Disusun Oleh :
Nama : Sutriani
NIM : 20180102195
T.A 2018/2019
Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, yang mana selalu mencurahkan segala rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa juga shalawat serta
salam tetap limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun sebagai untuk pemenuhan tugas Tata Kelola Perusahaan. Dimana
dalam makalah ini akan membahas tentang Definisi dari Tata Kelola Perusahaan Terimakasih
saya ucapkan kepada dosen yang telah memberi saya kesempatan waktu dalam proses
pembuatan makalah ini. Saya tentu menyadari jika dalam penulisan makalah ini mungkin
terdapat kesalahan, untuk itu saya mohon pemaklumannya. Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................. i
2.3 Tata Kelola yang Lemah dan Tata Kelola yang Kuat
PENDAHULUAN
Pada praktiknya, dalam mencapai tujuannya suatu perusahaan tentu tak luput dari banyak
permasalahan. Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan olehpara manajer professional yang
memiliki hanya sedikit atau sama sekali tidakmemiliki saham dalam perusahaan tersebut. Karena
itu, para manajer bisa sajamembuat keputusan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan
memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Hadirnya good coorporate governance dalam
pemulihan krisis di indonesiamenjadi mutlak diperlukan bahkan menjadi suatu kebutuhan,
mengingat goodcoorporate governance mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah
institusi dan organisasi.Mulai populernya istilah “tata kelola perusahaan yang baik” atau yang
lebihdikenal dengan istilah asing “good corporate governance (GCG)” tidak dapatdilepaskan dari
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, baik yang ada di
Indonesia maupun yang ada di AmerikaSerikat.Tata kelola korporat menjadi menarik perhatian
karena banyak para ahli yang berpendapat bahwa kelemahan dalam tata kelola korporat
merupakan salah satu sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabkan buruknya
perekonomian beberapa Negara Asia yang terkena krisis financial pada tahun 1997 dan 1998.
Dalam konteks administrasi pemerintah, fokus analisis tata kelola adalah perdebatan mengenai
keterbatasan pengendalian oleh pemerintah (Kuncoro, 2004).
Faktor yang ikut menentukan reputasi perusahaan adalah Good Corporate Governance. Menurut
Suta (2005:23-24) Good Corporate Governance adalah pengetahuan dan seni untuk
meyeimbangkan pembagian kepentingan dari stakeholders dan membuat pilihan di antara
beragam opsi dengan dukungan segala jenis informasi untuk menjadi perusahaan yang
bertanggung jawab. Masalah Good Corporate Governance dapat ditelusuri dari agency theory,
yaitu menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan seperti pengelola/
manajer, pemilik perusahaan, dan kreditor akan berperilaku berdasarkan kepentingan berbeda-
beda.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) mendefinisikan tata kelola korporat
(Corporate Governance) sebagai brerikut (Tjager et al, 2003:25-26) “seperangkat pengaturan
yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan. Tujuan tata kelola korporat ialah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).”
Namun, dengan beragam interpretasi dan pengertian yang dikemukakan oleh cendekia
maupun praktisi perbankan yang ada, sebenarnya inti dan pesan Good Corporate
Governance atau tatakelola perusahaan yang baik adalah “transparansi”, “moral” dan “etika”
yang disertai dengan kepatutan dan kerangka hukum.
Isu tata kelola perusahaan yang baik (GCG) terjadi karena adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan yang memberikan kewenangan kepada direksi untuk
mengurus perusahaan, seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan atas nama
pemilik. Salah satu wujud konkrit pelaksanaan GCG adalah adanya penerapan prinsip
transparansi dalam pengelolaan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/4/PBI/2006
tentang Pelaksanaan Praktek Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank mempunyai
peranan yang sangat besar dalam kehidupan perekonomian, sebagai pelaksana kebijakan moneter
dan menghimpun dana dalam jumlah yang besar dari masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan
prinsip transparansi pada bank menjadi peranan yang sangat penting dan patut menjadi perhatian
bagi stakeholders, komisaris, direksi maupun pembina dan pengawas bank (Otoritas Jasa
Keuangan/OJK).
Kepercayaan masyarakat terhadap manajemen bank selain bergantung pada kinerja dan
kemampuan dalam mengelola risiko, juga dituntut sikap profesionalisme, independensi
dan integritas serta transparansi atas informasi yang berkaitan dengan kondisi keuangan maupun
non keuangan, dengan tidak sama sekali mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan Bank sesuai peraturan yang berlaku. Perwujudan dari pemikiran tersebut hanya
dapat dilaksanakan apabila Bank dalam melakukan aktivitasnya senantiasa menerapkan prinsip-
prinsip GCG meliputi :
1.Transparansi (transparency) atau keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material
dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan.
2.Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pengelolaan manajerial
berjalan secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility) atau kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa
pengaruh/tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (fairness) adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. KOMITE – KOMITE
Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan
Komisaris dibantu oleh sekurang-kurangnya:
a. Komite Audit;
b. Komite Pemantau Risiko;
c. Komite Remunerasi dan Nominasi.
Komite tersebut wajib menyusun pedoman dan tata tertib kerja komite.
3. FUNGSI KEPATUHAN
Bank wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Dalam rangka memastikan kepatuhan, Bank wajib menunjuk seorang Direktur Kepatuhan
dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
3.1.Satuan Kerja Kepatuhan
Dalam rangka membantu pelaksanaan fungsi Direktur Kepatuhan secara efektif, Bank
membentuk satuan kerja kepatuhan (compliance unit) yang independen terhadap satuan kerja
operasional.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut Direktur Kepatuhan wajib mencegah direksi Bank
agar tidak menempuh kebijakan dan/atau menetapkan keputusan yang menyimpang dari
peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Direktur Kepatuhan wajib melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara
berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris.
Bank wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank
Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan keuangan Bank.
Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan calon yang diajukan oleh dewan
Komisaris sesuai rekomendasi Komite Audit.
Audit dan penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik wajib memenuhi
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Bank wajib menyusun rencana strategis dalam bentuk rencana korporasi (corporate plan) /
rencana jangka panjang dan rencana bisnis (business plan) / rencana jangka pendek.
Penyampaian rencana korporasi (corporate plan) dan perubahannya kepada Bank Indonesia
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum.
Penyusunan dan penyampaian rencana bisnis (business plan) berpedoman pada ketentuan
Bank Indonesia tentang Rencana Bisnis Bank Umum.
Rencana korporasi /rencana jangka panjang Bank merupakan cerminan dari visi Bank.
Penggunaan Data Pribadi Nasabah bank wajib meminta persetujuan tertulis dari Nasabah
dalam hal Bank akan memberikan dan atau menyebarluaskan Data Pribadi Nasabah kepada
Pihak Lain untuk tujuan komersial, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan
lain yang berlaku. Dalam permintaan persetujuan tersebut Bank wajib terlebih dahulu
menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari pemberian dan atau penyebarluasan Data Pribadi
Nasabah kepada Pihak Lain.
2.3. TATA KELOLA YANG LEMAH DAN TATA KELOLA YANG KUAT
Semua pemerintah di Negara-Negara Asia Tenggara dan Asia Timur memulai proses
industrialisasi dari rezim otokrasi, kemudian secara bertahap bergerak kearah yang lebih
demokrtis. Indonesia mengalami transisi dari rezim yang tidak demokratis menuju rezim yang
semakin demokratis. Tingkat demokrasi di Indonesia dinilai sudah bergerak dari A ke C, artinya
dunia mengakui adanya perubahan penting dari rezim yang tidak demokratis menuju sistem yang
lebih demokratis. Namun dilihat dari sisi bahwa tata kelola, harus diakui tata kelola pemerintah
Indonesia masih tergolong lemah dan belum banyak yang berubah.
Lemahnya tata kelola menimbulkan dampak sebagai berikut (WB, 2001):
1. Kaum miskin tidak mendapatkan akses pelayanan publik yang dibutuhkan karena selalu
berkompromi dengan birokrasi yang korup.
2. Para investor takut dan enggan menanam modal di Indonesia karena ketidakmampuan sistem
peradilan untuk melaksanakan kontrak, meningkatnya kerusuhan, dan tingkat pelanggaran
hukum dan keamanan.
3. Langkanya sumber daya pemerintah ternyata hilang karena sistem manajemen keuangan dan
pengadaan barang yang tidak transparan, manipulasi dan banyak kebocoran.
Dalam praktiknya tidak mudah untuk memilih dan membedah mengapa yang terjadi adalah
tata kelola yang lemah dan kuat. Tabel berikut mencoba mengurai kompleksitas, dinamika dan
keanekaragaman tata kelola (Kickert, 1993: Bab 19) yang tergantung dari interaksi antara
pemerintah dan masyarakat
Kompleksitas, Dinamika, dan Keanekaragaman Tata Kelola
do-it-alone ”government” “co” –arrangement
· Hubungan sebab-akibat · Keseluruhan dan sebagian
Kompleksitas · Ketergantungan unilateral· Saling ketergantungan
· Dibagi dalam hal unit atau multidimensional
disiplin · Menangani jaringan
komunikasi
· Lineritas dan
· Pola nonlinier dan Chaos.
produktabilitas · Tidak kontinu dan tidak
· Kontinu dan berubah-ubah berubah-ubah
Dinamika
· Penggunaan · Penggunaan
mekanisme feed-forward mekanisme feed-while/feed-
back
· Pendekatan/analisis · Analisis situasional dan
Keanekaragaman berdasarkan rata-rata diskrit
· From rules to execption · from exception to rules
PENUTUP
Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep ini
menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/capteinsvillguns/tugas-makalah-good-corporate-governance
https://www.yudhabhakti.co.id/index.php/berita-id/item/118-good-corporate-governance
https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_kelola_perusahaan_yang_baik