Anda di halaman 1dari 24

Corporate Governance Structure

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

Regis Wuisan (20081102118)

Yessica Hutabarat (20081102110)

Andre Senduk (20081102090)

Christy Langkai (20081102094)

Regina Wonggo (20081102106)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kelompok kami panjatkan kepada


Tuhan Maha Esa atas rahmat dan anugrahNya kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Mekanisme Corporate Governance dalam Tata Kelola yang
Baik Adapun penyusunan makalan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas dari Dosen Mata Kuliah Corporate
Governance. Kelompok Kami menyadari keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan dalam penyelesaian makalah
ini, mungkin sangat jauh dari kata sempuran yang
diharapkan, namun kelompok Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan bagi yang
membaca, Oleh karena itu segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun Kelompok Kami harapkan Akhir kata
kelompok Kami berterima kasih
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………
………………i

KATA
PENGANTAR….........................................................................
................. i

DAFTAR ISI..............………………...
……………………….........................iii

BAB
I PENDAHULUAN…………………………………………………
……..1

1.1
Latar Belakang .........................................................................
.1

1.2
Rumusan Masalah ....................................................................
2

1.3
Tujuan ....................................................................................... 
2

BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………………
………3
2.1 Devinisi Governance
……………………………....................4

2.2 Penerapan Tata Kelola


Perusahaan.......................................................5

2.3 Tata Kelola yang Lemah dan Tata Kelola yang


Lemah………………6

BAB III (PENUTUP)


…………………………………………………………...13

3.1
Kesimpulan ..............................................................................
13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….
………………14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tata kelola perusahaan (Corporate Governance) menjadi


salah satu isu yang semakin popular di Indonesia. Banyak
perusahaan telah menggunakan Corporate Governance
sebagai rujukan dalam menjalankan perusahaannya. Dalam
dunia global seperti sekarang ini, dimana tingkat persaingan
yang semakin ketat mengharuskan perusahaan-perusahaan
mengelola perusahaannya dengan professional. Demikian
pula investor dalam mencari alternatif untuk berinvestasi,
selalu mencari perusahaan yang dikelola dengan
professional. (Nasrum, 2014).Banyaknya skandal yang telah
terjadi diperusahaan menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut tidak dikelola dengan profesional. Skandal tersebut
terjadi banyak diakibatkan oleh tidak dipatuhinya atau tidak
dilaksanakan prinsip-prinsip corporate governance. Diantara
skandal yang terjadi salah satunya diakibatkan oleh tidak
transparannya pengelola perusahaan (Agent) dalam
memberikan informasi terkait dengan perusahaan. (Nasrum,
2014).Secara teoritis, pelaksanaan Corporate Governance
dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan
kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-
keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya
good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor. (Nasrum, 2014).Indonesia mulai menerapkan prinsip
Good Corporate Governance sejak menandatangani letter of
intent (LOI) dengan IMF. Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa
perusahaan yang ada di Indonesia mempunyai tanggung
jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan
di tingkat Internasional. (Nasrum, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah
yang akan dibahas yaitu sebagai berikut

1. apa yang dimaksud dengan struktur tata kelola


perusahaan??

2. Bagaimana penerapan struktur tata kelola perusahaan?

3. Bagaimana tentang struktur tata kelola yang kuat dan yang


lemah?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat


dari penulisan makalah ini, yaitusebagai berikut:

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan struktur tata


kelola (Governance).

2. Untuk mengetahui tentang bagaimana penerapan tata


kelola perusahaan

3. Menerangkan tentang tata kelola yang kuat dan yang


lemah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Governance

Istilah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate


Governance/GCG) mengemuka setelah “krisis moneter” yang
terjadi di Indonesia pada tahun 1988 yang berdampak dalam
bidang perbankan. Terjadinya pelanggaran batas maksimum
pemberian kredit (BMPK),rendahnya praktek manajemen
risiko, tidak adanya transparansi terhadap informasi
keuangan,merosotnya nilai tukar rupiah dan adanya dominasi
para pemegang saham dalam mengaturoperasional
menyebabkan industri perbankan nasional menjadi rapuh. Hal
tersebut sebagaiakibat belum dilaksanakannya secara
maksimal praktek GCG di kalangan perbankan.
Denganmelaksanakan konsep GCG, diharapkan tercipta
suatu citra perbankan sebagai lembaga yangdapat dipercaya
oleh Pemerintah dalam mengelola dana masyarakat. Artinya
ada keyakinan bahwa bisnis perbankan dikelola dengan baik
sehingga dapat tumbuh secara sehat, kuat danefisien.

Pengertian “governance” amat beragam. Pada dasarnya ia


diartikan sebagai tata kelola yang berhubungan dengan
interaksi antara pemerintah dengan masyarakat. Sedangkan
“governing” berarti semua kegiatan sosial, ekonomi, ploitik,
dan adminstratif yang dilakukansebagai upaya untuk
mengarahkan, mengendlikan, mengawasi atau mengelola
masyarakat.FCGI (Forum for Corporate Governance in
Indonesia) mendefinisikan tata kelola korporat(Corporate
Governance) sebagai brerikut (Tjager et al, 2003:25-26)

“seperangkat pengaturan yang mengatur hubungan antara


pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem
yangmengendalikan perusahaan. Tujuan tata kelola korporat
ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders).”

Namun, dengan beragam interpretasi dan pengertian yang


dikemukakan oleh cendekiamaupun praktisi perbankan yang
ada, sebenarnya inti dan pesan Good Corporate Governance
atau tatakelola perusahaan yang baik adalah “transparansi”,
“moral” dan “etika” yang disertai dengan kepatutan dan
kerangka hukum.Isu tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
terjadi karena adanya pemisahan antarakepemilikan dan
pengelolaan perusahaan yang memberikan kewenangan
kepada direksi untukmengurus perusahaan, seperti
mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan atas
nama pemilik. Salah satu wujud konkrit pelaksanaan GCG
adalah adanya penerapan prinsi ptransparansi dalam
pengelolaan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.8/4/PBI/2006tentang Pelaksanaan Praktek Good
Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank mempunyai
peranan yang sangat besar dalam kehidupan perekonomian,
sebagai pelaksana kebijakan moneter dan menghimpun dana
dalam jumlah yang besar dari masyarakat. Oleh karena itu,
pelaksanaan prinsip transparansi pada bank menjadi peranan
yang sangat penting dan patut menjadi perhatian bagi
stakeholders, komisaris, direksi maupun pembina dan
pengawas bank (Otoritas Jasa Keuangan/OJK).Kepercayaan
masyarakat terhadap manajemen bank selain bergantung
pada kinerja dan kemampuan dalam mengelola risiko, juga
dituntut sikap profesionalisme, independensidan integritas
serta transparansi atas informasi yang berkaitan dengan
kondisi keuangan maupunnon keuangan, dengan tidak sama
sekali mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan Bank sesuai peraturan yang berlaku.
Perwujudan dari pemikiran tersebut hanyadapat dilaksanakan
apabila Bank dalam melakukan aktivitasnya senantiasa
menerapkan prinsip- prinsip GCG meliputi :

1.Transparansi (transparency) atau keterbukaan dalam


mengemukakan informasi yang materialdan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan.

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan


pelaksanaan pengelolaan manajerial berjalan secara efektif.

3. Pertanggungjawaban (responsibility) atau kesesuaian


pengelolaan bank dengan peraturan perundang undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang
sehat.

4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank


secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak
manapun.
5. Kewajaran (fairness) adalah keadilan dan kesetaraan
dalam memenuhi hak-hak stakeholderyang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.2 Penerapan Tata Kelola Perusahaan

1. Struktur Organisasi GCG secara garis besar adalah terdiri


dari:

a. Rapat Umum Pemegang Saham

b. Dewan Komisaris

c. Direksi

d. Komit

e. Komite dibawah Dewan Komisarise.Satuan Kerja Audit


Inter

f. Audit Ekstern

g. Satuan Kerja Manajemen Resiko

h. Stakeholders

Berdasarkan hal tersebut, secara umum struktur organisasi


GCG pada bank dapat digambarkan dalam struktur sebagai
berikutt

RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ yang


memegang kekuasaan tertinggi dalam Bank dan memegang
segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksidan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar
Bank yang berlaku. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
merupakan forum dimana Direksi dan Komisaris melaporkan
dan bertanggungjawab atas kinerja mereka terhadap
Pemegang Saham.

1.2. Dewan Komisaris

Jumlah anggota dewan Komisaris paling banyak sama


dengan jumlah anggota Direksi. Paling kurang 1 (satu) orang
anggota dewan Komisaris wajib berdomisili di Indonesia.
Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris dan Komisaris
Independen dan paling kurang 50% (lima puluh perseratus)
dari jumlah anggota dewan Komisaris adalah Komisaris
Independen.

1.3.Direksi

Direksi dipimpin oleh Direktur Utama dan wajib berasal dari


pihak yang independen terhadap pemegang saham
pengendali. Penilaian independensi didasarkan pada
keterkaitan yang bersangkutan pada kepengurusan,
kepemilikan dan/atau hubungan keuangan, serta hubungan
keluarga dengan pemegang saham pengendali. Setiap usulan
penggantian dan/atau pengangkatan anggota Direksi oleh
Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham,
harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan
Nominasi.Mayoritas anggota Direksi paling kurang memiliki
pengalaman 5 (lima) tahun di bidang operasional sebagai
Pejabat Eksekutif bank (tidak termasuk Bank Perkreditan
Rakyat). Setiap anggota Direksi harus memenuhi persyaratan
telah lulus Penilaian Kemampuan dan Kepatutan(Fit and
Proper Test) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test).

2. KOMITE – KOMITE

Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan


tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh sekurang-
kurangnya.

a. Audit

b. Komite Pemantau Risiko

c. Komite Remunerasi dan Nominasi.

Komite tersebut wajib menyusun pedoman dan tata tertib


kerja komite.

3. FUNGSI KEPATUHAN

Bank wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan


perundang-undangan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku.Dalam rangka
memastikan kepatuhan, Bank wajib menunjuk seorang
Direktur Kepatuhan dengan berpedoman pada persyaratan
dan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan
(Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Intern Bank Umum.

3.1.Satuan Kerja Kepatuhan

• Dalam rangka membantu pelaksanaan fungsi Direktur


Kepatuhan secara efektif, Bank membentuk satuan kerja
kepatuhan (compliance unit) yang independen terhadap
satuan kerja operasional.

• Dalam melaksanakan tugasnya tersebut Direktur Kepatuhan


wajib mencegah direksi Bank agar tidak menempuh kebijakan
dan/atau menetapkan keputusan yang menyimpang dari
peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku.

• Direktur Kepatuhan wajib melaporkan pelaksanaan tugas


dan tanggung jawabnya secara berkala kepada Direktur
Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris.

3.2 Fungsi Audit Intern

Dalam rangka pelaksanaan fungsi audit intern secara efektif,


Bank wajib membentuk Satuan Kerja Audit Intern yang
independen terhadap satuan kerja operasional. Dalam
melaksanakan tugasnya SKAI menyampaikan laporan
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan
tembusan kepada Direktur Kepatuhan. Pemimpin SKAI
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama Bank dengan
persetujuan Dewan Komisaris.

3.3. Fungsi Audit Ekstern

• Bank wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan


Publik yang terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan
audit laporan keuangan Bank.

• Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik wajib


terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham berdasarkan calon yang diajukan oleh
dewanKomisaris sesuai rekomendasi Komite Audit.

• Audit dan penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan


Publik wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.

4. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif,


yang disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran
dan kompleksitas usaha serta Bank dengan berpedoman
pada persyaratan dan tata cara sebagaimana ditetapkan
dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

4.1. Satuan Kerja Manajemen Risiko & Komite Manajemen


Risiko

Dalam kaitan dengan pengembangan struktur organisasi


yang ada, Bank wajib membentuk Komite Manajemen Risiko
(Risk Management Committee) dan Satuan Kerja Manajemen
Risiko (Risk Management Unit).

4.2.Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan suatu mekanisme


pengawasan yang ditetapkan oleh manajemenBank secara
berkesinambungan (on going basis), guna:

• Menjaga dan mengamankan harta kekayaan Bank;

• Menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat;

• Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku;

• Mengurangi dampak keuangan/kerugian, penyimpangan


termasuk kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-
hatian;

• Meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan


efisiensi biaya.

5. PENYEDIAAN DANA KEPADA PIHAK TERKAIT DAN


PENYEDIAAN DANA BESAR

Dalam rangka menghindari kegagalan usaha Bank sebagai


akibat konsentrasi penyediaan dandan meningkatkan
independensi pengurus Bank terhadap potensi intervensi dari
pihak terkait,Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam penyediaan dana antara lain dengan menerapkan
penyebaran/diversifikasi portofolio penyediaan dana yang
diberikan.
Pelaksanaan penyediaan dana kepada pihak terkait dan/atau
penyediaan dana besar (largeexposures) wajib berpedoman
pada ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum. Dalam rangka penerapan
prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko Bank wajib
memiliki pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang
Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dan atau Penyediaan
Dana besar (large exposures).

5.1. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait Bank dilarang


memberikan Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait yang
bertentangan dengan prosedur umum Penyediaan Dana yang
berlaku. Bank dilarang memberikan Penyediaan Dana kepada
Pihak Terkait tanpa persetujuan Dewan Komisaris Bank.
Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan
mengenai: Transaksi antara Bank dengan Pihak-pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa; Pemberian penyediaan
dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat
dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada
dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur
yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank. Laporan
tersebut wajib disampaikan sesuai dengan jadwal dan batas
waktu penyampaian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan.

5.2. Penyediaan Dana Besar Bank dilarang membuat suatu


perikatan atau perjanjian atau menetapkan persyaratan yang
mewajibkan Bank untuk memberikan Penyediaan Dana yang
akan mengakibatkan terjadinya Pelanggaran BMPK; dan
memberikan Penyediaan Dana yang mengakibatkan
Pelanggaran BMPK. Penyediaan Dana ini mencakup bentuk
perikatan atau perjanjian atau persyaratan yangditetapkan
untuk yang tercatat di neraca maupun rekening administratif.

6. RENCANA STRATEGIS BANK

• Bank wajib menyusun rencana strategis dalam bentuk


rencana korporasi (corporate plan) /rencana jangka panjang
dan rencana bisnis (business plan) / rencana jangka pendek.

• Penyampaian rencana korporasi (corporate plan) dan


perubahannya kepada Bank Indonesia berpedoman pada
ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umuu.

• Penyusunan dan penyampaian rencana bisnis (business


lan) berpedoman pada ketentuanBank Indonesia tentang
Rencana Bisnis Bank Umum.

• Rencana korporasi /rencana jangka panjang Bank


merupakan cerminan dari visi Bank.

7. ASPEK TRANSPARANSI KONDISI BANK

Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan


dan non keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan
laporan dengan tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi
Kondisi Keuangan Bank. Selain hal tersebut, bank wajib
melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan
penggunaan data nasabah Bank dengan berpedoman pada
persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah. Namun
demikian, dalam aktivitas transparansi dan pengungkapan
(disclosure) kondisi Bank harus tetap memperhatikan dan
mematuhi ketentuan tentang rahasia bank.

7.1. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non-keuangan


Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan,
Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Bank Indonesia ini.

7.2 Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan


Data Pribadi Nasabah Bank wajib menerapkan transparansi
informasi mengenai Produk Bank dan penggunaan Data
Pribadi Nasabah. Informasi mengenai karakteristik Produk
Bank tersebut sekurang-kurangnya meliputi:

• Nama Produk Bank

• Jenis Produk Bank

• Manfaat dan risiko yang melekat pada Produk Bank

• Persyaratan dan tata cara penggunaan Produk Bank

• Biaya-biaya yang melekat pada Produk Bank

• Perhitungan bunga atau bagi hasil dan margin keuntungan

• Jangka waktu berlakunya Produk Bank


• Penerbit (issuer/originator) Produk Bank

Penggunaan Data Pribadi Nasabah bank wajib meminta


persetujuan tertulis dari Nasabah dalam hal Bank akan
memberikan dan atau menyebarluaskan Data Pribadi
Nasabah kepada Pihak Lain untuk tujuan komersial, kecuali
ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan lain yang
berlaku. Dalam permintaan persetujuan tersebut Bank wajib
terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari
pemberian dan atau penyebarluasan Data Pribadi Nasabah
kepada Pihak Lain.

8. HUBUNGAN DENGAN STAKEHOLDERS

Bank memiliki sensitivitas untuk melakukan hubungan secara


positif dengan financial maupun non-financial stakeholders,
termasuk dengan pegawai Perseroan, masyarakat
setempat,kepentingan lingkungan hidup, regulator (Bank
Indonesia, Bapepam, BEJ dan BES) dan pemerintah.
Pengaruh dari external stakeholders tidak boleh
mengacaukan kegiatan operasi yang sudah direncanakan
oleh Perseroan, sehingga diperlukan adanya penelitian yang
cermat atas pengaruh positif dan negatif dari external
stakeholders tersebut.

2.3 TATA KELOLA YANG LEMAH DAN TATA KELOLA


YANG KUAT

Semua pemerintah di Negara-Negara Asia Tenggara dan


Asia Timur memulai proses industrialisasi dari rezim otokrasi,
kemudian secara bertahap bergerak kearah yang lebih
dekoratis. Indonesia mengalami transisi dari rezim yang tidak
demokratis menuju rezim yang semakin demokratis. Tingkat
demokrasi di Indonesia dinilai sudah bergerak dari A ke C,
mengakui adanya perubahan penting dari rezim yang tidak
demokratis menuju sistem yang lebih demokratis. Namun
dilihat dari sisi bahwa tata kelola, harus diakui tata kelola
pemerintah Indonesia masih tergolong lemah dan belum
banyak yang berubah. Lemahnya tata kelola menimbulkan
dampak sebagai berikut (WB, 2001):

1. Kaum miskin tidak mendapatkan akses pelayanan publik


yang dibutuhkan karena selalu berkompromi dengan birokrasi
yang korup.

2. Para investor takut dan enggan menanam modal di


Indonesia karena ketidakmampuan sistem peradilan untuk
melaksanakan kontrak, meningkatnya kerusuhan, dan tingkat
pelanggaranhukum dan keamanan.

3. Langkanya sumber daya pemerintah ternyata hilang karena


sistem manajemen keuangan dan pengadaan barang yang
tidak transparan, manipulasi dan banyak kebocoran.Dalam
praktiknya tidak mudah untuk memilih dan membedah
mengapa yang terjadi adalah tata kelola yang lemah dan
kuat.

10 prinsip tata kelola yang baik yaitu sebagai berikut:

mengekspresikan pendaptnya dalam proses pengambilan


a.Pertisipasi: mendorong semua warga karyawan keputusan,
baik langsung maupun tidak langsung.

b.Penegakan hukum: menjaga agar penegakan hukum dan


perundang-undangan yang adil dan tanpa diskriminas, serta
mendukung HAM dengan memperhatikan semua nilai yang
ada.

c.Transparansi: membangun saling kepercayaan antara


pemerintah dan masyarakat dengan memberikan informasi
yang dibutuhkan dan akses informasi yang mudah bila
dibutuhkan.

d.Responsif: meningkatkan daya tanggap atasan terhadap


keluhan, masalah, dan aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

e. Pemerataan: memberikan peluang yang sama bagi semua


pihak untuk meningkatkan kesejahteraannya.

f. Visi stratejik: memformulasikan suatu strategi, yang


didukung dengan sistem penganggaran yang mencukupi,
sehingga karyawan memiliki rasa memiliki dan tanggung
jawab terhadap masa depan prusahaan.

g. Efektivitas dan efisiensi: melayani masyarakat dengan


memanfaatkan sumber daya secara optimal dan bijaksana.

h. Profesionalisme: meningkatkan kapasitas, keterampilan


dan moral sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
pelayanan yang mudah, cepat, akurat, dan dapat dijangkau.
i. Akuntabilitas: meningkatkan akuntabilitas publik bagi para
pengambil kebijakan di pemerintahan, swasta, dan organisasi
masyarakat pada semua bidang.

j. Pengawasan: melakukan control dan pengawasan atas


administrasi publik dan aktivitas pembangunan dengan
melibatkan masyarakat dan organisasi.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang


mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan
nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep
ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan
untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, transparan terhadap semua informasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/capteinsvillguns/tugas-makalah-good-corporate-
governance

Anda mungkin juga menyukai