Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERENCANAAN PAJAK

“PENENTUAN HARGA TRANSFER”

OLEH:
KELOMPOK 1

Nita Masitha Putri A.(02271711055)


Wahyuni Ridwan (02271611050)
Ifana (02271511016)
Raida Rajak (02271711079)
Nadiah A. K. Rajab (02271711146)
Muis Idham (02271711017)
Indah Falaq Sari Huwae (02271811009)
Yuni Setiawati (02271811021)
Devi Rahmadhani (02271811057)
Rini Rudy Rivai (02271811100)
Widya Andasari Rio (02271811037)
Ita Yulianti (02271811091)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


limpahan dan rahmat-Nya, sehingga kita dapat menikmati sebuah kehidupan yang
sungguh penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara. Dan tak lupa
sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa dunia dari zaman yang penuh kezaliman menuju
zaman yang penuh dengan rahmat Allah SWT, yakni dengan ajaran Islam. beserta
keluarganya dan para sahabat serta umatnya yang senantiasa mendakwahkan
Islam.
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “PENENTUAN HARGA
TRANSFER” selesai disusun.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan
pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar karya ilmiah ini
lebih baik dan bermanfaat.

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Ternate, 26 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Pembahasan...........................................................................................................1
A. Perusahaan Multinasioanl................................................................................1
B. Hubungan Istimewa.........................................................................................1
C. Harga Transfer.................................................................................................2
D. Harga Transfer Ganda.....................................................................................7
E. Isu-Isu Pajak Internasional dalam Harga Transfer..........................................7
F. Perusahaan Multinasional dan Aspek Pajaknya..............................................10
G. Perlakuan Harga Transfer di Indonesia...........................................................11
H. Penangkal Harga Transfer...............................................................................12
I. Advanced Pricing Agreement (APA)..............................................................13
Daftar Pustaka

ii
PEMBAHASAN
PENENTUAN HARGA TRANSFER

A. PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Pengertian perusahaan multinasional (multinational company–MNC atau
multinational enterprise–MNE) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1. Multinational corporations transfers technology all over the globe, raises
capital where it is cheapest, often produces where cost are lowest, and
develops markets people will buy its products and services (Frederick
D.S. Choi dan Gerhard G. Mueller).
2. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di berbagai
negara dengan membuka cabang, mengorganisasikan anak perusahaan
atau melakukan kontrak keagenan, dan sebagainya (Dr. Gunadi, M.Sc.,
Ak.).
3. Multinational companies may be broadly as those which produce a good
or a service in two or more countries (Christopher Nobes dan Robert
Parker).
4. Multinational enterprise is a combination of companies of different
nationality connected by means of shareholdings, managerial control or
contract and constituting as economic unit (Robert E. Tindall).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan
multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas
antarnegara yang terkait hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal
saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa
anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya, dengan berbagai
tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan
pajak).

B. HUBUNGAN ISTIMEWA
Hubungan istimewa terjadi antara induk perusahaan dengan anak
perusahaannya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya yang

1
berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri, di Indonesia diatur
dalam Pasal 18 ayat 3, 3a, dan 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang
menyatakan sebagai berikut.
1. Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran
dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
2. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan
bekerja sama dengan otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4, yang berlaku selama suatu periode tertentu dan
mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode
tertentu tersebut berakhir.
3. Hubungan istimewa dianggap ada, apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak
langsung paling rendah 25 persen (dua puluh lima persen) pada Wajib
Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan
paling rendah 25 persen (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak
atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih
yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

C. HARGA TRANSFER
1. Pengertian Harga Transfer
Harga transfer sering juga disebut intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisional pricing, atau internal pricing.
Pengertian harga transfer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian

2
yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat peyoratif. Pengertian
netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni merupakan
strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak.
Sedangkan, pengertian peyoratif mengasumsikan harga transfer sebagai
upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser
laba ke negara yang tarif pajaknya rendah.

2. Pengertian Netral
Berikut merupakan pengertian harga transfer secara netral:
a. Harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan
dengan penyerahan barang, jasa, atau penglihan teknologi
antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (Dr. Gunadi,
M.Sc., Ak.).
b. Harga transfer adalah penentuan harga balas jasa suatu transaksi
antarunit dalam suatu perusahaan atau antarunit dalam suatu
perusahaan atau antarperusahaan dalam suatu grup (Sophar
Lumbantoruan).
c. A transfer price is a price used to measure the value of goods or
services furnished by a profit center to other responsibility centers
within a company (Robert N. Anthony, Glenn A. Welsch, dan James S.
Reece).
d. Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-
unit bisnis yang berbeda di dalam suatu perusahaan bertukar produk
atau jasa. Produk-produk tersebut mungkin merupakan produk akhir
yang dapat dijual pada pelanggan luar atau produk menengah yang
merupakan komponen produk akhir (Edward J. Blocher, Kung H.
Chen, dan Thomas W. Lin).

3. Pengertian secara Peyoratif


Berikut merupakan pengertian harga transfer secara peyoratif:
a. Transfer price are the amount charged by one segment of an
organization for a product that it supplies to another segment of the

3
same organization in multinational companies, transfer prices are
used to minimize worldwide income taxes and import duties (Charles
T. Horngren dan Gary L. Sundem).
b. Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara
sistematis dengan maksud mengurangi laba artificial, membuat seolah-
olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara (Dr.
Gunadi, M.Sc., Ak.).
c. Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur
(invoice) pada barang-barang (juga jasa-jasa) yang diserahkan
antarbagian/cabang suatu perusahaan multinasional (Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, S. H.).

4. Tujuan Harga Transfer


Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer
menjadi suatu perhatian yang lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu
pajak. Tujuan internasional yang lain mencakup meminimalkan beban-
beban pajak, pengendalian devisa, dan berkenaan dengan risiko
pengambilalihan oleh pemerintah asing. Fenomena perusahaan
multinasional dalam ekspansinya cenderung mengoperasikan usahanya
secara desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue profit atau
corporate profit center concept yang dapat mengukur dan menilai kinerja
dan motivasi setiap divisi/unit yang bersangkutan dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut antara lain digunakan
sistem harga transfer.
Harga transfer multinasional berhubungan dengan transaksi
antardivisi dalam satu unit hukum (entitas) atau antarentitas dalam satu
kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan negara.
Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer adalah:
a. Memaksimalkan penghasilan global.
b. Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi
pasar.
c. Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.

4
d. Menghindarkan pengendalian devisa.
e. Mengontrol kredibilitas asosiasi.
f. Mengurangi risiko moneter
g. Mengatur arus kas anak/cabang perusahaan yang memadai.
h. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat.
i. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk.
j. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah.

5. Penentuan Harga Transfer


Menurut Matz dan Ury (Gunadi, 1994), terdapat empat dasar untuk
penentuan harga transfer, yaitu penentuan harga transfer berdasarkan
biaya, penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar, penentuan harga
transfer berdasarkan negosiasi, dan penentuan harga transfer berdasarkan
arbitrase.
Keempat dasar harga transfer tersebut merupakan instrument bisnis
manajemen dan/atau kebijakan rencana perpajakan secara global. Masing-
masing dasar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dari aspek
manajemen keuangan, harga transfer merupakan instrument perencanaan
(corporation planning) dan pengendalian mekanisme arus sumber daya
divisi/unit perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajer
keuangan akan senantiasa berusaha mengoptimalkan dan mengefisienkan
arus dan alokasi sumber daya, maka dengan sendirinya aspek perpajakan
harus benar-benar dipertimbangkan.
a. Penentuan harga transfer berdasarkan biaya (cost basis transfer
pricing)
Digunakan pada transfer antarperusahaan yang menggunakan konsep
pusat pertanggungjawaban biaya. Kinerja manajer diukur melalui
pertanggungjawabannya mengenai pengendalian biaya. Konsep ini
sederhana dan menghemat sumber daya karena tersedianya informasi
biaya di setiap tingkat aktivitas perusahaan.
Sesuai dengan jenis perusahaan, selain transfer secara vertikal
(antardivisi di beberapa jenjang aktivitas produksi dan distribusi) dapat

