembeli,
akan disimpan terlebih dahulu di dompet virtual, setelah barang sampai di tempat pembeli,
penjual bisa mencairkan dana tersebut maksimal 1x24 jam. Beberapa marketplace telah
menyediakan sistem 'pengembalian'. Pengembalian tidak hanya mengenai dana saja atau
refund, pembeli juga dapat mengembalikan produk yang sudah dibeli.

Marketplace popular seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, dll mempertemukan banyak


penjual dengan banyak pembeli. Mereka menyediakan tempat, fasilitas dan infrastruktur agar
penjual dengan pembeli bisa dengan mudah melakukan transaksi. Jadi, perusahaan
marketplace seperti ini tidak menjual produknya sendiri, mereka tidak memiliki stok produk,
mereka hanya menyediakan fasilitas dan sistem agar transaksi antara penjual dengan pembeli
bisa mudah dilakukan. Tidak hanya itu, saat ini marketplace sudah melangkah lebih jauh,
dimata mereka juga menjadi mediator atau pihak tengah yang memastikan transaksi yang
dilakukan lebih aman.

2.4 Keuntungan Berjualan di Marketplace

Salah satu keuntungan berjualan online di marketplace adalah tidak ada biaya sewa.
Berdasarkan pengertian marketplace yaitu pasar online sehingga penjual tidak perlu
membayar sewa tempat. Penjual hanya perlu mendaftar sebagai penjual kemudian
mempromosikan barang dagangannya. Pihak pengelola marketplace akan mendapatkan
keuntungan dari penjual yang memanfaatkan jasa iklan premium. Oleh sebab itu, biasanya
pihak pengelola akan selalu meningkatkan kemampuannya mengiklankan barang dari penjual
sehingga semakin banyak orang yang tertarik menggunakan jasa iklan premium.

Marketplace adalah suatu fasilitas menarik yang memberikan tempat untuk berjualan.
Fitur ini sangat menguntungkan. Jika Anda memiliki produk dan berniat untuk memasarkan
secara online, berjualan di marketplace sangat tepat. Anda dapat menemukan banyak pembeli
di sini. Anda tidak perlu kerepotan membuat website atau blog, langsung saja tawarkan
barang yang Anda miliki di marketplace.

2.5 CSR dalam Kaitannya dengan Marketplace

Archie B. Carroll (1999) adalah perusahaan atau (manajemen) yang memungkinkan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) perusahaan untuk mengambil berbagai keputusan untuk
mengambil tindakan (kegiatan) yang harus dapat memberikan nilai tambah (profit) sebagai
bentuk tanggung jawab orang tersebut).

CSR Marketplace adalah platform untuk korporat, usaha sosial, dan LSM untuk
terlibat dan berinteraksi satu sama lain, lebih memungkinkan kemitraan jangka panjang.
Pasar menjadi media bagi para pemangku kepentingan dan penerima manfaat untuk
mendapatkan wawasan tentang kebutuhan dan tuntutan sektor sosial dalam rangka
mendorong dampak sosial yang lebih besar. Pasar menyediakan media bagi pemangku
kepentingan dan penerima manfaat untuk mendapatkan wawasan tentang kebutuhan dan
persyaratan sektor sosial untuk menghasilkan dampak sosial yang lebih besar. Selain manfaat
praktis peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui produk atau layanan yang dihasilkan
oleh CSR ini, perusahaan Marketplace perlu:

