PEMBAHASAN
d. Tahapan-Tahapan CSR
1. Tahap perencanaan.
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah
utamamembangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen manajemen, upaya
ini dapat berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessment merupakan
upayamemetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang
perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara
efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui
benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan
kejelasan dan keseragaman pola pikir danpola tindak seluruh elemen perusahaan
guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi.
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan
(direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana,
dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri
dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi.
4
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
4. Pelaporan.
5
melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
Dalam prakteknya, banyak masalah yang timbul dalam hubungan
perusahaan dengan hukum.Hukum merupakan sudut pandang normatif,
karena menetapkan apa yang harusdilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Dibandingkan dengan standar dan etika, hukum lebih jelas dan
pasti karena hukum ditulis diatas putih dan jika dilanggar ada sanksi
tertentu.
6
positif bagi perusahaan. Perusahaan melakukan CSR karena keterpaksaan
akibat tekanan dari masyarakat atau pihak lain. Perusahaan selalu
menggunakan alasan ekonomis dimana kondisi perusahaan masih dalam
tahap perkembangan, sehingga masih fokus untuk mendapat keuntungan
yang maksimal.
c. Kelompok Biru Merupakan perusahaan yang berpendapat bahwa kegiatan
CSR akan memberikan dampak positif terhadap bisnis dan menganggap
CSR sebagai investasi jangka panjang, yang akan memberikan dampak
bagi perusahaan berupa citra positif dan bagi masyarakat berupa
kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Perusahaan ini telah
menetapkan 20 program yang tepat sasaran,dengan tujuan yang terukur
dan dijalankan secara berkelanjutan.
7
baik untuk dilakukannya
• Prinsip Kejujuran : jujur dalam pemenuhan syarat – syarat perjanjian
dan kontrak, jujur dalam menawarkan sebuah barang atau jasanya,
jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
• Prinsip Keadilan : Memperlakukan semua orang secara adil dan sesuai
denganaturan yang dapat dipertanggung jawabkan
• Prinsip Mutualisme : Memperlakukan semua bisnis juga saling
menguntungkanantara dua belah pihak
• Prinsip Integritas Moral : Menghayati dan tetap menjalankan bisnis
tanpa harusmenjelek jelekkan pihak lain seperti pimpinan, karyawan
dan perusahaannya.
c. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
• Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar dalam
menjalankan bisnisnya bisa berjalan secara baik dan etis
C. Kelangsungan Hidup
Corporate Social Responsibility (CSR): Konsep dan Mekanisme Kerja
Dunia usaha merupakan bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki
tanggung jawab sosial yang sama dengan masyarakat. Pada kenyataannya, tidak
dapat dipungkiri bahwa peran dunia usaha selama ini hanya sebatas pemberian
dukungan dana secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy)
8
sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat. Hal ini memunculkan rasa kekecewaan masyarakat dan pemerintah
akan minimnya peran dunia usaha dalam kehidupan sosial dan adanya
kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR hanya sekedar untuk di mata masyarakat
ataubahkan hanya di mata konsumen mereka.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah selaku
pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat.
Peran pemerintah dalam hubungan dengan perusahaan diperlukan bukan sebagai
pihak pengatur atau pengendali tetapilebih merupakan pihak yang berperan sebagai
mitra. Peran pemerintah diperlukan bukan hanya sebagai pembuat
kebijakan,melainkan juga sebagai fasilitator dan dinamisator bagi dunia usaha
dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Peran
pemerintah sebagai pembuat kebijakan akan dibahas lebih detail pada pembahasan
selanjutnya.
The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR
sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan,
komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupan. Sankat danClement (2002) dalam Rudito dan Famiola (2007)
mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untukmeningkatkan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitasluas. Secara umum,
CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu
untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati,memanfaatkan, dan
memeliharalingkungan hidup yang ada.
CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan
berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada
masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara
mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Dengan perkataan lain, CSR dikembangkan dengan koridor Tri Bottom Line yang
mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan. Contoh sederhana pelaksanaan CSR
adalah dengan menghasilkan produk yang aman, tidak berbahaya bagi kesehatan,
dan ramah lingkungan; membuat sumur resapan; penyaluran limbah dengan baik;
9
dan pembatasan penggunaan AC dan listrik.
Ernst and Young mengemukakan bahwa perusahaan memiliki empat tanggung
jawab utama yaitu terhadap karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungan.
Keempat hal tersebut bisa menjadi dasar pertimbangan bagi perusahaan untuk
menetapkan program inti dalam melaksanakan CSR secara spesifik. Terdapat
sembilan program kerja yang dapat dilakukan perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan CSR yaitu:
1. Employee Programs
Karyawan merupakan aset berharga bagi perusahaan, sehingga tidak
mengejutkan jika perusahaan sangat memperhatikan pengembangan
kompetensi dan kesejahteraan karyawan. Perhatian terhadap kesejahteraan
karyawan perlu diperluas bukan hanya dari sisi jaminan kesehatan dan
keselamatan tetapi perlu adanya perluasan program seperti work life balance
program dan decision making empowerment program.
2. Community and Broader Society
Mayoritas perusahaan memiliki aktivitas dalam area ini, salah satunya adalah
melalui pemberdayaan masyarakat yang intinya adalah bagaimana individu,
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka (Shardlow, 1998 dalam Ambadar, 2008). Implementasi pemberdayaan
masyarakat melalui:
a. proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota
masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan.
10
melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
5. Governance or Code of Conduct Programs
Perusahaan menitikberatkan kegiatan sosial yang dilakukan berdasarkan
system yang diatur oleh pemerintah. Hal utama yang harus diperhatikan adalah
bagaimana stakeholder, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dapat
membuat regulasi atau ketentuan yang disepakati bersama untuk
mengefektifkan program CSR. Hal ini berarti diperlukan UU untuk mengatur
CSR pada level makro seperti sasaran program CSR, standar penilaian
keberhasilan program,dan koordinasi dengan pihak terkait.
6. Stakeholder Engagement
Programs Untuk menciptakan “effective engagement program” sebagai kunci
utama untukmencapai kesuksesan strategi CSR dan sustainability strategy.
7. Supplier Programs
Pembinaan hubungan yang baik atas dasar kepercayaan, komitmen,
pembagian informasi antara perusahaan dengan mitra bisnisnya, misalnya
melalui pengelolaan rantai pasokan atau jejaring bisnis.
8. Customer/Product Stewardship
Program Perlunya perhatian perusahaan terhadap keluhan konsumen dan
jaminan kualitasproduk yang dihasilkan perusahaan.
9. Shareholder Programs
Program peningkatan “share value” bagi shareholder, karena shareholder
merupakan prioritas bagi perusahaan
D. Corporate Citizenship
Pengertian Corporate Citizenship adalah cara perusahaan dalam bersikap atau
memperlihatkan perilaku ketika berhadapan dengan para pihak lain misalnya
pelanggan, pemasok, masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya sebagai salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan
meningkatkan keunggulan kompetitif serta membantu memperbaiki kualitas hidup
manusia. Corporate citizenship sangat berkaitan erat dengan masalah
pembangunan sosial (social development) dan juga diterapkan dalam konteks
kerjasama (partnership) dan tata kelola (governance).
Corporate citizenship mengacu pada tanggung jawab perusahaan terhadap
masyarakat. Tujuannya adalah untuk menghasilkan standar hidup dan kualitas
hidup yang lebih tinggi bagimasyarakat di sekitarnya. Dan tetap mempertahankan
keuntungan bagi para pemangku kepentingan.Permintaan untuk perusahaan yang
bertanggung jawab secara sosial terus tumbuh,mendorong investor, konsumen, dan
karyawan untuk menggunakan kekuatan individu mereka untuk secara negatif
mempengaruhi perusahaan yang tidak berbagi nilai-nilai terhadap mereka.Melalui
corporate citizenship yang baik, perusahaan bisa mendapatkan manfaat-manfaat
sebagai berikut:
1. Meningkatkan reputasi manajemen. Reputasi merupakan hal yang kritikal bagi
kesuksesan perusahaan. Reputasi yang positif perlu dibangun dan dikelola
oleh perusahaan secara serius.
2. Mempermudah dalam mengelola profil risiko dan manajemen risiko.
Beberapa risiko potensial yang mungkin timbul perlu dilakukan antisipasi
serta mitigasi, sehingga dampak negatif yang merugikan perusahaan dapat
diminimalisir.
3. Meningkatkan kreativitas dan inovasi terutama pada karyawan level bawah.
Perusahaan dapat maju dan berkembang pesat, apabila para karyawan
memiliki ide-ide kreatif dan inovasi tinggi yang dapat diaplikasikan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan manajemen yang telah meningkatkan
popularitas di seluruh dunia selama dekade terakhir. Sebagian besar perusahaan besar, dan bahkan
beberapa perusahaan kecil sekarang menampilkan laporan CSR, manajer, departemen atau
setidaknya proyek CSR, dan subjek semakin sering dipromosikan sebagai area inti manajemen, di
samping pemasaran, akuntansi, atau keuangan. CSR memiliki enam karakteristik ini yaitu; (a)
sukarela, (b) internalisasi atau pengelolaan eksternalitas, (c) orientasi multipihak, (d) penyelarasan
tanggung jawab sosial dan ekonomi, (e) praktik dan nilai, dan (f) di luar kedermawanan.
B. Saran
Sebaiknya semua perusahaan tidak hanya berfoku pada profit akan tetapi juga harus melaksanakan
program csr atau tanggung jawab sosial perusahaan karena program csr ini merupakan suatu
kewajiban bagi suatu perusahaan. Program csr tidak hanya menguntungkan bagi masyarakat
sekitar perusahaan akan tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri seperti meningkatkan citra
perusahaan, memperkuat “brand” perusahaan, mengembangkan kerja sama dengan para
pemangku kepentingan, membedakan perusahaan dengan pesaingnya, dan menghasilkan inovasi
dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
4
b. Tanggung jawab hukum, yaitu setiap tindakan perusahaan harus
mengikuti hukum yang berlaku sesuai aturan permainan.
c. Tanggung jawab etik, yaitu menjalankan bisnis dengan moral,
mengerjakan apa yang benar, dan apa yang dilakukan harus adil dan
tidak menimbulkan kerusakan.
d. Tanggung jawab filantropis, yaitu memberikan kontribusi secara
sukarela kepada masyarakat, memberi waktu, dan uang untuk
pekerjaan yang baik.
2. Klasifikasi yang berkaitan dengan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan:
a. Ethical CSR, yaitu secara moral perusahaan memilih untuk memenuhi
tanggung jawab perusahaan dari segi ekonomi, hukum, dan etika.
b. Altruistic CSR, yaitu memenuhi tanggung jawab filantropis perusahaan
dan melakukan pencegahan timbulnya kerusakan untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan
apakah hal itu menguntungkan perusahaan atau tidak.
c. Strategi CSR, yaitu memenuhi tanggung jawab filantropis yang
menguntungkan perusahaan melalui publikasi positif dan goodwill.
Definisi yang ditulis oleh organisasi dunia World Bisnis Council for
sustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu
komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan
kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat maupun
masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya serta seluruh
keluarga.
5
perusahaan dapat membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan dengan
masing-masing stakeholder, dan mencapai tujuan jangka panjang yang berkelanjutan.
6
2.2.2. Paradigma Dalam Menerapkan CSR
7
penuh atas tindakan dan kegiatan dalam operasional perusahaan yang berdampak pada
orang-orang atau masyarakat yang terdampak dan lingkungan sekitar.
Dalam konteks ini, tanggung jawab sosial atas Undang-Undang, memperbaiki
atau bersedia mengganti rugi atas segala kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas
perusahaan. Tanggung jawab sosial sendiri merupakan salah satu nilai moral yang
dimana posisinya tidak sama dengan hukum. Indonesia sendiri menghendaki adanya
CSR sebagai suatu kewajiban hukum, mengingat kurangnya kesadaran moral dan
bahkan seringkali terjadi sesuatu hal yang bersifat merugikan. Contohnya seperti
kerusakan lingkungan, eksploitasi SDA, tidak membayar pajak, dan lain-lain.
Dari gambaran yang beraneka ragam ini, maka tampaknya model hubungan
antar - stakeholder menjadi pilihan yang tepat bagi perkembangan bisnis di Indonesia.
Lebih ditekankan pada bentuk kemajemukan dari masyarakat dan juga berlandasan
pada model sistem politik nasional sebagai pedoman dalam mengatur tindakan dan
tingkah laku secara nasional.
8
aktif dan pasif. Hubungan perusahaan - stakeholder dilihat sebagai hubungan yang
mengalami perkembangan, dan hubungan tersebut diatur secara kontrak baik implisit
maupun eksplisit. Kontrak - kontrak ini sering tidak disebutkan dan tidak terarah pada
negosiasi yang sedang berjalan, khususnya pada bagian harapan yang akan diperoleh
dari hubungan ini dan apa yang akan diterima dari hubungan ini.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
BAB II
PEMBAHASAN
Marketplace merupakan pasar elektronik yang digunakan untuk kegiatan jual beli, produk
yang dijual dapat berupa jasa maupun barang. Marketplace memiliki 3 aspek yaitu B2B
(business to business), B2C (business to customer), dan C2C (customer to customer).
Berdasarkan pengertian marketplace, maka disini konsumen dapat menemukan banyak seller
yang menjual berbagai macam barang. Tentu saja hal ini sangat menguntungkan baik bagi
pembeli maupun penjual.
1. Jenis-Jenis Marketplace
Pada umumnya terdapat dua jenis kerja sama di situs marketplace Indonesia, yaitu
marketplace murni dan konsinyasi.
a. Marketplace Murni
b. Marketplace Konsinyasi
Jenis kerjasama yang kedua adalah konsinyasi atau istilah mudahnya adalah
titip barang. Jika penjual melakukan kerjasama konsinyasi dengan situs
marketplace, ia hanya perlu menyediakan produk dan detail informasi ke
pihak marketplace. Salah satu contoh marketplace yang menyediakan
kerjasama konsinyasi adalah Zalora. Contoh marketplace lain yang
menggunakan jenis kerjasama ini adalah Berrybenka.
a. Horizontal Marketplace
b. Vertikal Marketplace
1. Customer
Ada 10 juta orang di dunia ini yang membuka internet merupakan pembeli potensial
atas barang dan jasa yang ditawarkan atau diiklankan di internet. Pembeli mencari
perbandingan harga, barang sesuai pesanan, barang kolektor, entertainment, dan
lain-lain. Mereka bisa mencari informasi yang detail, membandingkan, menawar, dan
terkadang bernegosiasi. Organisasi tersebut adalah customer terbesar, lebih dari 85%
dari aktivitas EC.
2. Penjual
4. Infrastruktur
5. Front End
Halaman muka web yang terlihat oleh user, di mana penjual dan pelanggan saling
berinteraksi. Komponen dari front end bisa meliputi pintu gerbang penjual, katalog
elektronik, shopping cart, search engine, dan pintu pembayaran.
6. Back End
7. Perantara
Selain perantara, terdapat beberapa tipe partner bisnis, seperti pengiriman yang
berkolaborasi melalui internet, dan partner lain yang biasanya berkaitan dengan
supply chain.
9. Jasa Pendukung
Banyak jasa pendukung yang tersedia, mulai dari pengesahan sertifikat, jaminan
orang ketiga, sampai penyedia layanan.
Salah satu keuntungan berjualan online di marketplace adalah tidak ada biaya sewa.
Berdasarkan pengertian marketplace yaitu pasar online sehingga penjual tidak perlu
membayar sewa tempat. Penjual hanya perlu mendaftar sebagai penjual kemudian
mempromosikan barang dagangannya. Pihak pengelola marketplace akan mendapatkan
keuntungan dari penjual yang memanfaatkan jasa iklan premium. Oleh sebab itu, biasanya
pihak pengelola akan selalu meningkatkan kemampuannya mengiklankan barang dari penjual
sehingga semakin banyak orang yang tertarik menggunakan jasa iklan premium.
Marketplace adalah suatu fasilitas menarik yang memberikan tempat untuk berjualan.
Fitur ini sangat menguntungkan. Jika Anda memiliki produk dan berniat untuk memasarkan
secara online, berjualan di marketplace sangat tepat. Anda dapat menemukan banyak pembeli
di sini. Anda tidak perlu kerepotan membuat website atau blog, langsung saja tawarkan
barang yang Anda miliki di marketplace.
Archie B. Carroll (1999) adalah perusahaan atau (manajemen) yang memungkinkan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) perusahaan untuk mengambil berbagai keputusan untuk
mengambil tindakan (kegiatan) yang harus dapat memberikan nilai tambah (profit) sebagai
bentuk tanggung jawab orang tersebut).
CSR Marketplace adalah platform untuk korporat, usaha sosial, dan LSM untuk
terlibat dan berinteraksi satu sama lain, lebih memungkinkan kemitraan jangka panjang.
Pasar menjadi media bagi para pemangku kepentingan dan penerima manfaat untuk
mendapatkan wawasan tentang kebutuhan dan tuntutan sektor sosial dalam rangka
mendorong dampak sosial yang lebih besar. Pasar menyediakan media bagi pemangku
kepentingan dan penerima manfaat untuk mendapatkan wawasan tentang kebutuhan dan
persyaratan sektor sosial untuk menghasilkan dampak sosial yang lebih besar. Selain manfaat
praktis peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui produk atau layanan yang dihasilkan
oleh CSR ini, perusahaan Marketplace perlu:
Dalam lingkungan bisnis dewasa ini yang cepat berubah dan bersifat global,
perusahaan ditantang untuk berperan lebih luas sebagai institusi yang tidak saja menciptakan
kemakmuran masyarakat dan keuntungan perusahaan. Konsumen juga bagian dari
masyarakat dimana perusahaan berada, maka kegiatan-kegiatan CSR jika dirancang dengan
baik dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan dalam meningkatkan Customer Values
secara tidak langsung, terutama bagi masyarakat konsumen yang semakin kritis dewasa ini
dan semakin sadar lingkungan. Dengan demikian, perusahaan yang berhasil
mengintegrasikan kedua sisi kegiatan akan memunculkan indikator-indikator diterapkannya
konsep CSR dengan baik sebagai berikut :
1. Cause Promotion
Memberikan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah sosial, yang sekaligus
sebagai wujud komitmen tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan tersebut.
3. Community Volunteering
Membangun social values secara internal didalam perusahaan itu sendiri untuk
mendorong karyawan dan mitra bisnisnya yang secara sukarela terlibat membantu
masyarakat setempat, dimana keterlibatan secara sosial ini bisa juga dijadikan salah
satu persyaratan pengukuran kinerja personal karyawan di perusahaan tersebut.
KASUS
Bentuk upaya Bukalapak dalam melaksanakan CSR yaitu membentuk kelompok gerakan
sosial yang bernama Bukalapak Social Club (BSC). BSC merupakan kelompok di dalam
manajemen perusahaan yang fokus pada keterlibatan karyawan secara sukarela dalam
kegiatan-kegiatan sosial.
Salah satu program sosial yang BSC laksanakan adalah People Development bentuk kegiatan
ini berupa pengajaran oleh karyawan di sekolah-sekolah yang terletak di sekitar perusahaan
atau daerah. Tidak hanya karyawan tingkat bawah yang turun untuk mengajar, namun CEO
perusahaan pun ikut. Materi pengajaran didasarkan pada keahlian masing-masing karyawan.
Pelaksanaannya cenderung dilaksanakan di sekolah-sekolah tingkat dasar atau Sekolah Dasar
(SD). Sekolah-sekolah yang dipilih didasarkan pada pertimbangan kondisi sekolah dan juga
lokasi sekolah yang masih di area sekitar perusahaan.
Melalui BSC, terbukti karyawan memiliki motivasi baik sebagai manusia maupun sebagai
pekerja profesional di Bukalapak. Pimpinan perusahaan, CEO Bukalapak Achmad Zaky pun
tidak menjaga jarak yang jauh dengan para karyawan, dengan kerap turun ke lapangan
bersama dengan para karyawan yang sedang melakukan program sosial.
Jika dikaitkan dengan teori mengenai CSR, kegiatan BSC ini masuk ke dalam kategori
Community Volunteering, dimana para karyawan perusahaan turun langsung
menyumbangkan tenaga mereka di masyarakat. Selain itu, kegiatan BSC masuk ke dalam
kategori Corporate Philanthropy, di mana perusahaan melakukan penggalangan dana kepada
karyawan untuk masyarakat yang membutuhkan
SUPPORTING ARTICLE & CRITICAL REVIEW
Dengan misi untuk menjembatani dan meningkatkan kepedulian sosial guna memaksimalkan
kapasitas potensi dari kelompok masyarakat yang membutuhkan, Tokopedia Bersama
mengadakan kegiatan relawan Nakamate: School in the Cloud pada Sabtu, 19 Maret 2022
yang diikuti oleh lebih dari 50 Nakama (karyawan Tokopedia) untuk berbagi inspirasi dan
ilmunya kepada 57 remaja berusia 13 sampai 19 tahun.
Pada kegiatan ini, Tokopedia mengundang adik-adik binaan Nara Kreatif, sebuah yayasan
sosial yang fokus pada pemberdayaan anak putus sekolah dan pra sejahtera melalui program
sekolah kejar paket, serta siswa binaan ISCO Foundation, sebuah yayasan yang fokus
membantu anak pra sejahtera untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memaksimalkan
potensi mereka.
Dalam sesi 1-on-1 mentoring, Nakama berbagi materi tentang cara mengenal diri melalui
analisis SWOT, dimana adik peserta diajak untuk memetakan kelebihan serta kelemahan yang
masih bisa dikembangkan oleh mereka. Setelah mengetahui potensi dan kesempatan yang
dimiliki oleh adik peserta, Nakama mengajak adik untuk mencari bidang apa yang ingin
mereka tekuni kedepannya.
Cerita adik peserta pun beragam, ada yang ingin melanjutkan kuliah, menjadi atlet, bekerja di
bidang teknik, hingga membuka bisnis rumahan untuk membantu keluarganya. Dalam
diskusinya, Nakama memberikan tips serta arahan yang dapat adik peserta lakukan untuk
mencapai cita-cita mereka, seperti keterampilan apa yang dapat mereka kembangkan, hingga
langkah-langkah yang dapat mereka persiapkan sejak dini. Melalui pengalaman dan cerita
yang dibagikan oleh Nakama, Tokopedia Bersama harap dapat menumbuhkan rasa motivasi
dan kepercayaan diri adik peserta dalam mengembangkan diri mereka kedepannya.
Selain mengenal diri sendiri, Tokopedia Bersama menyadari bahwa membangun rasa
kepedulian terhadap sekitar pun tidak kalah penting, terutama di era pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, kegiatan ini pun dihadiri dan dibuka oleh Shahnaz Safitri, seorang Dosen
Psikologi dari Universitas Indonesia sekaligus Pendiri Apsara.id, yang terlebih dahulu
membagikan materi terkait cara membangun rasa empati beserta manfaatnya dalam
kehidupan pribadi, pendidikan, maupun profesional.
Sebagai perwujudan salah satu pilar Tokopedia Bersama yakni Edukasi dan Teknologi,
Tokopedia Bersama harap dapat terus mewadahi aspirasi Nakama yang ingin berbagi kepada
sesama dan ingin menciptakan dampak yang positif bagi komunitas yang membutuhkan
melalui program Nakamate.
Critical Review
➢ Teori pendukung :
Tokopedia melakukan CSR berupa memberikan fokus pada pemberdayaan anak putus
sekolah dan pra sejahtera melalui program sekolah kejar paket untuk membantu anak
pra sejahtera untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memaksimalkan potensi
mereka dengan mengangkat isu lebih mengenal diri mereka sendiri di kala Covid-19.
Bentuk CSR yang dilakukan Tokopedia ini termasuk dalam konsep social responsible
business practice karena mengangkat isu sosial dalam masyarakat sebagai bentuk
membangun inisiatif perusahaan, meningkatkan kualitas komunikasi dan perbaikan
lingkungan di negara tempat konsumen Tokopedia itu berada.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Menurut kelompok kami setiap perusahaan perlu dan wajib untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan. Karena suatu perusahaan dapat berjalan lancar ketika mereka mau
peduli dengan keadaan di sekitarnya dan tidak semata-mata hanya mementingkan
kepentingan perusahaan saja misalnya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan
menggunakan segala cara yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini
diperlukan hati nurani setiap individu dalam perusahaan tersebut untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat bagi kehidupan perusahaan
dalam jangka panjang. Karena tentunya masyarakat akan mendukung setiap kegiatan yang
dilakukan perusahaan asalkan tidak merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh
rasa kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Penempatan CSR
Berikut ini merupakan penempatan CSR:
1. Tanggung Jawab terhadap Karyawan
Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan.
Pertama, mereka mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lapangan
pekerjaan jika mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga memiliki tanggung
jawab terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka,
perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang sama
4
Perusahaan juga harus dapat memastikan bahwa tempat kerja aman
bagi karyawan dengan memantau secara ketat proses produksi. Beberapa
tindakan pencegahan adalah dengan memeriksa mesin dan peralatan guna
memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. mengharuskan
digunakannya kacamata keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat
mencegah terjadinya cedera, dan menekankan tindakan pencegahan khusus
dalam seminar seminar pelatihan
Perusahaan bertanggung jawab juga untuk memastikan bahwa
karyawan diberlakukan dengan semestinya oleh karyawan lain. Dua masalah
utama berkaitan dengan perlakuan Karyawan adalah keragaman dan
pencegahan terjadinya pelecehan seksual.Keragaman, tidak hanya terbatas
pada gender dan suku. Karyawan dapat berasal dari latar belakang yang
sepenuhnya berbeda dan memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga dapat
menimbulkan konflik ditempat kerja. Banyak perusahaan mencoba untuk
mengintegrasikan karyawan dengan latar belakang yang berbeda agar mereka
belajar bekerja sama guna mencapai tujuan bersama perusahaan sekalipun
mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah-masalah di luar
kerja. Banyak perusahaan merespons terhadap meningkatnya Keragaman antar
Karyawan dengan menawarkan seminar mengenal keragaman, yang
menginformasikan kepada karyawan mengenai keragaman budaya.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Banyak pengusaha yang pada saat ini telah melakukan AMDAL ini
dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Wujud nyata dari amdal in tercermin
dalam pelaksanaan pengolahan limbah industri sedemikian rupa sehingga
limbah tersebut menjadi tidak mengganggu lingkungan. Proses produksi yang
dilakukan oleh suatu bisnis tidak jarang akan menimbulkan pencemaran
lingkungan atau polusi, baik polusi tanah, air dan udara. Dalam hal ini masih
banyak pula pengusaha yang belum menyadari akan tanggung jawabnya
terhadap pengolahan limbah industri ini. Hal ini pada umumnya disebabkan
karena kurangnya kesadaran pengusaha terhadap pencemaran lingkungannya.
