Anda di halaman 1dari 9

Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis

Tanggung jawab sosial perusahaan sangat erat kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

• Apakah memang perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial ?

• Kalau ada, manakah lingkup tanggung jawab itu ?

• Apakah, terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan itu, perusahaan perlu terlibat dalam
kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat atau tidak ?

• Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan itu dapat dioperasionalkan dalam suatu perusahaan ?

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab
terhadapkonsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di mana ada argumentasi bahwa suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau devidenmelainkan juga harus berdasarkan
konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi
bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial,
tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan.
Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah
corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.

Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good CSR) memadukan empat prinsip good
corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability, dan responsibility, secara harmonis.
Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama
cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham
perusahaan.

Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas;
transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu; sedangkan
accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi yang
harus dipertanggung jawabkan.

1. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral

• Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional

• Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya

• Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu
Dalam membahas prinsip-prinsip etika profesi dan prinsip-prinsip etika bisnis, kita telah menyinggung
tanggung jawab sebagai salah satu prinsip etika yang penting. Persoalan yang pelik yang harus dijawab
pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung jawab moral. Manakah kondisi
yang relevan yang memungkinkan kita menuntut agar seseorang bertanggung jawab atas tindakannya.

2. Status Perusahaan

Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:

• Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hukum

• Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif

Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan itu
berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton Friedman,The Social Responsibilities of
Business to Increase Its Profits, New York Times Magazine,13-09-1970)

Perusahaan adalah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk berdasarkan peraturan hukum
tertentu dan disahkan dengan hukum atau legal tertentu. Karena itu, keberadaannya dijamin dan sah
menurut hukum tertentu. Itu berarti perusahaan adalah bentukan manusia, yang eksistensinya diikat
berdasarkan aturan hukum yang sah.

Sebagai badan hukum perusahaan mempunyai hak hak legal tertentu sebagaimana yang dimiliki oleh
manusia. Misalnya hak milik pribadi, hak paten, hak atas milik tertentu, dan sebagainya. Sejalan itu,
perusahaan juga mempunyai kewajiban legal untuk menghormati hak legal perusahaan lain atau tidak
boleh merampas hak perusahaan lain. Ini hanyalah bentuk tanggung jawab legal.

Anggapan bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan mengatakan bahwa
kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh manusia

Tanggung jawab moral perusahaan dijalankan oleh staf manajemen

Tanggung jawab legal tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral Sesungguhnya, pada tingkat
operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul tanggung jawab sosial dan moral perusahaan
ini, melainkan seluruh karyawan

3. Lingkup Tanggung jawab Sosial

• Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas

• Keuntungan ekonomis

Tanggung jawab social menunjukkan tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain
secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung
jawab social perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik bahwa perusahaan
mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu
dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain. Artinya keuntungan dalam bisnis tidak mesti
dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, atau kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian dengan konsep tanggung jawab social dan moral perusahaan mau dikatakan bahwa
suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai
pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.

4. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan

• Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya

Argument keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan social sebagai wujud
tanggung jawab social perusahaan adalah paham dasar bahwa tujuan utama, bahkan satu satunya, dari
kegiatan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar besarnya. Selain itu, fungsi bisnis ini adalah fungsi
ekonomis, buka fungsi social. Artinya bisnis adalah kegiatan ekonomi bukan kegiatan social

• Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan

Yang mau dikatakan disini adalah bahwa keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab social
perusahaan akan menimbulkan minat dan perhatian yang bermacam ragam, yang pada akhirnya akan
mengalihkan, bahkan mengacaukan para perhatian pimpinan perusahaan. Asumsinya keberhasilan
perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat sangat ditentukan oleh konsentrasi
seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan perusahaan, pada core businessnya.

•Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan malah
dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya, biaya yang dgunakan untuk keterlibatan perusahaan itu
bukan biaya yang disediakan oleh perusahaan itu, melainkan biaya yang telah diperhitungkan sebagai
salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar.

• Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial

Argument ini kembali menegaskan mitos bisnis amoral yang telah kita lihat. Dengan argument ini mau
dikatakan bahwa para pemimpin perusahaan tidak professional dalam membuat pilihan dan keputusan
moral. Mereka hanya professional dalam bidang bisnis dan ekonomi. Karena itu, perusahaan tidak punya
tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan social tertentu.

5. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan

•Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah Setiap kegiatan bisnis dimaksudkan untuk
mendatangkan keuntungan. Ini tidak bisa disangkal. Namun dalam masyarakat yang semakin berubah,
kebutuhan dan harapan masyarrakat terhadap bisnis pun ikut berubah. Karena itu, untuk dapat
bertahan dan berhasil dalam persaingan bisnis modern yang ketat sekarang ini, para pelaku bisnis
semakin menyadari bahwa mereka tidak bisa begitu saja hanya memusatkan perhatian pada upaya
mendatangkan keuntungan yang sebesar besarnya.
•Terbatasnya Sumber Daya Alam Argument ini didasarkan pada kenyataan bahwa bumi kita ini
mempunyai sumber daya alam yang terbatas. Bisnis justru berlangsung dalam kenyataan ini, dengan
berupaya memanfaatkan secara bertanggungjawab dan bijaksana sumber daya alam yang terbatas itu
demi memenuhi kebutuhan manusia. Maka bisnis diharapkan melakukan kegiatan social tertentu yang
terutama bertujuan untuk memelihara sumber daya alam.

•Lingkungan Sosial yang Lebih Baik Bisnis berlangsung dalam suatu lingkungan social yang mendukung
kelangsungan dan keberhasilan bisnis itu dimasa depan. Ini punya implikasi etis bahwa bisnis
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan social untuk memperbaiki lingkungan sosialnya
kea rah yang lebih baik. Semakin baiknya lingkungan sosialnya dengan sendirinya akan memperbaiki
iklim bisnis yang ada.

•Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social khususnya, maupun tanggung jawab
social perusahaan secara keseluruhan, juga dilihat sebagai suatu pengimbang bagi kekuasaan bisnis
modern yang semakin raksasa dewasa ini

• Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna

• Keuntungan Jangka Panjang

6. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

• Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa struktur
mengikuti strategi

• Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan ditentukan oleh strategi dari organisasi atau perusahaan
itu

• Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi perusahaan perlu
dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan tanggung jawab
sosial perusahaan adalah Audit Sosial

Saat ini sudah banyak perusahaan yang menerapkan program program tanggung jawab sosial. Mulai dari
perusahaan yang terpaksa menjalankan program tanggung jawab sosial-nya karena peraturan yang ada,
sampai perusahaan yang benar-benar serius dalam menjalankan program tanggung jawab sosial dengan
mendirikan yayasan khusus untuk program program tanggung jawab sosial mereka. Berdasarkan konsep
Triple Bottom Line (John Elkington, 1997) atau tiga faktor utama operasi dalam kaitannya dengan
lingkungan dan manusia (People, Profit, and Planet), program tanggung jawab sosial penting untuk
diterapkan oleh perusahaan karena keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan
lingkungan.

2.5 Kode Etik Berbagai Profesi


Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga diketahui
dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, ataupun calon anggota kelompok profesi. Kode
etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi. Sehingga
pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk menentukan bagaimana profesional
menjalankan kewajibannya.

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang sudah
mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan secara baik, sehingga
memuaskan semua pihak.

FUNGSI KODE ETIK

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang
professional agar tidak merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik
profesi:

1) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui
suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga
dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para
pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).

3) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.

KODE ETIK DARI KEDOKTERAN

1. Kesehatan pasien adalah prioritas dokter. Kode Etik kedokteran International menyebutkan bahwa
‘’Dokter harus memberikan kepada pasiennya loyalitas penuh dan seluruh pengetahuan yang
dimilikinya.
2. Mempunyai etika untuk menyimpan kerahasiaan pasiennya, kecuali jika diperlukan untuk
bertanggung jawab secara hukum, misalnya dalam pengadilan.

3. Apabila dokter akan melakukan tindakan operasi dan sebagainya, maka dokter diharuskan untuk
meminta ijin tertulis kepada pasien.

KODE ETIK DARI IT

Di dalam perusahaan – perusahaan pasti mempunyai setidaknya 1 IT yang bertanggung jawab terhasap
sistem di perusahaan tersebut. Pertanggung jawaban seorang IT yaitu terhadap software dan hardware.

1. Orang IT sebagai orang yang paling tau akan bisnis proses perusahaan mempunyai kode etik yang
mendasar untuk menjaga kerahasiaannya. Perusahaan sendiri mengantisipasi hal ini dengan adanya
kontrak kerahasiaan yang wajib ditandatangani oleh orang IT.

2. Kode etik dari IT yang lainnya adalah mendokumentasikan hasil buatannya ke dalam tulisan, agar
bisa dipahami oleh penerusnya/penggantinya. Karena setiap IT pasti mempunyai logika dari program
yang dibuatnya,sehingga tidak mungkin ada persamaan antara IT satu dengan IT yang lainnya. Hal ini
disebut penting sekali untuk masa depan perusahaan,yaitu apabila IT tersebut suatu saat pindah
bagian,maka penerus atau penggantinya dapat meneruskan,memperbaiki,dan mengembangkan
program yang telah dibuat oleh IT sebelumnya.

3. Selain itu kode etik yang harus dimiliki seorang IT adalah sangat diutamakan bahwa seorang IT harus
mempunyai etika yang membangun. Maksud dari membangun disini adalah seorang IT mempunyai
keahlian yang luar biasa dalam membuat aplikasi tetapi dengan keahlian mereka tersebut mereka juga
bisa membuat sesuatu yang menghancurkan perusahaan seperti virus,worm. Penyalahgunaan lain juga
bisa seperti menjual data perusahaan untuk mendapatkan uang, memanipulasi data seperti
memperbesar gaji dll.

KODE ETIK JURNALISTIK

1. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam


peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
2. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk
menyuarakan pendapatnya.

3. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.

4. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.

5. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.

6. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual,
dan pelaku tindak pidana di bawah umur.

7. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.

3.1 Kesimpulan

Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap
karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan
bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis
atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan
yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.
Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Di dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan
yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha
yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya
perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya,
makin hari semakin meningkat.

Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro.
Perspektif makro adalah pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan
lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Perspektif
mikro adalah dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam menciptakan
etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pengendalian Diri

pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh
apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun dengan jalan main curang atau memakan pihak lain
dengan menggunakan keuntungan tersebut.

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)


Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk
“uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

3. Mempertahankan Jati Diri

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.

4. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah dan sebaliknya.

5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.

6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang
dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis

7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan
tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan
pengusaha.

9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak
mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.

10. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang
telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.

11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif


Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan
Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
“proteksi” terhadap pengusaha lemah.

Etika dalam berbisnis sangatlah penting agar mempererat kerjasama antara satu perusahaan atau lebih,
etika tidak hanya untuk antar perusahaan tetapi juga harus terjalin dengan masyarakat sekitar bisnis
yang sedang di jalani. Menghindari segala bentuk tindak kecurangan jaga akan meningkatkan keeratan
bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

: http://andi-wb.blogspot.com/2012/05/kode-etik-profesi.html

http://julia.staff.ipb.ac.id/2013/01/11/kode-etik-bidang-information-teknologi-etika-profesi/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/kode-etik-berbagai-macam-profesi/

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai