Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi
penghalang untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good
Corporate Governance (GCG) yang mampu memenangkan persaingan. Tata
kelola korporat (GCG) menjadi menarik perhatian karena banyak para ahli
yang berpendapat bahwa kelemahan dalam tata kelola korporat merupakan
salah satu sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabkan buruknya
perekonomian beberapa Negara Asia yang terkena krisis financial pada tahun
1997 dan 1998.
GCG atau tata kelola perusahaan merupakan suatu keharusan dalam
rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. Ia
diperlukan untuk menciptakan sistem dan struktur perusahaan yang kuat
sehingga mampu menjadi perusahaan kelas dunia.
Proposisi kepemilikan pihak publik untuk perusahaan-perusahaan yang
listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) masih sangan terbatas, yang pada tahun
1997 hanya sekitar 29,7%. Hal ini berarti bahwa para pendiri perusahaanperusahaan tersebu masih menjadi pemegang saham pengendali. Secara
umum fenomena adanya pemegang saham pengendali dan pemegang
saham minoritas (yang dapat menimbulkan agency problems) dijumpai
disebagian besar peusahaan-perusahaan tersebut.
Dalam konteks administrasi pemerintah, fokus analisis tata kelola adalah
perdebatan mengenai keterbatasan pengendalian oleh pemerintah (Kuncoro,
2004). Maka dari itu diperlukan cara bagaimana agar tata kelola menjadi
baik.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan tata kelola korporat (GCG) ?
Bagaimana pengendalian tata kelola korporat(GCG) ?
1

Bagaimana pengukuran kinerja tata kelola korporat(GCG) ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tata Kelola Korporat (Good Corporate Governance)
2.1.1 Gambaran Umum GCG
Tata kelola korporat dapat didefinisikan dalam perspektif sempit (perspektif
stakeholders), yaitu struktur dimana manajer pada berbagai tingkat
organisasi dikendalikan melalui dewan direksi, struktur yang berkaitan,
insentif eksekutif dan skema lainnya (Donaldson & Davis dalam Tjager,
2003:26).
Namun dapat juga disimpulkan bahwa Good Corporate Governance
merupakan:
- Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder
-

lainnya.
Suatu sistem

pengecekan

dan

perimbangan

kewenangan

atas

pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua


-

peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.


Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu

subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola
perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/
mandat,

khususnya

implementasi

pedoman

dan

mekanisme

untuk

memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang


saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa
sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil
ekonomi,

dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang

saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola

perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk


perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang
saham, misalnya karyawan atau lingkungan.
Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang
berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan
fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang
berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi,
pimpinan unit dan karyawan.
Tujuan penerapan GCG adalah:

Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan


prinsip-prinsip

transparansi,

kemandirian,

akuntabilitas,

pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan

perusahaan
Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara profesional dan mandiri
Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan
yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku


Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders
Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif.

Peranan akuntansi dalam GCG ialah dimana sistem akuntansi keuangan


menyediakan informasi yang penting untuk Governance Mechanism, yang
membantu

memecahkan

masalah

keagenan.

Penggunaan

informasi

akuntansi dalam Governance Mechanisms bisa dalam bentuk implisit atau


eksplisit. Penggunaan perjanjian yang berbasiskan dasar akuntansi dalam
kontrak obligasi adalah salah contoh dari penggunaan informasi akuntansi
secara eksplicit.

Penggunaan informasi akuntansi untuk menyeleksi perusahaan yang


akan dijadikan target takeover adalah contoh dari penggunaan informasi
akuntansi secara implisit. Informasi akuntansi keuangan merupakan produk
dari proses Governance. informasi akuntansi keuangan dihasilkan oleh
manajemen dan manajemen mengetahui informasi ini akan digunakan
sebagai input dalam proses Governance. Dibawah ini dijelaskan mengenai
informasi akuntansi keuangan sebagai produk dari proses Governance,
penggunaan informasi akuntansi secara eksplisit dan implisit.
2.1.2

Unsur unsur GCG

Menurut Sutedi (2011) dalam Jingga, Violetta, unsur-unsur dalam GCG


yaitu :
a. Corporate Governance Internal Perusahaan
Unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Pemegang saham;
Direksi;
Dewan komisaris;
Manajer;
Karyawan;
Sistem remunerasi berdasar kinerja;
Komite audit.

Unsur-unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, antara lain


meliputi:
1) Keterbukaan dan kerahasiaan (disclosure);
2) Transparansi;
3) Akuntabilitas;
4) Kesetaraan;
5) Aturan dari code of conduct.
b. Corporate Governance External Perusahaan
Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah :
1)
2)
3)
4)

Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum;


Investor;
Institusi penyedia informasi;
Akuntan publik;

5) Intitusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan;


6) Pemberi pinjaman;
7) Lembaga yang mengesahkan legalitas.
Unsur-unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan antara lain
meliputi:
1)
2)
3)
4)

Aturan dari code of conduct;


Kesetaraan;
Akuntabilitas;
Jaminan hukum.

Perilaku partisipasi pelaku Corporate Governance yang berada di dalam


rangkaian unsur-unsur internal maupun eksternal menentukan kualitas
Corporate Governance.

2.2 Pengendalian Tata Kelola Korporat


Pengendalian tata kelola korporat dapat dikatakan baik apabila berpegangan
pada kelima prinsip berikut, yaitu :
1) Pertanggungjawaban (Responsibility)
Selama ini paaradigma para manajer dalam perusahaan selalu dibatasi
oleh motif mengejar laba semata (single bottom line). Hal ini membuat
mereka lupa bahwa perusahaan sebagai bagian dari suatu komunitas
juga memiliki tanggungjawab lain yaitu tanggungjawab sosial terhadap
masyarakat.

Bermula

dari

pemikiran

ini,

corporate

governance

mengangkat isu pertanggungjawaban tersebut sebagai salah satu tujuan


yang harus diperhitungkan oleh perusahaan dalam operasinya. Dengan
perubahan tersebut perusahaan harus mulai menerapkan prinsip triple
bottom line dalam bisnisnya , yaitu :
Mengejar laba
Memenuhi tanggungjawab social
Menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable)
2) Akutabilitas
Sebuah perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki oleh publik, peran
pemegang saham sebagai pihak yang mengendalikan manajemen

hampir tidak berjalan. Hal ini disebabkan para investor lebih suka
berperan sebagai traders ketimbang owners. Perputaran saham di bursa
menjadi sedemikian cepat, karena jika pemegang saham tidak menyukai
kebijakan manajemen mereka tinggal melepas saham yang mereka miliki.
Masalah akan timbul jika ketidaksetujuan sebagian besar pemegang
saham diwujudkan dengan aksi jual. Harga saham tentu akan anjlok
begitu saja dan jika ini berlangsung terus, perusahaan akan terancam
bangkrut. Untuk itu, dalam corporate governance harus dibangun suatu
sistem agar manajemen tetap meniaga akuntabilitas kepada stakeholder.
3) Keadilan (Fairness)
Prinsip fairness menyiratkan adanya perlakuan yang sama (equal)
terhadap para pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas.
Prinsip

ini

mengisyaratkan

manajemen

sebisa

mungkin

untuk

menghindari situasi yang mengandung conflik of interest, misalnya dalam


kasus manajemen buyout (perusahaan yang dibeli oleh manajemennya
sendiri).
4) Transparansi
Transaparan berarti jernih dan tidak menyembunyikan. Prinsip ini harus
diterapkan dalam setiap aspek perusahaan yang berkesinambungan
dengan kepentingan publik ataupun pemegang saham. Transparansi bisa
dimulai dengan menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tepat
waktu, sistem penggajian eksekutif dan komisaris di perusahaan sampai
dengan informasi informasi lain yang relevan di pasar modal.
5) Independensi (kemandirian)
suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Dengan pengendalian yang baik yang berdasar pada prinsip-prinsip diatas,
maka akan didapatkan manfaat di dalam perusahaan, yaitu :
a) Meminimalkan Agency cost
7

Selama ini pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul


sebagai akibat dari pendelegasian kewenangan kepada manajemen.
Biaya ini bisa berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber
daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya
pengawasan yang dikeluarkan perusahaan untuk mencegah terjadinya
hal tersebut. Bisya biaya inilah yang disebut dengan agency cost. Dengan
penyusunan struktur dan pembagian fungsi yang baik biaya ini dapat
ditekan serendah mungkin.
b) Meminimalkan cost of capital
Perusahaan yang dikelola dengan baik dan sehat akan menciptakan
suatu referensi positif bagi kreditor. Kondisi ini sangat berperan dalam
meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan
mengajukan pinjaman. Hal tersebut selain dapat memperkuat kinerja
keuangan juga akan membuat produk perusahaan yang dilepas ke
pasaran menjadi lebih kompetitif.
c) Meningkatkan nilai saham perusahaan
Sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik akan menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya. Sebuah survey yang dilakukan
oelh Russell Reynolds Associaties (1997) mengungkapkan bahwa
kualitas komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai oleh
investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk membeli
saham. Hal ini akan terlihat terutama ketika seorang investor bermaksud
melakukan investasi untuk jangka waktu yang lama.
d) Mengangkat citra perusahaan
Adalah salah jika kita berpendapat bahwa citra perusahaan bukan faktor
penting yang harus diperhatikan. Dalam beberapa kasus, biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk memperbaiki citra jauh lebih mahal
ketimbang yang didapat dari mengabaikannya.
2.3 Pengukuran Kinerja Tata Kelola Korporat

Pengukuran kinerja dapat dilihat dari opini akuntan publik atau auditor
terhadap perusahaan tersebut. Terdapat empat faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengukuran kinerja tata kelola korporat, yaitu :
1) Pimpinan perusahaan
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going
Concern dalam Struktur Good Corporate Governance adalah mengenai
pimpinan perusahaan. Dalam suatu perusahaan pasti terdapat satu
pimpinan dengan karakteristiknya sendiri untuk mengatur kinerja
perusahaan.

Apabila

sering

terjadi

pergantian

pimpinan,

maka

karakteristik gaya kepemimpinan yang diterapkan tiap tiap pimpinan


kepada anak buahnya tentu saja akan berbeda beda, sehingga akan
mempengaruhi kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan sudah
terganggu, maka akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan
tersebut,

karena

sudah

tidak

ada

keseimbangan

kinerja

dalam

perusahaan tersebut.
2) Faktor kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor blockholder
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit GoingConcern dalam Struktur Good Corporate Governance adalah adanya
faktor kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor Blockholder.
Faktor kepemilikan orang dalam dapat mempengaruhi keputusan auditor
dalam memberikan opini dari segi tekanan dan pengaruh yang diberikan
dari pemilik perusahaan kepada auditor dengan segala cara untuk dapat
merubah opini yang akan diberikan oleh auditor, demikian juga dengan
adanya faktor Blockholder. Blockholder disini diartikan oleh Parker et.al.
(2005) sebagai saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar
perusahaan sekurang kurangnya sebesar 5% dari saham yang beredar.
Dengan adanya kepemilikan saham tersebut, maka dari pihak luar juga
merasa memiliki bagian kekuasaan dari perusahaan tersebut, sehingga

keputusan pihak pihak tersebut dapat menekan auditor untuk


memberikan opini audit sesuai dengan keinginan pihak luar tersebut.
3) Faktor komite audit
Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit GoingConcern dalam Struktur Good Corporate Governance adalah faktor
komite audit. Ada atau tidaknya komite audit dalam suatu perusahaan
dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit GoingConcern. Pengaruh yang diberikan komite audit terhadap pemberian opini
audit, dapat dilihat dari keefektifan dan keefisienan kinerja komite audit itu
sendiri

dalam

memeriksa

dan

membenarkan

laporan

audit

perusahaannya, atau dapat juga dilihat dari banyaknya pertemuan atau


rapat komite audit yang dilakukan. Hal ini terbukti menurut Parker et.al.
(2005), bahwa semakin sering dilakukan rapat atau pertemuan komite
audit, maka dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian opini audit
dari segi kinerja komite audit, karena dengan semakin banyaknya
dilakukan pertemuan atau rapat tersebut, maka kinerja mereka akan
semakin terlihat untuk membenahi laporan keuangan yang salah untuk
memajukan perusahaan.
4) Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan itu sendiri
Faktor kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Didalam Faktor
Kelangsungan Hidup Perusahaan tersebut, terdapat faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terganggunya hidup perusahaan, diantaranya adalah
menyangkut mengenai laporan keuangan perusahaan, masalah-masalah
internal perusahaan seperti masalah karyawan, sistem perusahaan, dan
sebagainya, serta masalah-masalah eksternal seperti masalah pada
pemasok yang memberikan suplai kepada perusahaan, peraturanperaturan yang dapat merugikan perusahaan, dan sebagainya.
Selain faktor-faktor diatas, yang juga berperan penting dalam pengukuran
kinerja adalah penerapan prinsip-prinsip GCG (yang dijelaskan dalam poin

10

2.2)

yang

akan

meningkatkan

citra

dan

kinerja

perusahaan

serta

meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Apabila faktor-faktor


diatas diperhatikan, maka kinerja dapat diukur dengan baik.
Namun, terdapat pula dua faktor yaitu eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dari penerapan GCG, yaitu :
1) Faktor Eksternal
Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari
luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan
GCG. Di antaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/

lembaga

pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good


Governance dan Clean Government menuju Good Government
Governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices)
yang dapat menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan
profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan
GCG di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan
timbul

partisipasi

aktif

berbagai

kalangan

masyarakat

untuk

mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.


Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti
korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik
sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi
GCG.

11

2) Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan
praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor
dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di
perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan
mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada
kaidah-kaidah standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit

(pemeriksaan)

yang

efektif

dalam

perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin


akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami
setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga
kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah
perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.
Pengukuran GCG dinilai dengan memperhatikan:
1. Transparency
a. Perusahaan mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh
stakeholders sesuai dengan haknya.
b. Informasi tersebut meliputi visi, misi, sasaran usaha, strategi Perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko,
sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem
dan implementasi GCG serta informasi dan fakta material yang dapat
mempengaruhi keputusan pemodal.

12

c. Prinsip

keterbukaan

itu

tetap

memperhatikan

ketentuan

rahasia

Perusahaan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan


perundang-undangan yang berlaku.
d. Kebijakan Perusahaan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada
stakeholders yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
a. Perusahaan menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ Perusahaan yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan
strategi Perusahaan dan menetapkan kompetensi kepada organ tersebut
sesuai tanggung jawab masing-masing.
b. Dalam pengelolaannya, Perusahaan menetapkan check and balance
system.
c. Perusahaan juga memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran berdasarkan
ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate
values), sasaran usaha dan strategi Perusahaan serta memiliki reward
and punishment system.
d. Perusahaan meyakini bahwa semua organ organisasi Perusahaan
mempunyai

kompetensi

sesuai

dengan

tanggung

jawabnya

dan

memahami perannya dalam implementasi GGC.


3. Tanggung Jawab (Responsibility)
a. Perusahaan menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
b. Perusahaan sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan
dan melaksanakan tanggung jawab sosial secara wajar.
4. Independensi (Independency)
a. Perusahaan menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholders manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta terbebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).
b. Perusahaan mengambil keputusan secara obyektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (Fairness)
a. Perusahaan
memperhatikan

kepentingan

seluruh

stakeholders

berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).


b. Perusahaan memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan

13

Perusahaan serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan


prinsip keterbukaan

14

BAB III
KESIMPULAN
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang
memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan
adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat,
khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku
yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain
adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan
harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat
pada kesejahteraan para pemegang saham.
Pengendalian tata kelola korporat dapat dikatakan baik apabila
berpegangan pada kelima prinsip, yaitu pertanggungjawaban, akuntabilitas,
keadilan, transparansi dan independensi. Dengan berpegangan pada kelima
prinsip tersebut maka akan didapatkan manfaat yaitu meminimalkan agency
cost, meminimalkan cost of capital, meningkatkan nilai saham perusahaan, dan
meningkatkan citra perusahaan.
Pengukuran kinerja dapat dilihat dari opini akuntan publik atau auditor
terhadap perusahaan tersebut. Terdapat empat faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengukuran kinerja tata kelola korporat, yaitu pimpinan perusahaan,
Faktor kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor blockholder, fakor
komite audit dan faktor kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Selain faktor
tersebut terdapat pula faktorn lainnya yaitu faktor eksternal dan faktor internal
perusahaan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Ardi, A.P.S., 2011. Tugas makalah pasar modal corporate governance.
http://anggitaardi.blogspot.co.id/2012/08/tugas-makalah-pasar-modalcorporate.html diakses pada tanggal 28 April 2016.
Jingga, Violetta. 2011. Penerapan Good Corporate Governance. Makassar
Kuncoro, Mudrajat. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Erlangga: Yogyakarta
Mariani.

2013.

Makalah

good

corporate

gevernance.

http://anhyfreedom.blogspot.co.id/2013/01/makalah-good-corporategovernance.html diakses pada tanggal 28 April 2016.


Rumah akuntansi. 2014. Makalah good corporate governance sebagai suatu
bentuk

implementasi

etika

dalam

bisnis.

http://rumah-

akuntansi.blogspot.co.id/2014/11/good-corporate-governance-sebagaisuatu.html diakses pada tanggal 28 April 2016.


Tantan.

2010.

Good

Corporate

Governance

(GCG).

https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governancegcg-2/ diakses pada tanggal 28 April 2016.


Zahro.

2012.

Good

corporate

governance

dalam

perusahaan.

http://idazahro.blogspot.co.id/2012/10/good-corporate-governancedalam.html diakses pada tanggal 28 April 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai