Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BESAR 2

BUSINESS ETHICS AND GOOD GOVERNANCE

Corporate Governance And Business Ethical Values

Oleh Kelompok 11

1. Gusti Ray Hardiyanti 55119120164


2. Daniel Patrick Martahan 55119120170
3. Sitti Sylvina 551191xxxxx

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
I. PERMASALAHAN
Sebagai masalah praktis, etika bisnis dibatasi oleh outline yang agak kaku dan
terorganisir oleh serangkaian praktek-praktek organisasi. Investasi dalam etika bisnis
merupakan persyaratan untuk entitas keterlibatan terus-menerus sebuah organaisasi. Etika
bisnis dan corporate governance adalah suatu aspek dalam program yang sangat khusus
dan pelatihan perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi. Ketika etika beroperasi
sebagian diperlukan dari praktek bisnis (Drumea, 2011), itu menjadi ciri untuk pemahaman
peristiwa dari awal dan memiliki peran penting dalam penciptaan suatu inovasi baru.
Upaya untuk mengartikulasikan jelas perspektif pedoman untuk penanganan bisnis bisa
mempengaruhi kita mengabaikan fitur perilaku manusia yang legalitas dan moralitas
bertujuan untuk mempertahankan. Etika dalam bisnis mencakup kekuatan untuk bereaksi
terhadap tuntutan yang saling bersaing dan mendorong manusia disepanjang keterlibatan
mereka dalam suatu organisasi dan bisnis yang sudah terkoneksi. (Pelukis-Morland, 2008).
II. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskripsi yang hanya
memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan,
hubungan tidak menguji hipótesis atau membuat prediksi.
Penelitian deskripsi oleh banyak peneliti disebut juga penelitian survei. Tujuan
penelitian dekriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat serta fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena
yang diselidiki.
III. HASIL PENELITIAN
Dalam pengelolaan Good Corporate Governance (GCG) organisasi dapat membentuk
struktur dan fungsinya yang bertugas untuk mengelola pelaksanaan GCG tersebut di
perusahaan. Pembentukan struktur pengelolaan ini dimaksudkan agar pengelolaan GCG
dapat dilakukan secara sistematis, terarah dan berkelanjutan. Struktur pengelolaan
disesuaikan dengan skala organisasi dan kompleksitas usaha yang ada di perusahaan serta
fungsi pengelolaannya adalah untuk membantu dewan komisaris selaku penanggung
jawab pelaksana GCG yang sesuai dengan ketentuan penerapan GCG pada organisasi
tersebut. Organisasi wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan
usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi termasuk pada saat penyusunan
visi, misi, rencana starategis, pelaksanaan kebijakan dan langka-langka pengawasan
internal.
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dimaksud paling kurang harus
diwujudkan dalam :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern
3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal, dan auditor eksternal
4. Penerapan manajemen resiko, termasuk system pengendalian intern
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar
6. Rencana strategis
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan
IV. ANALISIS DENGAN KONDISI DI INDONESIA
Tata kelola perusahaan atau corporate governance adalah rangkaian proses, kebiasaan,
kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta
pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi Tata kelola perusahaan juga mencakup
hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan
pengelolaan perusahaan. Dan dimana dalam pengelolanya. DImana Good corporate
governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder
(Monks,2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan,
kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholder.

Good Corporate Governance menurut difinisi yang diberikan Bank Dunia (World Bank)
adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumbersumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang, yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Dalam lingkungan pemerintahan dan dunia usaha terutama dalam dekade terakhir ini,
berkembang istilah dan konsep good governance. Istilah dan konsep tersebut berkembang
terutama sejak Indonesia dilanda krisis multi dimensi pada tahun 1997. Krisis multi dimensi
tersebut membuka kesadaran semua pihak bahwa terjadi ketidakberesan dalam pengelolaan
pemerintahan dan dunia usaha, yang ditandai maraknya praktik kolusi, korupsi, nepotisme,
persaingan usaha secara curang, praktik monopoli, dan lain-lain, serta membuka mata
seluruh elemen bangsa akan pentingnya pengelolaan pemerintahan dan dunia usaha secara
baik (good governance). sebagian besar nilai pasar perusahaan-perusahaan Indonesia yang
tercatat di pasar modal (sebelum krisis) ternyata overvalued. Dikemukakan bahwa sekitar
90% nilai pasar perusahaan publik ditentukan oleh growth expectation dan sisanya 10%
baru ditentukan oleh current earning stream. Sebagai pembanding, nilai dari perusahaan
publik yang sehat di negara maju ditentukan dengan komposisi 30% dari growth
expectation dan 70% dari current earning stream, yang merupakan kinerja sebenarnya dari
korporasi. Jadi, sebenarnya terdapat ”ketidakjujuran” dalam permainan di pasar modal
yang kemungkinan dilakukan atau diatur oleh pihak yang sangat diuntungkan oleh kondisi
tersebut.

GCG di Indonesia dikeluarkan pertama kali oleh KNKCG pada tahun 1999, Pemerintah
bersama stakeholder terkait berkesinambungan membahas pedoman umum GCG sektor
perbankan dan sektor perasuransian. Seiring dengan itu, telah terjadi perubahan-perubahan
yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Tak dipungkiri, perubahan yang dimaksud adalah krisis ekonomi dan moneter pada tahun
1997-1999 di Indonesia. Krisis ini berkembang menjadi krisis multidimensi yang
berkepanjangan. Krisis berkepanjangan ini merupakan dampak lanjutan akibat dari
banyaknya perusahaan yang belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum
diterapkannya etika bisnis.

Pada bulan November 2004, KNKCG diganti menjadi Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) berdasarkan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:
KEP/49/M.EKON/11/2004 yang terdiri atas Sub-Komite Publik dan Sub-Komite
Korporasi.

Dua tahun berselang, KNKG menetapkan Pedoman Umum GCG Indonesia yang menjadi
acuan bagi perusahaan umum untuk melaksanakan GCG. KNKG menegaskan bahwa
Pedoman GCG dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia. Tak terkecuali bagi
perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah.
Pedoman umum GCG di Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan
GCG dan merupakan standar minimal. Standar minimal ini akan ditindaklanjuti dan dirinci
dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut,
tiap perusahaan perlu membuat manual yang lebih bersifat operasional.

Pedoman GCG juga memberikan acuan penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan
GCG. Terkait hal ini, pedoman GCG memuat tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu
negara dan perangkatnya sebagai regulator; dunia usaha sebagai pelaku pasar; dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.

Diindonesia sendiri, pemerintah berupaya untuk menerapkan Konsep good corporate


governance di seluruh perusahaan yang ada diindonesia dengan memasukan ke dalam
regulasi, diman konsep good corporate governance sebagai model pengelolaan perusahaan
yang bersifat modern diyakini mampu membawa perubahan pengelolaan bank menjadi
lebih baik dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang diwarnai ketatnya
persaingan antarbank dalam merebut kepercayaan nasabah dan pengembangan usaha bank.
Meskipun tidak menyebut tentang tata kelola atau good corporate governance, pentingnya
pengelolaan perbankan secara baik agar bank menjadi industri yang sehat telah diingatkan
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undan-Undang
Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Penjelasan Umumnya dinyatakan bahwa “…terhadap
lembaga perbankan perlu senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif
dengan didasari oleh landasan gerak yang kokoh agar lembaga perbankan mampu berfungsi
dengan efisien, sehat, wajar dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat
global, mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya serta
mampu menyalurkan dana tersebut ke bidangbidang yang produksti bagi pencapaian
sasaran pembangunan.
Perusahaan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik dengan meningkatkan
semangat kerja, akuntabilitas, keadilan, transparansi dan tanggung jawab. Memperbaiki
pengelolaan dan control Perseroan untuk memastikan bahwa standar-standar di bidang
hukum dan keuangan berjalan dalam kerangka tata kelola yang diatur berdasarkan hukum
dan perundang-undangan serta Anggaran Dasar Perseroan. Good corporate
governance meliputi:
• Laporan Keuangan
Perseroan mengumumkan Laporan Keuangan Triwulanan, Tengah Tahunan dan Tahunan
ke masyarakat secara tepat waktu.Laporan Keuangan dan catatannya dipersiapkan
berdasarkan prinsip-prinsip Akuntansi yang diterapkan secara konsisten.
• Rapat Umum Pemegang Saham
Setiap tahun Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk melaporkan
kinerja dan tata laksana keuangan Perseroan untuk tahun buku yang telah berjalan untuk
mendapatkan persetujuan dari Para Pemegang Saham serta penunjukan Akuntan Publik.
• Dewan Komisaris
Dewan Komisaris Perseroan bertugas untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
Direksi Perseroan.
• Direksi
Direksi diharuskan menjalankan tugas nya secara professional dan memenuhi sistim serta
prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan
• Komisaris Independen
Dalam kerangka tata kelola Perusahaan, Dewan Komisaris dalam tugasnya melaksanakan
fungsi penawasan terhadap Direksi, haruslah independen. Komisaris Independen
diharuskan tidak mempunyai hubungan dengan Direksi maupun Para Pemegang Saham.
• Komite Audit
Komite Audit bertugas untuk memastikan kepatuhan (compliance) perusahaan terhadap
Hukum dan Peraturan Perundang-undangan, memastikan kelayakan dan ketelitian dari
Laporan Keuangan yang mencakup Laporan Keuangan dari Auditor Independen,
mengamati effektifitas sistim pengwasan internal perusahaan yang dibuat oleh Dewan
Komisaris dan Direksi.

5 Asas Dalam Pedoman GCG Indonesia


Dalam Pedoman GCG Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2006 tersebut, terdapat
lima Asas GCG untuk korporasi umum, yaitu:

• Transparansi atau Keterbukaan (Transparency)


• Akuntabilitas (Accountability)
• Tanggung jawab (Responsibility)
• Kemandirian (Independency)
• Kewajaran (Fairness)
Secara lebih khusus, KNKG juga menerbitkan pedoman tahun 2008 untuk korporasi publik
dengan Asas GCG yang berbeda, yaitu

• Demokrasi
• Transparansi
• Akuntabilitas
• Budaya Hukum
• Kewajaran

Pedoman GCG Indonesia menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan


GCG. Penerapan GCG di sini dimaksudkan dalam rangka:

• Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan


berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian serta
kewajaran.
• Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan. Organ yang dimaksud ialah dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum
Pemegang Saham.
• Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai
moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
• Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan, terutama di sekitar perusahaan.
• Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
• Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Selain itu, visi KNKG juga telah diperbaharui menjadi sebuah lembaga resmi pemerintah
yang berperan dalam mendorong dan meningkatkan efektivitas penerapan good
governance di Indonesia dalam rangka membangun kultur yang berwawasan good
governance, baik di sektor publik maupun korporasi.
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governanceoleh perusahaanperusahaan di
Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan
tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain. Di mana perusahaan diharapkan
menerapkan seluruh aspek Pedoman Good Corporate Governanceini. Apabila belum
seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek
yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan.

Namun, pada penerapannya, Proses penerapan Good Corporate Governance tidak


berdampak secara langsung kepada kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Manfaat
penerapan Good Corporate Governance bersifat longterm atau jangka panjang. Penerapan
Good Corporate Governance ini seharusnya menjadi kultur bagi perusahaan, tetapi
penerapannya sekarang sebagian besar hanya karena dorongan regulasi. Kurangnya
keseriusan perusahaan – perusahaan di Indonesia dalam penerapan Good Corporate
Governance ini disebabkan oleh buruknya sistem birokrasi dan penegakan hukum di
Indonesia (Purwani, 2010). Penyebab kurang baiknya penerapan Good Corporate
Governance di Indonesia disebabkan adanya benturan kepentingan ( conflict of interest).
Dimana Seluruh karyawan & pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang bebas
dari suatu benturan kepentingan (conflict of interest) dengan perusahaan. Suatu benturan
kepentingan dapat timbul bila karyawan & pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung
maupun tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil suatu keputusan, dimana
keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari keragu-raguan dan demi
kepentingan terbaik dari perusahaan. Beberapa kode etik yang perlu dipatuhi oleh seluruh
karyawan & pimpinan perusahaan, antara lain menghindarkan diri dari situasi (kondisi)
yang dapat mengakibatkan suatu benturan kepentingan.

Selain itu setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang merasa bahwa dirinya mungkin
terlibat dalam benturan kepentingan harus segera melaporkan semua hal yang bersangkutan
secara detail kepada pimpinannya (atasannya) yang lebih tinggi. Setiap karyawan &
pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam Kode Etik tersebut perlu dikenakan
sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya
tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan Kerja). Untuk
melakukan pengujian atas Kepatuhan terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan semacam
audit kepatuhan (compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya Internal Auditor,
sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang akan dikenakan terhadap
karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar kode etik. Akhirnya diharpkan para
karyawan maupun pimpinan perusahaan mematuhi Code of Corporate & Business Conduct
yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai penerapan GCG.

Melemahnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance mereka, dikarenakan


makin terpisahnya hubungan pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Kelemahan
prinsip Good Corporate Governance itu antara lain ditandai oleh empat macam hal, yaitu:
1. Lemahnya peranan the Board of directors dalam mengendalikan pengelolaan
perusahaan; Board of directors kurang aktif dalam menganalisis strategis bisnis
perusahaan,
2. Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan utang perusahaan
dan mengambil keputusan-keputusan penting yang bersangkutan dengan
kelangsungan hidup perusahaan,
3. Tidak transparan, akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan perkembangan
bisnis dan keuangan oleh Board of directors kepada pemegang saham dan kreditur,
4. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak
bekerja dibawah pengawas langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh
manajemen senior perusahaan.

Disadari atau tidak, penerapan Good Corporate Governancedalam implementasi etika


dalam bisnis memiliki peran yang sangat besar. Pada intinya etika bisnis bukan lagi
merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu
kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu contohnya pada prinsip-prinsip GCG
mencerminkan etika bisnis yang dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholdernya. Etika
bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk membuatnya tetap
berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan ketidakstabilan ekonomi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pengelolaan perusahaan secara baik dengan penerapan
konsep Good Corporate Governance diyakini akan mampu membawa perusahaan lebih
maju dan berkembang. Namun, penerapan konsep Good Corporate Governance secara
tidak tepat dapat saja menjadi bumerang yang meruntuhkan usaha dan menghancurkan
perusahaan. Dengan demikian, diperlukan suatu pemahaman yang benar mengenai konsep
Good Corporate Governance sehingga dalam penerapannya dapat menjadi sarana bagi
pengembangan usaha dan perusahaan
Untuk mewujudkan GCG secara konsisten, diperlukan sikap integritas dari seluruh
karyawan dan perusahaan. integritas terwujud bila adanya pedoman perilaku dan etika
usaha yang disusun berlandaskan nilai-nilai perusahaan dalam melaksanakan misi dan
mewujudkan visi Perusahaan. Pedoman Perilaku dan Etika Usaha ada agar tersedianya
petunjuk praktis bagi Perusahaan dan seluruh insannya dalam menjalankan aktivitas bisnis
yang memenuhi prinsip-prinsip GCG, tersedianya panduan untuk mewujudkan nilai-nilai
Perusahaan, dan tersedianya acuan bagi insan perusahaan untuk menghindari benturan
kepentingan dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab di lingkungan kerja.

Pedoman Perilaku merupakan bagian dari pelaksanaan GCG berisi tentang kewajiban yang
harus dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai oleh seluruh karyawan
Perusahaan sebagai penjabaran pelaksanaan prinsip-prinsip GCG, yang terdiri dari;
Transaparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness (Keadilan).
Mengingat lingkungan bisnis yang sangat dinamis, maka perlu dikaji Pedoman Perilaku
secara berkesinambungan dalam rangka mendapatkan standar kerja yang terbaik bagi
Perusahaan.

Etika Usaha merupakan standar perilaku yang diharapkan dari Perusahaan dalam
berinteraksi dan berhubungan dengan pemangku kepentingan, seperti karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah, pemegang saham, media, pesaing, dan
masyarakat sekitar. Untuk menjamin kelangsungan usaha dan keberhasilan sebagai sebuah
Perusahaan yang kompetitif, Perusahaan seyognyanya bertanggung jawab untuk;
menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang etis dan mematuhi peraturan perundangan
yang berlaku, berkomitmen penuh terhadap standar etika dan pelaksanaan peraturan
perundangan yang berlaku, memahami dan mendukung pengembangan masyarakat
setempat dengan menerapkan prinsip-prinsip saling menghargai dan saling
mengembangkan, dan mendukung pelestarian lingkungan di wilayah operasi Perusahaan.

Yang mana pada point utamanya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi.
Etika bisnis adalah salah satu yang terpenting dalam upaya penerapan GCG tersebut.
Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat mewujudkan iklim usaha yang
sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu sumbangsih besar yang dapat diberikan
oleh dunia usaha untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu
memberikan manfaat yang besar bagi seluruh stakeholder-nya. Belakangan banyak muncul
pertanyaan mengenai apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Seandainya tidak dilaksanakan, suatu
entitas tetap dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.

Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka menerapkan suatu
prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan dapat sebagai salah satu satu
alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut. Pentingnya tata kelola perusahaan yang
sehat untuk stabilitas pasar dan kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari
etika bisnis ini pada gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan
pertimbangan yang penting dalam proses pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai