OLEH:
KELOMPOK 1
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Pembahasan...........................................................................................................1
A. Perusahaan Multinasioanl................................................................................1
B. Hubungan Istimewa.........................................................................................1
C. Harga Transfer.................................................................................................2
D. Harga Transfer Ganda.....................................................................................7
E. Isu-Isu Pajak Internasional dalam Harga Transfer..........................................7
F. Perusahaan Multinasional dan Aspek Pajaknya..............................................10
G. Perlakuan Harga Transfer di Indonesia...........................................................11
H. Penangkal Harga Transfer...............................................................................12
I. Advanced Pricing Agreement (APA)..............................................................13
Daftar Pustaka
ii
PEMBAHASAN
PENENTUAN HARGA TRANSFER
A. PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Pengertian perusahaan multinasional (multinational company–MNC atau
multinational enterprise–MNE) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1. Multinational corporations transfers technology all over the globe, raises
capital where it is cheapest, often produces where cost are lowest, and
develops markets people will buy its products and services (Frederick
D.S. Choi dan Gerhard G. Mueller).
2. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di berbagai
negara dengan membuka cabang, mengorganisasikan anak perusahaan
atau melakukan kontrak keagenan, dan sebagainya (Dr. Gunadi, M.Sc.,
Ak.).
3. Multinational companies may be broadly as those which produce a good
or a service in two or more countries (Christopher Nobes dan Robert
Parker).
4. Multinational enterprise is a combination of companies of different
nationality connected by means of shareholdings, managerial control or
contract and constituting as economic unit (Robert E. Tindall).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan
multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas
antarnegara yang terkait hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal
saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa
anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya, dengan berbagai
tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan
pajak).
B. HUBUNGAN ISTIMEWA
Hubungan istimewa terjadi antara induk perusahaan dengan anak
perusahaannya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya yang
1
berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri, di Indonesia diatur
dalam Pasal 18 ayat 3, 3a, dan 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang
menyatakan sebagai berikut.
1. Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran
dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
2. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan
bekerja sama dengan otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4, yang berlaku selama suatu periode tertentu dan
mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode
tertentu tersebut berakhir.
3. Hubungan istimewa dianggap ada, apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak
langsung paling rendah 25 persen (dua puluh lima persen) pada Wajib
Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan
paling rendah 25 persen (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak
atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih
yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
C. HARGA TRANSFER
1. Pengertian Harga Transfer
Harga transfer sering juga disebut intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisional pricing, atau internal pricing.
Pengertian harga transfer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian
2
yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat peyoratif. Pengertian
netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni merupakan
strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak.
Sedangkan, pengertian peyoratif mengasumsikan harga transfer sebagai
upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser
laba ke negara yang tarif pajaknya rendah.
2. Pengertian Netral
Berikut merupakan pengertian harga transfer secara netral:
a. Harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan
dengan penyerahan barang, jasa, atau penglihan teknologi
antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (Dr. Gunadi,
M.Sc., Ak.).
b. Harga transfer adalah penentuan harga balas jasa suatu transaksi
antarunit dalam suatu perusahaan atau antarunit dalam suatu
perusahaan atau antarperusahaan dalam suatu grup (Sophar
Lumbantoruan).
c. A transfer price is a price used to measure the value of goods or
services furnished by a profit center to other responsibility centers
within a company (Robert N. Anthony, Glenn A. Welsch, dan James S.
Reece).
d. Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-
unit bisnis yang berbeda di dalam suatu perusahaan bertukar produk
atau jasa. Produk-produk tersebut mungkin merupakan produk akhir
yang dapat dijual pada pelanggan luar atau produk menengah yang
merupakan komponen produk akhir (Edward J. Blocher, Kung H.
Chen, dan Thomas W. Lin).
3
same organization in multinational companies, transfer prices are
used to minimize worldwide income taxes and import duties (Charles
T. Horngren dan Gary L. Sundem).
b. Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara
sistematis dengan maksud mengurangi laba artificial, membuat seolah-
olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara (Dr.
Gunadi, M.Sc., Ak.).
c. Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur
(invoice) pada barang-barang (juga jasa-jasa) yang diserahkan
antarbagian/cabang suatu perusahaan multinasional (Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, S. H.).
4
d. Menghindarkan pengendalian devisa.
e. Mengontrol kredibilitas asosiasi.
f. Mengurangi risiko moneter
g. Mengatur arus kas anak/cabang perusahaan yang memadai.
h. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat.
i. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk.
j. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah.
5
pula terjadi transfer secara horizontal (antardivisi yang sama pada
aktivitas produksi dan distribusi). Pada transfer horizontal digunakan
basis biaya, sedangkan pada transfer vertikal manajer divisi
bertanggungjawab pula atas penghasilan (profit center), maka harga
transfer termasuk elemen laba, dan akan mendekati harga pasar.
Modifikasi ini sering disebut harga transfer biaya plus (cost plus
transfer pricing), dengan plusnya adalah pengembalian atas investasi
(return on investmen–ROI) atau aset divisi.
Variasi dari biaya plus dapat berupa full cost mark up atau biaya
variabel plus margin kontribusi (variable cost plus contribution
margin). Dalma biaya plus margin kontribusi (cost plus contribution
margini), profit center transfer pricing mendekati harga pasar,
sedangkan cost center transfer pricing mendekati biaya variabel plus
kontribusi biaya tetap. Harga transfer basis biaya dianut apabila harga
pasar tak tersedia atau kurang tepat.
b. Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar (market based
transfer pricing)
Kelemahan yang ada pada basis biaya adalah tidak dapat memotivasi
dan mengevaluasi kinerja divisi, diganti dengan basis pasar yang
dianggap dapat mengukur kinerja divisi atau unit dalam satu grup
perusahaan., serta sekaligus dapat merefleksikan keuntungan setiap
produk dan menstimulasi divisi untuk bekerja per basis kompetisi.
Basis ini dianggap tolok ukur untuk menilai kinerja manajer divisi
karena kemampuannya menghasilkan laba dan merangsang divisi
untuk bekerja secara bersaing. Basis ini baik untuk digunakan bila
pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antarunit
adalah minimal.
c. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi (the negotiated price)
Pengendalian keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam
grup secara memadai menghendaki adanya harga transfer berdasarkan
negosiasi, dengan asumsi bahwa kedudukan divisi-divisi tersebut
berada dalam posisi tawar-menawar (bargaining positon) yang sama.
6
Kelemahannya adalah negosiasi ini memakan banyak waktu,
mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer.
d. Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase (arbitration transfer
pricing)
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi
kedua divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan
perusahaan, tanpa adanya pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai
keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep
pusat pertanggungjawaban laba.
7
artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen.
Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-
perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian,
terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan
untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak
dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-lengthi
standard tersebut (Edward J. Blocher, Kun H. Chen, dan Thomas W. Lin,
1999).
1. Arm’s-length Standard
Negara-negara OECD, termasuk Jerman, Inggris, Kanada, dan
Amerika Serikat (yang terkenal dengan Section 482 of the US Internal
Revenue Code), mempunyai metode untuk menguji apakah harga transfer
dari perusahaan multinasional sama dengan harga pasar wajar (arm’s-
length price), yaitu tingkat harga antara pembeli dan penjual independen,
bebas melakukan transaksi.
Menurut arm’s-length standard, harga-harga transfer seharusnya
ditetapkan supaya dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh
pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak secara bebas. Arm’s-length
standard diterapkan dalam banyak cara, tetapi metode yang paling banyak
digunakan adalah sebagai berikut.
a. Comparable uncontrolled pricing method
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu
pada tingkat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara
perusahaan multinasional dengan unit yang independen. Secara teoretis
metode ini termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas, kualitas,
kondisi, waktu penjualan, merek dagang, pangsa pasar, dan geografis
pasar.
b. Resale pricing method
Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup
lain untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan
pengurangan harga penjualan kepada pihak independen dengan suatu
8
mark up yang wajar (sebanyak laba dan biaya si penjual). Kesulitan
terjadi dalam menentukan mark up.
c. Cost plus pricing method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan
mark up yang wajar pada harga poko pihak yang mentransfer.
Pendekatan ini umumnya dipakai dalam hal penyerahan barang
setengah jadi (semifinished product) atau salah satu anggota grup
sebagai subkontraktor dari yang lain.
d. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu
diterapkan, atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang
diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat
keuntungan yang pantas pada investasi Wajib Pajak (Frederick D.S
Choi dan Gerhard G. Mueller, 1985).
9
F. PERUSAHAAN MULTINASIONAL DAN ASPEK PAJAKNYA
Perusahaan mutinasional yang beroperasi di Indonesdia dalam arti
perusahaan-perusahaan multinasional Indonesia yang mempunyai unit (anak
perusahaan/cabang/perwakilan) di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan
multinasional di luar negeri yang mempunyai unit (anak
perusahaan/cabang/perwakilan) di Indonesia pada umumnya akan senantiasa
berusaha dengan instrument harga transfer, mencapai salah satu tujuannya
memaksimalkan keuntungan dengan berupaya meminimalkan beban pajaknya,
terutama pajak penghasilan badan (corporation income tax).
Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari Negara yang beban
pajaknya tinggi ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Frederick D.
S. Choi dan Gerhard G. Mueller (1985) mengatakan, profits accuring to the
corporate system as a whole can be increased by setting high transfer prices
to siphon profits from subsidiaries domiciled in high tax countries and setting
low transfer prices to move profits to subsidiaries located in low tax countries.
Selain itu diadakan pula perjanjian bilateral di bidang perpajakan, dengan
maksud antara lain untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda sehingga
beban pajak dapat ditekan.
Contoh Kasus harga Transfer antara Amerika Serikat dengan Jepang
1. Amerika Serikat versus Jepang
Dengan menetapkan suatu harga transfer yang tinggi dari pabrik-pabrik
mereka di jepang pada cabang-cabang pemasaran mereka di Amerika
Serikat, produsen-produsen mobil Jepang mampu mengurangi
keuntungan yang ditunjukkan oleh cabang-cabang Amerika Serikatdan
oleh karenanya mengurangi pajak-pajak Amerika serikat. Staf Presiden
Clinton memperkirakan bahwa kerugian dari harga transfer seperti hal
ini mungkin sama denga $15 milliar per tahun. Besarnya persoaian ini
ditunjukkan dengan suatu peneelitian Internal Revenue Service baru-baru
ini atas 3.357 perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh orang asing
yang menemukan bahwa mayoritas orang menyatakan terlalu rendah
pendapatan pada pengembalian pajak mereka. Menurut penelitian
tersebut, perusahaan-perusahaan jepang cenderung dari sepuluh rekan
10
dagang amerika tertinggi yang menggunakan praktik-praktik harga
transfer yang tidak adil.
2. Jepang versus Amerika Serikat
Jepang juga melihat dirinya sendiri sebagai korban praktik-praktik harga
transfer yang tidak adil. National Tax Administration Agency (NTAA)
jepang membebankan Coca-Cola Co, dengan $145 juta dalam pajak-
pajak tambahan untuk tahun 1990-1992 karena penyelewengan harga
transfer yang bersekut. Mereka juga membebani American International
Group, Inc. dengan $87 juta dalam pajak tambahan untuk suatu
ketidaksepakatan harga transfer
Tanggapan Internal Revenue Service dalam Amerika Serikat adalah
bahwa masing-masing cabang asing harus membuktikan bhawa harga
transfernya sudah wajar, artinya hal yang sama dengan apa yang akan
dicapai oleh pihak-pihak yang tidak terkai.
11
Harga transfer tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penggalian
penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya, dari suatu Wajib
Pajak yang lain, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah
pajak terutang atas Wajib Pajak yang mempunyai tujuan istimewa baik
nasional maupun multinasional. Kekurangwajaran di atas dapat terjadi pada
1. Harga penjualan;
2. Harga pembelian;
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (biaya overhead);
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham;
5. Pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa
manajemen, imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa yang lain.
12
3. Kerja sama internasional. Prosedur ini dapat ditempuh melalui pertukaran
informasi audit secara simultan atau audit pemajakan secara terpadu
(antar-yurisdiksi secara koordinatif).
4. Advance Pricing Agreement (APA). Prosedur ini memperbolehkan Wajib
Pajak untuk membuat kesepakatan dengan otoritas pajak tentang aplikasi
salah satu metode harga transfer. Dengan demikian, Wajib Pajak terikata
untuk memakai metode tersebut danadministrasi pajak menguji apakah
kesepakatan tersebut dipatuhi.
13
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APA adalah suatu
kesepakatan mengenai penentuan harga transaksi yang terjadi antara dua
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dengan cara menetapkan
satu set kinerja yang sesuai (seperti metode, faktor-faktor pebanding, dan
asumsi-asumsi) untuk periode tertentu.
Transaksi yang dimaksud di atas adalah transaksi yang terjadi antara
perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dalam sebuah
perusahaan multinasional. Definisi hubungan istimewa mengacu pada aturan
undang-undang domestik negara msing-masing, sedangkan dalam oerjanjian
pajak diatur oleh psal 9, yaitu mengenai Associated Enterprise (Perusahaan
Terasosiasi). Kesepakatan yang di buat dalam APA terjadi antara Wajib
Pajak dengan otoritas, bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga
dengan dua otoritas pajak dari negara yang berbeda. Apabila APA dilakukan
antara Wajib Pajak dengan otoritas pajak dalam satu negara maka disebut
unilateral APA. Sedangkan, apabila APA dibuat oleh Wajib Pajak dengan
dua atau lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut
multilateral APA.
Inisiatif pelaksanaan APA baik uang unilateral maupun multilateral harus
datang dari Wajib Pajak dengan cara mengajukan permohonan APA kepada
otoritas pajak, namun dalam prosedur pelaksanaannya untuk proses
multilateral APA akan lebih rumit daripada unilateral APA. Dasar hokum
diterapkan unilateral APA adalah peraturan-peraturan domestik, sedangkan
multilateral APA dapat diterapkan dengan salah satu pasal dalam perjanjian
pajak, yaitu pasal mengenai persetujuan bersama.
Di Amerika Serikat dan Selandia Baru, unilateral APA dapat dikeluarkan
melalui Private Binding Rulings yang mengikat otoritas pajak untuk
menerapkan peraturan tersebut jika terjadi masalah yang sama di masa yang
akan datang. Dengan dikeluarkannya aturan mengenai APA tersebut, maka
Wajib Pajak dianggap telah setuju dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam aturan tersebut yang mungkin biasanya ketentuan tersebut
dikeluarkan oleh otoritas pajak sebagai produk dari pemeriksaan. Bagi
14
Wajib Pajak, APA dapat memberikan kepastian yang lebih besar atas harga
transaksi yang mereka lakukan.
Multilateral APA adalah persetujuan mengenai harga transfer antara dua
otoritas pajak dari dua negara dengan Wajib Pajak yang terlibat dalam
transaksi. Dalam konteks perjanjian pajak, multilateral APA dapat ditempuh
dengan pasal 9 dari perjanjian pajak, yaitu mengenai harga yang wajar
dalam suatu hubungan istimewa dan proses penanganannya melalui pasal 25
dari perjanjian pajak, yaitu mengenai Mutual Agreement (Perjanjian
Bersama). Pasal 25 dari perjanjian pajak menyeebutkan bahwa apabila
terdapat suatu keragu-raguan yang timbul dari interpretasi atau aplikasi atas
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian pajak, otoritas pajak
dari kedua belah pihak harus menyelesaikan masalah atau perbedaan
tersebut melalui mutual agreement. Dari pernyataan tersebut, dapata
dikatakan bahwa multilateral APA dapat ditetapkan melalui mutual
agreementdari perjanjian pajak karena perjanjian pajak merupakan lex
specialist dari undang-undang domestic sehingga multilateral APA ini akan
mengikat otoritas pajak kedua belah pihak seperti halnya perjanjian pajak.
1. Manfaat APA
Wajib Pajak harus mempertimbangkan manfaat penyelenggaraan
APA berdasarkan situasi dan kondisi dari permasalahan Wajib Pajak.
Beberapa manfaat dari diselenggarakannya APA adalah sebagai berikut.
a. Memberikan kepastian kepada Wajib Pajak atas semua penghitungan
mengenai harga transaksi dengan menggunakan metode yang
disetujui.
b. Memberikan kepastian terhadap kegiatan Wajib Pajak termasuk
kepastian mengenai kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga
transfer.
c. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit karena selama
periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh
Wajib Pajak dan otoritas pajak.
d. Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-
mata hanya untuk menghindari pajak.
15
2. Masalah dalam Penyelenggaraan APA
Hal yang harus dipertimbangkan dalam mpenyelenggaraan APA
adalah kemungkinan adanya potensi kerugian, seperti berikut ini:
a. Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan APA
b. Wajib Pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin
merupakan rahasia perusahaan kepada otoritas pajak.
16
DAFTAR PUSTAKA