Anda di halaman 1dari 8

Corporate Governance

Berdasarkan Agency Theory sebelumnya, maka konsep corporate governance dapat


dipahami. Corporate Governance harus memperhatikan kemungkinan adanya konflik
kepentingan antara principal dengan agents. Tetapi jika dapat terbangun trust dari
principals, maka agents juga dapat termotivasi untuk melakukan yang terbaik bagi
stakeholders untuk memperoleh reputasi yang baik demi mencapai pasar di masa
yang akan datang. Agents juga sebaiknya mempunyai jaringan dengan eksternal
maupun internal stakeholders agar kepentingan bersama dapat terpenuhi. Peranan
Board of Directors yang anggotanya berasal dari luar perusahaan dapat memberikan
akses ke sumber daya kritis dan juga ke pihak – pihak yang berpengaruh dalam
masyarakat untuk melindungi kepentingan perusahaan dan stakeholders nya.
Secara umum corporate governance adalah sistem dan struktur yang baik untuk
mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta
mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (
stakeholders ) seperti, pemegang saham, konsumen, pekerja, pemerintah dan
masyarakat luas.
Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia 2006,
terdapat 5 ( lima ) asas GCG.
1. Akuntabilitas.
Asas ini mengharuskan perusahaan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Terdapat 6 ( enam ) pedoman pokok pelaksanaan terkait
dengan asas ini yaitu:
a. Rincian tugas dan tanggung jawab masing – masing organ perusahaan,
b. Keyakinan tentang kemampuan masing – masing organ perusahaan dalam
menjalankan fungsi – fungsinya,
c. Sistem pengendalian internal yang efektif,
d. Adanya ukuran kinerja,
e. Sistem penghargaan dan sangsi,
f. Dan semua fungsi organ perusahaan tersebut harus berpegang pada etika bisnis
dan pedoman perilaku yang telah disepakati.
2. Transparansi.
Asas ini menegaskan bahwa untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
maka perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses da dipahami oleh pemangku kepentingan.Pedoman
pelaksanaannya, perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
3.Responsibiltas
Prinsip dasar dalam asas ini adalah perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang – undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapat pengukuran sebagai good corporate citizen.
4.Independensi
Prinsip dasar asas ini adalah demi melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan
harus dikelola secara independen sehingga masing – masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5.Kewajaran dan Kesetaraan
Dalam pedoman pokok pelaksanaan dinyatakan bahwa perusahaan harus
memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka
akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing – masing. Selain itu perusahaan harus memberikan perlakuan
yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan, Lebih lanjut perusahaan harus
memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarirmdan
melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender dan kondisi fisik.
Tujuan Penerapan Corporate Governance.
1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang
memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai
dan stakeholders lainnya.
2. Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Mangakui dan melindungi hak dan kewajiban para stakeholders.
4. Pendekatan yang terpadu berdasarkan kaidah – kaidah demokrasi, pengelolaan
dan partisipasi organisasi secara legitimate.
5. Meminimalkan agency cost dengan mengendalikan konflik kepentingan yang
mungkin timbul antara pihak principal dengan agent.
6. Meminimalkan biaya modal dengan memberikan sinyal positif untuk para
penyedia
modal. Meningkatkan nilai perusahaan yang dihasilkan dari biaya modal yang lebih
rendah, meningkatkan kinerja keuangan dan persepsi yang lebih baik dari pada
stakeholders atas kinerja perusahaan di masa depan.
Penerapan corporate governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001), yaitu:
a. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,
b. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigit ( karena faktor kepercayaan ) yang pada akhirnya akan meningkatkan
corporate value.
c. mengembalikan kepercayaan investor untuk menenamkan modalnya di
Indonesia, dan
d. pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders’s dan dividen.
