Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA BISNIS

“PERAN SISTEM PENGATURAN, GOOD CORPORATE


GOVERNANCE”

Dosen Pengampu : Ropi Marlina, S.pd., M.E.Sy

Disusun oleh :

1. Achmad Rifqi Darmawan (030122015)

2. Ratu Keisya Aurora (030122025)

3. Nabila Nur Fauziah (030222027)

KELAS 01

AKUNTANSI & MANAJEMEN

STIE DR. KHEZ MUTTAQIEN

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah mengenai “Peran Pengaturan

Sistem, Good Corporate Governance”

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari

kata sempurna dikarenakan keterbatasan referensi dan pengetahuan yang

penyusun miliki. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat dinantikan

untuk memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, berharap semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang

dibutuhkan dan dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi semua pihak

umumnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembanca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun

mohon untuk saran dan kritiknya.

Purwakarta, 6 Maret 2023

Penulis

ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

2.1 Definisi Pengaturan ................................................................... 3

2.2 Definisi Good Corporate Governance....................................... 4

2.3 Karakteristik GCG .................................................................... 4

2.4 Prinsip Dasar GCG ................................................................... 5

2.5 Tahap penerapan GCG ............................................................. 6

2.6 Commission Of Human ............................................................. 9

2.7 Kaitan GCG Dan COH Dengan Etika Bisnis ........................... 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 16

3.2 Saran .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate

Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga

ditempatkan di posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses

perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus

memenangkan persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia

dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG

(Daniri, 2005). Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang

sama-sama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus

dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara, melainkan

antarkorporat di negaranegara tersebut. Penerapan Good Corporate Governance

(GCG) salah satunya dapat didorong dari sisi regulasi. Dorongan tersebut adalah

dengan dituangkannya prinsip-prinsip dasar GCG ke dalam regulasi. GCG

menitikberatkan perlindungan terhadap pemegang saham terutama pemegang

saham minoritas, kepentingan tersebut pada dasarnya telah diakomodasi oleh

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas namun untuk

tidak dapat dikatakan sempurna, dimana kehadiran Komite Audit, Komite

Nominasi atau Remunerasi telah menjadi bukti ketertinggalan dengan

perkembangan bisnis saat ini.

1
2

RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi pengaturan?

2. Apa definisi Good Corporate Governance?

3. Apa saja karakateristik Good Corporate Governance?

4. Apa prinsip-prinsip Good Corporate Governance?

5. Bagaimana tahapan penerapan Good Corporate Governance?

6. Apa Yang Dimaksud dengan Commission Of Human?

7. Apa kaitan Good Corporate Governance dan Commission Of Human

dengan etika Bisnis

TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui definisi pengaturan

2. Untuk mengetahui apa itu Good Corporaate Governance

3. Untuk mengetahui karakteristik Good Corporate Governance

4. Untuk mengetahu prinsip-prinsip Good Corporate Governance

5. Untuk mengetahui bagaimana tahapan penerapan Good Corporate

Governance

6. Untuk mengetahui definisi Commission Of human

7. Untuk mengetahui kaitan Good Corporate Governance Dan Commission

Of Human Dengan etika bisnis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengaturan

Pengaturan (governance) pada dasarnya sudah berjalan dalam kehidupan

manusia sebagai mahluk sosial, dan juga manusia sebagai mahluk alam.

Pengaturan adalah sebuah proses pengambil keputusan dan proses yang oleh

pengambil keputusan diimplementasikan, sebuah analisis dari pengaturan

mengfokuskan pada pelaku formal dan informal yang sudah tersusun dalam

sebuah tempat untuk segera dilasanakan dan keputusan yang diimplementasikan.

Pemerintah adalah salah satu pelaku dalam pengaturan, pelaku lainnya

terkait dalam pengaturan yang tergantung pada tingkatan pemerintah yang kita

diskusikan. Sama halnya dengan struktur pemerintah formal sebagai salah satunya

yang keputusan tersebut muncul dan diimplementasikan, pada tingkat nasional,

struktur pengambilan keputusan informal, seperti " kitchen cabine" atau penasehat

informal akan tetapi eksis.

3
4

2.2 Definisi Good Corporate Governance

Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value

added) untuk semua stakeholder (Monks,2003).

2.3 Karakteristik Good Corporate Governance

Menurut United Nation Development Program (UNDP) 4 , Good Governance

memiliki 8 (delapan) karakteristik utama (Budiseyowati) yaitu :

 Participation

Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik

secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang

mewakilikepentingannya.

 Transparency

Dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.

 Rule Of Law

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu

terutama hukum untuk hak asasi manusia.

 Resposiveness

Setiap lembaga dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan harus mencoba melayani setiap stakeholders.

 Consensus Oriented
5

Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk

memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam

hal kebijakan kebijakan maupun prosedur.

 Equality

Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau

menjaga kesejahteraan mereka.

 Effectiveness anf Efisiency

Proses-proses dan lembaga lembaga menghasilkan produknya sesuai

dengan yang telah digariskan, dengan menggunakan sumber-sumber yang

tersedia sebaik mungkin.

 Accountability

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan

masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-

lembaga stakeholders.

2.4 Prinsip-prinsp Good Corporate Governance

Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:

 Transparency (keterbukaan informasi)

yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan

mengenai perusahaan.
6

 Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,

dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan

perusahaan terlaksana secara efektif.

 Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di

dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta

peraturan perundangan yang berlaku.

 Independency (kemandirian)

yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang

tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku

dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

 Fairness (kesetaraan da kewajaran)

yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hakhak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku.

2.5. Tahap-Tahap Penerapan Good Corporate Governance

Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan Pada umumnya

perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG

menggunakan pentahapan berikut (Chinn, 2000; Shaw,2003).


7

-Tahap Persiapan

Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama:

 GCG awareness building

Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun

kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam

penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga

ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan

melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.

 GCG assessment

GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya

memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah

ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk

mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan

infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG

secara efektif.

 GCG manual building

GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment

dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan

upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau


8

pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat

dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.

-Tahap Implementasi

Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah

memulai implementasi di perusahaan.

Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:

 Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan

berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya

mengenai pedoman penerapan GCG.

 Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman

GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus

bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi

perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen

perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang

ditimbulkan oleh implementasi GCG.

 Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi.

Internalisasi mencakup upayaupaya untuk memperkenalkan GCG di dalam

seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan.


9

Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari

waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG

telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit

implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada.

2.6. Commission Of Human (Hak Asasi Manusia)

A. PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA

Menurut beberapa pendapat :

1. Mariam Budiardjo

HAM adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia yang telah diperoleh dan

dibawanya bersamaan dengan kelahiran dan kehadirannya dalam hidup

masyarakat. Hak ini ada pada manusia tanpa membedakan bangsa, ras,

agama, golongan, jenis kelamin, karena itu bersifat asasi dan universal.

Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa semua orang harus memperoleh

kesempatan berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya. (Mariam

Budiardjo, 1982, 120)

2. Thomas Jefferson

HAM pada dasarnya adalah kebebasan manusia yang tidak diberikan oleh

Negara. Kebebasan ini berasal dari Tuhan yang melekat pada eksistensi
10

manusia individu. Pemerintah diciptakan untuk melindungi pelaksanaaan

hak asasi manusia. (Majalah What is Democracy, 8) 3. Universal

Declaration of Human Right Dalam pembukuan dari deklarasi ini

dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak kodrati yang diperoleh oleh

setiap manusia berkat pemberian Tuhan Seru Sekalian Alam, sesungguhnya

tidak dapat dipisahkan dari hakekat manusia. Oleh karena itu setiap manusia

berhak memperoleh kehidupan yang layak, kebebasan, keselamatan dan

kebahagiaan pribadi. (Majalah What is Democracy, 20)

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999

Hak asasi manusia adalah separangkat hak dasar yang melekat pada hakikat

dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Menurut Prof. Dr. Notonegoro (Filsafat Dan Idiologi, 1975) wajib adalah

beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan

melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada

prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban

pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan. Disini kewajiban berarti
11

suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan kewajiban kita harus

melaksaakannya tanpa ada alasan apapun itu. Wujud hubungan antara warga

negara dengan negara adalah pada umumnya adalah berupa peranan (role).

Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status

yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga Negara.

Kewajiban warga negara adalah:

1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain dalam tata tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Pasal 28J ayat 1

UUD 1945)

2. Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-Undang

dengan maksud semata-semata untuk menjamin pengakuan serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi

tuntutan yanga adil sesuai dengan pertibangan moral, keamanan, dan

ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. (Pasal 28J ayat 2

UUD 1945)

3. Setiap orang wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 68 UU

No.39/1999)

4. Setiap warga Negara berkewajiban ikut serta dalam usaha pertahanan dan

keamanan. (Pasal 30 UUD 1945)

5. Setiap warga Negara wajib menjunjung hukum dan pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 27 UUD 1945)


12

6. Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya. (Pasal 31 ayat 2 UUD 1945) 5

C. PERADILAN HAK ASASI MANUSIA

Sistem peradilan hak asasi manusia (HAM) merujuk pada rangkaian

proses hukum yang dirancang untukmelindungi hak asasi manusia dan

menjamin keadilan serta penghormatan terhadap nilai-nilai HAM. Sistem

peradilan HAM adalah bagian penting dari sistem peradilan yang

bertanggungjawab atas pelanggaran hak asasi manusia.

Sistem peradilan HAM memiliki peran penting dalam melindungi hak

asasi manusia. Hal ini membantu menjaga keseimbangan kekuasaan dan

mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang memiliki

wewenang lebih besar. Dengan cara ini, sistem peradilan HAM dapat

memastikan bahwa hak asasi manusia diproteksi secara adil dan keadilan

dan bahwa pelanggaran hak asasi manusia tidak lagi terjadi.

2.7. Kaitan GCG Dan COH Dengan Etika Bisnis

A. Kaitan GCG Dengan Etika Bisnis

1. Code of Corporate and Business Conduct

Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate

and Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good


13

Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan &

pimpinan perusahaan untuk melakukan praktek-praktek etik bisnis yang

terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan.

Apabila prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan

(corporate culture), maka seluruh karyawan & pimpinan perusahaan akan

berusaha memahami dan berusaha mematuhi "mana yang boleh" dan

"mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan.

Pelanggaran atas Kode Etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat

termasuk kategori pelanggaran hukum.

2. Nilai Etika Perusahaan

Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan &

pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya

akan memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value).

Beberapa nilai- nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

GCG, yaitu kejujuran. tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan

kerjasama. Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau

dokumen yang tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya

dapat dimengerti oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan

akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action). Beberapa

contoh pelaksanaan kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan
14

& pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan

benturan kepentingan (conflict of interest).

B. Kaitan COH Dengan Etika Bisnis

Etika bisnis adalah seperangkat nilai dan prinsip moral yang harus

dipegang oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.Dalam hal ini,

kaitan antara ham (hak asasi manusia) dengan etika bisnis adalah bahwa

hak asasi manusia harus dihormati dan dilindungi dalam setiap aspek

bisnis.

Hal iniberarti perusahaan harus mengambil tanggung jawab sosial dalam

melindungi hak-hak asasi manusia dalam operasi bisnisnya, seperti dalam

hak-hak karyawan, keamanan dan kesehatan, hak-hak konsumen, dan hak-

hak masyarakat sekitar.

Sebagai contoh, perusahaan tidak boleh mempekerjakan anak di bawah

umur atau memanfaatkan tenaga kerja paksa, karena itu melanggar hak-

hak asasi manusia. Begitu juga, perusahaan harus memastikan produknya

aman dan tidak membahayakan kesehatan konsumen.

Adanya hubungan yang baik antara ham dan etika bisnis akan

menciptakan lingkungan bisnis yang lebih bertanggung jawab dan

berkelanjutan. Dalam era globalisasi, perusahaan yang menghormati hak


15

asasi manusia dan menerapkan etika bisnis yang baik akan menjadi pilihan

utama bagi konsumen dan investor yang sadar akan nilai-nilai moral dan

sosial.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk

semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama,

pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan

tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua

informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

3.2 SARAN

Maka alangkah baiknya bagi perusahaan yang belum menerapkan GCG untuk

segera menerapkan GCG dengan baik dan menyeluruh dalam semua lini

perusahaannya sehingga mampu menjadi value added perusahaan dan pemecah

masalah keagenan. Serta bagi suatu perusahaan yang ingin menilai dan melakukan

evaluasi terhadap penerapan GCG di perusahaanya, dapat mengikuti penilaian dan

pemeringkatan oleh lembaga independen. Sehingga mampu mengevaluasi sejauh

mana penerapan GCG di perusahaannya dan menjadi signal tersendiri bagi investor

bahwa perusahaan telah menerapkan GCG dengan baik karena hasil penilaian dan

pemeringkatan ini selalu dipublikasikan kepada khalayak umum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akuntabilitas dan Good Governance, Lembaga Administrasi Negara dan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Jakarta, 2000.

Bakrie, Aburizal, Good Corporate Governance: Sudut Pandang Pengusaha,

YPMMI & Sinergi Communication, Jakarta, 2002. Bank, World, Corporate

Governance Country Assessment : Republic of Indonesia, Jakarta, 2005

Chinn, Richard, Corporate Governance Handbook, Gee Publishing Ltd. London,

2000.

Corporate Governance dan Etika Korporasi, Kantor Menteri Negara

Pendayagunaan BUMN/ Badan Pembina BUMN, 1999.

Daniri Mas Ahmad, Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya di

Indonesia. Ray Indonesia, Jakarta, 2005.

Monks, Robert A.G, dan Minow, N, Corporate Governance 3rd Edition, Blackwell

Publishing, 2003.

Kaen, Fred. R, A Blueprint for Corporate Governance: Stregy, Accountability,

and the Preservation of Shareholder Value, AMACOM, USA. 2003.

Shaw, John. C, Corporate Governance and Risk: A System Approach, John Wiley

& Sons, Inc, New Jersey, 2003.

Bahan Kuliah Pendidikan Kewaranegaraan Di Perguruan Tinggi. Makassar:

Fakultas Hukum, Universitas Muslim Indonesia.

17
18

Mariam, B. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Muchsin. 2004. Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka & Kebijakan Asasi. Depok:

STIH “IBLAM”.

Notonegoro, S. 1975. Filsafat Dan Idiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Majalah, What is Democracy, United State Information Agency, 1991.

Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia, Jakarta: Sinar

Grafika.

Anda mungkin juga menyukai