1. Dapat mengenali (mengidentifikasi) aktivitas-aktivitas bisnisnya, mana yang memberi


dampak negatif secara luas (signifikan) terhadap masyarakat sekitarnya, mana yang
tidak dapat merusak citra perusahaan.
2. Menciptakan sistem informasi yang terintegrasi sehingga memudahkan konsumen
dalam memperoleh informasi sehingga tidak terjadi salah paham antara produsen dan
konsumen.
3. Menjamin keamanan data baik data konsumen maupun penjual.
4. Menjamin keamanan dan kenyamanan dalam menyediakan sarana transaksi antara
konsumen dengan penjual.
5. Memantau keluhan konsumen dan penjual mengenai sarana marketplace.
6. Memastikan tidak adanya kecurangan yang dilakukan oleh konsumen maupun
produsen.
7. Menyediakan informasi yang diperlukan bagi konsumen maupun produsen.
8. Menjaga hubungan baik dengan mitra, misal dengan perusahaan yang ingin iklan
dalam marketplace

Dalam lingkungan bisnis dewasa ini yang cepat berubah dan bersifat global,
perusahaan ditantang untuk berperan lebih luas sebagai institusi yang tidak saja menciptakan
kemakmuran masyarakat dan keuntungan perusahaan. Konsumen juga bagian dari
masyarakat dimana perusahaan berada, maka kegiatan-kegiatan CSR jika dirancang dengan
baik dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan dalam meningkatkan Customer Values
secara tidak langsung, terutama bagi masyarakat konsumen yang semakin kritis dewasa ini
dan semakin sadar lingkungan. Dengan demikian, perusahaan yang berhasil
mengintegrasikan kedua sisi kegiatan akan memunculkan indikator-indikator diterapkannya
konsep CSR dengan baik sebagai berikut :

1. Cause Promotion

Memberikan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah sosial, yang sekaligus
sebagai wujud komitmen tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan tersebut.

2. Corporate Social Marketing

Perusahaan membantu kegiatan implementasi kampanye untuk mengubah perilaku


tertentu yang negatif di masyarakat, seperti memasang sabuk pengaman ketika
berkendara agar menjadi lebih baik, aman dan tertib dalam berlalu lintas.

3. Community Volunteering

Membangun social values secara internal didalam perusahaan itu sendiri untuk
mendorong karyawan dan mitra bisnisnya yang secara sukarela terlibat membantu
masyarakat setempat, dimana keterlibatan secara sosial ini bisa juga dijadikan salah
satu persyaratan pengukuran kinerja personal karyawan di perusahaan tersebut.

4. Social Responsible Business Practice

Membangun inisiatif perusahaan untuk mengadopsi dan melakukan praktek bisnis


tertentu (sesuai dengan Marketing Mix yang direncanakan) untuk meningkatkan
kualitas komunikasi dan perbaikan lingkungan tempat tinggal konsumen.

Semakin banyaknya isu-isu sosial yang muncul di tengah-tengah masyarakat


termasuk dalam kehidupan seorang konsumen menyebabkan konsumen
mengharapkan adanya tindakan kepedulian suatu perusahaan dalam menghadapi isu-
isu sosial tersebut. Konsumen memiliki kecenderungan untuk memilih produk yang
membuat mereka merasa sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab sosial.
Melalui program CSR, dapat menjadi langkah yang tepat untuk dapat
mempertahankan kelangsungan usaha dan menjaga kepercayaan konsumen pada
entitas tersebut. Menurut Bertens (2000), jika membicarakan tentang tanggung jawab
sosial perusahaan maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk tujuan
sosial harus tidak memperhitungkan soal untung atau rugi ekonomi.

Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial ketika menghasilkan produk dan


menjual produknya. Konsekuensinya praktek produksi yang bertanggung jawab
seperti produksi yang menjamin keselamatan pelanggan, dan memiliki peringatan
yang semestinya untuk mencegah efek samping negative. Sedangkan praktek
penjualan yang bertanggung jawab seperti pedoman harga, periklanan yang beretika
dan survey kepuasan pelanggan. Untuk memastikan tanggung jawab kepada
pelanggan perlu diperhatikan seperti; menetapkan kode etik; memantau keluhan;
memperoleh dan menggunakan umpan balik pelanggan.
BAB III

KASUS

Bentuk upaya Bukalapak dalam melaksanakan CSR yaitu membentuk kelompok gerakan
sosial yang bernama Bukalapak Social Club (BSC). BSC merupakan kelompok di dalam
manajemen perusahaan yang fokus pada keterlibatan karyawan secara sukarela dalam
kegiatan-kegiatan sosial.

Salah satu program sosial yang BSC laksanakan adalah People Development bentuk kegiatan
ini berupa pengajaran oleh karyawan di sekolah-sekolah yang terletak di sekitar perusahaan
atau daerah. Tidak hanya karyawan tingkat bawah yang turun untuk mengajar, namun CEO
perusahaan pun ikut. Materi pengajaran didasarkan pada keahlian masing-masing karyawan.
Pelaksanaannya cenderung dilaksanakan di sekolah-sekolah tingkat dasar atau Sekolah Dasar
(SD). Sekolah-sekolah yang dipilih didasarkan pada pertimbangan kondisi sekolah dan juga
lokasi sekolah yang masih di area sekitar perusahaan.

Melalui BSC, terbukti karyawan memiliki motivasi baik sebagai manusia maupun sebagai
pekerja profesional di Bukalapak. Pimpinan perusahaan, CEO Bukalapak Achmad Zaky pun
tidak menjaga jarak yang jauh dengan para karyawan, dengan kerap turun ke lapangan
bersama dengan para karyawan yang sedang melakukan program sosial.

Jika dikaitkan dengan teori mengenai CSR, kegiatan BSC ini masuk ke dalam kategori
Community Volunteering, dimana para karyawan perusahaan turun langsung
menyumbangkan tenaga mereka di masyarakat. Selain itu, kegiatan BSC masuk ke dalam
kategori Corporate Philanthropy, di mana perusahaan melakukan penggalangan dana kepada
karyawan untuk masyarakat yang membutuhkan
SUPPORTING ARTICLE & CRITICAL REVIEW

Nakama Berbagi Inspirasi kepada Generasi Muda


melalui Nakamate: School in the Cloud
Penulis : Sylvania Tharina | 4 Agustus 2022

Nakamate, atau “Naka to be Mate”, adalah kegiatan kerelawanan yang diadakan


secara rutin oleh Corporate Social Responsibility (CSR) Tokopedia di bawah naungan
Tokopedia Bersama, yang mengajak para Nakama (karyawan Tokopedia) untuk
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan berbagi kepada komunitas yang
membutuhkan, serta menyalurkan aspirasi mereka untuk berperan lebih aktif dalam
lingkungan sosial. Di Tahun 2022 ini marketplace Tokopedia mengangkat isu pengenalan
diri sendiri merupakan salah satu langkah yang dapat membantu seseorang menggali potensi
yang dimiliki. Dengan mengetahui potensi, seseorang dapat mengetahui apa yang ingin
dilakukan dan dicapai dalam hidup. Namun, terbatasnya akses informasi dan pendidikan
dapat menghambat proses tersebut, seperti yang dapat dialami oleh siswa dan pemuda
prasejahtera.

Dengan misi untuk menjembatani dan meningkatkan kepedulian sosial guna memaksimalkan
kapasitas potensi dari kelompok masyarakat yang membutuhkan, Tokopedia Bersama
mengadakan kegiatan relawan Nakamate: School in the Cloud pada Sabtu, 19 Maret 2022
yang diikuti oleh lebih dari 50 Nakama (karyawan Tokopedia) untuk berbagi inspirasi dan
ilmunya kepada 57 remaja berusia 13 sampai 19 tahun.

Pada kegiatan ini, Tokopedia mengundang adik-adik binaan Nara Kreatif, sebuah yayasan
sosial yang fokus pada pemberdayaan anak putus sekolah dan pra sejahtera melalui program
sekolah kejar paket, serta siswa binaan ISCO Foundation, sebuah yayasan yang fokus
membantu anak pra sejahtera untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memaksimalkan
potensi mereka.

Dalam sesi 1-on-1 mentoring, Nakama berbagi materi tentang cara mengenal diri melalui
analisis SWOT, dimana adik peserta diajak untuk memetakan kelebihan serta kelemahan yang
masih bisa dikembangkan oleh mereka. Setelah mengetahui potensi dan kesempatan yang
dimiliki oleh adik peserta, Nakama mengajak adik untuk mencari bidang apa yang ingin
mereka tekuni kedepannya.

Cerita adik peserta pun beragam, ada yang ingin melanjutkan kuliah, menjadi atlet, bekerja di
bidang teknik, hingga membuka bisnis rumahan untuk membantu keluarganya. Dalam
diskusinya, Nakama memberikan tips serta arahan yang dapat adik peserta lakukan untuk
mencapai cita-cita mereka, seperti keterampilan apa yang dapat mereka kembangkan, hingga
langkah-langkah yang dapat mereka persiapkan sejak dini. Melalui pengalaman dan cerita
yang dibagikan oleh Nakama, Tokopedia Bersama harap dapat menumbuhkan rasa motivasi
dan kepercayaan diri adik peserta dalam mengembangkan diri mereka kedepannya.

Selain mengenal diri sendiri, Tokopedia Bersama menyadari bahwa membangun rasa
kepedulian terhadap sekitar pun tidak kalah penting, terutama di era pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, kegiatan ini pun dihadiri dan dibuka oleh Shahnaz Safitri, seorang Dosen
Psikologi dari Universitas Indonesia sekaligus Pendiri Apsara.id, yang terlebih dahulu
membagikan materi terkait cara membangun rasa empati beserta manfaatnya dalam
kehidupan pribadi, pendidikan, maupun profesional.

Sebagai perwujudan salah satu pilar Tokopedia Bersama yakni Edukasi dan Teknologi,
Tokopedia Bersama harap dapat terus mewadahi aspirasi Nakama yang ingin berbagi kepada
sesama dan ingin menciptakan dampak yang positif bagi komunitas yang membutuhkan
melalui program Nakamate.

Critical Review

➢ Teori pendukung :

Archie B. Carroll (1999) adalah perusahaan atau (manajemen) yang memungkinkan


tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) perusahaan untuk mengambil berbagai keputusan
untuk mengambil tindakan (kegiatan) yang harus dapat memberikan nilai tambah (profit)
sebagai bentuk tanggung jawab orang tersebut).

Social Responsible Business Practice sebagai bentuk konsep melalui membangun


inisiatif perusahaan untuk mengadopsi dan melakukan praktek bisnis tertentu (sesuai dengan
Marketing Mix yang direncanakan) untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan perbaikan
lingkungan tempat tinggal konsumen dari isu-isu sosial yang muncul di tengah-tengah
masyarakat
➢ Pembahasan

Tokopedia melakukan CSR berupa memberikan fokus pada pemberdayaan anak putus
sekolah dan pra sejahtera melalui program sekolah kejar paket untuk membantu anak
pra sejahtera untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memaksimalkan potensi
mereka dengan mengangkat isu lebih mengenal diri mereka sendiri di kala Covid-19.
Bentuk CSR yang dilakukan Tokopedia ini termasuk dalam konsep social responsible
business practice karena mengangkat isu sosial dalam masyarakat sebagai bentuk
membangun inisiatif perusahaan, meningkatkan kualitas komunikasi dan perbaikan
lingkungan di negara tempat konsumen Tokopedia itu berada.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kepedulian perusahaan terhadap kepentingan


pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka.
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih
komprehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan.

Indikator keberhasilan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sendiri


dilihat dari bagaimana masyarakat setempat merasakan manfaat dengan adanya kegiatan yang
dilakukan perusahaan. Karena dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat
dan memperhatikan limbah dari produk yang dihasilkan maka perusahaan tersebut telah
menjalankan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Dengan begitu terjalin hubungan
yang baik antara masyarakat setempat dengan perusahaan.

3.2 Saran

Menurut kelompok kami setiap perusahaan perlu dan wajib untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan. Karena suatu perusahaan dapat berjalan lancar ketika mereka mau
peduli dengan keadaan di sekitarnya dan tidak semata-mata hanya mementingkan
kepentingan perusahaan saja misalnya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan
menggunakan segala cara yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini
diperlukan hati nurani setiap individu dalam perusahaan tersebut untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat bagi kehidupan perusahaan
dalam jangka panjang. Karena tentunya masyarakat akan mendukung setiap kegiatan yang
dilakukan perusahaan asalkan tidak merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh
rasa kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Understanding the Workplaces of CSR


Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak,
maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau dimasuki orang
bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
1. tempat kerja yang diatur
CSR cenderung berfokus untuk memastikan bahwa perusahaan hidup sesuai
semangat dan juga surat hukum, dan melampaui undang-undang dengan
memperhatikan berbagai keragaman, keseimbangan kehidupan kerja, pelatihan
dan pemenuhan kerja, penyediaan dana pensiun, anti pelecehan, dan
sebagainya. Biasanya ditemukan di negara maju dimana UU perlindungan
karyawan diberlakukan dengan baik.
2. tempat kerja yang kurang diatur
Masalah CSR disini akan cenderung menimbulkan kekhawatiran seperti
kondisi kerja, gaji, persatuan, kesehatan dan keselamatan, kesempatan yang
sama, dan sebagainya. Biasanya ditemukan di negara berkembang karena UU
perlindungan karyawan tidak ada atau tidak diberlakukan dengan baik.
3. tempat kerja dirumah
Korporasi akan bertanggung jawab langsung atas pekerjaan in-housenya.
Namun, jika kemauan atau kemampuan untuk menyediakan praktik tempat
kerja yang bertanggung jawab terbatas, faktor lain seperti pelanggan utama
atau LSM akan terlibat dalam program CSR yang bertujuan memperbaiki
praktik ini.
4. tempat kerja outsourcing
Berbagai produsen diharapkan untuk bertanggung jawab atas tempat kerja
pemasoknya. Namun, Pemasok tidak dibebaskan dari CSR di tempat kerja,
tapi sifat dan tanggung jawabnya dapat berubah. Misalnya tempat kerja
outsourcing yang relevan dapat melampaui pemasok tingkat pertama untuk
mencakup lingkup tanggung jawab yang membentang di seluruh rantai
pasokan, baik bagian hulu maupun hilir.

Penempatan CSR
Berikut ini merupakan penempatan CSR:
1. Tanggung Jawab terhadap Karyawan
Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan.
Pertama, mereka mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lapangan
pekerjaan jika mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga memiliki tanggung
jawab terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka,
perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang sama

4
Perusahaan juga harus dapat memastikan bahwa tempat kerja aman
bagi karyawan dengan memantau secara ketat proses produksi. Beberapa
tindakan pencegahan adalah dengan memeriksa mesin dan peralatan guna
memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. mengharuskan
digunakannya kacamata keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat
mencegah terjadinya cedera, dan menekankan tindakan pencegahan khusus
dalam seminar seminar pelatihan
Perusahaan bertanggung jawab juga untuk memastikan bahwa
karyawan diberlakukan dengan semestinya oleh karyawan lain. Dua masalah
utama berkaitan dengan perlakuan Karyawan adalah keragaman dan
pencegahan terjadinya pelecehan seksual.Keragaman, tidak hanya terbatas
pada gender dan suku. Karyawan dapat berasal dari latar belakang yang
sepenuhnya berbeda dan memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga dapat
menimbulkan konflik ditempat kerja. Banyak perusahaan mencoba untuk
mengintegrasikan karyawan dengan latar belakang yang berbeda agar mereka
belajar bekerja sama guna mencapai tujuan bersama perusahaan sekalipun
mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah-masalah di luar
kerja. Banyak perusahaan merespons terhadap meningkatnya Keragaman antar
Karyawan dengan menawarkan seminar mengenal keragaman, yang
menginformasikan kepada karyawan mengenai keragaman budaya.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Banyak pengusaha yang pada saat ini telah melakukan AMDAL ini
dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Wujud nyata dari amdal in tercermin
dalam pelaksanaan pengolahan limbah industri sedemikian rupa sehingga
limbah tersebut menjadi tidak mengganggu lingkungan. Proses produksi yang
dilakukan oleh suatu bisnis tidak jarang akan menimbulkan pencemaran
lingkungan atau polusi, baik polusi tanah, air dan udara. Dalam hal ini masih
banyak pula pengusaha yang belum menyadari akan tanggung jawabnya
terhadap pengolahan limbah industri ini. Hal ini pada umumnya disebabkan
karena kurangnya kesadaran pengusaha terhadap pencemaran lingkungannya.
3. Penerapan Prinsip Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)
Penerapan prinsip K3 ini telah banyak dilaksanakan oleh perusahaan.
Ada beberapa perusahaan telah memperoleh penghargaan yang berupa "ZERO
ACCIDENT”. Perusahaan yang memperoleh penghargaan in berarti telah
menjalankan proses produksinya sedemikian lama tanpa mengalami
kecelakaan kerja bagi karyawannya. Hal ini merupakan prestasi yang cukup
bagus dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja. Guna menjalankan
pekerjaannya baik berupa topi pengaman, masker, maupun pakaian kerja
khusus dan sebagainya.

2.2 Responsibility for Human Right


Terdapat paradigma lama dalam dunia HAM bahwa perusahaan sebagai aktor non-
negara, bukanlah pemangku kewajiban untuk melindungi, menghormati, dan memenuhi hak
asasi manusia. Oleh karenanya, perusahaan tidak dapat dimintai pertanggung jawaban hukum

5
(legal responsibility) untuk menghormati hak asasi manusia. Anggapan ini kemudian
tergantikan dengan kemunculan paradigma baru dalam dunia HAM bahwa perusahaan
sebagai aktor non-negara dapat dimintai pertanggungjawaban untuk melakukan pemenuhan
HAM. Hal ini dapat merujuk pada Committee on Economic, Social, and Cultural Rights
(CESC) General Comments No. 12 Paragraph 20 yang menegaskan bahwa:
“Selain negara sebagai pihak dalam kovenan yang diwajibkan untuk bertanggung jawab dan
patuh terhadap terhadap isi kovenan namun setiap anggota masyarakat - individu, keluarga,
komunitas lokal, organisasi non-pemerintah, organisasi masyarakat sipil, serta sektor bisnis
swasta – turut memiliki tanggung jawab dalam merealisasikan hak atas pangan yang
memadai dan negara harus menyediakan lingkungan yang memfasilitasi pelaksanaan
tanggung jawab ini.”

Secara teknis, penerapan tanggung jawab perusahaan meliputi dua dimensi. Pertama,
dimensi internal perusahaan yang berhubungan dengan karyawan (industrial relation), yang
terkait dengan beberapa hal di dalamnya yaitu, manajemen sumber daya manusia (human
resources management), kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety at work), dan
manajemen penggunaan dan pelestarian sumber daya alam (management of environmental
impact and natural resources). Kedua, adalah dimensi eksternal yang meliputi
pengembangan komunitas lokal, relasi dengan mitra bisnis, penyedia bahan baku dan
konsumen serta terakhir adalah hak asasi manusia. Jika kita lihat pada kedua aspek dari
tanggung jawab sosial perusahaan tersebut baik dari dimensi internal dan eksternal, sangatlah
kental dengan nuansa HAM, terutama pada aspek hak-hak asasi ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada konvensi-konvensi HAM internasional, pemerintah memiliki peran sebagai pengemban
utama untuk memajukan penegakan hak-hak asasi manusia di negaranya, termasuk di
dalamnya ialah penegakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya baik yang tercantum dalam Deklarasi Hak
Asasi Manusia (Duham) maupun konvensi Ekosob meliputi hak-hak sebagai berikut (Allan
McChesney, 2003):
1. Hak atas kondisi kerja yang adil dan aman;
2. Hak mencari dan memilih pekerjaan;
3. Hak membentuk, bergabung dan mengambil keputusan bersama dalam serikat buruh;
4. Hak atas jaminan sosial, antara lain bantuan pemerintah pada masa tua dan saat tidak
adanya pekerjaan dan uang atau bantuan lainnya bagi orang yang membutuhkan
bantuan agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat;
5. Bantuan dan perlindungan keluarga;
6. Hak perkawinan yang sejajar bagi pria dan wanita.

Standar kehidupan yang memadai bagi tiap orang, dengan terpenuhinya pakaian,
perumahan dan makanan yang layak;
1. Standar tinggi pada kesehatan dan perawatan kesehatan untuk semua orang;
2. Pendidikan utama yang memuaskan bagi semua orang dan kesempatan yang lebih
meningkat pada pendidikan lebih lanjut;
3. Hak berpartisipasi dalam kehidupan budaya komunitas; dan
4. Hak mendapat keuntungan dan kemajuan ilmiah.

6
2.3 Involving Employee in CSR Programmes
Suatu penelitian menunjukkan, organisasi yang benar-benar melibatkan karyawannya
dalam program CSR cenderung mampu: menarik SDM berkualitas yang mau bergabung
dengan perusahaan yang bertanggung jawab; mempertahankan SDM berkualitas
sekaligus meningkatkan kesetiaan karyawan; tingkat keabsenan karyawan lebih rendah
dengan meningkatkan tingkat engagement sesama karyawan; berinovasi lebih
untuk memperoleh keuntungan yang kompetitif dimana karyawan adalah sumber ide
untuk keberlanjutan; dan mampu menjaga reputasi sekaligus branding perusahaan, dalam hal
ini karyawan merupakan touch point yang mencerminkan budaya perusahaan kepada
konsumen, mitra bisnis, dan masyarakat.
Jika dikaitkan dengan CSR, setidaknya ada tujuh kunci penting yang perlu
diperhatikan perusahaan untuk meningkatkan engagement karyawan melalui program
CSR.

1. Dukungan top management


Agar program CSR benar-benar tertanam dalam suatu perusahaan,
dukungan manajemen teratas sangat penting. Misalnya dengan membentuk struktur
formal seperti divisi program CSR yang berfungsi untuk mengaktifkan sinergi antara
manajemen teratas dengan tim penasihat

2. Menciptakan kesepahaman tentang CSR


CSR bisa berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda. Kunci
Kesalah Pahamannya adalah jika CSR diartikan sebatas tentang memberikan sedekah
atau filantropi. Oleh karena itu, baik top management maupun manajer CSR harus
benar-benar paham konsep seperti ISO 26000 yang merupakan pedoman kegiatan
amal perusahaan agar semakin bertanggung jawab secara lingkungan, sosial dan
secara etika. Hal ini akan membantu menciptakan kesepahaman tentang arti CSR bagi
perusahaan.
3. Menyelaraskan CSR dengan HR
Fungsi Human Resources (HR) bisa digabungkan sebagai sosok pendukung
baik untuk CSR hingga ke seluruh organisasi. HR juga dapat diselaraskan
dengan target perusahaan yang berkesinambungan dalam beberapa area, seperti
menetapkan kode etik karyawan; perekrutan SDM; orientasi, pelatihan, dan
pengembangan karyawan;menghubungkan kinerja berkelanjutan untuk
penilaian; memperoleh feedback dari karyawan untuk mendapat inisiatif yang
berkesinambungan; dan melakukan wawancara keluar untuk mengukur persepsi nilai
CSR yang dilakukan perusahaan.
4. Komunikasi dan edukasi
Komunikasi dan edukasi tentang CSR adalah sebuah proses yang terus menerus bagi
karyawan. Penting untuk melibatkan dan mengajak mereka ke level yang lebih
lanjut,misalnya mulai dari yang tadinya tidak peduli terhadap pesan CSR, menjadi
peduli, lalu pemahaman mereka jadi meningkat, lalu jadi percaya dan mau
berkomitmen untuk beraksi.

7
5. Menciptakan ‘green’ office
Saat perusahaan sudah lebih maju dalam hal operasional, pabrik, proses, dan sudah
memiliki rantai pasokan secara eksternal, hal ini bisa berarti ‘di luar perkiraan’ dan di
luar dugaan’ bagi banyak karyawan. Sebuah kantor ‘hijau’ adalah cara yang
tepat untuk mendemonstrasikan praktik CSR di tiga area. Pertama, untuk konservasi
sumber daya dalam mengurangi emisi karbon, misalnya dalam penggunaan
energi, air, kertas, dan udara. Kedua, mendukung kebiasaan pribadi yang
ditujukan karyawan dalam kehidupan pribadi mereka sehari-hari. Ketiga,
mendesain ruang kantor dan menetapkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas
fisik, mental dan emosional karyawan.
6. Melakukan aksi amal
CSR sering disalah artikan sebagai filantropi atau aksi amal. Sama pentingnya ketika
strategi yang dibuat perusahaan akan masuk akal jika dampak lingkungan dan sosial
dari kegiatan intinya dapat tercapai. Perusahaan yang benar-benar
mendukung aksi amal diyakini akan menciptakan engagement dan retensi
karyawan yang lebih tinggi. Artinya, ada banyak manfaat ketika perusahaan benar-
benar mendukung CSR.
7. Stakeholder engagement
Karyawan adalah touchpoint penting bagi sejumlah stakeholder, baik
interaksi dengan para investor, rantai pasokan, konsumen, LSM, komunitas,
masyarakat (termasuk keluarga dan kerabat karyawan), media, dan lainnya.
Budaya perusahaan yang berorientasi ke CSR akan sangat membantu terutama
dalam merespon ketika krisis. Hal Tersebut juga akan memudahkan perusahaan
memperoleh keunggulan kompetitif,khususnya ketika karyawan dibimbing untuk
berkomunikasi dengan pelanggan, mitra bisnis, LSM, dan masyarakat. Selain itu,
juga bisa memahami dimana letak kebutuhan stakeholder

8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada
sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Tujuan utama dari makalah ini adalah
untuk menguji persepsi karyawan tentang pentingnya pengungkapan CSR tentang tempat
kerja dan sumber daya manusia. Fokus Kajian pada persepsi keduanya adalah pengungkapan
informasi kepada pihak eksternal dan pemangku kepentingan internal sebagaimana
adanya pengungkapan CSR setiap tahun laporan dimaksudkan hanya untuk pengguna /
pemangku kepentingan eksternal tetapi tidak untuk karyawan. Ini adalah salah satu dari
sedikit studi (jika ada) untuk melihat perspektif karyawan memahami pentingnya
pengungkapan CSR khususnya pengungkapan tentang informasi tempat kerja dan sumber
daya manusia. Keterbukaan informasi tentang tempat kerja dan sumber daya manusia,
karyawan lebih menghargai pengungkapan dan pelaporan internal daripada pengungkapan
dalam laporan tahunan. Sebagai pemangku kepentingan internal, mereka memiliki lebih
banyak akses informasi dibandingkan dengan pemangku kepentingan eksternal yang
hanya mengandalkan laporan tahunan yang tersedia untuk umum bagi mereka.

Anda mungkin juga menyukai