Anda di halaman 1dari 17

MODUL ORGANISASI DAN MANAJEMEN RS SERTA MANAJMEEN

UNIT PELAYANAN RS
(ARS 101)

MODUL SESI 10
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN GOOD CLINICAL
GOVERNACE

DISUSUN OLEH
Dr Rokiah Kusumapradja, MHA

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
SUB TOPIK 1 SESI SEPULUH

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Tujuan istruksional umum diharapkan agar mahasiswa :


1. mampu menggunakan konsep dan teori Good Cor[porate
Governance
2. Secara spesifik, mahasiswa paham manfaat good corporate
Governace
3. Memahami dan menggunakan Good Clinical Governace dalam
meingkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RS

Topik bahasan :
1. Pengertian Good Corporate Governance
2. Manfaat Manajemen Good Corporate Governance

3. Good Clinical Governace


Uraian sub topik 1 : Pengertian good corporate Governace
Pengertian Good Corporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) adalah seperangkat peraturan yang


menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Forum for
Corporate Governance in Indonesia, 2001).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
Good corporate governance merupakan sebagai tata cara kelola perusahaan
sehat yang sudah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International
Monetary Fund (IMF). Menurut The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG), Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme
yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders).

Corporate Governance adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan


untuk mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis dan usaha-usaha
korporasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai- nilai perusahaan serta
kontinuitas usaha. good corporate governance merupakan struktur, sistem, dan
proses yang digunakan oleh organ- organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya.
Menurut Bank Dunia (World Bank), good corporate governance adalah
kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Berikut definisi dan pengertian good corporate governance dari beberapa


sumber buku:

Menurut Tunggal (2013), good corporate governance adalah sistem yang


mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk
menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada
stakeholders, karyawan dan masyarakat sekitar.

Menurut Agoes (2011), good corporate governance adalah suatu sistem


yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris peran Direksi,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan
yang baik juga disebut sebagai proses yang transparan atas penentuan
tujuan perusahaan, pencapainya dan penilaian kinerjanya.

Menurut Kusmastuti (2008), good corporate governance merupakan


sistem tata kelola yang diselenggarakan dengan mempertimbangkan semua
faktor yang mempengaruhi proses institusional, termasuk faktor-faktor yang
berkaitan dengan regulator.

Menurut Sutedi (2011), good corporate governance adalah suatu proses


dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik
modal, komisaris, dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan
dan nilai-nilai etika.

Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

Good corporate governance merupakan langkah yang penting dalam


membangun kepercayaan pasar (market confidence) dan mendorong arus
investasi international yang lebih stabil dan bersifat jangka panjang. Adapun
tujuan dari penerapan Good Corporate Governance adalah sebagai berikut:

Menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang


berkepentingan (stakeholders).

 Memastikan bahwa sasaran yang ditetapkan telah dicapai.

 Memastikan bahwa aktiva perusahaan dijaga dengan baik.

 Memastikan perusahaan menjalankan praktik-praktik usaha yang sehat.

 Memastikan kegiatan-kegiatan perusahaan bersifat transparan.

Manfaat langsung yang dirasakan perusahaan dengan mewujudkan


prinsip-prinsip good corporate governance adalah meningkatnya produktivitas
dan efisiensi usaha. Manfaat lain adalah

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
meningkatnya kemampuan operasional perusahaan dan pertanggungjawaban
kepada publik. Selain itu juga memperkecil praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta konflik kepentingan. Corporate governance yang baik dapat
mendorong pengelolaan organisasi yang lebih demokratis (partisipasi banyak
kepentingan), lebih accountable (adanya pertanggungjawaban dari setiap
tindakan), dan lebih transparan serta akan meningkatkan keyakinan bahwa
perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), manfaat


pelaksanaan good corporate governance antara lain adalah sebagai berikut:

Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses


pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional
perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan


tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
corporate value.

Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di


Indonesia.

Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena


sekaligus akan meningkatkan shareholders’s value dan deviden. Khusus bagi
BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil
privatisasi.

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), terdapat lima


prinsip dalam good corporate governance yaitu sebagai berikut:

a. Transparansi (Transparency)

Transparency yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang


material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan. Perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi
yang cukup, akurat, tepat waktu kepada

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
segenap stakeholdersnya. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan
keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui
keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

b. Kemandirian (Indenpency)

Independency atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan


dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlau
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas (Accountability)

Accountability yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan


pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif. Bila prinsip accountability (akuntabilitas) ini diterapkan secara
efektif, maka perusahaan akan terhindar dari agency problem (benturan
kepentingan peran). Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar, untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain.

d. Pertanggung jawaban (Responsibility)

Responsibility adalah kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan


perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan
yang berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah
pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
Para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan
dalam

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

e. Kewajaran (Fairness)

Fairness adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak- hak


stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan
dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan
kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham, pemangku
kepentingan lainnya dan semua orang yang terlibat di dalamnya berdasarkan
prinsip-prinsip kesetaraan dan kewajaran stakeholder.

Unsur dan Aspek Good Corporate Governance

Menurut United Nation Development Program (UNDP), good corporate


governance terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

Participation. Mengarah pada jaminan keterlibatan bahwa setiap warga


negara dalam pembuatan suatu keputusan, baik secara langsung maupun
melalui intermediasi atau institusi yang mewakili kepentingannya. Hal ini
dibangun atas dasar demokrasi dan partisipasi secara konstruktif.

Rule of Law. Bahwa hukum harus mencerminkan nilai keadilan dan


kesamaan setiap orang didepan hukum serta dilakukannya law enforcement dan
hak asasi manusia.

Transparency (Transparansi). Hal ini dibangun atas dasar kebebasan


informasi dimana proses, lembaga, dan informasi dapat langsung diakses oleh
pihak-pihak yang membutuhkan. Setiap informasi tersebut harus bersifat
komunikatif, dapat dipahami dan dimonitor.

Responsiveness. Bahwa setiap proses dan kelembagaan yang ada harus


dapat melayani setiap stakeholders.

Consensus Orientation. Hal ini menyelesaikan bahwa prinsip corporate


governance menjadi mediasi antara kepentingan yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih
luas dalam setiap kebijakan maupun prosedur.

Equity. Bahwa semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama


dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.

Effectiveness and Efficiency (Efektivitas dan Efisiensi). Adanya jaminan


bahwa setiap proses dan lembaga yang ada harus menghasilkan sesuatu yang
sesuai dengan program yang telah digariskan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.

Accountability (Akuntabilitas). Bahwa pengambil keputusan dalam


pemerintahan sektor swasta dan masyarakat mesti bertanggungjawab kepada
publik dan lembaga-lembaga stakeholders.

Strategic Vision. Pimpinan suatu perusahaan harus berlandaskan


perspectif corporate governance.

Good corporate governance adalah prinsip perusahaan yang perlu


diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata- mata
demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan
tujuan perusahaan. Menurut Sutedi (2011), aspek-aspek yang harus dijalankan
dalam pelaksanaan good corporate governance adalah sebagai berikut:

a) Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus mampu


melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hal-hal dasar pemegang saham,
yaitu :

b) Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode Pendaftaran


kepemilikan;

c) Hak untuk mengalihkan dan memindah-tangankan kepemilikan saham;

d) Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara


berkala dan teratur;

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
e) Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS);

f) Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi;

g) Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.

Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable


treatmment of shareholders). Kerangka yang dibangun dalam Corporate
Governance haruslah menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh
pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini
melarang adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam
(insider trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self dealing). Selain itu,
prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika
menemukan transaksi- transaksi yang mengandung benturan atau konflik
kepentingan (conflict of interest).

Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of


stakeholders). Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus
memberikan pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan,
sebagaimana ditentukan oleh undang-undang dan mendorong kerja sama yang
aktif antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan, serta kesinambungan usaha (going
concern).

Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparancy). Kerangka


yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang
berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup informasi
mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan.
Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai
dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan untuk
meminta auditor eksternal (KAP) melakukan audit yang bersifat independen
atas laporan keuangan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the
board). Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin
adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap
manajemen oleh dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.
Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban
profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.

