MANAJEMEN PAJAK
Kelompok 9
Oleh:
Tri Indro Afianty Benu (232016189)
Oryza Daffa Alfi Syahr (232017033)
Orgenes Ferdinan Amanit (232017075)
Oktovince Hohakay (232017107)
Anastasia Chrisannesthy (232017138)
1
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan yang telah dijelaskan pada latar belakang, harga transfer merupakan
masalah yang terjadi tidak hanya di Indonesia saja namun juga di luar negeri. Oleh karena
itu makalah ini akan membahas lebih dalam lagi mengenai harga transfer sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari perusahaan multinasional?
2. Bagaimana hubungan istimewa dapat terjadi?
3. Apa saja pengertian, tujuan, dan metode yang diterapkan pada harga transfer?
4. Apa yang dimaksud dengan harga transfer ganda?
5. Apakah ada isu-isu dan kasus harga transfer di Indonesia maupun luar negeri?
6. Bagaimana perlakuan harga transfer di Indonesia?
7. Apa itu Advanced Pricing Agreement (APA)?
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan adapun tujuan dari makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari perusahaan multinasional
2. Untuk mengetahui hubungan istimewa dapat terjadi
3. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan metode yang diterapkan pada harga
transfer
4. Untuk mengetahui harga transfer ganda
5. Untuk mengetahui isu-isu dan kasus harga transfer di Indonesia maupun luar
negeri
6. Untuk mengetahui perlakuan harga transfer di Indonesia
7. Untuk mengetahui Advanced Pricing Agreement (APA)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perusahaan Multinasional
B. Hubungan Istimewa
Salah satu penyebab dari penentuan harga transfer yaitu adanya hubungan istimewa.
Hubungan istimewa diartikan sebagai hubungan antara pemilik perusahaan satu dengan
yang lain yang saling berkaitan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan
istimewa yaitu kepemilikan suatu perusahaan, menguasai dalam segi mengelola maupun
teknologi yang digunakan, dan adanya hubungan sedarah atau keturunan. Di Indonesia
3
hubungan istimewa diatur dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Perpajakan No. 10
Tahun 2004 dimana hubungan istimewa dianggap ada, apabila : (Mangoting, 2000)
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25 persen pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25 persen pada dua WP atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua WP atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai WP lainnya, atau dua atau lebih WP berada di bawah
pengusahaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.
C. Harga Transfer
4
⮚ Pengertian Peyoratif
1. Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis
dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahan
rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara. (Dr. Gunadi, M.Sc.,Ak.).
2. Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur pada barang-
barang (Prof. Dr. Rochmat Soemitro ,S.H.).
Kesimpulannya, perusahaan mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk
menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang
tarif pajaknya rendah sehingga perusahaan hanya membayar pajak tidak terlalu
tinggi.
Tujuan Harga Transfer
Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer menjadi suatu
perhatian yang lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu pajak. Tujuan internasional
yang lain mencakup meminimalkan beban-beban pajak, pengendalian devisa, dan tepat
dengan resiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Sehingga muncul fenomena
perusahaan multinasional dalam ekspansinya cenderung mengoperasikan usahanya
secara desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue profit atau corporate profit
center concept, yang dapat mengukur dan menilai kinerja dan motivasi setiap divisi/unit
yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Harga transfer multinasional berhubungan dengan transaksi antar divisi dalam satu
unit hukum atau antar entitas dalam suatu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai
wilayah kedaulatan negara. Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer sebagai
berikut:
⮚ Memaksimalkan penghasilan global
⮚ Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar
⮚ Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara
⮚ Menghindarkan pengendalian devisa
⮚ Mengatrol kredibilitas asosiasi
⮚ Mengurangi risiko moneter
⮚ Mengatur arus kas anak/cabang perusahaan yang memadai
⮚ Membina hubungan baik dengan administrasi setempat
5
⮚ Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
⮚ Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah
Menurut Matz dan Usry (Gunadi,1994), terdapat empat dasar untuk penentuan
harga transfer, yaitu ;
6
Keempat dasar harga transfer tersebut merupakan instrument bisnis
manajemen dan/atau kebijakan rencana perpajakan secara global. Masing-masing
dasar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dari aspek manajemen keuangan,
harga transfer merupakan instrumen perencanaan dan pengendaliaan mekanisme
arus sumber daya divisi/unit perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
manajer keuangan akan senantiasa berusaha mengoptimalkan dan mengefisienkan
arus dan alokasi sumber daya, maka dengan sendirinya aspek perpajakan harus
benar-benar dipertimbangkan
7
dan cabang perusahaan asing di Indonesia yang termasuk dalam kategori bentuk usaha
tetap (BUT). Ditinjau dari perspektif perpajakan internasional, suatu perusahaan
multinasional akan berusaha meminimalkan beban pajak global mereka dengan cara
memanfaatkan ketiadaan ketentuan perpajakan suatu negara yang tidak mengatur
ketentuan anti penghindaran pajak (anti tax avoidance) atau mengaturnya tetapi tidak
memadai, sehingga menimbulkan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan
praktik penghindaran pajak. Oleh karena berhubungan dengan jumlah ekspor dan impor
barang dalam jumlah yang besar yang dapat memengaruhi jumlah pajak yang terutang,
tentu saja transaksi tersebut dapat menimbulkan konflik antara pihak fiskus dan Wajib
Pajak.
Pengertian penghindaran pajak (tax avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan
meminimalkan beban pajak tanpa melanggar ketentuan perpajakan (legal) sedangkan
penyelundupan pajak (tax evasion) diartikan sebagai kegiatan meminimalkan beban
pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan (ilegal). Model penghindaran pajak
kemungkinan sering terjadi pada ekspor komoditas. Para eksportir, masih banyak
menggunakan kontrak penjualan lama, yang belum direnegosiasi, untuk pelaporan
omset pada SPT Tahunan. Ketentuan anti penghindaran pajak di Negara Indonesia,
diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(UU PPh), akan tetapi tidak diatur secara ketat seperti yang diterapkan di banyak
negara. Sebagai contoh, dalam ketentuan perpajakan Indonesia tidak ada pembatasan
perbandingan antara modal dan utang (Debt Equity Ratio) untuk mencegah
pembebanan biaya bunga yang tidak wajar, Oleh karena ketiadaan sebagian aturan
tentang anti penghindaran pajak dalam ketentuan perpajakan Indonesia, tentu saja akan
dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk memperkecil beban
pajak mereka (Darussalam dan Septriadi, 2005).
Skema transfer pricing yang sering dilakukan oleh perusahaan multinasional
adalah dengan cara mengalihkan laba mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke
negara yang tarif pajaknya rendah. Untuk mencegah adanya pengalihan atas laba adalah
dengan berbagai macam cara antara lain:
1. Otoritas pajak di berbagai Negara membuat aturan transfer pricing yang ketat seperti
penerapan hukuman atau sanksi.
8
2. Persyaratan dokumen yang lengkap.
3. Pemeriksaan pajak terhadap perusahaan yang melakukan praktik transfer pricing.
Mengenai ketentuan transfer pricing, harus ditentukan Negara mana yang berhak
memajaki laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang menjalankan usahanya lebih dari
satu Negara. Untuk perusahaan yang berorientasi pada laba, maka perusahaan
multinasional akan berusaha untuk meminimalkan beban pajak melalui praktik
penghindaran pajak (tax avoidance) di negara-negara yang tidak mengatur secara ketat
tentang ketentuan anti penghindaran pajak.
9
atas Barang Mewah dan transaksi yang dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Migas. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya karena
tersedianya informasi di setiap tingkat aktivitas perusahaan. Transfer pricing yang
mendasarkan pada biaya dapat bervariasi antara:
a. Biaya Variabel sebenarnya (actual variabel cost)
b. Biaya tetap sebenarnya (actual fixed cost)
c. Biaya variabel standar (standard variable cost)
d. Biaya total standar (standard full cost)
e. Biaya rata-rata (average cost), dan
f. Biaya total ditambah kenaikan (full cost plus mark – up).
Metode-metode penentuan Harga Transfer Menurut Praktik Komersial
Menurut Arm’s Length Standar, harga transfer harusnya ditetapkan agar dapat
mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak
secara bebas. Maka terdapat metode-metode sebagai berikut:
1. Comparable uncontrolled pricing method
Secara teoritis metode ini termasuk yang paling baik, namun dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas,kualitas kondisi,waktu
penjualan,merek dagang,pangsa pasar,dan geografis pasar. Metode ini mengevaluasi
kewajaran harga transfer yang mengacu pada tingkat harga antara unit yang
independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang independen
2. Resale Pricing Method
Metode ini digunakan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya untuk
dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga
penjualan kepada pihak independen dengan suatu mark up yang wajar (sebanyak
laba dan biaya si penjual).
3. Cost Plus Pricing Method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan mark up
yang wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya
dipakai dalam hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau
salah satu anggota grup sebagai subkontraktor dari yang lainnya.
4. Other Method
10
Dalam situasi tertentu, kombinasi dari ketiga metode diatas perlu diterapkan atau
bisa menggunakan metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup
perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada
investasi wajib pajak.
F. Perusahaan Multinasional dan Aspek Pajaknya
Perusahaan multinasional yang berlokasi di Indonesia pada umumnya akan
berusaha dengan instrumen harga transfer, dengan tujuan memaksimalkan laba dengan
cara meminimalkan beban pajaknya khususnya pada pajak penghasilan badan.
Pergeseran harga dari negara dengan beban pajak tinggi ke negara dengan beban pajak
rendah atau bahkan 0 adalah salah satu usahanya. Perjanjian bilateral di bidang
perpajakan atau biasa disebut P3B adalah cara untuk menghindari adanya pengenaan
pajak berganda pada OP yang sama di negara yang berbeda.
Contoh Kasus :
Kabar utama dalam dunia Internasional yang utama adalah harga transfer sebuah
studi menyatakan dalam kurun waktu terakhir 80% perusahaan multinasional
memperhatikan bahwa harga transfer sebagai hal utama dalam pajak internasional.
Suandy (2011:74, dalam Hartati, Desmiyawati, dan Azlina, 2014).
Film dokumenter Sexy Killers adalah awal dari pengungkapan efek negatif dari
industri batu bara, dan yang utama adalah dorongan untuk pencabutan aturan
domestic market obligation. KPK memantau perusahaan di sektor pertambangan
rawan akan praktik penghindaran pajak secara ilegal. KPK telah mendata bahwa
terdapat kekurangan pembayaran pajak tambang di area hutan yaitu Rp. 15,9 Triliun
per tahunnya . (DDTCNews, 2019),
11
Penetapan harga transfer yang tinggi di negara Jepang kepada cabang pemasaran di
Amerika membuat produsen mobil Jepang mampu mengurangi keuntungan yang
ditunjukkan oleh cabang-cabang yang ada di Amerika dan karenanya mengurangi pajak
yang dikenakan di negara tersebut. Hal ini menyebabkan kerugian yang cukup besar
seperti yang dicatat oleh staf kepresidenan Amerika mencapai $15 miliar per tahunnya.
Untuk kasus Pajak Pertambahan Nilai (PPN), mekanisme kredit pajak akan secara
otomatis menetralisir harga transfer.
12
4. Advanced Pricing Agreement (APA). Memperbolehkan WP untuk melakukan
perjanjian kepada otoritas pajak tentang aplikasi salah satu metode harga
transfer.
Dalam Pasal 18 ayat (3a) UU PPh dinyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan pihak
otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang berlaku
selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir (Fadjar Harimurti, 2007).
Dalam APA terdapat kesepakatan yang dibuat antara otoritas pajak dengan wajib
pajak, jika Wajib Pajak dengan otoritas pajak dalam satu negara maka disebut APA
unilateral, APA unilateral merupakan kesepakatan antara wajib pajak atau bilateral
dengan DJP (Direktorat Jenderal Pajak), yaitu menyangkut wajib pajak yang berada di
wilayah yurisdiksinya, merupakan kesepakatan antara otoritas perpajakan Negara lain
dengan DJP (Direktorat Jenderal Pajak). Mengenai peraturan lebih jauh tentang
kesepakatan harga transfer dengan DJP melalui APA menjadi hal yang penting dalam
mempertimbangkan resiko koreksi fiskal yang dapat dilakukan oleh pihak otoritas pajak
berkenaan dengan indikasi ketidakwajaran harga yang diberlakukan kepada pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, sedangkan APA dibuat oleh Wajib Pajak dengan
13
dua atau lebih otoritas Pajak dari negara yang berbeda maka disebut APA multilateral.
Bagi Wajib Pajak, APA dapat memberikan kepastian yang lebih besar dari harga
transaksi yang mereka lakukan. Di Amerika Serikat dan Selandia Baru, APA dapat
dikeluarkan melalui Private Binding Rulings yang mengikat otoritas pajak untuk
menerapkan peraturan tersebut jika diperlukan masalah yang sama di masa yang akan
datang.
Dalam laporan OECD tahun 1995, perjanjian harga lanjutan ditentukan sebagai
berikut "suatu pengaturan yang menentukan, sebelum transaksi terkendali, penyesuaian
yang sesuai di sana untuk, asumsi kritis mengenai peristiwa di masa depan untuk
penentuan harga transfer untuk transaksi tersebut atau periode waktu tertentu". Setuju
tentang penetapan harga transaksi dari transaksi yang terjadi di antara yang memiliki
hubungan dengan cara mengatur satu set kriteria yang sesuai (seperti metode, faktor-
faktor pembanding, dan asumsi-asumsi) untuk periode waktu tertentu. Perusahaan
Transaksi yang disetujui di atas adalah transaksi yang dilakukan antara perusahaan-
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa dalam perusahaan “multinasional”.
Manfaat APA
Manfaat penyelenggaraan harus dipertimbangkan oleh wajib pajak, berikut ini
adalah manfaat APA diselenggarakan :
14
● Penghitungan mengenai harga transaksi dengan metode yang disetujui
diberikan kepastiannya kepada wajib pajak.
● Memberikan kepastian dan keputusan kewajiban pajak yang berkaitan
dengan harga transfer terhadap kegiatan Wajib Pajak.
● Periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh Wajib Pajak
dan otoritas pajak, dengan begitu dapat mengurangi biaya dan waktu pada
saat diaudit.
● Harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk menghindari
pajak, dapat dihindari.
Memberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan pajak, fiskus tidak perlu
melakukan koreksi atas harga jual dan keuntungan produk yang dijual wajib pajak
kepada perusahaan dalam grup yang sama merupakan Keuntungan dari APA,
(Salsalina, 2012).
15
BAB III
KESIMPULAN
Harga transfer dilakukan oleh perusahaan multinasional yang memiliki hubungan
istimewa dengan maksud untuk mengalokasikan penghasilan dari suatu perusahaan ke
perusahaan lainnya pada negara yang berbeda. Harga transfer diartikan menjadi dua
kategori yaitu netral atau dilakukan murni strategi dan taktik bisnis dan peyoratif atau
upaya untuk menghemat beban pajak. Harga transfer ditentukan oleh biaya, harga pasar,
negosiasi, dan arbitrase. Negara yang menerima perjanjian modal Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) menggunakan standar arm’s- length
dalam penentuan harga transfer. Perusahaan multinasional di Indonesia melakukan harga
transfer, dengan tujuan memaksimalkan laba dengan meminimalkan beban pajaknya. UU
Perpajakan Indonesia menganut asas material (substance over form rule) dalam hubungan
istimewa, namun hal ini dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga dan berpotensi
terjadinya rekayasa untuk menekan besarnya jumlah pajak. Maka dilakukan penangkal
harga transfer salah satunya dengan Advanced Pricing Agreement (APA) dimana WP
melakukan perjanjian kepada otoritas pajak tentang aplikasi salah satu metode harga
transfer. Menurut kelompok kami, dari keempat metode menurut arm’s length standart atau
komersial yang paling efisien adalah metode “Other method ”, karena dengan metode
tersebut kita dapat menggunakan kombinasi dari ketiga metode lain tersebut sesuai dengan
keadaan tertentu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi Bisnis. (2019). OECD: Kasus Transfer Pricing Meningkat. Retrieved from
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190918/259/1149724/oecd-kasus-transfer-pricing-
meningkat
Kompasiana. (2015). Transfer Pricing To Protect The Interest of Indonesia, for The Benefit
of the Indonesian People #1. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/dewi.wiwiek/5500c103a33311e572511daf/transfer-
pricing-to-protect-the-interest-of-indonesia-for-the-benefit-of-the-indonesian-people-
1?page=all
Mangoting, Y. (2000). Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 2(1), 69–82. https://doi.org/10.9744/jak.2.1.pp.69-82
Salsalina, L. (2012). Aspek Perpajakan Dalam Transfer Pricing dan Problematika Praktik
17
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal Zenit, 1(3), 210–221.
Http://www.klikpajak.com//artikel/artikel.php?article.id=6732
18