5
pula terjadi transfer secara horizontal (antardivisi yang sama pada
aktivitas produksi dan distribusi). Pada transfer horizontal digunakan
basis biaya, sedangkan pada transfer vertikal manajer divisi
bertanggungjawab pula atas penghasilan (profit center), maka harga
transfer termasuk elemen laba, dan akan mendekati harga pasar.
Modifikasi ini sering disebut harga transfer biaya plus (cost plus
transfer pricing), dengan plusnya adalah pengembalian atas investasi
(return on investmen–ROI) atau aset divisi.
Variasi dari biaya plus dapat berupa full cost mark up atau biaya
variabel plus margin kontribusi (variable cost plus contribution
margin). Dalma biaya plus margin kontribusi (cost plus contribution
margini), profit center transfer pricing mendekati harga pasar,
sedangkan cost center transfer pricing mendekati biaya variabel plus
kontribusi biaya tetap. Harga transfer basis biaya dianut apabila harga
pasar tak tersedia atau kurang tepat.
b. Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar (market based
transfer pricing)
Kelemahan yang ada pada basis biaya adalah tidak dapat memotivasi
dan mengevaluasi kinerja divisi, diganti dengan basis pasar yang
dianggap dapat mengukur kinerja divisi atau unit dalam satu grup
perusahaan., serta sekaligus dapat merefleksikan keuntungan setiap
produk dan menstimulasi divisi untuk bekerja per basis kompetisi.
Basis ini dianggap tolok ukur untuk menilai kinerja manajer divisi
karena kemampuannya menghasilkan laba dan merangsang divisi
untuk bekerja secara bersaing. Basis ini baik untuk digunakan bila
pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antarunit
adalah minimal.
c. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi (the negotiated price)
Pengendalian keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam
grup secara memadai menghendaki adanya harga transfer berdasarkan
negosiasi, dengan asumsi bahwa kedudukan divisi-divisi tersebut
berada dalam posisi tawar-menawar (bargaining positon) yang sama.

6
Kelemahannya adalah negosiasi ini memakan banyak waktu,
mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer.
d. Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase (arbitration transfer
pricing)
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi
kedua divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan
perusahaan, tanpa adanya pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai
keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep
pusat pertanggungjawaban laba.

D. HARGA TRANSFER GANDA


Untuk memenuhi disparitas pertanggungjawaban dari dua divisi, dikenal
juga harga transfer ganda. Misalnya, divisi penerima dapat
mempertimbangkanpenerapan harga transfer berdasarkan biaya diferensial.
Sebaliknya, divisi yang melakukan transfer dapat mempertimbangkan unsur
laba dalam penentuan harga transfer dan memungkinkan pengukuran kinerja
divisi. Prosedur aplikasi pendekatan ini dapat berupa, misalnya (1)pemakaian
harga transfer berdasarkan harga pasar, negosiasi, atau arbitrase oleh divisi
yang melakukan transfer dalam menghitung penghasilan dari penyerahan
antarperusahaan; (2) biaya variabel divisi yang melakukan transfer plus
margin kontribusi atas beban tetap, ditransfer kepada divisi penerima; (3) total
laba per divisi akan lebih besar daripada perusahaan, dan laba divisi produksi
akan dieliminasi dalam penyusunan laporan keuangan.

E. ISU-ISU PAJAK INTERNASIONAL DALAM HARGA TRANSFER


Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80 persen
perusahaan-perusahaan multinasional (MNC) melihat harga transfer sebagai
suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari setengah perusahaan ini
mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar
negara sekarang menerima perjanjian modal Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) yang menyatakan bahwa harga-harga
transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length,

7
artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen.
Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-
perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian,
terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan
untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak
dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-lengthi
standard tersebut (Edward J. Blocher, Kun H. Chen, dan Thomas W. Lin,
1999).
1. Arm’s-length Standard
Negara-negara OECD, termasuk Jerman, Inggris, Kanada, dan
Amerika Serikat (yang terkenal dengan Section 482 of the US Internal
Revenue Code), mempunyai metode untuk menguji apakah harga transfer
dari perusahaan multinasional sama dengan harga pasar wajar (arm’s-
length price), yaitu tingkat harga antara pembeli dan penjual independen,
bebas melakukan transaksi.
Menurut arm’s-length standard, harga-harga transfer seharusnya
ditetapkan supaya dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh
pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak secara bebas. Arm’s-length
standard diterapkan dalam banyak cara, tetapi metode yang paling banyak
digunakan adalah sebagai berikut.
a. Comparable uncontrolled pricing method
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu
pada tingkat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara
perusahaan multinasional dengan unit yang independen. Secara teoretis
metode ini termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas, kualitas,
kondisi, waktu penjualan, merek dagang, pangsa pasar, dan geografis
pasar.
b. Resale pricing method
Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup
lain untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan
pengurangan harga penjualan kepada pihak independen dengan suatu

8
mark up yang wajar (sebanyak laba dan biaya si penjual). Kesulitan
terjadi dalam menentukan mark up.
c. Cost plus pricing method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan
mark up yang wajar pada harga poko pihak yang mentransfer.
Pendekatan ini umumnya dipakai dalam hal penyerahan barang
setengah jadi (semifinished product) atau salah satu anggota grup
sebagai subkontraktor dari yang lain.
d. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu
diterapkan, atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang
diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat
keuntungan yang pantas pada investasi Wajib Pajak (Frederick D.S
Choi dan Gerhard G. Mueller, 1985).

Di samping keempat metode di atas, masih terdapat alternative


metode lain yang dapat digunakan sebagai berikut.
a. Global method
Suatu pendekatan yang merupakan penyimpangan dari harga pasar
wajar adalah metode global atau unitary taxation. Metode ini
merupakan alokasi langsung atas laba dari beberapa entitas hokum
yang merupakan anggota dari suatu kesatuan ekonomi (secara
terperinci, untuk unitary taxation—lihat Simonson, ed). Aplikasi
metode ini adalah dengan menjumlahkan semua laba dari tiap anggota
grup kemudian mengalokasikannya berdasarkan beberapa factor,
misalnya penjualan, upah tenaga, dan modal kerja.
b. Safe havens
Pendekatan ini dilakukan dengan menyusup suatu batas toleransi
interval harga. Harga transfer yang berada dalam batas tersebut tanpa
evaluasi lebih lanjut langsung dianggap sebagai harga wajar.

9
F. PERUSAHAAN MULTINASIONAL DAN ASPEK PAJAKNYA
Perusahaan mutinasional yang beroperasi di Indonesdia dalam arti
perusahaan-perusahaan multinasional Indonesia yang mempunyai unit (anak
perusahaan/cabang/perwakilan) di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan
multinasional di luar negeri yang mempunyai unit (anak
perusahaan/cabang/perwakilan) di Indonesia pada umumnya akan senantiasa
berusaha dengan instrument harga transfer, mencapai salah satu tujuannya
memaksimalkan keuntungan dengan berupaya meminimalkan beban pajaknya,
terutama pajak penghasilan badan (corporation income tax).
Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari Negara yang beban
pajaknya tinggi ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Frederick D.
S. Choi dan Gerhard G. Mueller (1985) mengatakan, profits accuring to the
corporate system as a whole can be increased by setting high transfer prices
to siphon profits from subsidiaries domiciled in high tax countries and setting
low transfer prices to move profits to subsidiaries located in low tax countries.
Selain itu diadakan pula perjanjian bilateral di bidang perpajakan, dengan
maksud antara lain untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda sehingga
beban pajak dapat ditekan.
Contoh Kasus harga Transfer antara Amerika Serikat dengan Jepang
1. Amerika Serikat versus Jepang
Dengan menetapkan suatu harga transfer yang tinggi dari pabrik-pabrik
mereka di jepang pada cabang-cabang pemasaran mereka di Amerika
Serikat, produsen-produsen mobil Jepang mampu mengurangi
keuntungan yang ditunjukkan oleh cabang-cabang Amerika Serikatdan
oleh karenanya mengurangi pajak-pajak Amerika serikat. Staf Presiden
Clinton memperkirakan bahwa kerugian dari harga transfer seperti hal
ini mungkin sama denga $15 milliar per tahun. Besarnya persoaian ini
ditunjukkan dengan suatu peneelitian Internal Revenue Service baru-baru
ini atas 3.357 perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh orang asing
yang menemukan bahwa mayoritas orang menyatakan terlalu rendah
pendapatan pada pengembalian pajak mereka. Menurut penelitian
tersebut, perusahaan-perusahaan jepang cenderung dari sepuluh rekan

10
dagang amerika tertinggi yang menggunakan praktik-praktik harga
transfer yang tidak adil.
2. Jepang versus Amerika Serikat
Jepang juga melihat dirinya sendiri sebagai korban praktik-praktik harga
transfer yang tidak adil. National Tax Administration Agency (NTAA)
jepang membebankan Coca-Cola Co, dengan $145 juta dalam pajak-
pajak tambahan untuk tahun 1990-1992 karena penyelewengan harga
transfer yang bersekut. Mereka juga membebani American International
Group, Inc. dengan $87 juta dalam pajak tambahan untuk suatu
ketidaksepakatan harga transfer
Tanggapan Internal Revenue Service dalam Amerika Serikat adalah
bahwa masing-masing cabang asing harus membuktikan bhawa harga
transfernya sudah wajar, artinya hal yang sama dengan apa yang akan
dicapai oleh pihak-pihak yang tidak terkai.

G. PERLAKUAN HARGA TRANSFER DI INDONESIA


Perkembangan dunia usaha semakin cepat, yang sering kali bersifat
Internasional dan diperkenalkannya produk dan metode usaha baru yang
semula belum dikenal dalam bidang usaha (misalnya, dalam bidang keuangan
dan perbankan), maka bentuk dan variasi harga transfer menjadi tidak terbatas.
Namun demikian, dengan pengaturan lebih lanjut tentang transaksi antar-
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa diharapkan dapat
meminimalkan atau mengurangi praktik penghindaran pajak atau
penyelundupan pajak dengan menggunakan rekayasa harga transfer.
Harga transfer dapat terjadi baik antar-Wajib Pajak dalam negeri maupun
antar-Wajib Pajak dalam negeri dengan pihak luar negeri, terutama yang
berkedudukan di negara-negara dengan beban pajak rendah. Terhadap
transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, undang-
undang perpajakan Indonesia menganut asas material (substance over from
rule).
Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga,
biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha.

11
Harga transfer tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penggalian
penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya, dari suatu Wajib
Pajak yang lain, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah
pajak terutang atas Wajib Pajak yang mempunyai tujuan istimewa baik
nasional maupun multinasional. Kekurangwajaran di atas dapat terjadi pada
1. Harga penjualan;
2. Harga pembelian;
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (biaya overhead);
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham;
5. Pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa
manajemen, imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa yang lain.

Dalam kasus Pajak Pertambahan Nilai (PPN), mekanisme kredit pajak


akan secara otomatis menetralisir harga transfer. Namun, pertimbangan waktu
pembayaran dipertimbangkan. Hal ini dapat ditempuh melalui harga transfer
dengan menggeser pajak keluaran ke perusahaan hilir (menunda terutangnya
PPN). Akibat positif definitif juga akan diperoleh dalam kasus Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dengan memperkecil harga transfer
atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang kena PPnBM.

H. PENANGKAL HARGA TRANSFER


Ada beberapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi
maneuver pajak melalui harga transfer sebagai berikut.
1. Menyingkap praktik bisnis antar perusahaan secara lengkap sehingga
dapat dievaluasi keinginan harga transfer. Hal ini biasanya dimintakan
kepada Wajib Pajak asosiasi. Informasi tersebut dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
2. Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas beban
pajak. Prosedur ini sangat ideal tapi sulit diaktualisasikan karena pada
umumnya setiap pemegang yurisdiksi pemajakan cenderung
menomorsatukan kepentingan nasionalnya. Suatu konsesi pajak selalu
dihitung timbal balik.

12
3. Kerja sama internasional. Prosedur ini dapat ditempuh melalui pertukaran
informasi audit secara simultan atau audit pemajakan secara terpadu
(antar-yurisdiksi secara koordinatif).
4. Advance Pricing Agreement (APA). Prosedur ini memperbolehkan Wajib
Pajak untuk membuat kesepakatan dengan otoritas pajak tentang aplikasi
salah satu metode harga transfer. Dengan demikian, Wajib Pajak terikata
untuk memakai metode tersebut danadministrasi pajak menguji apakah
kesepakatan tersebut dipatuhi.

I. ADVANCE PRICING AGREEMENT (APA)


Advance Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan di antara Internal
Revenue Service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga
transfer untuk menetapkan harga transfer yang disepakati. APA biasanya
diperoleh sebelum perusahaan terikat dalam transfer. Maksud dari program
APA adalah memcahkan masalah perselisihan harga transfer dengan cara yang
tepat dan menghindari proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.
Negara-negara yang tergabung dalam OECD seperti Amerika Serikat,
Inggris, Australia, Slandia Baru, dan Jepang telah mulai menerapkan prosedur
APA untuk menyelesaikan masalah harga transfer karena APA dinilai lebih
efektif dalam pelaksanaannya. Dua pertiga dari MNC dalam suatu survei
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mereka mengharapkan untuk
menggunakan APA dalam menentukan harga transfer mereka.
Tujuan ini akan membahas secera umum mengenai APA, yaitu definisi
APA, prosedur APA, manfaat dan kerugian Wajib Pajak yang memohon APA,
implikasi setelah APA di buat, dan kemungkinan APA dapat dilakukan di
Indonesia, khususnya untuk inilateral APA.
Dalam laporan OECD tahun 1995, advance pricing agreement
didefinisikan sebagai berikut
“an agreement that determines, in advance of controlled transaction, an
appropriate adjustment there to, critical aassumptions as to future events
for the determination of the transfer pricing for that transaction over a
given period of time”

13
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APA adalah suatu
kesepakatan mengenai penentuan harga transaksi yang terjadi antara dua
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dengan cara menetapkan
satu set kinerja yang sesuai (seperti metode, faktor-faktor pebanding, dan
asumsi-asumsi) untuk periode tertentu.
Transaksi yang dimaksud di atas adalah transaksi yang terjadi antara
perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dalam sebuah
perusahaan multinasional. Definisi hubungan istimewa mengacu pada aturan
undang-undang domestik negara msing-masing, sedangkan dalam oerjanjian
pajak diatur oleh psal 9, yaitu mengenai Associated Enterprise (Perusahaan
Terasosiasi). Kesepakatan yang di buat dalam APA terjadi antara Wajib
Pajak dengan otoritas, bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga
dengan dua otoritas pajak dari negara yang berbeda. Apabila APA dilakukan
antara Wajib Pajak dengan otoritas pajak dalam satu negara maka disebut
unilateral APA. Sedangkan, apabila APA dibuat oleh Wajib Pajak dengan
dua atau lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut
multilateral APA.
Inisiatif pelaksanaan APA baik uang unilateral maupun multilateral harus
datang dari Wajib Pajak dengan cara mengajukan permohonan APA kepada
otoritas pajak, namun dalam prosedur pelaksanaannya untuk proses
multilateral APA akan lebih rumit daripada unilateral APA. Dasar hokum
diterapkan unilateral APA adalah peraturan-peraturan domestik, sedangkan
multilateral APA dapat diterapkan dengan salah satu pasal dalam perjanjian
pajak, yaitu pasal mengenai persetujuan bersama.
Di Amerika Serikat dan Selandia Baru, unilateral APA dapat dikeluarkan
melalui Private Binding Rulings yang mengikat otoritas pajak untuk
menerapkan peraturan tersebut jika terjadi masalah yang sama di masa yang
akan datang. Dengan dikeluarkannya aturan mengenai APA tersebut, maka
Wajib Pajak dianggap telah setuju dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam aturan tersebut yang mungkin biasanya ketentuan tersebut
dikeluarkan oleh otoritas pajak sebagai produk dari pemeriksaan. Bagi

14
Wajib Pajak, APA dapat memberikan kepastian yang lebih besar atas harga
transaksi yang mereka lakukan.
Multilateral APA adalah persetujuan mengenai harga transfer antara dua
otoritas pajak dari dua negara dengan Wajib Pajak yang terlibat dalam
transaksi. Dalam konteks perjanjian pajak, multilateral APA dapat ditempuh
dengan pasal 9 dari perjanjian pajak, yaitu mengenai harga yang wajar
dalam suatu hubungan istimewa dan proses penanganannya melalui pasal 25
dari perjanjian pajak, yaitu mengenai Mutual Agreement (Perjanjian
Bersama). Pasal 25 dari perjanjian pajak menyeebutkan bahwa apabila
terdapat suatu keragu-raguan yang timbul dari interpretasi atau aplikasi atas
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian pajak, otoritas pajak
dari kedua belah pihak harus menyelesaikan masalah atau perbedaan
tersebut melalui mutual agreement. Dari pernyataan tersebut, dapata
dikatakan bahwa multilateral APA dapat ditetapkan melalui mutual
agreementdari perjanjian pajak karena perjanjian pajak merupakan lex
specialist dari undang-undang domestic sehingga multilateral APA ini akan
mengikat otoritas pajak kedua belah pihak seperti halnya perjanjian pajak.
1. Manfaat APA
Wajib Pajak harus mempertimbangkan manfaat penyelenggaraan
APA berdasarkan situasi dan kondisi dari permasalahan Wajib Pajak.
Beberapa manfaat dari diselenggarakannya APA adalah sebagai berikut.
a. Memberikan kepastian kepada Wajib Pajak atas semua penghitungan
mengenai harga transaksi dengan menggunakan metode yang
disetujui.
b. Memberikan kepastian terhadap kegiatan Wajib Pajak termasuk
kepastian mengenai kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga
transfer.
c. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit karena selama
periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh
Wajib Pajak dan otoritas pajak.
d. Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-
mata hanya untuk menghindari pajak.

15
2. Masalah dalam Penyelenggaraan APA
Hal yang harus dipertimbangkan dalam mpenyelenggaraan APA
adalah kemungkinan adanya potensi kerugian, seperti berikut ini:
a. Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan APA
b. Wajib Pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin
merupakan rahasia perusahaan kepada otoritas pajak.

Apabila APA berhasil dilakukan maka Wajib Pajak harus


melaksanakan setiap kesepakatan-kesepakatan yang tertulis dalam
perjanjian tersebut selama periode berlakunya APA. Berdasarkan
pengalaman negara-negara yang telah menerapkan APA, masa berlakunya
APA berkisar antara tiga sampai empat tahun. Namun, apabila Wajib Pajak
berkehendak untuk memperpanjang masa berlakunya APA maka dapat
mengajukan permohonan perpanjangan waktu.
Perlu diperhatikan bahwa APA tidak menjamin Wajib Pajak untuk
tidak diaudit oleh otoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak tercakup
dalam APA masih dapat diaudit dalam kriteria audit yang biasa dilakukan.
APA tidak berlaku retroaktif sehingga masalah harga transfer yang ada
sebelumnya APA disepakati tidak dapat diselesaikan dengan APA.

16
DAFTAR PUSTAKA

Suandy,Erly. 2017. Perencanaan Pajak ( Edisi 6 ), Salemba Empat, :


Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai