Anda di halaman 1dari 17

Session 1

A. Pengertian
Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara
pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka bisa dipahami tujuan yang hendak dicapai dengan
penerapan Good Corporate Governance yaitu untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas

perusahaan.

Dalam

jangka

panjang

hal

ini

akan

membawa

pada

keberlangsungan usaha dan peningkatan profit secara signifikan.


B. Manfaat Good Corporate Governance
a) Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
b) Mendapatkan cost of capital yang lebih murah dengan penerapan Good Corporate
Governance.
c) Memberikan dasar keputusan yang lebih baik untuk meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan.
d) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari shareholder dan stakeholder terhadap
perusahaan.
e) Mempengaruhi harga saham secara positif.
f) Melindungi Direksi/Komisaris/Dewan Pengawas dari tuntutan hukum dan melindungi
dari intervensi politis serta usaha-usaha campur tangan di luar mekanisme korporasi.

C. Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Prinsip-prinsip utama yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya corporate governance


yang baik adalah :
1. Transparansi
Pada organisasi yang menerapkan Corporate Governance, transparansi atau keterbukaan
menjadi hal yang wajib untuk diterapkan. Mulai dari keterbukaan akan proses produksi,
laporan keuangan sepanjang keterbukaan tersebut tidak menyangkut rahasia organisasi.

2. Akuntabilitas
Akuntabilitas berhubungan dengan sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit
yang ada di organisasi. Akuntabilitas dilakukan oleh dewan komisaris dan direksi, dan komite
audit. Prinsip ini diharapkan dapat memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang
saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

3. Pertanggung jawaban
Prinsip ini diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk
mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta kewajiban-kewajiban sosial di tengah
masyarakat.

4. Kewajaran (fairness)
Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama
kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham
asing serta investor lainnya. Prinsip kewajaran ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang
timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua
pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda.

Perkembangan Corporate Governance di abad 21

Board terdiri dari mayoritas direktur independen


Setiap Key Committe harus memiliki bukti tertulis dari Board untuk job

descriptionnya.
Board harus mempertimbangkan secara resmi dalam hal menunjuk direktur

independen sebagai ketua atau direktur utama


Board harus teratur mengevaluasi kinerja CEO, manajer senior, board secara
keseluruhan, dan direksi masing-masing. Direktur lndependent harus mengontrol

metode dan kriteria untuk metode evaluasi.


Komite audit harus bertemu secara independen dengan kedua auditor internal dan

independen
Board harus secara konstruktif terlibat dengan manajemen untuk memastikan
pengembangan yang tepat, pelaksanaan, monitoring, dan modifikasi strategi

perusahaan mereka
Board harus menyediakan direksi baru untuk membiasakan mereka dengan tren
bisnis, industri perusahaan mereka, dan direkomendasikan praktek tata kelola

Session 2 Governance and Management


Definisi corporate governance dari berbagai perspektif :
a. Operational Perspective
Berpendapat bahwa corporate governance adalah segala sesuatu mengenai prosedur
dan proses dari hal-hal yang di direct dan di control oleh perusahaan. Operational
perspective fokus pada Shareholder, Board dan Management.
b. A relationship Perspective
Corporate Governance merupakan hubungan antara berbagai bagian termasuk CEO,
manajemen, pemegang saham, dan karyawan dalam menentukan arah dan kinerja
perusahaan
c. A Stakeholder Perspective
Corporate Governance merupakan proses dimana perusahaan mulai melakukan halhal nyata mengenai hak dan keinginan dari stakeholder
d. A Financial Economics Perspective
Corporate governance merupakan proses meyakinkan para supplier untuk
mendapatkan laba apabila melakukan investasi.
e. A Societal Perspective

Corporate Governance berfokus pada menciptakan keseimbangan antara tujuan


ekonomi dan tujuan sosial begitupula antara tujuan individu dan kelompok.

Fungsi dari Board

Accountability
Supervising Executive Activities
Strategy Formulation
Policymaking

One Tier and Two Tier Governance

Board

Board
Two
Tier
Manageme
nt

One Tier

Manageme
nt

Dalam one-tier system, peran dewan komisaris (pengawas) dan peran dewan direksi
(pelaksana/eksekutif) dijadikan dalam satu wadah. Wadah ini disebut board of director
(BOD). Penyatuan ini membuat tidak jelasnya peran dari pengawas dan pelaksana.
Di dalam one-tier corporate governance system, ada empat tipe struktur board:
1. Semua direktur eksekutif adalah anggota board. Top managers adalah juga anggota
board. ini banyak ditemukan pada perusahaan kecil, perusahaan keluarga dan start-up
business.
2. Mayoritas anggota board adalah direktur eksekutif. Di struktur ini ada direktur noneksekutif dalam board namun jumlahnya sedikit (minoritas)
3. Mayoritas adalah direktur non-eksekutif. Sebagian besar dari direktur non-eksekutif
ini adalah direktur independen.
4. Semua non-eksekutif direktur adalah anggota board. Banyak ditemukan dalam
organisasi non-laba. Struktur ini hampir mirip dengan struktur two-tier Eropa.
Sedangkan di dalam two-tier system, peran dewan komisaris dan dewan direksi dipisah
secara jelas. Dewan komisaris akan mengawasi kerja dewan direksi.
Untuk two-tier corporate governance system, struktur yang ada ialah terdiri dari dua board:
1. Dewan pengawas (supervisory board). Ini terdiri dari direktur non-eksekutif
independent dan direktur non-eksekutif tidak independent (connected).
2. Dewan pelaksana (executive board). Ini terdiri dari semua direktur pelaksana spt.
CEO, CFO, COO, CIO (C-level management).

Session 3 Theories and Philosophies of Corporate Governance

Agency Theory
Jensen and Meckling (1976) memberikan penjelasan tentang hubungan antara pemberi
wewenang (principal) dan yang diberi wewenang (agent). Principal direpresentasikan sebagai
pemegang saham dan penerima wewenang direpresentasikan sebagai manajemen. Kedua
pihak, principal dan agent, secara normative dan empiris.

Mereka berusaha untuk menguntungkan diri sendiri atas beban pihak lain, pemegang saham
menginginkan nilai sahamnya selalu naik yang akan mencerminkan peningkatan wealth
mereka, dengan meminta manajemen menghasilkan laba per lembar saham yang tinggi.
Karena Earning Per Share (EPS) mempunyai korelasi positip dengan harga saham
(Machfoedz dan Sugiri 2002; Ou and Penman 1990). Dengan adanya target EPS yang tinggi,
maka manajemen akan melakukan earnings management (Machfoedz dan Fajrih 2005) agar
bottom line earnings tinggi dan manajemen akan memperoleh insentip yang memadai.
Kondisi seperti ini menimbulkan problem keagenan(The Agency Dilemma). Prinsipal yang
menginginkan nilai saham naik secara kontinyu akan menekan manajemen supaya terus
menerus berusaha maksimal meningkatkan laba. Manajemen akan dipertahankan
kedudukannya atau memperoleh bonus dan tantiem yang cukup, maka manajemen akan
berusaha mempertinggi laba dengan mencari metoda akuntansi yang fit untuk itu. Seringkali
tidak disadari oleh pemegang saham bahwa earning manajemen akan bisa membahayakan
sustainabilitas perusahaan, seperti pada kasus Enron. Inilah yang disebut bounded rationality.
Masalah hubungan keagenan lainnya adalah adanya kesenjangan penguasaan informasi
(information assimetry). Manajemen yang mengoperasikan perusahaan jauh lebih banyak
mempunyai informasi dibandingkan pemegang saham atau stakeholders lainnya. Kondisi ini
akan menyebabkan kurangnya informasi yang diterima pemegang saham dan akan berakibat
kesalahan dalam membuat keputusan (adverse selection).
Di dalam one tier system yang dianut oleh Amerika, maka permainan dengan information
assimetry bisa dilakukan oleh pemegang saham mayoritas bersama-sama dengan manajemen,
karena mereka berada dalam satu kelompok pembuat keputusan perusahaan. Apabila ini
terjadi, maka yang paling dirugikan adalah pemegang saham minoritas, karena mereka bisa
keliru membuat keputusan investasi dan akan menderita kerugian investasi. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) yang salah satu

caranya adalah memperbanyak outside directors (Independent Commissioners). Kondisi


information assimetry lebih parah terjadi pada two tiers system, seperti di Indonesia, dimana
pemegang saham berada diluar manajemen (walau dalam banyak kasus pemegang saham
mayoritas akan duduk sebagai komisaris). Dengan demikian, maka kembali tata kelola yang
baik akan mengharuskan perusahaan mempunyai komisaris independent.
Atau gampangnya Agency Theory punya metode kerja seperti ini : Principal membuat
kontrak kerja dengan Agent dengan tujuan memaksimumkan keuntungan Principal.
Ada 2 teori yang menentang Agency Theory yaitu :
Stakeholder Theory (yang menghasilkan CSR)
Stakeholder : -. Shareholder
-. Community
-. Employee
menggangap harus ada keadilan dalam
-. Supplier
-. Consumer
pemberian keuntungan kepada Stakeholder
Stewardship Theory
Stewardship Theory adalah harmonisasi antara pemilik modal (principles) dengan
pengelola modal (steward) dalam mencapai tujuan bersama, tetapi secara implisit
merefleksikan bagaimana akuntansi membangun sebuah konstruk pola kepemimpinan dan
hubungan komunikasi shareholder dan manajemen, atau dapat juga terjadi antara top
manajemen dengan jajaran manajemen lain dibawahnya dalam sebuah organisasi
perusahaan dengan mekanisme situasional yang mencakup filosofis manajemen dan
perbedaan budaya organisasi, dan kepemimpinan dalam pencapaian tujuan bersama tanpa
menghalangi kepentingan masing-masing pihak.
Transaction Cost Economics
= berfokus pada biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dengan tujuan efisiensi biaya.

Resource Dependency
Teori ketergantungan sumberdaya dikemukakan oleh Aldrich dan Pfeffer tahun 1976. Teori
ini awalnya dikembangkan untuk memberikan perspektif alternatif bagi para ahli ekonomi
mengenai merger dan board interlocks, dan memahami tipe hubungan interorganisasional
yang memiliki peranan besar dalam market failure belakangan ini. Dasar dari teori ini
adalah pernyataan Emerson pada tahun 1962 yang menyatakan bahwa kekuasaan (power) A

atas B berasal dari kontrol atas sumberdaya yang dibutuhkan B, di mana sumberdaya tersebut
tidak ditemukan di tempat lain. Sehingga pengelola perusahaan memiliki motivasi untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan meningkatkan otonomi perusahaan yang
mereka kelola. Penekanan pada kekuasaan dan penelaahan yang hati-hati terhadap taktik
yang tersedia bagi pengurus perusahaan merupakan cici-ciri dari teori ketergantungan
sumberdaya yang membedakannya dengan pendekatan lainnya. Beberapa taktik yang dapat
digunakan sebagai contoh adalah jika perusahaan tergantung kepada satu sumber saja untuk
keperluan bahan baku, maka cara untuk menjadi lebih otonom adalah dengan mencari dan
memelihara sumber alternatif. Taktik lain yang dapat digunakan adalah dengan menjadi besar.
Perusahaan besar, memiliki kecenderungan gagal yang lebih kecil dibandingkan perusahaan
kecil. Keuntungan lainnya yang diperoleh dari ukuran perusahaan yang besar adalah
perusahaan dapat meminta bantuan pemerintah ketika perusahaan tersebut menghadapi
masalah. Alternatif taktik yang sedikit lebih berisiko adalah dengan memasukan perwakilan
dari supplier ke dalam dewan untuk mendapatkan dukungan, atau dengan memasukan wakil
dari kelompok pelanggan yang besar ke dalam dewan, atau dengan memasukan bekas pejabat
pemerintahan ke dalam dewan untuk mendapatkan legitimasi (Davis dan Cobb, 2009).
Strategi dan taktik pemilihan komposisi anggota BOD sebagai salah satu cara untuk
mengatasi ketergantungan dan menjadi lebih otonom merupakan suatu hal yang mendapat
perhatian akhir-akhir ini. Dengan menggunakan komposisi BOD yang tersebar, akan
meningkatkan paling tidak lima hal yaitu:
(1) Meningkatkan pemahaman akan pasar.
Dengan makin tersebarnya pasar, perusahaan harus dapat memahami karakteristik
pelanggannya. Cara yang baik adalah dengan menggunakan tenaga penjualan yang tersebar
pula.
(2) Meningkatkan kreatifitas dan inovasi.
Sikap, fungsi kognitif, dan keyakinan tidak tersebar secara acak dalam populasi, tetapi
cenderung berbeda secara sistematis sesuai dengan variabel demografi seperti umur, ras, dan
gender. Sehingga konsekuensi yang dapat diharapkan dari peningkatan keragaman budaya
dalam organisasi adalah munculnya perepektif yang berbeda-beda yang akan meningkatkan
kinerja dari tugas yang kreatif. Sebagai tambahan, karyawan yang merasa dihargai dan
didukung oleh organisasinya, cenderung akan lebih inovatif.

(3) Meningkatkan kualitas pemecahan masalah.


Kelompok yang heterogen cenderung menghasilkan pemecahan masalah yang lebih inovatif.
Perbedaan diantara anggota kelompok menyebabkan anggota kelompok dapat melihat
permasalahan dari berbagai perspektif berdasarkan pengalaman anggota kelompok. Hal ini
menyebabkan pembuat keputusan mengevaluasi lebih banyak alternatif dan menelaah dengan
lebih hati-hati konsekuensi dari alternatif yang diberikan.
(4) Meningkatkan keefektifitasan pemimpin.
Komposisi demografi pada level top management mempengaruhi strategi kompetitif dan
keefektifitasan finansial perusahaan.
(5) Membina hubungan global yang efektif.
Tantangan yang dihadapi manajer puncak adalah mengubah keragaman etnokultural menjadi
keunggulan diferensial dalam persaingan pasar global yang semakin meningkat. Sehingga
manejemen terhadap diversitas dapat berdampak terhadap baik kinerja finansial jangka
panjang maupun terhadap kinerja saham jangka pendek perusahaan (Robinson dan Dechant,
1997).

Sesi 4 & 5
The Governance Partnership: Investors, Companies, and Directors

1. Shareholder Right (Hak Pemegang Saham), Stewardship (Kepengurusan), Activism,


and Information
Hak pemegang saham ditentukan berdasarkan jumlah saham/asset perusahaan

yang dia miliki, peraturan di perusahaan, serta pedoman/kebijakan perusahaan.


Dengan memiliki jumlah saham yang banyak, maka kita akan mendapatkan
hak untuk mendapatkan informasi terbaru, ikut dan memiliki suara saat RUPS,

memeriksa pemegang saham lain dan jajaran direksi perusahaan.


Pemegang saham tidak memiliki hak untuk ikut terlibat atau mempengaruhi

kegiatan operasional harian.


Pemegang saham memiliki hak untuk memilih dan dipilih sebagai direksi
perusahaan.

Hukum serta hak yang dimiliki oleh pemegang saham akan berbeda antara 1

perusahaan dengan perusahaan lainnya.


Semakin besar jumlah saham yang dimiliki. Sebanding dengan tanggung

jawab yang harus dikerjakan.


Pemegang saham utama memiliki peran sebagai pengawas dari kegiatan

harian perusahaan.
Sebagian besar perusahaan menyediakan informasi yang lebih dari minimum

untuk para pemegang sahamnya.


2. Tipe Tipe Direksi
Shadow Director
Bukan merupakan bagian direksi secara formal, namun memiliki
pengaruh dalam pengambilan keputusan yang akan diambil oleh

bagian direksi.
Alternate Director
seorang yang dapat mengambil / mengganti posisi seorang direksi

ketika direksi tersebut tidak dapat menghadiri sebuah meeting.


Nominee Director
Seorang bagian direksi yang dapat dinominasikan sebagai kepala

direksi karena jumlah saham yang dimilikinya.


Governing Director
Istilah ini biasa digunakan di Negara Australia, untuk menjelaskan
seorang direksi yang mempunyai kekuasaan yang dominan di suatu

perusahaan pribadi.
Corporate Director
Seorang direksi yang ada dikarenakan oleh kebijakan / peraturan
yang ada di perusahaan tersebut, bukan karena jumlah saham yang

dia miliki.
Worker Director
Istilah ini biasa digunakan di Negara bagian eropa. Worker
Director adalah seorang bagian direksi yang berasal dari para
pekerja untuk menjaga hubungan kerjasama antara para pemegang

saham dengan pihak pekerja.


Associate Director
Adalah seorang yang memiliki jabatan seorang direksi pada suatu
perusahaan, namun secara hukum legal belum termasuk bagian
direksi.

3. Directors legal duties and right:


Menjaga tanggung jawab dan kepercayaan dari para pemegang saham

untuk menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham.


Tugas untuk menjaga dan memastikan keinginan pemegang saham

tercapai.
4. Peran seorang Kepala Direksi
Mengatur / mengadakan rapat umum pemegang saham
Memimpin tim direksi
Menyelesaikan masalah yang sedang terjadi di lingkungan perusahaan
5. Corporate Officer
Petugas perusahaan / jabatan yang ada di perusahaan, ditentukan oleh

peraturan yang berlaku di perusahaan.


Peraturan perusahaan mencakup seluruh bagian direksi, sekretaris, staff,

termaksud kepala direksi.


The Company Secretary, merupakan peran formal di suatu perusahaan
Di Negara Amerika, The Company Secretary dijabat oleh konsultan penasihat
yang bias berasal dari internal ataupun eksternal perusahaan.

Model of Corporate Governance


1. The American Rules Based Model
Model corporate governance di amerika adalah kesatuan
Semua perusahaan yang ada di amerika tunduk pada peraturan Negara dan

peraturan yang ada di perusahaan.


Perlindungan investor, persyaratan audit, financial perusahaan adalah
tanngungjawab federal dan diawasi oleh US Securities and Exchange

Commision (SEC).
Proses lingkungan perusahaan di amerika adalah kesatuan dgn di dominasi

oleh direksi eksternal yang independent.


SEC juga bertugas untuk melakukan pemeriksaan pada dewan direksi,

nominasi calon kepala direksi, dan remunerasi.


Di Negara amerika, pemegang saham minoritas mempunyai sedikit pengaruh
kepada dewan direksi, selain mengungkapkan ketidakpuasan krn tidak bias
memvoting dalam RUPS, menjual saham yg dimiliki, atau beralih ke saham

lain.
Perusahaan di amerika harus tunduk pada undang-undang yang ada yang
bersifat tidak fleksibel
Direksi akan menghadapi sanksi hokum apabila melanggar peraturan.
Kesimpulannya, di Negara amerika seluruh perusahaan wajib mematuhi
semua peraturan yang ada di undang-undang Negara, peraturan Negara

dan peraturan perusahaan.


2. The UK / Commonwealth principles-based model
Perusahaan di UK / Inggris berdasarkan hokum umum yang berakarkan

undang-undang Negara, dan kasus hukum.


Di UK dan Negara bagiannya, perusahaan berdasarkan prinsip.
Kode etik perusahaan atau praktek yang baik dari perusahaan ditentukan oleh

dewan direksi di perusahaan tersebut, bukan berdasarkan hukum.


Perusahaan wajib melaporkan bahwa mereka telah mengikuti kode etik dan
menjelaskan alasan jika tidak mengikuti kode etik.
Kesimpulannya, di Negara UK seluruh perusahaan mengikuti prinsip yang
ada di Negara dan perusahaan, namun masih ada pengecualian apabila

dapat memberikan alasan yang tepat mengapa tidak mengikuti prinsip.


3. The Continental European two-tier model
Perusahaan di Negara bagian eropa tunduk pada hukum yang ada
Pasar modal di Negara bagian eropa cenderung kecil dan kurang aktif

Control terhadap pasar lemah. Pinjaman bank lebih banyak digunakan untuk
membiayai perusahaan, sehingga pengaruh bank terhadap perusahaan

cenderung lebih besar. Terlebih lagi di Negara bagian Jerman.


Investor lebih konsentrasi dalam kepemilikin saham perusahaan karena
kebanyakan perusahaan di Negara bagian eropa kepemilikan saham

dominannya atas nama nama keluarga. Terlebih di Negara prancis dan itali.
Perusahaan secara frekuensi memiliki praktek kerja social terhadap

masyarakat.
Banyak perusahaan yang mempunyai perwakilan dari serikat pekerja, dan

perwakilan ini memiliki kekuasaan.


4. The Japanese Business network model
Keiretsu adalah jaringan antar perusahaan yang ada di Jepang yang terkoneksi

melalui hubungan antar direksi perusahaan


Anggota perusahaan cenderung memiliki tingkat penjualan yang ekstensif
Jaringan termasuk di antara institusi keuangan
Model klasik keiretsu mencerminkan kohesi social dalam masyarakat Jepang,
menekankan persatuan seluruh organisasi, hubungan non-permusuhan,
pekerjaan seumur hidup, SP-TP, kebijakan personalia mendorong komitmen,
inisiasi ke keluarga perusahaan, pengambilan keputusan dengan konsensus,
silang pelatihan fungsional, dan promosi berdasarkan loyalitas dan

kompatibilitas social serta kinerja.


Jaringan keiretsu terdiri dari lapisan management top level.
Para direksi antar perusahaan sering melakukan pertemuan namun bersikap

pertemuan yg bersifat tertutup.


Kepala direksi dipilih oleh dewan direksi
5. Hal yang mendukung konvergensi:
Kode etik perusahaan dan praktek yang baik
Regulasi keamanan
Standard akuntansi international
Praktek audit yang terkonsentrasi
Globalisasi dari perusahaan
Meningkatnya harga saham perusahaan pada pasar saham di Negara lain
Institusi investor international
Merger lintas Negara
Research publikasi, konferensi international, dan jurnal-jurnal professional
6. Hal yang mendukung diferensiasi:
Perbedaan legal
Standard proses legal
Perbedaan kebijakan pasar saham antar Negara
Strukturisasi kepemilikan perusahaan

Latar belakang sejarah, budaya dan grup etnik.

Session 6

the basic board functions

Board functions working through management

Menyeimbangkan kinerja dan kesesuaian peran dewan

Setiap dewan menghadapi tantangan untuk keseimbangan yang wajar antara peran kinerja,
perumusan strategi dan kebijakan, pada satu pihak, dan, peran kesesuaian pengawasan dan

ackuntabilitas eksekutif, dan lain sebagainya.


Waktu Direksi berada di bawah tekanan. Jadi cara di mana pekerjaan dewan dan commiitees
yang dialokasikan sangat penting.

Masalahnya adalah bahwa semakin dewan berkonsentrasi pada upaya pengawasan


manajemen kegiatan kesesuaian dan akuntabilitas-lebih bahwa dewan datang untuk melihat
pekerjaan sebagai memastikan kepatuhan dengan persyaratan tata kelola perusahaan dari kode

masing-masing, peraturan, dan hukum.


Bahkan, beberapa direksi percaya bahwa tata kelola perusahaan pada dasarnya adalah tentang

kepatuhan
Kerangka acuan komite dewan tersebut perlu diidentifikasi secara jelas dan dibatasi untuk
menghindari pelanggar pada isu-isu yang harus sah menjadi perhatian dewan secara
keseluruhan.

Boards committees: fungsi dan otoritas

komite Dewan yang menyediakan pengawasan manajemen


Komite audit
Komite Remunerasi
Komite nominasi
komite dewan lainnya untuk pengawasan manajemen
komite Dewan yang mengurangi beban pada papan secara keseluruhan

Normative balance of board functions: how directors suggest boards should balance their
activities

Reported balance of board functions: how directors believe boards do balance their activities

Session 7
Level of risk: the concept of enterprise risk management

corporate risk muncul di setiap tingkatan dalam organisasi-operasional, manajerial, dan

strategis
Risiko operasi terjadi dalam perusahaan: kebakaran, kecelakaan, pencurian, dan sebagainya
resiko manajerial mencerminkan bahaya yang dapat terjadi dari kegiatan organizationt:
kewajiban produk, risiko pihak ketiga, dan polusi local

Every board has a duty to ensure that:

risiko signifikan yang dihadapi perusahaan yang diakui


sistem penilaian risiko ada dan efektif di seluruh organisasi
prosedur evaluasi risiko dikembangkan dan operasional
sistem pemantauan risiko yang kuat, efisien, dan efektif
strategi kelangsungan bisnis dan kebijakan manajemen risiko ada, secara teratur diperbarui,
dan diterapkan dalam praktek

As we have already seen, in every organization, risk arises at various levels:

resiko-paparan strategis perusahaan untuk ancaman dari luar organisasi;


resiko-paparan tingkat manajemen risiko yang timbul dari kegiatan perusahaan;
operasional resiko-paparan bahaya dalam perusahaan.

Analisis risiko dalam suatu organisasi melibatkan sejumlah tahapan iteratif sebagai berikut.

pengakuan risiko
Tugas beresiko
evaluasi risiko
kebijakan manajemen risiko
pemantauan risiko

sistem informasi manajemen risiko dan transfer

lnternationally, tren ke arah sentralisasi informasi dan manajemen risiko tanggung jawab
sistem manajemen risiko perusahaan (ERMS) memberikan informasi secara rutin dan teratur
bagi manajemen untuk mengambil keputusan eksekutif, dan untuk papan untuk melakukan

pemantauan dan fungsi pengawasan


The ERMS juga harus menghasilkan informasi untuk memungkinkan perusahaan untuk
berkomunikasi secara eksternal auditor, regulator, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lain yang sah, untuk juga untuk asuransi dan brokers

Anda mungkin juga menyukai