3. Penerapan Prinsip Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)
Penerapan prinsip K3 ini telah banyak dilaksanakan oleh perusahaan.
Ada beberapa perusahaan telah memperoleh penghargaan yang berupa "ZERO
ACCIDENT”. Perusahaan yang memperoleh penghargaan in berarti telah
menjalankan proses produksinya sedemikian lama tanpa mengalami
kecelakaan kerja bagi karyawannya. Hal ini merupakan prestasi yang cukup
bagus dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja. Guna menjalankan
pekerjaannya baik berupa topi pengaman, masker, maupun pakaian kerja
khusus dan sebagainya.
5
(legal responsibility) untuk menghormati hak asasi manusia. Anggapan ini kemudian
tergantikan dengan kemunculan paradigma baru dalam dunia HAM bahwa perusahaan
sebagai aktor non-negara dapat dimintai pertanggungjawaban untuk melakukan pemenuhan
HAM. Hal ini dapat merujuk pada Committee on Economic, Social, and Cultural Rights
(CESC) General Comments No. 12 Paragraph 20 yang menegaskan bahwa:
“Selain negara sebagai pihak dalam kovenan yang diwajibkan untuk bertanggung jawab dan
patuh terhadap terhadap isi kovenan namun setiap anggota masyarakat - individu, keluarga,
komunitas lokal, organisasi non-pemerintah, organisasi masyarakat sipil, serta sektor bisnis
swasta – turut memiliki tanggung jawab dalam merealisasikan hak atas pangan yang
memadai dan negara harus menyediakan lingkungan yang memfasilitasi pelaksanaan
tanggung jawab ini.”
Secara teknis, penerapan tanggung jawab perusahaan meliputi dua dimensi. Pertama,
dimensi internal perusahaan yang berhubungan dengan karyawan (industrial relation), yang
terkait dengan beberapa hal di dalamnya yaitu, manajemen sumber daya manusia (human
resources management), kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety at work), dan
manajemen penggunaan dan pelestarian sumber daya alam (management of environmental
impact and natural resources). Kedua, adalah dimensi eksternal yang meliputi
pengembangan komunitas lokal, relasi dengan mitra bisnis, penyedia bahan baku dan
konsumen serta terakhir adalah hak asasi manusia. Jika kita lihat pada kedua aspek dari
tanggung jawab sosial perusahaan tersebut baik dari dimensi internal dan eksternal, sangatlah
kental dengan nuansa HAM, terutama pada aspek hak-hak asasi ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada konvensi-konvensi HAM internasional, pemerintah memiliki peran sebagai pengemban
utama untuk memajukan penegakan hak-hak asasi manusia di negaranya, termasuk di
dalamnya ialah penegakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya baik yang tercantum dalam Deklarasi Hak
Asasi Manusia (Duham) maupun konvensi Ekosob meliputi hak-hak sebagai berikut (Allan
McChesney, 2003):
1. Hak atas kondisi kerja yang adil dan aman;
2. Hak mencari dan memilih pekerjaan;
3. Hak membentuk, bergabung dan mengambil keputusan bersama dalam serikat buruh;
4. Hak atas jaminan sosial, antara lain bantuan pemerintah pada masa tua dan saat tidak
adanya pekerjaan dan uang atau bantuan lainnya bagi orang yang membutuhkan
bantuan agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat;
5. Bantuan dan perlindungan keluarga;
6. Hak perkawinan yang sejajar bagi pria dan wanita.
Standar kehidupan yang memadai bagi tiap orang, dengan terpenuhinya pakaian,
perumahan dan makanan yang layak;
1. Standar tinggi pada kesehatan dan perawatan kesehatan untuk semua orang;
2. Pendidikan utama yang memuaskan bagi semua orang dan kesempatan yang lebih
meningkat pada pendidikan lebih lanjut;
3. Hak berpartisipasi dalam kehidupan budaya komunitas; dan
4. Hak mendapat keuntungan dan kemajuan ilmiah.
6
2.3 Involving Employee in CSR Programmes
Suatu penelitian menunjukkan, organisasi yang benar-benar melibatkan karyawannya
dalam program CSR cenderung mampu: menarik SDM berkualitas yang mau bergabung
dengan perusahaan yang bertanggung jawab; mempertahankan SDM berkualitas
sekaligus meningkatkan kesetiaan karyawan; tingkat keabsenan karyawan lebih rendah
dengan meningkatkan tingkat engagement sesama karyawan; berinovasi lebih
untuk memperoleh keuntungan yang kompetitif dimana karyawan adalah sumber ide
untuk keberlanjutan; dan mampu menjaga reputasi sekaligus branding perusahaan, dalam hal
ini karyawan merupakan touch point yang mencerminkan budaya perusahaan kepada
konsumen, mitra bisnis, dan masyarakat.
Jika dikaitkan dengan CSR, setidaknya ada tujuh kunci penting yang perlu
diperhatikan perusahaan untuk meningkatkan engagement karyawan melalui program
CSR.
7
5. Menciptakan ‘green’ office
Saat perusahaan sudah lebih maju dalam hal operasional, pabrik, proses, dan sudah
memiliki rantai pasokan secara eksternal, hal ini bisa berarti ‘di luar perkiraan’ dan di
luar dugaan’ bagi banyak karyawan. Sebuah kantor ‘hijau’ adalah cara yang
tepat untuk mendemonstrasikan praktik CSR di tiga area. Pertama, untuk konservasi
sumber daya dalam mengurangi emisi karbon, misalnya dalam penggunaan
energi, air, kertas, dan udara. Kedua, mendukung kebiasaan pribadi yang
ditujukan karyawan dalam kehidupan pribadi mereka sehari-hari. Ketiga,
mendesain ruang kantor dan menetapkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas
fisik, mental dan emosional karyawan.
6. Melakukan aksi amal
CSR sering disalah artikan sebagai filantropi atau aksi amal. Sama pentingnya ketika
strategi yang dibuat perusahaan akan masuk akal jika dampak lingkungan dan sosial
dari kegiatan intinya dapat tercapai. Perusahaan yang benar-benar
mendukung aksi amal diyakini akan menciptakan engagement dan retensi
karyawan yang lebih tinggi. Artinya, ada banyak manfaat ketika perusahaan benar-
benar mendukung CSR.
7. Stakeholder engagement
Karyawan adalah touchpoint penting bagi sejumlah stakeholder, baik
interaksi dengan para investor, rantai pasokan, konsumen, LSM, komunitas,
masyarakat (termasuk keluarga dan kerabat karyawan), media, dan lainnya.
Budaya perusahaan yang berorientasi ke CSR akan sangat membantu terutama
dalam merespon ketika krisis. Hal Tersebut juga akan memudahkan perusahaan
memperoleh keunggulan kompetitif,khususnya ketika karyawan dibimbing untuk
berkomunikasi dengan pelanggan, mitra bisnis, LSM, dan masyarakat. Selain itu,
juga bisa memahami dimana letak kebutuhan stakeholder
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada
sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Tujuan utama dari makalah ini adalah
untuk menguji persepsi karyawan tentang pentingnya pengungkapan CSR tentang tempat
kerja dan sumber daya manusia. Fokus Kajian pada persepsi keduanya adalah pengungkapan
informasi kepada pihak eksternal dan pemangku kepentingan internal sebagaimana
adanya pengungkapan CSR setiap tahun laporan dimaksudkan hanya untuk pengguna /
pemangku kepentingan eksternal tetapi tidak untuk karyawan. Ini adalah salah satu dari
sedikit studi (jika ada) untuk melihat perspektif karyawan memahami pentingnya
pengungkapan CSR khususnya pengungkapan tentang informasi tempat kerja dan sumber
daya manusia. Keterbukaan informasi tentang tempat kerja dan sumber daya manusia,
karyawan lebih menghargai pengungkapan dan pelaporan internal daripada pengungkapan
dalam laporan tahunan. Sebagai pemangku kepentingan internal, mereka memiliki lebih
banyak akses informasi dibandingkan dengan pemangku kepentingan eksternal yang
hanya mengandalkan laporan tahunan yang tersedia untuk umum bagi mereka.