Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNACE DI RUMAH

SAKIT JANTUNG JAKARTA (JAKARTA HEART CENTER)

MAKALAH

OLEH
OON SARWONO
55522120019

UNIVERSITAS MERCU BUANA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
2023
A. PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat (UU No. 44 tahun 2009). Penyelenggaraan rumah sakit harus berasaskan

Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,

manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,

perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Rumah sakit sebagai suatu badan usaha bagi rumah sakit pemerintah

bentuk kelembagaan menjadi sangat penting artinya, karena pengelolaan uang,

orang, barang adalah tergantung pada Bentuk Kelembagaan tersebut. Rumah sakit

sebagai organisasi nirlaba memiliki peran dalam memberikan jasa pelayanan

kesehatan yang profesional dan bermutu serta terjangkau semua lapisan

masyarakat, dan memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan

lanjutan sesuai kelas rumah sakit dan standar yang telah ditetapkan. Sehingga,

keberadaan rumah sakit merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan

masyarakat.

Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu sistem yang mengatur

dan mengendalikan perusahaan agar berjalan sesuai dengan tujuan dan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. GCG yang

kuat memiliki lima prinsip yaitu keadilan, akuntabilitas, tanggung jawab,

transparansi dan independensi (Burak et al., 2016). Penerapan GCG di rumah sakit

diharapkan dapat meningkatkan kinerja, mutu, dan citra rumah sakit sebagai
lembaga pelayanan kesehatan yang profesional dan bermartabat. Dengan

menerapkan GCG, maka kepercayaan pemangku kepentingan terhadap kinerja

keberlanjutan perusahaan akan meningkat (Hussain et al., 2018).

Rumah sakit adalah salah satu sektor yang penting dalam sistem

kesehatan, karena menyangkut aspek kesejahteraan, keselamatan, dan hak asasi

manusia. Rumah sakit juga merupakan lembaga bisnis yang harus mampu

bersaing dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Oleh karena itu, rumah

sakit membutuhkan tata kelola yang baik agar dapat menjalankan fungsi-fungsi

manajemen secara efektif dan efisien. Rumah sakit juga merupakan organisasi

yang kompleks, karena melibatkan banyak sumber daya manusia, sarana

prasarana, proses pelayanan, dan stakeholder. Oleh karena itu, rumah sakit

membutuhkan GCG untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien,

mengurangi risiko kesalahan medis dan komplikasi pasien, serta meningkatkan

reputasi dan citra positif rumah sakit di mata masyarakat, pemerintah, dan mitra

kerja.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji konsep, prinsip, manfaat,

dan langkah-langkah penerapan GCG di Rumah Sakit Jantung Jakarta. Makalah

ini juga akan memberikan contoh dan analisis tentang praktik GCG di rumah sakit

jantung Jakarta. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

panduan bagi para pengelola dan tenaga medis rumah sakit dalam menerapkan

GCG secara optimal.

B. KAJIAN TEORITIS

1. Teori Agensi (Agency Theory)


Teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang peran informasi dan

insentif ketika individu bekerja sama dalam penggunaan sumber daya. Teori

ini berasal dari pendekatan mikroekonomi dan analisis risiko. Teori ini

mengaplikasikan berbagai pola organisasi, kontrak, dan institusi yang

melibatkan hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal adalah pemilik atau

pemegang kepentingan dari suatu entitas, sedangkan agen adalah pengambil

keputusan atau pelaksana tugas yang mewakili prinsipal. Teori ini

mengasumsikan bahwa prinsipal dan agen memiliki kepentingan yang

berbeda dan bisa bertentangan, sehingga perlu adanya mekanisme

pengawasan dan insentif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya

keagenan. Teori ini juga mempertimbangkan adanya asimetri informasi antara

prinsipal dan agen, yang menyebabkan masalah moral hazard dan adverse

selection (Bamberg & Spremann, 1987).

Good corporate governance dapat menjadi salah satu solusi untuk

mengatasi masalah keagenan yang dijelaskan oleh agency theory. Dengan

menerapkan good corporate governance, perusahaan dapat mengurangi biaya

keagenan (agency cost) yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan dan

informasi antara pemilik dan pengelola perusahaan.

2. Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia dan

berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep Good Corporate Governance baru

dikenal di Inggris pada tahun 1992 dan negara-negara maju yang tergabung

dalam kelompok OECD (kelompok negara-negara maju di Eropa Barat dan

Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999 (OECD, 2004). Sebagai


sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal. Komite Cadburry,

misalnya, pada tahun 1992 – melalui apa yang dikenal dengan sebutan

Cadburry Report – mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut

Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan

perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para

shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini

dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham,

dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di

lingkungan tertentu. OECD (2004) mendefinisikan GCG sebagai cara-cara

manajemen perusahaan bertanggung jawab pada shareholder-nya. Para

pengambil keputusan di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan,

dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi shareholders

lainnya.

3. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Menurut Dwiridotjahjono (2009) manfaat dan keuntungan yang diperoleh

dengan penerapan good corporate governance adalah:

a. Dengan penerapan good corporate governance perusahaan dapat

meminimalkan agency cost, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat dari

pendelegasian kewenangan kepada manajemen, termasuk biaya

penggunaan sumber daya perusahaan oleh manajemen untuk kepentingan

pribadi maupun dalam rangka pengawasan terhadap perilaku manajemen

itu sendiri.
b. Perusahaan dapat meminimalkan cost of capital, yaitu biaya modal yang

harus ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman kepada kreditur.

Hal ini sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan secara baik dan sehat

yang pada gilirannya menciptakan suatu referensi positif bagi para

kreditur.

c. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan

berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan

yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja

yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan

mengalami peningkatan.

d. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau

sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan

wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu

akan menekan kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak

berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut.

e. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari

meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan

tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada

perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan

dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan, terutama

untuk tujuan ekspansi.

f. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana

disebut pada poin (a), dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham
mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal

ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh

perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan penerimaan negara dari

sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkutan berbentuk

perusahaan BUMN, maka peningkatan kinerja tadi juga akan dapat

meningkatkan penerimaan negara dari pembagian laba BUMN.

g. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan ditempatkan

sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh

perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga

diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya

tentu akan dapat pula meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki

(sense of belonging) terhadap perusahaan.

h. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat

kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat

sehingga citra positif perusahaan akan naik.

i. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan

kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk

tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya

kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang

berlaku dan penyajian informasi secara transparan.

4. Rumah Sakit Jantung Jakarta

Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) adalah rumah sakit

khusus jantung yang terletak di Jl Matraman Raya No.23, Palmeriam,

Matraman, Jakarta Timur. Diresmikan pada tanggal 5 Juli 2013, rumah sakit
ini terus berkembang secara inovatif dan menjadi layanan komprehensif di

bidangnya melalui pelayanan yang berpusat pada pasien dan layanan

kesehatan jantung yang terintegrasi. Adapun visi misi dari rumah sakit jantung

Jakarta adalah :

Visi :

Menjadi Rumah Sakit Khusus Jantung berstandar Internasional terdepan di

Indonesia.

Misi :

1. Memberikan pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan pelanggan

2. Peningkatan mutu pelayanan berkelanjutan dengan memenuhi standar

Akreditasi Internasional

3. Berperan dalam pendidikan dan penelitian di bidang kardiovaskular

4. Mencegah aliran devisa Negara keluar negeri dengan memberikan

pelayanan yang paripurna

Adapun pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Jantung Jakarta adalah

(jakartaheartcenter.com) :
Gambar 1. Pelayanan di Rumah Sakit Jantung Jakarta

C. PEMBAHASAN

Sebagian besar rumah sakit sudah menerapkan GCG terlebih untuk rumah

sakit yang sahamnya sudah go public. Rumah Sakit Jantung Jakarta walaupun

belum go public namun tata kelola perusahaannya sudah diterapkan dengan cukup

baik. Adapun indikator yang penulis gunakan adalah :

Tabel 3.1 Indikator Penerapan GCG di Rumah Sakit Jantung Jakarta

No Prinsip Indikator Realisasi


Ya Belum
1 Transparansi Ketersediaan laporan tahunan, laporan V
keuangan, laporan mutu, laporan
akreditasi, dan laporan lainnya yang
dapat diakses oleh pemangku
kepentingan
Ketersediaan website, media sosial, call V
center, dan sarana komunikasi lainnya
yang dapat memberikan informasi dan
menerima masukan dari pemangku
kepentingan.
Ketersediaan mekanisme pengaduan, V
penyelesaian sengketa, dan
perlindungan bagi pemangku
kepentingan yang merasa dirugikan
oleh rumah sakit
2 Akuntabilitas Ketersediaan sistem pengukuran dan V
evaluasi kinerja rumah sakit yang
objektif, konsisten, dan komprehensif.
Ketersediaan sistem pengendalian V
intern dan manajemen risiko yang
efektif dan efisien untuk mencegah dan
mendeteksi penyimpangan,
kecurangan, dan kerugian.
Ketersediaan sistem audit internal dan V
eksternal yang independen dan
profesional untuk menguji keandalan
dan kepatuhan laporan dan proses
rumah sakit
3 Responsibilitas Ketersediaan kode etik dan pedoman V
perilaku yang mengatur nilai-nilai,
norma-norma, dan aturan-aturan yang
harus dijunjung oleh pengelola dan
karyawan rumah sakit.
Ketersediaan program edukasi, V
sosialisasi, dan pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, pemahaman, dan
keterampilan pengelola dan karyawan
rumah sakit dalam menerapkan kode
etik dan pedoman perilaku.
Ketersediaan mekanisme sanksi dan V
reward yang adil dan tegas bagi
pengelola dan karyawan rumah sakit
yang melanggar atau mematuhi kode
etik dan pedoman perilaku.
4 Kemandirian Ketersediaan struktur organisasi dan V
pembagian tugas yang jelas dan
rasional antara organ-organ rumah
sakit, seperti dewan pengawas, direksi,
manajer, dan satuan kerja
Ketersediaan proses rekrutmen, seleksi, V
penempatan, promosi, dan rotasi
pengelola dan karyawan rumah sakit
yang berdasarkan pada kriteria
kompetensi, kinerja, dan integritas
Ketersediaan proses pengambilan V
keputusan dan tindakan yang
berdasarkan pada analisis data, fakta,
dan bukti yang valid dan reliabel
5 Kewajaran Ketersediaan kebijakan dan prosedur V
yang mengatur hak dan kewajiban
pemangku kepentingan rumah sakit,
seperti hak informasi, hak partisipasi,
hak pengaduan, kewajiban membayar,
kewajiban mematuhi aturan, dan lain-
lain
Ketersediaan layanan kesehatan yang V
berkualitas, aman, humanis, dan
bermartabat bagi pasien dan keluarga
pasien tanpa membedakan status, latar
belakang, atau kondisi pasien.
Ketersediaan kesejahteraan, V
pengembangan, dan perlindungan yang
memadai bagi pengelola dan karyawan
rumah sakit sesuai dengan kontribusi,
prestasi, dan kebutuhan mereka.
Dari tabel indikator diatas, hampir semua indikator memenuhi dan hanya satu

indikator yang belum terpenuhi yaitu prinsip akuntabilitas dengan indikator belum

adanya audit internal. Setiap tahun, Rumah Sakit Jantung Jakarta terdapat proses audit

eksternal untuk mengaudit keuangan rumah sakit, namun masih belum dibentuk tim

audit internal. Begitupun akreditasi rumah sakit rutin dilakukan setiap tahun dengan

hasil paripurna. Akreditasi rumah sakit paripurna adalah bahwa rumah sakit tersebut

telah memenuhi standar nasional akreditasi rumah sakit (SNARS) edisi 1 dengan nilai

minimal 80% untuk setiap bab yang dinilai. Akreditasi paripurna adalah tingkat

tertinggi dari lima tingkat akreditasi yang ada, yaitu tidak lulus, dasar, madya, utama,

dan paripurna. Akreditasi paripurna menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut telah

menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance, yaitu transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian, dan kewajaran, dalam pengelolaan dan

pelayanan kesehatannya. Akreditasi paripurna juga menunjukkan bahwa rumah sakit

tersebut telah memberikan layanan kesehatan yang berkualitas, aman, humanis, dan

bermartabat bagi pasien dan keluarga pasien, serta menghormati hak dan kepentingan

pemangku kepentingan lainnya. Akreditasi paripurna merupakan prestasi yang patut

dibanggakan oleh rumah sakit, karena menunjukkan komitmen dan dedikasi rumah

sakit dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Akreditasi paripurna juga

memberikan manfaat bagi rumah sakit, seperti meningkatkan citra dan reputasi rumah

sakit, meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pasien dan pemangku kepentingan,

meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan pengelola dan karyawan rumah

sakit, serta meningkatkan kinerja dan efisiensi rumah sakit.


Gambar 2. Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Jantung Jakarta

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan tentang penerapan good corporate governance di Rumah Sakit

Jantung Jakarta adalah selain melalui indikator yang penulis buat, dengan hasil

akreditasi paripurna setiap tahun dapat menunjukkan bahwa rumah sakit sudah

menerapkan good corporate governance dengan baik. Hal tersebut menunjukkan

bahwa setiap lini dan bagian rumah sakit ikut berperan serta dalam proses penerapan

good corporate governance. Karena proses akreditasi mencakup semua bagian di

rumah sakit.

Saran untuk perbaikan kedepannya adalah Rumah Sakit Jantung Jakarta belum

ada tim audit internal, maka dari itu saran dari penulis adalah untuk membentuk tim

audit internal untuk dapat mengontrol laporan ataupun proses dari semua lini di rumah

sakit. Hal ini supaya penerapan good corporate governance lebih maksimal. Sehingga

akan membantu tim keuangan ataupun tim rumah sakit saat dilakukan audit eksternal

terkait laporan keuangan, ataupun saat akreditasi dari tim akreditasi rumah sakit yang

diadakan setiap tahun.


DAFTAR PUSTAKA

Bamberg, G., & Spremann, K. (1987). Agency Theory, Information, and Incentives-
Springer Berlin Heidelberg.
Burak, E., Erdil, O., & Altindağ, E. (2016). Effect of Corporate Governance Principles
on Business Performance. Australian Journal of Business and Management
Research, 05(07), 08–21. https://doi.org/10.52283/nswrca.ajbmr.20150507a02
Dwiridotjahjono, J. (2009). Penerapan Good Corporate Governance : Manfaat Dan
Tantangan Serta Kesempatan Bagi Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal
Administrasi Bisnis Unpar, 5(2), 101–112.
Hussain, N., Rigoni, U., & Orij, R. P. (2018). Corporate governance and sustainability
performance: analysis of triple bottom line performance. J. Bus. Ethics, 149(2), 411–
432. https://doi.org/10.1007/s10551-016-3099-5
OECD. (2004). Principle of Corporate Governance. OECD Plublications Service.

Anda mungkin juga menyukai