Latar Belakang
Pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya menaruh harapan besar
terhadap bisnis, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mereka melakukannya. Pada saat yang sama, lingkungan tempat bisnis
beroperasi semakin kompleks sehingga hal tersebut menjadi tantangan etika bagi mereka.
Jika mereka sampai melakukan tindakan yang melanggar etika, maka hal tersebut dapat
menimbulkan risiko yang besar dan akan berpengaruh buruk bagi reputasi dan pencapaian
tujuan perusahaan secara keseluruhan. Jadi, sangat dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan
yang menyediakan aturan serta akuntabilitas yang tepat untuk kepentingan pemegang saham
dan semua pemangku kepentingan lainnya.
Kasus pelanggaran etika yang berujung pada kegagalan bisnis, audit, dan tata kelola
perusahaan berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah
mengakibatkan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika.
Hal ini merupakan suatu bencana besar di lingkungan bisnis, dan telah menjadi pemicu
harapan baru dalam tata kelola dan akuntabilitas perusahaan. Menyikapi hal tersebut, para
politisi Amerika menciptakan kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal
dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk memulihkan kembali kepercayaan
investor dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi
terhadap kewajiban fidusia mereka, yakni tanggung jawab terhadap kepentingan pemegang
saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
A. Governance System
Sistem pemerintahan istilah adalah kombinasi dari dua kata, yaitu: “sistem” dan
“pemerintah”. Berarti sistem secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang
memiliki hubungan fungsional antara bagian-bagian dan hubungan fungsional dari
keseluruhan, sehingga hubungan ini menciptakan ketergantungan antara bagian-bagian yang
terjadi jika satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhan.
Selain itu, pemerintahan dalam arti luas memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu
yang dilakukan dalam menjalankan kesejahteraan negara dan kepentingan negara itu sendiri.
Dari pengertian itu, secara harfiah berarti sistem pemerintahan sebagai bentuk hubungan
antar lembaga negara dalam melaksanakan kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu
sendiri dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. sistem ini dibedakan menjadi:
1. Presidensial
Presidensial merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif
dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
2. Parlementer
Parlementer merupakan sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem parlemen
dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap
jalannya pemerintahan.
3. Komunis
Komunis adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan
masyarakat kapitalis yang merupakan cara berpikir masyarakat liberal.
4. Demokrasi liberal
Demokrasi liberal merupakan sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak
individu dari kekuasaan pemerintah
5. Liberal
Liberal merupakan sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan
pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Dalam system pemerintahan, juga terdapat suatu aturan yang harus ditaati dan
biasaanya disebut dengan Ethical Governance ( Etika Pemerintahan ). Ethical Governance
(Etika Pemerintahan) adalah Ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan
nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Dalam Ethical Governance
( Etika Pemerintahan ) terdapat juga masalah kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat,
aparatur, struktur dan lembaganya.
Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, keperdulian,
kesenonohan yang berlaku dalam pergaulan ( masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara ).
Kesopanan disebut pula sopan santun, tata krama, adat, costum, habit. Kalau kesusilaan
ditujukan kepada sikap batin (batiniah ), maka kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahir (
lahiriah ) setiap subyek pelakunya, demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam
pergaulan.
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Suara hati
manusia menentukan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk, tergantung pada
kepribadian atau jati diri masing-masing. Manusia berbuat baik atau berbuat buruk karena
bisikan suara hatinya (consience of man).
B. Budaya Etika mengembangkan Struktur Etika korporasi
1. Budaya Etika
Pendapat umum dalam bisnis bahwa perusahaan mencerminkan kepribadian
pemimpinnya. Hubungan antara CEO dengan perusahaan merupakan dasar budaya etika. Jika
perusahaan harus etis, maka manajemen puncak harus etis dalam semua tindakan dan kata-
katanya. Manajemen puncak memimpin dengan memberi contoh. Perilaku ini adalah budaya
etika.
Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar di
seluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua pegawai. Hal tersebut
dicapai melalui metode tiga lapis yaitu :
a. Menetapkan credo perusahaan
Merupakan pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai etis yang ditegakkan perusahaan, yang
diinformasikan kepada orang-orang dan organisasi-organisasi baik di dalam maupun di luar
perusahaan.
b. Menetapkan program etika;
Suatu sistem yang terdiri dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengarahkan pegawai
dalam melaksanakan lapis pertama. Misalnya pertemuan orientasi bagi pegawai baru dan
audit etika.
c. Menetapkan kode etik perusahaan
Setiap perusahaan memiliki kode etiknya masing-masing. Kadang-kadang kode etik tersebut
diadaptasi dari kode etik industri tertentu.
2. Sistim Manajemen Risiko, mencakup Prinsip-prinsip tentang Manajemen Risiko dan
Implementasinya.
a. An Auditing Committee Contract – arranges the Organization and Management of the
Auditing Committee along with its Scope of Work.
b. Piagam Komite Audit, mengatur tentang Organisasi dan Tata Laksana Komite Audit serta
Ruang Lingkup Tugas.
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham
minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan
para investor.
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat
kepemilikan perusahaan.
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin
Landasan moral dan nilai-nilai integritas yang mengatur komisaris dan direksi serta pihak
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang
lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders,
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigit (karena
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
Kesimpulan
Tata kelola etika dan akuntabilitas perusahaan bukan hanya sekedar bisnis yang
bagus, namun merupakan suatu hukum. SOX Seksi 404 mengharuskan perusahaan
keuangan. CEO, CFO, dan auditor harus melaporkan dan menyatakan efektivitas
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan
pengendalian lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika yang
efektif yang berorientasi pada sistem pengendalian internal dan perilaku yang
dihasilkan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menentukan “tone at the top”, kode
etik, kepedulian pegawai, tekanan untuk memperoleh tujuan yang tidak realistis,