Oleh Kelompok 11
Good Corporate Governance menurut difinisi yang diberikan Bank Dunia (World Bank)
adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumbersumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang, yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Dalam lingkungan pemerintahan dan dunia usaha terutama dalam dekade terakhir ini,
berkembang istilah dan konsep good governance. Istilah dan konsep tersebut berkembang
terutama sejak Indonesia dilanda krisis multi dimensi pada tahun 1997. Krisis multi dimensi
tersebut membuka kesadaran semua pihak bahwa terjadi ketidakberesan dalam pengelolaan
pemerintahan dan dunia usaha, yang ditandai maraknya praktik kolusi, korupsi, nepotisme,
persaingan usaha secara curang, praktik monopoli, dan lain-lain, serta membuka mata
seluruh elemen bangsa akan pentingnya pengelolaan pemerintahan dan dunia usaha secara
baik (good governance). sebagian besar nilai pasar perusahaan-perusahaan Indonesia yang
tercatat di pasar modal (sebelum krisis) ternyata overvalued. Dikemukakan bahwa sekitar
90% nilai pasar perusahaan publik ditentukan oleh growth expectation dan sisanya 10%
baru ditentukan oleh current earning stream. Sebagai pembanding, nilai dari perusahaan
publik yang sehat di negara maju ditentukan dengan komposisi 30% dari growth
expectation dan 70% dari current earning stream, yang merupakan kinerja sebenarnya dari
korporasi. Jadi, sebenarnya terdapat ”ketidakjujuran” dalam permainan di pasar modal
yang kemungkinan dilakukan atau diatur oleh pihak yang sangat diuntungkan oleh kondisi
tersebut.
GCG di Indonesia dikeluarkan pertama kali oleh KNKCG pada tahun 1999, Pemerintah
bersama stakeholder terkait berkesinambungan membahas pedoman umum GCG sektor
perbankan dan sektor perasuransian. Seiring dengan itu, telah terjadi perubahan-perubahan
yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Tak dipungkiri, perubahan yang dimaksud adalah krisis ekonomi dan moneter pada tahun
1997-1999 di Indonesia. Krisis ini berkembang menjadi krisis multidimensi yang
berkepanjangan. Krisis berkepanjangan ini merupakan dampak lanjutan akibat dari
banyaknya perusahaan yang belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum
diterapkannya etika bisnis.
Pada bulan November 2004, KNKCG diganti menjadi Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) berdasarkan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:
KEP/49/M.EKON/11/2004 yang terdiri atas Sub-Komite Publik dan Sub-Komite
Korporasi.
Dua tahun berselang, KNKG menetapkan Pedoman Umum GCG Indonesia yang menjadi
acuan bagi perusahaan umum untuk melaksanakan GCG. KNKG menegaskan bahwa
Pedoman GCG dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia. Tak terkecuali bagi
perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah.
Pedoman umum GCG di Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan
GCG dan merupakan standar minimal. Standar minimal ini akan ditindaklanjuti dan dirinci
dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut,
tiap perusahaan perlu membuat manual yang lebih bersifat operasional.
Pedoman GCG juga memberikan acuan penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan
GCG. Terkait hal ini, pedoman GCG memuat tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu
negara dan perangkatnya sebagai regulator; dunia usaha sebagai pelaku pasar; dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.
• Demokrasi
• Transparansi
• Akuntabilitas
• Budaya Hukum
• Kewajaran
Selain itu, visi KNKG juga telah diperbaharui menjadi sebuah lembaga resmi pemerintah
yang berperan dalam mendorong dan meningkatkan efektivitas penerapan good
governance di Indonesia dalam rangka membangun kultur yang berwawasan good
governance, baik di sektor publik maupun korporasi.
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governanceoleh perusahaanperusahaan di
Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan
tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain. Di mana perusahaan diharapkan
menerapkan seluruh aspek Pedoman Good Corporate Governanceini. Apabila belum
seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek
yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan.
Selain itu setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang merasa bahwa dirinya mungkin
terlibat dalam benturan kepentingan harus segera melaporkan semua hal yang bersangkutan
secara detail kepada pimpinannya (atasannya) yang lebih tinggi. Setiap karyawan &
pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam Kode Etik tersebut perlu dikenakan
sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya
tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan Kerja). Untuk
melakukan pengujian atas Kepatuhan terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan semacam
audit kepatuhan (compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya Internal Auditor,
sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang akan dikenakan terhadap
karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar kode etik. Akhirnya diharpkan para
karyawan maupun pimpinan perusahaan mematuhi Code of Corporate & Business Conduct
yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai penerapan GCG.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pengelolaan perusahaan secara baik dengan penerapan
konsep Good Corporate Governance diyakini akan mampu membawa perusahaan lebih
maju dan berkembang. Namun, penerapan konsep Good Corporate Governance secara
tidak tepat dapat saja menjadi bumerang yang meruntuhkan usaha dan menghancurkan
perusahaan. Dengan demikian, diperlukan suatu pemahaman yang benar mengenai konsep
Good Corporate Governance sehingga dalam penerapannya dapat menjadi sarana bagi
pengembangan usaha dan perusahaan
Untuk mewujudkan GCG secara konsisten, diperlukan sikap integritas dari seluruh
karyawan dan perusahaan. integritas terwujud bila adanya pedoman perilaku dan etika
usaha yang disusun berlandaskan nilai-nilai perusahaan dalam melaksanakan misi dan
mewujudkan visi Perusahaan. Pedoman Perilaku dan Etika Usaha ada agar tersedianya
petunjuk praktis bagi Perusahaan dan seluruh insannya dalam menjalankan aktivitas bisnis
yang memenuhi prinsip-prinsip GCG, tersedianya panduan untuk mewujudkan nilai-nilai
Perusahaan, dan tersedianya acuan bagi insan perusahaan untuk menghindari benturan
kepentingan dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab di lingkungan kerja.
Pedoman Perilaku merupakan bagian dari pelaksanaan GCG berisi tentang kewajiban yang
harus dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai oleh seluruh karyawan
Perusahaan sebagai penjabaran pelaksanaan prinsip-prinsip GCG, yang terdiri dari;
Transaparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness (Keadilan).
Mengingat lingkungan bisnis yang sangat dinamis, maka perlu dikaji Pedoman Perilaku
secara berkesinambungan dalam rangka mendapatkan standar kerja yang terbaik bagi
Perusahaan.
Etika Usaha merupakan standar perilaku yang diharapkan dari Perusahaan dalam
berinteraksi dan berhubungan dengan pemangku kepentingan, seperti karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah, pemegang saham, media, pesaing, dan
masyarakat sekitar. Untuk menjamin kelangsungan usaha dan keberhasilan sebagai sebuah
Perusahaan yang kompetitif, Perusahaan seyognyanya bertanggung jawab untuk;
menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang etis dan mematuhi peraturan perundangan
yang berlaku, berkomitmen penuh terhadap standar etika dan pelaksanaan peraturan
perundangan yang berlaku, memahami dan mendukung pengembangan masyarakat
setempat dengan menerapkan prinsip-prinsip saling menghargai dan saling
mengembangkan, dan mendukung pelestarian lingkungan di wilayah operasi Perusahaan.
Yang mana pada point utamanya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi.
Etika bisnis adalah salah satu yang terpenting dalam upaya penerapan GCG tersebut.
Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat mewujudkan iklim usaha yang
sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu sumbangsih besar yang dapat diberikan
oleh dunia usaha untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu
memberikan manfaat yang besar bagi seluruh stakeholder-nya. Belakangan banyak muncul
pertanyaan mengenai apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Seandainya tidak dilaksanakan, suatu
entitas tetap dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.
Jika etika bisnis yang sehat adalah yang dicapai oleh perusahaan, maka menerapkan suatu
prinsip Good Corporate Governance oleh suatu perusahaan dapat sebagai salah satu satu
alat untuk mencapai etika bisnis yang baik tersebut. Pentingnya tata kelola perusahaan yang
sehat untuk stabilitas pasar dan kepercayaan pasar penerapan GCG sebagai bagian dari
etika bisnis ini pada gilirannya dapat mempengaruhi pasar dan menjadi bahan
pertimbangan yang penting dalam proses pengambilan keputusan.