Anda di halaman 1dari 3

ETIKA

Pengertian Etika
Etika memiliki beragam definisi, Wiley (1995) menyebutkan bahwa etika terkait dengan moral,
kewajiban, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Kata etika itu sendrii berasal dari kata dalam bahasa
Yunani, yaitu “ethikos” dan “ethos”, yang bermakna adat/kkebiasaan atau sesuatu yang lazim
digunakan/ dilakukan (Wiley, 1995), sementara itu Christensen (1995) menggunakan definisi etika versi
Will Durrant, yaitu studi tentang perilaku yang ideal. Les Montja (2016) menyebutkan etika atau filosofi
moral adalah sebuah prinsip filosofis kolektif yang mencakup konsep definisi, argumen, serta
rekomendasi tentang perilaku yang dianggap baik dan buruk.
Sebetulnya, etika adalah sistem dari prinsip-prinsip moral dan cabang dari filosofi yang
menjelaskan apa yang baik bagi individu maupun masyarakat. Nantinya, etika bermanfaat untuk
mengatur manusia dalam pengambilan keputusan. Etika berkaitan dengan apa yang benar menurut
manusia. Menurut pengenalan mengenai etika di situs BBC[1], konsep etika (mengenai baik dan buruk)
merupakan hasil dari tuntunan agama, filosofi dan budaya.
Adapun hukum merupakan sebuah sistem atau peraturan/ regulasi yang diciptakan oleh
manusia untuk mengatur baik secara regional, nasional, negara dan lain-lain[2]. Berdasarkan hal
tersebut, dapat diketahui bahwa etika bersifat lebih universal dan melekat lebih dibandingkan hukum,
pada diri individu. Etika yang mendasari manusia untuk membedakan mana hal yang baik dan buruk.
Menurut saya, etika lebih mencerminkan bagaimana manusia bersikap dalam keseharian, jadi lebih
bersifat internal. Sedangkan hukum akan menjadi berbeda karena terikat oleh kondisi waktu dan
tempat, sehingga berasal dari eksternal.
Teori mengenai etika yang sudah dipelajari pada pertemuan ini ada 5. Pertama,
teori enlightened self-interest; yakni manusia sebetulnya memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri,
namun harus dimanfaatkan untuk kebaikan umum. Kedua, teori Teleology: Utilitarianism &
Consequentialism; yakni tindakan diukur berdasarkan konsekuensi dari kepentingan tersebut. Semakin
bermanfaat/ positif untuk banyak orang, maka disebut beretika. Ketiga, teori Deontologi; yakni suatu
tindakan (tanpa pengecualiaan) memang harus dilakukan karena merupakan hak dan kewajiban.
Keempat, teori Justice & Fairness; yakni menjaga keseimbangan umat manusia, dari kondisi manusia
yang berbeda-beda, maka menjadi kewajiban orang yang beruntung untuk membantu orang yang tidak
beruntung. Terakhir, teori Virtue (kebajikan/ keutamaan), yakni berbuat kebajikan memang harus
dilakukan oleh setiap insan. Demikian.
Good Corporate Governance
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran ekonomi para pemegang saham. Nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan, terutama kinerja keuangan. Persepsi pelaku pasar saham atas rasio-rasio keuangan
perusahaan menjadi salah satu penentu terpenting naik turunnya harga saham perusahaan. Harga
saham ini menjadi komponen pokok dalam penetapan nilai perusahaan, misalnya dalam rasio PBV (price
per book value). Untuk itulah pentingnya keharmonisan dari para pemangku kepentingan untuk secara
bersama-sama meningkatkan nilai perusahaan dengan menjaga peranan dan fungsinya masing-masing.
Kenapa setiap pemangku kepentingan harus menciptkan pola hubungan yang konsusif dalam
meningkatkan nilai perusahaan? Karena pemegang saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak
yang memiliki perbedaan kepentingan dan perspektif berkenaan dengan perusahaan. Pemegang saham
akan cenderung memaksimalkan nilai saham dan memaksa manajer untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan mereka melalui pengawasan yang mereka lakukan. Kreditor di sisi lain cenderung akan
berusaha melindungi dana yang sudah mereka investasikan dalam perusahaan dengan jaminan, juga
melalui kebijakan pengawasan yang ketat. Manajer juga memiliki dorongan untuk mengejar target-
target pengelolaan perusahaan sesuai dengan harapan yang mereka kehendaki.
Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance “GCG”) merupakan upaya perusahaan
untuk menciptakan pola hubungan yang kondusif antar pemangku kepentingan dalam perusahaan.
Hubungan kondusif antar stakeholder tersebut adalah prasyarat dalam mewujudkan kinerja perusahaan
yang baik, yang selanjutnya mendukung peningkatan nilai perusahaan. Tata kelola perusahaan akan
memberikan nilai tambah bagi pemegang saham secara berkelanjutan dalam jangka panjang, dengan
tetap menghormati kepentingan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan hukum dan norma yang
berlaku. Dengan demikian jelas bahwa tata kelola perusahaan terkait erat dengan nilai perusahaan dan
tentunya, kinerja keuangan perusahaan.
Tata kelola perusahaan pun hendaknya tidak hanya dipandang sebagai sebuah bentuk
kepatuhan perusahaan terhadap sejumlah peraturan-peraturan yang mendorong terjadinya praktik dan
hubungan bisnis agar selaras dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik telah mengakomodir
kebutuhan dunia usaha yang dinamis. Tata kelola perusahaan hendaknya dipandang sebagai sebuah
bentuk kesadaran dan karenanya harus menjadi penunjuk itikad baik perusahaan untuk menjalani
persaingan bisnis yang beretika. Penerapan tata kelola perusahaan dapat dilihat dari implementasi
konsep etika yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan.
Beberapa sumber tulisan yang membahas mengenai hal positif yang dapat diharapkan dari
penerapan GCG dalam jangka panjang terhadap Perusahaan adalah:
 Memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan perusahaan berjalan
efektif.
 Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan
perusahaan yang baik.
 Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan di
mata publik dalam jangka panjang.
 Menciptakan dukungan para stakeholders (para pemangku kepentingan) dalam lingkungan
perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan
yang ditempuh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai