Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN PAJAK ATAS PENENTUAN HARGA TRANSFER

MANAJEMEN PAJAK

Kelompok 9
Oleh:
Tri Indro Afianty Benu (232016189)
Oryza Daffa Alfi Syahr (232017033)
Orgenes Ferdinan Amanit (232017075)
Oktovince Hohakay (232017107)
Anastasia Chrisannesthy (232017138)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hubungan perdagangan saat ini terus berkembang, perdagangan tidak hanya terjadi
pada lingkup dalam negeri melainkan terjadi di seluruh penjuru dunia yang sering disebut
sebagai perdagangan internasional. Semakin luasnya perdagangan internasional ini
dibarengi dengan semakin tingginya transaksi internasional. Dalam lingkup internasional,
transaksi yang terjadi meliputi transaksi barang, jasa, paten atau harta tidak berwujud
(Harimurti, 2007). Hal ini menyebabkan masalah dalam hal penentuan harga transfer.
Harga transfer adalah harga yang ditentukan oleh perusahaan multinasional, dikenakan oleh
suatu perusahaan untuk barang, jasa, atau harta tidak berwujud dan dilakukan oleh pihak
yang memiliki hubungan istimewa (Suandy, 2008).
Harga transfer merupakan bagian dari perencanaan pajak yang berguna dalam
pengelolaan pajak agar tidak terjadi lebih bayar. Bagi pemerintah, di satu sisi harga transfer
merupakan tindakan yang legal dan diperbolehkan. Di sisi lain, harga transfer merupakan
tindakan yang dapat mengurangi penerimaan pajak bahkan merugikan suatu negara. Hal itu
dapat terjadi karena perusahaan akan memindahkan kewajiban pajaknya dari negara dengan
tarif pajak yang tinggi ke negara dengan tarif pajak yang rendah. Bagi perusahaan, harga
transfer dilakukan agar pengeluaran biaya termasuk pajak dapat serendah mungkin
(Suandy, 2008).
Kasus harga transfer sudah terjadi sejak dahulu dan terjadi di Indonesia hingga luar
negeri. Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dari
semua transaksi perdagangan di dunia 60 persen melakukan tindakan harga transfer
(Kompasiana, 2015). Pada tahun 2018, OECD menyatakan bahwa tindakan harga transfer
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 20 persen (Ekonomi Bisnis, 2019). Salah
satu kasus harga transfer terjadi pada tahun 2011 di Inggris oleh perusahaan Starbucks.
Perusahaan ini dinyatakan tidak membayar pajak dan mengalami kerugian sejak tahun
2008. Pernyataan tersebut berbeda dengan laporannya kepada investor Amerika Serikat
yang menunjukkan bahwa Starbucks Inggris mendapat keuntungan dengan jumlah yang
sangat besar (Setiawan, 2013). Kasus seperti ini masih banyak dilakukan oleh perusahaan
besar lainnya di dunia.

1
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan yang telah dijelaskan pada latar belakang, harga transfer merupakan
masalah yang terjadi tidak hanya di Indonesia saja namun juga di luar negeri. Oleh karena
itu makalah ini akan membahas lebih dalam lagi mengenai harga transfer sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari perusahaan multinasional?
2. Bagaimana hubungan istimewa dapat terjadi?
3. Apa saja pengertian, tujuan, dan metode yang diterapkan pada harga transfer?
4. Apa yang dimaksud dengan harga transfer ganda?
5. Apakah ada isu-isu dan kasus harga transfer di Indonesia maupun luar negeri?
6. Bagaimana perlakuan harga transfer di Indonesia?
7. Apa itu Advanced Pricing Agreement (APA)?

TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan adapun tujuan dari makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari perusahaan multinasional
2. Untuk mengetahui hubungan istimewa dapat terjadi
3. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan metode yang diterapkan pada harga
transfer
4. Untuk mengetahui harga transfer ganda
5. Untuk mengetahui isu-isu dan kasus harga transfer di Indonesia maupun luar
negeri
6. Untuk mengetahui perlakuan harga transfer di Indonesia
7. Untuk mengetahui Advanced Pricing Agreement (APA)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional berperan penting sebagai pelaku dalam penentuan harga


transfer berikut beberapa pengertian mengenai perusahaan multinasional menurut para ahli
(Gintoe, 2012):

1. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang bertempat di satu negara


namun beroperasi dan melakukan usahanya berdasarkan hukum atau peraturan
negara lain. (David E. Lilienthal)
2. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang memiliki cabang dan anak
perusahaan yang berada di banyak negara. (Robert L. Hulbroner)
3. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang mencakup berbagai macam
kelompok perusahaan yang beroperasi dan bertempat di banyak negara, namun
itu semua dikontrol oleh perusahaan pusat. (J. Panglaykim)
4. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang bekerja melewati batas-batas
negara dan melakukan produksi di dalam negeri maupun luar negeri. (Rugman)

Kesimpulannya, perusahaan multinasional merupakan perusahaan yang memiliki


banyak cabang, beroperasi dan berproduksi melewati batas-batas negara yang dikontrol
oleh perusahaan pusat, terjadi karena adanya hubungan istimewa dan bertujuan untuk
memaksimalkan laba.

B. Hubungan Istimewa

Salah satu penyebab dari penentuan harga transfer yaitu adanya hubungan istimewa.
Hubungan istimewa diartikan sebagai hubungan antara pemilik perusahaan satu dengan
yang lain yang saling berkaitan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan
istimewa yaitu kepemilikan suatu perusahaan, menguasai dalam segi mengelola maupun
teknologi yang digunakan, dan adanya hubungan sedarah atau keturunan. Di Indonesia

3
hubungan istimewa diatur dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Perpajakan No. 10
Tahun 2004 dimana hubungan istimewa dianggap ada, apabila : (Mangoting, 2000)

a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25 persen pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25 persen pada dua WP atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua WP atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai WP lainnya, atau dua atau lebih WP berada di bawah
pengusahaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.

C. Harga Transfer

Pengertian Harga Transfer


Harga transfer adalah biaya atau harga yang dibebankan atas pemindahan suatu
barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahan .Pengertian harga
transfer dapat dibedakan menjadi 2 bagian,yaitu:
⮚ Pengertian Netral
1. Harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan
penyerahan barang, jasa,atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa (Dr. Gunadi, M.Sc.,AK.)
2. Harga transfer adalah penentuan harga balas jasa suatu transaksi antar unit
dalam suatu perusahaan atau antar unit dalam suatu perusahaan atau antar
perusahaan dalam suatu grup (Sophar Lumbantoruan)
3. Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-unit
bisnis yang berada di dalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa.
Produk-produk tersebut mungkin merupakan produk akhir yang dapat dijual
pada pelanggan luar atau produk menengah yang merupakan komponen
produk akhir (Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin)
Kesimpulannya, bahwa perusahaan mengasumsikan harga transfer adalah murni
merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak.

4
⮚ Pengertian Peyoratif
1. Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis
dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahan
rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara. (Dr. Gunadi, M.Sc.,Ak.).
2. Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur pada barang-
barang (Prof. Dr. Rochmat Soemitro ,S.H.).
Kesimpulannya, perusahaan mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk
menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang
tarif pajaknya rendah sehingga perusahaan hanya membayar pajak tidak terlalu
tinggi.
Tujuan Harga Transfer
Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer menjadi suatu
perhatian yang lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu pajak. Tujuan internasional
yang lain mencakup meminimalkan beban-beban pajak, pengendalian devisa, dan tepat
dengan resiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Sehingga muncul fenomena
perusahaan multinasional dalam ekspansinya cenderung mengoperasikan usahanya
secara desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue profit atau corporate profit
center concept, yang dapat mengukur dan menilai kinerja dan motivasi setiap divisi/unit
yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Harga transfer multinasional berhubungan dengan transaksi antar divisi dalam satu
unit hukum atau antar entitas dalam suatu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai
wilayah kedaulatan negara. Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer sebagai
berikut:
⮚ Memaksimalkan penghasilan global
⮚ Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar
⮚ Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara
⮚ Menghindarkan pengendalian devisa
⮚ Mengatrol kredibilitas asosiasi
⮚ Mengurangi risiko moneter
⮚ Mengatur arus kas anak/cabang perusahaan yang memadai
⮚ Membina hubungan baik dengan administrasi setempat

5
⮚ Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
⮚ Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah

Penentuan Harga Transfer

Menurut Matz dan Usry (Gunadi,1994), terdapat empat dasar untuk penentuan
harga transfer, yaitu ;

1. Penentuan harga transfer berdasarkan biaya


Digunakan pada transfer antar perusahaan yang menggunakan konsep pusat
pertanggungjawaban biaya. Kinerja manajer diukur melalui
pertanggungjawaban mengenali pengendalian biaya. Konsep ini sederhana
dan menghemat sumber daya karena tersedianya informasi biaya di setiap
tingkat aktivitas perusahaan.
2. Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar
Kelemahan yang ada dalam basis biaya yaitu tidak dapat memotivasi dan
mengevaluasi kinerja divisi, diganti dengan basis pasar yang dianggap dapat
mengukur kinerja divisi atau unit dalam suatu perusahaan, serta sekaligus
dapat merefleksikan keuntungan setiap produk dan menstimulasikan divisi
untuk bekerja per basis kompetisi. Basis ini dianggap tolok ukur untuk
menilai kinerja manajer manajer divisi karena kemampuannya menghasilkan
laba dan merangsang divisi untuk bekerja secara bersaing.
3. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi
Pengendalian keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam grup
secara memadai menghendaki adanya harga transfer berdasarkan negosiasi,
dengan asumsi bahwa kedudukan divisi-divisi tersebut berada dalam posisi
tawar-menawar yang sama. Kelemahannya dari negosiasi ini yaitu memakan
banyak waktu, mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer.
4. Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi kedua
divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan
tanpa adanya pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai keputusan akhir.

6
Keempat dasar harga transfer tersebut merupakan instrument bisnis
manajemen dan/atau kebijakan rencana perpajakan secara global. Masing-masing
dasar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dari aspek manajemen keuangan,
harga transfer merupakan instrumen perencanaan dan pengendaliaan mekanisme
arus sumber daya divisi/unit perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
manajer keuangan akan senantiasa berusaha mengoptimalkan dan mengefisienkan
arus dan alokasi sumber daya, maka dengan sendirinya aspek perpajakan harus
benar-benar dipertimbangkan

D. Harga Transfer Ganda


Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan, khususnya
menyangkut transaksi internasional yang dilakukan oleh korporasi multinasional. Dari
sisi pemerintahan, transfer pricing diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya
potensi penerimaan pajak suatu negara karena perusahaan multinasional cenderung
menggeser kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang
tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low
tax countries). Di pihak lain dari sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya
meminimalkan biaya-biaya (cost efficiency) termasuk di dalamnya minimalisasi
pembayaran pajak perusahaan. Bagi perusahaan berskala global (multinational
corporations), transfer pricing dipercaya menjadi salah satu strategi yang efektif untuk
memenangkan persaingan dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas (Santoso,
2004).
Dalam lingkungan perusahaan multinasional, terjadi berbagai transaksi antar
anggota yang meliputi penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud
lainnya, penyediaan pinjaman dan sebagainya. Penentuan harga atas berbagai transaksi
antar anggota korporasi tersebut dikenal dengan sebut Dalam lingkungan perusahaan
multinasional, terjadi berbagai transaksi antar anggota yang meliputi penjualan barang
dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud lainnya, penyediaan pinjaman dan
sebagainya. Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota dikenal dengan
sebutan transfer pricing (harga transfer).
Di Indonesia, transaksi antar anggota perusahaan multinasional tidak luput dari
rekayasa transfer pricing, terutama oleh wajib pajak penanaman modal asing (PMA)

7
dan cabang perusahaan asing di Indonesia yang termasuk dalam kategori bentuk usaha
tetap (BUT). Ditinjau dari perspektif perpajakan internasional, suatu perusahaan
multinasional akan berusaha meminimalkan beban pajak global mereka dengan cara
memanfaatkan ketiadaan ketentuan perpajakan suatu negara yang tidak mengatur
ketentuan anti penghindaran pajak (anti tax avoidance) atau mengaturnya tetapi tidak
memadai, sehingga menimbulkan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan
praktik penghindaran pajak. Oleh karena berhubungan dengan jumlah ekspor dan impor
barang dalam jumlah yang besar yang dapat memengaruhi jumlah pajak yang terutang,
tentu saja transaksi tersebut dapat menimbulkan konflik antara pihak fiskus dan Wajib
Pajak.
Pengertian penghindaran pajak (tax avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan
meminimalkan beban pajak tanpa melanggar ketentuan perpajakan (legal) sedangkan
penyelundupan pajak (tax evasion) diartikan sebagai kegiatan meminimalkan beban
pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan (ilegal). Model penghindaran pajak
kemungkinan sering terjadi pada ekspor komoditas. Para eksportir, masih banyak
menggunakan kontrak penjualan lama, yang belum direnegosiasi, untuk pelaporan
omset pada SPT Tahunan. Ketentuan anti penghindaran pajak di Negara Indonesia,
diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(UU PPh), akan tetapi tidak diatur secara ketat seperti yang diterapkan di banyak
negara. Sebagai contoh, dalam ketentuan perpajakan Indonesia tidak ada pembatasan
perbandingan antara modal dan utang (Debt Equity Ratio) untuk mencegah
pembebanan biaya bunga yang tidak wajar, Oleh karena ketiadaan sebagian aturan
tentang anti penghindaran pajak dalam ketentuan perpajakan Indonesia, tentu saja akan
dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk memperkecil beban
pajak mereka (Darussalam dan Septriadi, 2005).
Skema transfer pricing yang sering dilakukan oleh perusahaan multinasional
adalah dengan cara mengalihkan laba mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke
negara yang tarif pajaknya rendah. Untuk mencegah adanya pengalihan atas laba adalah
dengan berbagai macam cara antara lain:
1. Otoritas pajak di berbagai Negara membuat aturan transfer pricing yang ketat seperti
penerapan hukuman atau sanksi.

8
2. Persyaratan dokumen yang lengkap.
3. Pemeriksaan pajak terhadap perusahaan yang melakukan praktik transfer pricing.
Mengenai ketentuan transfer pricing, harus ditentukan Negara mana yang berhak
memajaki laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang menjalankan usahanya lebih dari
satu Negara. Untuk perusahaan yang berorientasi pada laba, maka perusahaan
multinasional akan berusaha untuk meminimalkan beban pajak melalui praktik
penghindaran pajak (tax avoidance) di negara-negara yang tidak mengatur secara ketat
tentang ketentuan anti penghindaran pajak.

E. Isu-Isu Pajak Internasional Dalam Harga Transfer


Arm’s-length Standar
Analisis atas Peraturan Penggunaan Arm’s length Principle dalam Pengujian
Kewajaran Transfer Pricing
Untuk mencegah penghindaran pajak karena penentuan harga tidak wajar (non
arm’s length price) diterbitkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-43/PJ/2010
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2011
tanggal 11 Nopember 2011. Peraturan ini membahas penerapan prinsip kewajaran
dan kelaziman usaha (arm’s length principle) terkait transaksi antara Wajib Pajak
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dalam PER-32/PJ/2011 Wajib
Pajak diharuskan untuk menggunakan nilai pasar wajar dalam bertransaksi dengan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related parties). Penentuan harga
transaksi wajar (arm’s length price) bisa melalui metode perbandingan harga antara
pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, resale price dan metode
lainnya.Syarat utama analisis ini adalah ketersediaan data pembanding eksternal
dan internal. Apabila Wajib Pajak tidak bisa menunjukkan bukti pendukung
kewajaran harga transaksi, maka Ditjen Pajak akan menetapkan harga transaksi
yang wajar antara pihak-pihak yang terafiliasi.
Metode -Metode Penentuan Harga Transfer
transaksi antara Wajib Pajak yang berhubungan istimewa di Indonesia yang dapat
memanfaatkan perbedaan tarif karena perlakuan pengenaan pajak penghasilan final
atau tidak final pada sektor usaha tertentu, perlakuan pengenaan Pajak Penjualan

9
atas Barang Mewah dan transaksi yang dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Migas. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya karena
tersedianya informasi di setiap tingkat aktivitas perusahaan. Transfer pricing yang
mendasarkan pada biaya dapat bervariasi antara:
a. Biaya Variabel sebenarnya (actual variabel cost)
b. Biaya tetap sebenarnya (actual fixed cost)
c. Biaya variabel standar (standard variable cost)
d. Biaya total standar (standard full cost)
e. Biaya rata-rata (average cost), dan
f. Biaya total ditambah kenaikan (full cost plus mark – up).
Metode-metode penentuan Harga Transfer Menurut Praktik Komersial
Menurut Arm’s Length Standar, harga transfer harusnya ditetapkan agar dapat
mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak
secara bebas. Maka terdapat metode-metode sebagai berikut:
1. Comparable uncontrolled pricing method
Secara teoritis metode ini termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas,kualitas kondisi,waktu
penjualan,merek dagang,pangsa pasar,dan geografis pasar. Metode ini mengevaluasi
kewajaran harga transfer yang mengacu pada tingkat harga antara unit yang
independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang independen
2. Resale Pricing Method
Metode ini digunakan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya untuk
dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga
penjualan kepada pihak independen dengan suatu mark up yang wajar (sebanyak
laba dan biaya si penjual).
3. Cost Plus Pricing Method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan mark up
yang wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya
dipakai dalam hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau
salah satu anggota grup sebagai subkontraktor dari yang lainnya.
4. Other Method

10
Dalam situasi tertentu, kombinasi dari ketiga metode diatas perlu diterapkan atau
bisa menggunakan metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup
perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada
investasi wajib pajak.
F. Perusahaan Multinasional dan Aspek Pajaknya
Perusahaan multinasional yang berlokasi di Indonesia pada umumnya akan
berusaha dengan instrumen harga transfer, dengan tujuan memaksimalkan laba dengan
cara meminimalkan beban pajaknya khususnya pada pajak penghasilan badan.
Pergeseran harga dari negara dengan beban pajak tinggi ke negara dengan beban pajak
rendah atau bahkan 0 adalah salah satu usahanya. Perjanjian bilateral di bidang
perpajakan atau biasa disebut P3B adalah cara untuk menghindari adanya pengenaan
pajak berganda pada OP yang sama di negara yang berbeda.

Contoh Kasus :

1. contoh kasus isu utama dalam dunia internasional

Kabar utama dalam dunia Internasional yang utama adalah harga transfer sebuah
studi menyatakan dalam kurun waktu terakhir 80% perusahaan multinasional
memperhatikan bahwa harga transfer sebagai hal utama dalam pajak internasional.
Suandy (2011:74, dalam Hartati, Desmiyawati, dan Azlina, 2014).

2. Contoh kasus Perusahaan Tambang di Indonesia

Film dokumenter Sexy Killers adalah awal dari pengungkapan efek negatif dari
industri batu bara, dan yang utama adalah dorongan untuk pencabutan aturan
domestic market obligation. KPK memantau perusahaan di sektor pertambangan
rawan akan praktik penghindaran pajak secara ilegal. KPK telah mendata bahwa
terdapat kekurangan pembayaran pajak tambang di area hutan yaitu Rp. 15,9 Triliun
per tahunnya . (DDTCNews, 2019),

3. Contoh Kasus Harga Transfer antara Amerika Serikat dengan Jepang :

11
Penetapan harga transfer yang tinggi di negara Jepang kepada cabang pemasaran di
Amerika membuat produsen mobil Jepang mampu mengurangi keuntungan yang
ditunjukkan oleh cabang-cabang yang ada di Amerika dan karenanya mengurangi pajak
yang dikenakan di negara tersebut. Hal ini menyebabkan kerugian yang cukup besar
seperti yang dicatat oleh staf kepresidenan Amerika mencapai $15 miliar per tahunnya.

G. Perlakuan Harga Transfer di Indonesia


Rekayasa harga transfer diharapkan dapat mengurangi upaya-upaya penghindaran
dan penyelundupan pajak. Wajib Pajak dalam maupun luar negeri dapat dikenakan
Harga Transfer terutama untuk hubungan antar 2 negara dan memiliki tarif yang relatif
rendah. Pada transaksi antara Wajib Pajak yang memiliki hubungan istimewa, UU
Perpajakan Indonesia menganut asas material (substance over form rule), tetapi
hubungan spesial ini dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga dan berpotensi
terjadinya rekayasa untuk menekan besarnya jumlah pajak.
Ketidakwajaran yang dapat terjadi :
1. Harga penjualan
2. Harga pembelian
3. Biaya overhead (alokasi biaya administrasi dan umum)
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
5. Pembayaran komisi sewa, royalto, imbalan jasa dll.

Untuk kasus Pajak Pertambahan Nilai (PPN), mekanisme kredit pajak akan secara
otomatis menetralisir harga transfer.

H. Penangkal Harga Transfer


Prosedur yang dilakukan untuk menanggulangi manuver pajak melalui harga transfer :
1. Menyingkap praktik bisnis antar perusahaan secara menyeluruh sehingga dapat
dievaluasi keinginan harga transfer
2. Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas beban pajak
3. Kerjasama internasional

12
4. Advanced Pricing Agreement (APA). Memperbolehkan WP untuk melakukan
perjanjian kepada otoritas pajak tentang aplikasi salah satu metode harga
transfer.

I. Advanced Pricing Agreement (APA)

APA (Advance Pricing Agreement) / kesepakatan harga transfer adalah


kesepakatan yang dibuat oleh DJP(Direktorat Jenderal Pajak) dengan wajib pajak
tentang harga jual wajar produk yang dihasilkannya untuk pihak-pihak yang ada
hubungan istimewah (Salsalina, 2012). APA (Advanced Pricing Agreement),
merupakan program penghindaran terhadap banyak biaya yang dikeluarkan untuk
proses pengadilan dalam mengatasi permasalahan mengenai perselisihan harga
transfer dengan tepat. Peraturan domestic adalah Dasar hukum yang diterapkannya
APA unilateral.

Dalam Pasal 18 ayat (3a) UU PPh dinyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan pihak
otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang berlaku
selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir (Fadjar Harimurti, 2007).

Dalam APA terdapat kesepakatan yang dibuat antara otoritas pajak dengan wajib
pajak, jika Wajib Pajak dengan otoritas pajak dalam satu negara maka disebut APA
unilateral, APA unilateral merupakan kesepakatan antara wajib pajak atau bilateral
dengan DJP (Direktorat Jenderal Pajak), yaitu menyangkut wajib pajak yang berada di
wilayah yurisdiksinya, merupakan kesepakatan antara otoritas perpajakan Negara lain
dengan DJP (Direktorat Jenderal Pajak). Mengenai peraturan lebih jauh tentang
kesepakatan harga transfer dengan DJP melalui APA menjadi hal yang penting dalam
mempertimbangkan resiko koreksi fiskal yang dapat dilakukan oleh pihak otoritas pajak
berkenaan dengan indikasi ketidakwajaran harga yang diberlakukan kepada pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, sedangkan APA dibuat oleh Wajib Pajak dengan

13
dua atau lebih otoritas Pajak dari negara yang berbeda maka disebut APA multilateral.
Bagi Wajib Pajak, APA dapat memberikan kepastian yang lebih besar dari harga
transaksi yang mereka lakukan. Di Amerika Serikat dan Selandia Baru, APA dapat
dikeluarkan melalui Private Binding Rulings yang mengikat otoritas pajak untuk
menerapkan peraturan tersebut jika diperlukan masalah yang sama di masa yang akan
datang.

Dalam laporan OECD tahun 1995, perjanjian harga lanjutan ditentukan sebagai
berikut "suatu pengaturan yang menentukan, sebelum transaksi terkendali, penyesuaian
yang sesuai di sana untuk, asumsi kritis mengenai peristiwa di masa depan untuk
penentuan harga transfer untuk transaksi tersebut atau periode waktu tertentu". Setuju
tentang penetapan harga transaksi dari transaksi yang terjadi di antara yang memiliki
hubungan dengan cara mengatur satu set kriteria yang sesuai (seperti metode, faktor-
faktor pembanding, dan asumsi-asumsi) untuk periode waktu tertentu. Perusahaan
Transaksi yang disetujui di atas adalah transaksi yang dilakukan antara perusahaan-
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa dalam perusahaan “multinasional”.

Dalam konteks perjanjian pajak , APA multilateral disetujui dengan Pasal 9,


melalui Pasal 25 dari perjanjian pajak mengenai harga yang masuk akal dalam
hubungan istimewa dan proses penanganannya atas Perjanjian Bersama. Pajak 25
perjanjian tentang keragu-raguan yang timbul dari interpretasi atau aplikasi atas
ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian pajak, maka tanggung jawab pajak dari
kedua belah pihak harus diselesaikan atau disetujui melalui perjanjian bersama. Dari hal
tersebut dapat dinyatakan bahwa APA multilateral dengan melalui kesepakatan bersama
dapat ditentukan perjanjian pajak karena hal tersebut merupakan spesialis lex dari
undang-undang domestik maka multilateral APA ini akan mengikat otoritas pajak
sesuai dengan ketentuan yang ditentukan sebagai perjanjian pajak.

Manfaat APA
Manfaat penyelenggaraan harus dipertimbangkan oleh wajib pajak, berikut ini
adalah manfaat APA diselenggarakan :

14
● Penghitungan mengenai harga transaksi dengan metode yang disetujui
diberikan kepastiannya kepada wajib pajak.
● Memberikan kepastian dan keputusan kewajiban pajak yang berkaitan
dengan harga transfer terhadap kegiatan Wajib Pajak.
● Periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh Wajib Pajak
dan otoritas pajak, dengan begitu dapat mengurangi biaya dan waktu pada
saat diaudit.
● Harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk menghindari
pajak, dapat dihindari.

Memberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan pajak, fiskus tidak perlu
melakukan koreksi atas harga jual dan keuntungan produk yang dijual wajib pajak
kepada perusahaan dalam grup yang sama merupakan Keuntungan dari APA,
(Salsalina, 2012).

Masalah dalam Penyelenggaraan APA

Dalam penyelenggaraan APA Hal yang harus dipertimbangkan yaitu kemungkinan


adanya potensi kerugian, seperti yang terjadi pada saat ini :

1. Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.


2. Wajib Pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia
perusahaan kepada otoritas pajak.
Berdasarkan pengalaman negara-negara yang telah menyetujui APA, masa
berlakunya APA dapat dilakukan antara tiga hingga empat tahun. Namun, persetujuan
Wajib Pajak berkewajiban untuk memperpanjang masa berlakunya APA, maka dia
dapat meminta permohonan perpanjangan waktu. Yang perlu dipertimbangkan, karena
APA tidak menjamin Wajib Pajak untuk tidak diaudit oleh otoritas pajak.

15
BAB III
KESIMPULAN
Harga transfer dilakukan oleh perusahaan multinasional yang memiliki hubungan
istimewa dengan maksud untuk mengalokasikan penghasilan dari suatu perusahaan ke
perusahaan lainnya pada negara yang berbeda. Harga transfer diartikan menjadi dua
kategori yaitu netral atau dilakukan murni strategi dan taktik bisnis dan peyoratif atau
upaya untuk menghemat beban pajak. Harga transfer ditentukan oleh biaya, harga pasar,
negosiasi, dan arbitrase. Negara yang menerima perjanjian modal Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) menggunakan standar arm’s- length
dalam penentuan harga transfer. Perusahaan multinasional di Indonesia melakukan harga
transfer, dengan tujuan memaksimalkan laba dengan meminimalkan beban pajaknya. UU
Perpajakan Indonesia menganut asas material (substance over form rule) dalam hubungan
istimewa, namun hal ini dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga dan berpotensi
terjadinya rekayasa untuk menekan besarnya jumlah pajak. Maka dilakukan penangkal
harga transfer salah satunya dengan Advanced Pricing Agreement (APA) dimana WP
melakukan perjanjian kepada otoritas pajak tentang aplikasi salah satu metode harga
transfer. Menurut kelompok kami, dari keempat metode menurut arm’s length standart atau
komersial yang paling efisien adalah metode “Other method ”, karena dengan metode
tersebut kita dapat menggunakan kombinasi dari ketiga metode lain tersebut sesuai dengan
keadaan tertentu.

16
DAFTAR PUSTAKA

DDTCNews. (2019). Sektor Pertambangan Rawan Manipulasi Transfer Pricing? Retrieved


from https://news.ddtc.co.id/sektor-pertambangan-rawan-manipulasi-transfer-pricing-
17422

Ekonomi Bisnis. (2019). OECD: Kasus Transfer Pricing Meningkat. Retrieved from
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190918/259/1149724/oecd-kasus-transfer-pricing-
meningkat

Fadjar Harimurti. (2007). ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTIK TRANSFER


PRICING Fadjar Harimurti. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 7(1), 53–61.
Retrieved from http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Ekonomi/article/view/193/159

Gintoe, C. S. (2012). TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN MULTINASIONAL


DALAM KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA. Universitas Padjadjaran, 66, 37–
39.

Harimurti, F. (2007). ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTIK TRANSFER PRICING


Fadjar Harimurti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta. 53–61.

Kompasiana. (2015). Transfer Pricing To Protect The Interest of Indonesia, for The Benefit
of the Indonesian People #1. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/dewi.wiwiek/5500c103a33311e572511daf/transfer-
pricing-to-protect-the-interest-of-indonesia-for-the-benefit-of-the-indonesian-people-
1?page=all

Mangoting, Y. (2000). Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 2(1), 69–82. https://doi.org/10.9744/jak.2.1.pp.69-82

Nicky Prameswary, dkk. (2014). HARGA TRANSFER. Retrieved from


https://www.academia.edu/7031834/HARGA_TRANSFER_Makalah_ini_diajukan_un
tuk_memenuhi_tugas_matakuliah_Manajemen_Pajak_Dosen_Pembina

Salsalina, L. (2012). Aspek Perpajakan Dalam Transfer Pricing dan Problematika Praktik

17
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal Zenit, 1(3), 210–221.

Setiawan, H. 2014. T. P. dan R. T. P. N. (2013). Setiawan, H. 2014. Transfer Pricing dan


Resikonya Terhadap Penerimaan Negara.

Suandy, E. (2008). Perencanaan Pajak (4th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Pasal 18 Ayat 3a UU No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan 50

Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE – 04/PJ.7/1993

Gunadi, Pajak Internasional, h. 228.

Http://www.klikpajak.com//artikel/artikel.php?article.id=6732

18

Anda mungkin juga menyukai