Mekanisme Corporate Governance
1.Kepemilikan Manajerial
Babic (2005) menyatakan bahwa sistem corporate governance dapat berbeda
tergantung atas mekanisme pemilik perusahaan mempengeruhi manajer. Secara
umum mekanisme corporate governance terdiri atas 2 ( dua ) jenis yaitu:
a. the internal mechanism of corporate governance; dan
b. the external mechanism of corporate governance,
Mekanisme internal adalah cara – cara pengendalian perusahaan dengan
menggunakan berbagai elemen yang ada di dalam organisasi misalnya
memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Mekanisme eksternal adalah
cara – cara mengendalikan perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme
eksternal perusahaan di antaranya menghadirkan agen yang dikenal karena
reputasinya dalam hal ini termasuk profesi akuntan. Faktor eksternal
dimaksudkan untuk mendisiplinkan perilaku pihak insider agar lebih transparan,
accountable dalam mengelola korporasi. Kepemilikan manajerial merupakan
konsentrasi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen (agen)
dalam suatu perusahaan, Jensen dan Meckling (1978) menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah
keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan – kepentingan
manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa
kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika
kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan
memanipulasi laba untuk kepentingannya.
2.Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba. Menurut Boediono (2005) persentase saham tertentu yang
dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan
keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat aktualisasi sesuai
kepentingan pihak manajemen. Tarjo (2002) mengemukakan bahea kepemilikan
institusional yang dilandasi praktek good corporate governance berarti adanya
jaminan bagi investor atas investasi yang telah ditanamkan, adanya jaminan
keamanan berarti mengurangi risiko.
3.Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi.Dewan komisaris memgang peranan
yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good
Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mngawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Zehnder, 2000 dalam FCGI, 2001).
Peranan dewan komisaris dapat dilihat dari karakteristik dewan, salah satunya
adalah komposisi keanggotaannya. Komposisi keanggotaan dewan komisaris
dalam hal ini, semakin besar persentase anggota yang berasal dari luar
perusahaan, akan menjadikan peranan dewan komisaris semakin efektif dalam
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, karena
dianggap semakin independen.
Fungsi resource dependence dari dewan komisaris pertama kali dikemukakan oleh
Pfeffer (1978). Perspektif fungsi ini memandang dewan komisaris sebagai suatu
alat untuk mendapatkan informasi dan sumber daya yang penting. Peran ini sangat
berguna mengingat sumber daya yang langka justru dapat menciptakan
keuntungan yang kompetitif. Hubungan yang bernilai, jarang, dan secara social
kompleks yang dikembangkan oleh anggota dewan komisaris akan sulit untuk
ditiru oleh perusahaan lain sehingga dapat menjadi suatu sumber keuntungan
kompetitif (Barney, 1991).
Wardhani (2008) mengatakan bahwa peran komisaris ini diharapkan akan
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham.
3. Komisaris Independen
Terdapat 3 ( tiga ) elemen penting yang akan mempengaruhi tingkat efektivitas
dewan komisaris, yaitu independensi, kompetensi, dan komitmen. Independensi
diharapkan timbul dengan keberadaan komisaris independen. Keberadaan
komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih obyektif
dan independen, dan juga menjaga “fairness” serta mampu memberikan
keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan
terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para
stakeholder lainnya. Komisaris independent merupakan sebuah badan dalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang
berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan
secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen merupakan pihak yang tidak
terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan
komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik bentuk hubungan bisnis maupun
kekeluargaan (Wardhani,2008).
Keberadaan komisaris independent telah diatur Bursa Efek Indonesia melalui
peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000. Dalam peraturan tersebut, persyaratan jumlah
minimal Komisaris Independen adalah 30 % dari seluruh anggota dewan
komisaris.
Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi
integritas suatu laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen.
5.Komite Audit
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk
mengaudit operasi dan keadaan. Komite ini bertugas memiliki dan menilai kinerja
perusahaan kantor akuntan public (Siegel, 1996). Anggota komite ini berasal dari
komisaris hanya satu orang, yang merupakan komisaris independen perusahaan
sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan
komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen
(Nasution dan Setiawan, 2007). The Institute of Internal Auditors (IIA)
merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki komite audit
yang diatur sebagai komite tetap.
Berdasarkan Surat Keputusan Ketus BAPEPAM KEP 41/PM/2003,SK Dir.BEJ
Nomor 315/BEJ?06-2000, Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000,
dan Undang – BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan
suatu keharusan. Tugas komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk
memenuhi tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan secara
menyeluruh. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor,
sehingga komite audit hanya bertanggungjawab kepada dewan komisaris.
Komite audit akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip – prinsip
akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akaurat
dan berkualitas (Wardhani, 2008).
7. Kualitas Audit.
Argumentasi yang mendasari dimasukkannya komite audit berkaitan dengan
kualitas audit. Semakin tinggi kualitas audit maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan mengalami kegagalan (Almalia dan Sifa, 2006). Para pengguna
laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan
berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Hal ini berarti auditor
merupakan pihak yang mempunyai peranan penting dalam melakukan penilaian
atas laporan keuangan suatu perusahaan.
Dengan reputasi auditor yaitu memberikan penilaian secara independen dan
professional atas keandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan
perusahaan. Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap
manajemen agar manajemen menyajikan informasi keuangan secara andal, dan
terbebas dari praktik kecurangan akuntansi. Peran ini dapat dicapai jika auditor
eksternal memberikan jasa audit yang berkualitas (Nuryaman, 2007).
Di Indonesia menurut Rinaningsih (2008) di Indonesia emiten yang diaudit oleh
auditor big 4 : Price Waterhouse Coopers ( PWC ), Deloitte Touche Tohmatsu,
Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International dan Ernst and Young
(EY) akan mempunyai obligasi yang investment grade karena semakin tinggi pada
tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan
perusahaan mengalami kegagalan.
Daftar Pustaka:
1). FCGI.2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan, Jilid I, FCGI,
Edisi ke – 3 .
2). FCGI.2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan, Jilid II, FCGI,
Edisi ke –2
Jensen, Mivhael .C and William, Meckling (1978), “The Theory of the Firm
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure,” Journal of
Financial Economics, 3.
Boediono, Gideon, 2005, “Kualitas Laba Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”,
Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September.
Tarjo, 2002, “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan
Zehnder, FCGI, 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam
Pelaksanaan Corporate Governance , Tata Kelola Perusahaan , Jilid II, FCGI Edisi
ke- 2.
Pfeffer, J and Salanciek,G.R.1978. The External Control of Organizations:A
Resource Dependence Perspective, Harper & Row, New York.
Wardhani, Ratna, 2008,”Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme
Corporate Governance “, Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 23-24
Juli. .
Almilia, Luciana Spica dan Lailul I.Sifa, 2006. “Reaksi Pasar Publikasi Corporate
Governance Perception Index pada Perusahaan yang terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta.”Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23 -26 Agustus.
Babie,V(2005), Corporate Governance Problem in Transaction Economics,
Ekonomist, Vol.33,No. 2, pp.133-143.
Barney, J, 1991.”Firm Resources and Sustained Competitive Advantage”
Journal of Management, 17, 99-120.
Siegel, G. 1996. “The Practice Analysis of Management Accounting, Montvale,
New York: Institute of Management.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan.(2007), “Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba di Indonesia Perbankan Indonesia”Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar .26-28 Juli.
Rinaningsih, 2008, “Pengaruh Praktek Corporate Governance terhadap Risiko
Kredit, Yield Surat Hutang ( Obligasi )”. Simposium Nasional Akuntansi XI
Pontianak.23-24 Juli.
Surat Keputusan BAPEPAM Kep.41/PM/2003.
SK.Dir.BEJ Nomor 315/BEJ/06-2000.
Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000.
Undang Undang BUMN Nomor 19/2003.

Anda mungkin juga menyukai