Topik 2 : Konsep, Standar, dan Audit Penerapan Tata Kelola


Klinis (Good Clinical Governance)

Tata kelola pelayanan klinis yang baik atau Good Clinical


Governance kembali hangat dibicarakan di Indonesia pada era Jaminan
Kesehatan Nasional, dimana fasilitas pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu namun tetap dapat menjaga
biaya pelayanan tetap efisien (kendali mutu dan kendali biaya).

Sejak tahun 2006, penulis telah melakukan


pendampingan penerapan tatakelola klinis diberbagai rumah sakit
(RS) pemerintah dan swasta dan juga diberbagai
Puskesmas. Meskipun detail penerapan tata kelola klinis di
pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat sekunder-tersier berbeda,
namun secara umum konsep dasarnya tetap sama.

Konsep dasar yang perlu dipahami sebelum mulai menerapkan


berbagai kegiatan terkait tata kelola klinis yang baik adalah pemahaman
mengenai pilar/komponen yang
membangun clinical governance serta standar yang dapat digunakan untuk
menilai/mengaudit ketepatan penerapan good clinnical governace.

Berikut ini akan penulis paparkan mengenai ke 4 pilar dan 8


standar clinical governance serta cara melakuan audit/ penilaian dengan contoh
aplikasi di RS namun juga dapat berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama.

Pilar Good Clinical Governance

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
Banyak konsep tentang komponen kegiatan clinical governance akan
tetapi secara garis besar terdiri atas empat pilar seperti yang dikembangkan di
negara bagian Australia Barat (gambar 1)

Gambar 1. Clinical Governance for the Western Australian Public Health


System

1. Fokus pada customer (customer value)

Pilar pertama adalah nilai konsumen, yang mendorong pelayanan


kesehatan untuk melibatkan konsumen dan stakeholder dalam mempertahankan
dan meningkatkan kinerja pelayanan dan dalam perencanaan untuk masa depan
organisasi. Konsumen dalam hal ini bukan hanya pasien, akan tetapi juga
meliputi pemerintah setempat dan organisasi non-pemerintah.

Dalam menerapkan pilar pertama ini selain melibatkan konsumen, rumah


sakit juga harus memperhatikan nilai-nilai yang dianut oleh konsumen tersebut.
Contoh nilai-nilai yang dianut oleh konsumen misalnya pasien meyakini bahwa
suatu rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang dokternya mampu
menjelaskan dengan baik mengenai penyakit yang dialami oleh pasien dan
juga dokter dapat menjelaskan rencana tindakan medis yang akan dilakukan.

Keterlibatan konsumen yang efektif memerlukan kepemimpinan yang


baik pula untuk memastikan bahwa keterlibatan tersebut bermanfaat, efektif
dan memberikan hasil yang positif hasil bagi pelayanan kesehatan.

Berikut adalah hal-hal penting dari customer value:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 /
a) Hubungan yang berkelanjutan, yaitu melibatkan konsumen yang
menekankan komunikasi dua arah antara konsumen dan rumah sakit.
Contohnya adalah termasuk informed consent, manajemen keluhan, survei
kepuasan pasien dan memberikan informasi tentang layanan bagi pasien
dan keluarganya.

b) Partisipasi konsumen, yaitu melibatkan konsumen dalam


perencanaan rumah sakit, kebijakan pembangunan dan pengambilan
keputusan. Hal ini dilakukan untuk memastikan kepada konsumen
bahwa rumah sakit benar- benar menyediakan pelayanan yang
mudah diakses, adil dan responsif terhadap prioritas-prioritas setempat.

Outcome yang diharapkan adalah:

 Peningkatan pemahaman karyawan terhadap pelayanan kesehatan dan


lebih responsive terhadap kebutuhan pelanggan/pasien.

 Peningkatan pengetahuan pelanggan/pasien dan juga peningkatan


partisipasi pelanggan/pasien dalam pelayanan kesehatan dan manajemen.

 Peningkatan kepercayaan pelanggan/pasien terhadap organisasi pelayanan


kesehatan/rumah sakit.

 Peningkatan outcome pelanggan/pasien.

Dengan menerapkan Clinical Governance diharapkan RS dapat lebih

memperhatikan konsumen dengan memperhatikan nilai-nilai


yang dianut oleh konsumen tersebut.

2. Clinical performance and evaluation

Pilar yang kedua ini bertujuan untuk menjamin penggunaan serta


monitoring dan evaluasi standar klinis yang berbasis bukti (evidence- based).
Hasilnya adalah sebuah budaya, di mana evaluasi organisasi dan kinerja klinis,
termasuk audit klinis merupakan hal yang umum dan diharapkan ada di setiap
organisasi pelayanan klinis. Terdapat tiga buah alat yang dapat digunakan
untuk membantu organisasi layanan kesehatan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 /
untuk mencapai hasil ini, yaitu standar klinis, indikator klinik, dan audit
klinik.

Hal ini sudah diwujudkan oleh RS dengan telah dimilikinya daftar


indikator klinik yang digunakan untuk mengukur kinerja klinik. Tahap yang
masih harus dilakukan RS adalah melakukan evaluasi terhadap hasil dari
pengukuran kinerja klinik tersebut. Perlu ada kerjasama dari semua pihak di
rumah sakit, antara lain komite medis, keperawatan, hingga marketing. Jika
pengukuran kinerja klinik menunjukkan hasil yang baik, maka hal ini dapat
digunakan sebagai alat untuk marketing rumah sakit, yaitu dengan
menunjukkan kepada masyarakat bahwa RS mampu memberikan pelayanan
klinik dengan baik yang ditunjukkan dengan bukti pengukuran kinerja klinik.

Outcome yang diharapkan adalah:

 Pengembangan clinical pathway di dalam praktek klinis.

 Peningkatan kepatuhan terhadap praktek klinis berbasis bukti dan


berkurangnya variasi dalam praktek klinis.

 Peningkatan outcome pelanggan/pasien.

Berkurangnya biaya perawatan kesehatan melalui pengurangan efek


samping.

3. Clinical risk management

Segala kegiatan di rumah sakit memiliki risiko, baik untuk pasien


maupun untuk petugas yang berada di dalam rumah sakit tersebut. Meskipun
demikian perlu dilakukan penjaminan bahwa risiko yang muncul minimal. Pilar
ketiga ini menitikberatkan untuk meminimalisir risiko klinis dan meningkatkan
keamanan kepada pasien dan petugas secara keseluruhan. Hal ini dicapai
dengan melakukan identifikasi, mengurangi risiko, dan mengurangi
kejadian yang tidak diinginkan.

Aspek-aspek yang tercakup dalam manajemen risiko klinis adalah:

a) pelaporan, monitoring, dan analisis trend kejadian yang tidak diinginkan,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 /
b) pelaporan, monitoring, dan penyelidikan klinis kejadian yang jarang terjadi
(sentinel event),

c) analisis risiko, termasuk identifikasi, penyelidikan, evaluasi dan analisis


risiko klinis.

Sebagai catatan komite atau subkomite keselamatan pasien bukanlah satu-


satunya pihak yang berperan dalam menerapkan pilar ini, namun menjadi
tanggung jawab dari seluruh staf dan seluruh pihak yang ada di rumah sakit.

Outcome yang diharapkan:

 Peningkatan monitoring dan pelaporan kejadian yang tidak


diharapkan.

 Peningkatan pemantauan terhadap insiden klinik dan kejadian yang tidak


diharapkan.

 Peningkatan proses risk management.

 Pengurangan jumlah kejadian yang tidak diharapkan.

4. Profesional development and management

Pilar keempat ini mendukung proses pemilihan dan perekrutan staf


klinis. Dalam hal ini profesionalisme terus dikembangkan, dijaga, dimonitor,
dan dikontrol. Proses ini menjamin staf yang ditunjuk dan diperkerjakan adalah
orang yang terampil dan berhati-hati terhadap prosedur baru. Hal yang tercakup
dalam pilar keempat ini adalah standar kompetensi dan pengembangan
profesional berkelanjutan.

RS melakukan upaya agar semua staf dapat meningkatkan


kompetensinya, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Dalam skala besar
misalnya adalah dengan menjalani pendidikan formal, mengikuti pelatihan-
pelatihan. Sedangkan peningkatan kompetensi dalam skala kecil dicontohkan
dengan belajar melalui pengalaman yang ada sehari-hari yang muncul dan
dibahas di dalam kegiatan morning meeting, yaitu
masalah yang ada dipecahkan berumah sakitama dan diupayakan kegiatan
tindak lanjutnya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 /
Termasuk dalam profesional development and management adalah
pengelolaan kinerja para staf. RS telah memiliki Key Performance Indicators
(KPI), bahkan KPI yang ada telah sampai pada level individu. Perlu juga
dikembangkan KPI untuk para dokter, KPI untuk para perawat, dan KPI untuk
para profesional.

Bagian SDM bukanlah satu-satunya bagian yang bertanggung jawab


terhadap profesional development and management di rumah sakit, namun
merupakan tanggung jawab dari seluruh staf yang ada di rumah sakit, dan tugas
tim auditor internal adalah memastikan bahwa semua staf terlibat di dalamnya.

Outcome yang diharapkan adalah:

 Peningkatan kredensial dokter;

 Peningkatan pengembangan profesional dan pelatihan keterampilan untuk


karyawan;

 Peningkatan kinerja manajemen; dan Peningkatan kepuasan kerja


karyawan.

Link: https://www.bmj.com/content/317/7150/61.pdf+html
Literatur :
Tunggal, A. Wijaya. 2013. Internal Audit dan Good Corporate Governance.
Jakarta: Erlangga.
Agoes, Sukrisno. 2011. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.
Kusumastuti, A. Dwi . 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011. Surakarta: Universitas Surakarta.
Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Corporate Governance:
Tata Kelola Perusahaan. Jakarta: Prentice Hall.
Kaplan, R.S., & Norton D.P. (2001). The Strategy-Focused Organization.
Boston, Mass.: Harvard Business School Press.Borkowski,
Nancy,Organizational Behavior Helath Care,2011,Jones and Barlettlett Publ,
Canada
Coffman, Karen dan Katie Lutes (2007),

Lewin, Kurt pada tahun 1951

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 /
Hanafi, Mamduh. 2008. Manajemen. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Kemenkes , Standar Nasional Akreditasi Rumah sakit ed 1.1., 2019,

Jones, Gareth R. dan Jennifer M George. 2010. Contemporary Management. New York:
McGraw Hil

Robbin (2006 : 721), budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang
... suatu konsep yang satu (unitary concept),

Shortel,StephenM, Kaluzny,Arnold D, att all, Health Care Management “ a Text in


Organization Theory and Behavior, second edd,1988, Delmar Publ,Canada

Srinivasan,A,V, Managing Modern Hospital, 2008,Sage Publ, California


Model peruabah

Latihan
10.1. tujuan dari penerapan Good Corporate Governance adalah Menciptakan
nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) diantaranya :.

A. Memastikan bahwa sasaran yang ditetapkan membaik


B. Memastikan bahwa aktiva perusahaan meningkat
C. Memastikan perusahaan menjalankan praktik-praktik usaha yang sehat.

Jawaban C

10.2 Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), terdapat lima


prinsip dalam good corporate governance yaitu sebagai berikut, kecuali:

A. Transparansi (Transparency)
B. Akuntabilitas (Accountability)
C. responsiveness

Jawaban C
10.3. Menurut Sutedi (2011), aspek-aspek yang harus dijalankan dalam
pelaksanaan good corporate governance adalah sebagai berikut:

A. Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus


mampu melindungi hak-hak para pemegang saham,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 /
B. Hak untuk memperoleh jaminan keuangan;

A. Hak untuk mengalihkan dan memindah-tangankan perusahaan


Jawaban A

10.4 Konsep tentang komponen kegiatan clinical governance akan tetapi secara garis
besar terdiri atas empat pilar , diantarnya :
A. Clinical risk management
B.Profesional kredensialing
C. Clinical risk assessment
Jawaban A

10.5. Clinical performance and evaluation sebagai salah satu pilar yang
kedua ini bertujuan untuk menjamin penggunaan serta monitoring dan evaluasi
standar klinis yang berbasis bukti (evidence-based). salah satu outcome adalah :

A. Pengembangan clinical pathway di dalam praktek klinis.

B. Peningkatan kepatuhan terhadap SOP.

C. Peningkatan outcome kinerja klinis.

Jawaban A

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 /

Anda mungkin juga menyukai