Anda di halaman 1dari 22

Determinan Praktik Transfer Pricing pada

Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Melarosa Cintia Ayu Ananta Umi Sulistiyanti


Universitas Islam Indonesia Universitas Islam Indonesia
Email : melarosa.mc@gmail.com Email : umi_sulistiyanti@uii.ac.id

Abstract
Transfer pricing practices mostly done by multinational companies in order to minimize tax
payments to the state. As a result, Indonesia has the potential to lose tax revenue up to Rp100
trillion per year. The purpose of this study is to analyze the effect of tax, multinationality, firm
size and profitability to transfer pricing. This study is a quantitative research. The
populations of this study are the manufacturing sector companies listed on the Indonesia
Stock Exchange 2014-2016. The number of samples consist of 51 company with using
purposive sampling method. The data used in this study is secondary data derived from
annual report year 2014-2016 of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange and the data were analyzed using multiple regressions by means of SPSS. The
results of this study show that the variable of tax, multinationality, firm size, and profitability
have significant positive effect on transfer pricing practise in manufacturing companies.

Keyword : Transfer pricing, Tax, Multinationality, Firm size, Profitability


1. Pendahuluan

Transfer pricing adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer transaksi barang,

jasa, aset tidak berwujud, atau transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan (Sundari dan

Susanti 2016). Pada awalnya tujuan dari adanya transfer pricing adalah untuk menilai kinerja antar

anggota atau divisi perusahaan, namun dalam perkembangannya, praktik transfer pricing

dimanfaatkan sebagai bagian dari perencanaan pajak perusahaan untuk meminimalkan beban pajak

yang dibayar melalui rekayasa harga antarperusahaan yang memiliki hubungan istimewa (Stephanie,

Sistomo, dan Simanjuntak 2017).

Di Indonesia, transfer pricing diatur dalam Pasal 18 Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008

tentang pajak penghasilan. Peraturan tersebut memuat beberapa hal, yaitu pengertian hubungan

istimewa, wewenang menentukan perbandingan utang dan modal, dan wewenang untuk melakukan

koreksi dalam transaksi yang tidak arm’s length. Arm’s length yaitu harga atau laba atas transaksi

yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan

pasar, sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar. Adanya hubungan istimewa

dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu

transaksi usaha.

Apple, Nestle, Unilever, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Coca Cola Indonesia

adalah beberapa perusahaan manufaktur yang menyalahgunakan transfer pricing. PT Toyota Motor

Manufacturing Indonesia melakukan penghindaran pembayaran pajak senilai Rp 1,2 triliun dengan

memanfaatkan transfer pricing. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia memanfaatkan skema jual

beli, dengan menjual harga yang lebih rendah di bawah harga pasar kepada Toyota Asia Pasifik

Singapura yang merupakan perusahaan terafiliasi, kemudian pihak Toyota Asia Pasifik Singapura

menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Adanya tarif pajak yang lebih rendah di negara

Singapura yaitu sebesar 15% dibandingkan di Indonesia sebesar 25%, dimanfaatkan oleh PT Toyota

Motor Manufacturing Indonesia untuk menghindari pajak (Sugiharto,2015).

1
Dalam rentang waktu 2003 – 2012, jumlah uang yang keluar dari Indonesia yang disebabkan oleh

praktik transfer pricing sebesar US $ 152, 154 Milliar. (Global Financial Integrity, 2014 dalam

Karomatunnisa, 2016). Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak, bahwa praktik transfer

pricing dari tahun 2012 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk mencegah praktik

penghindaran pajak dengan transfer pricing yang terus meningkat pemerintah mengeluarkan

peraturan mengenai dokumentasi transfer pricing yang diatur dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak

PMK-213/PMK-03/2016 (PMK-213) dan Nomor PER-29/PJ/2017 tentang Tata Cara Pengelolaan

Laporan per Negara (PER-29).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan transfer

pricing, diantaranya adalah pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Pajak

merupakan sumber pendapatan negara terbesar untuk membiayai semua pengeluaran negara termasuk

pengeluaran pembangunan (Rosa, Andini, dan Raharjo, 2017). Akan tetapi bagi perusahaan pajak

merupakan beban yang dapat mengurangi laba perusahaan. Tarif pajak yang tinggi akan

menyebabkan beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi semakin besar (Sundari dan Susanti

2016). Cara yang dapat dilakukan agar beban pajak dapat berkurang adalah dengan mengalihkan laba

ke perusahaan yang memiliki tarif pajak yang lebih rendah dengan melakukan transfer pricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Stephanie, Sistomo, dan Simanjuntak (2017),Saraswati dan Sujana

(2017), Tiwa, Saerang, dan Tirayoh (2017), Kusuma dan Wijaya (2017),F, Mayoman, dan Karjo

(2016),Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012) dan Lo, Kong, dan Wong (2010) berhasil

membuktikan bahwa pajak mempengaruhi transfer pricing, namun ada beberapa penelitian lain yang

menunjukan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap transfer pricing yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Mispiyanti (2015). Sedangkan penelitian Marfuah dan Azizah (2014) menunjukan bahwa pajak

berpengaruh negatif terhadap transfer pricing.

Perusahaan yang memiliki anak perusahaan atau perusahaan afiliasi yang berada di luar negeri

akan cenderung untuk melakukan transfer pricing, karena adanya perbedaan tarif pajak antar

perusahaan induk dengan perusahaan anak yang berada diluar negeri. Skema transfer pricing yang

sering dilakukan oleh banyak perusahaan multinasional adalah dengan cara mengalihkan laba mereka

2
dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara yang tarif pajaknya rendah (Lingga, 2012). Karena

peraturan dan tarif pajak disetiap negara berbeda-beda, hal tersebut menjadi dasar perusahaan untuk

melakukan penghindaran pajak dengan mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing, yaitu

memperbesar harga pembelian atau biaya (over income) atau memperkecil harga penjualan (under

invoice) (ilyas dan suhartono, 2009:93 dalam Rosa, Andini, Raharjo 2017). Pengaruh

multinasionalitas terhadap transfer pricing didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh

Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) dan Ramadhan dan Kustiani (2017) yang menunjukan hasil

bahwa multinasionalitas memiliki hubungan yang positif terhadap transfer pricing, sedangkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Waworuntu dan Hadisaputra (2016) menunjukan hasil bahwa

multinasionalitas berpengaruh negatif terhadap transfer pricing.

Ukuran perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan

transfer pricing. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi aktivitas usaha dan transaksi

keuangan yang dilakukan. Perusahaan besar akan cenderung melakukan transaksi transfer pricing.

Penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

transfer pricing adalah penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Taylor, dan Lanis (2013),

Waworuntu dan Hadisaputra (2016) dan Kusuma dan Wijaya(2017) menunjukan pengaruh ukuran

perusahaan positif terhadap transfer pricing, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan

dan Kustiani(2017) menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap transfer

pricing.

Faktor lain yang mempengaruhi transfer pricing adalah profitabilitas. Perusahaan yang memiliki

profit tinggi akan cenderung untuk melakukan transfer pricing . Ini sesuai dengan hasil penelitian dari

Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) dan Kusuma dan Wijaya (2017), namun hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani(2017) dan Waworuntu dan Hadisaputra (2016) menunjukan

bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul yaitu Determinan Praktik Transfer

pricing pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang

3
inkonsisten dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya yaitu pajak, multinasionalitas, ukuran

perusahaan dan profitabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak,

multinasionalitas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap praktik transfer pricing.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a

contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to

perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the

agent”. Maksudnya bahwa teori agensi merupakan hubungan antara agen (manajemen suatu usaha)

dan principal (pemegang saham). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak satu orang atau

lebih (prinsipal) yang memerintahkan orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama

prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

Namun, sebaliknya teori keagenan juga dapat mengimplikasikan adanya asimetri informasi. Konflik

antar kelompok atau agency conflict merupakan konflik yang timbul antara pemilik, dan manajer

perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan

perusahaan.

2.2 Transfer pricing

Transfer pricing adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer terhadap

transaksi barang, jasa, aset tidak berwujud, atau transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

(Sundari dan Susanti 2016). Menurut kementerian keuangan, transfer pricing adalah suatu kebijakan

perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud,

atau pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan.

Organization for Economic Co-operation and Development mendefinisikan transfer pricing

sebagai harga yang ditentukan di dalam transaksi antar anggota group dalam sebuah perusahaan

multinasional dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar

4
wajar, hal ini karena mereka berada pada posisi bebas untuk mengadopsi prinsip apapun yang tepat

bagi korporasinya (Wafiroh dan Hapsari,2015)

Transfer pricing dibagi menjadi dua yaitu intracompany dan intercompany transfer pricing.

Intracompany transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan.

Sedangkan intercompany transfer pricing merupakan transfer pricing antar dua perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa. Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu negara (domestic

transfer pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer pricing).

2.3 Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak

merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung

dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan

nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan

kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk

peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Menurut Mardiasmo (2013)

pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah, dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi.

2.4 Multinasionalitas

Menurut Schoell (1993), perusahaan multinasional (multinational corporation) adalah perusahaan

yang berbasis di satu negara(negara induk) dan memiliki kegiatan produksi dan pemasaran di satu

atau lebih negara asing (negara tuan rumah). Certo (1997) memberikan batasan pengertian mengenai

perusahaan multinsional sebagai sebuah perusahaan yang memiliki operasi yang signifikan pada lebih

satu negara. Jadi, perusahaan multinasional adalah sebuah organisasi yang terlibat dalam kegiatan

bisnis di tingkat internasional. Ia menjalankan kegiatannya dengan skala internasional yang tidak

5
memandang batas negara dan dipimpin oleh sebuah strategi bersama dari sebuah induk (pusat)

perusahaan. Untuk memperkuat basis globalnya, perusahaan multinasional mendirikan anak –anak

perusahaan, cabang dan perwakilan usahanya di berbagai negara dengan tujuan untuk memperkuat

aliansi strategis dan menumbuhkembangkan pangsa pasar (market share) ekspor dan impor produk-

produk mereka di berbagai negara(Pohan,2016).

2.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar kecilnya suatu objek..

Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro,

kecil dan menengah. Peraturan tersebut menjelaskan 4 (empat) jenis ukuran perusahaan yang dapat

dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat jenis ukuran

perusahaan tersebut antaralain :

a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih ≤Rp 50.000.000,- (tidak

termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan ≤ Rp300.000.000,-.

b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp50.000.000,- sampai

Rp 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah

penjualanRp300.000.000,- sampai dengan Rp2.500.000.000,-.

c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp 500.000.000,-

sampai Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan

Rp 2.500.000.000,- sampai dengan Rp50.000.000.000,-.

d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih ≥Rp 10.000.000.000,-

(tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan ≥Rp50.000.000.000,-.

2.6 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan)

dalam suatu periode tertentu. Menurut Husnan (2001), profitabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham

tertentu. Sedangkan menurut Michelle dan Megawati (2005), Profitabilitas merupakan kemampuan

6
perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.

Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan

menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991)

“Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated by return on sales, assets and

owners equity.”

2.7 Hipotesis Penelitian

2.7.1 Pengaruh Pajak Terhadap Transfer pricing

Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak yang sifatnya memaksa. Menurut

Mardiasmo (2013) pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, sedangkan bagi perusahaan pajak

merupakan hal yang merugikan karena pajak dapat mengurangi laba yang seharusnya mereka

dapatkan. Tarif pajak yang tinggi akan menyebabkan beban pajak yang dimiliki perusahaan untuk

tumbuh jadi lebih besar (Sundari dan Susanti 2016). Cara yang dapat dilakukan agar beban pajak

dapat berkurang adalah dengan mengalihkan laba ke perusahaan yang memiliki tarif pajak yang lebih

rendah dengan melakukan transfer pricing. Beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan

untuk melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut. Karena dalam

praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan

senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba (Dewinta dan

Setiawan, 2016). Perusahaan yang memiliki tingkat pajak yang tinggi akan cenderung melakukan

kegiatan transfer pricing ke anggota atau anak perusahaan yang memiliki tarif pajak yang lebih

rendah.

Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang terdahulu menunjukkan bahwa pajak berpengaruh

terhadap transfer pricing yaitu Sundari dan Susanti (2016), Saraswati dan Sujana (2017), Tiwa,

Saerang,dan Tirayoh (2017),Kusuma dan Wijaya (2017),F, Mayoman, dan Karjo (2016),Yuniasih,

7
Rasmini, dan Wirakusuma (2012) danLo, Kong, dan Wong (2010). Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis pertama penelitian ini adalah:

H1 : Pajak berpengaruh positif terhadap transfer pricing

2.7.2 Pengaruh Multinasionalitas Terhadap Transfer pricing

Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu negara di bawah

pengendalian satu pihak tertentu (Wafiroh dan Hapsari,2015). Adanya anak perusahaan yang berada

di luar negeri akan menyebabkan perbedaan tarif pajak yang dimiliki anak perusahaan dengan

perusahaan induk. Perbedaan tarif pajak tersebut dapat memotivasi manajer dalam mengambil

keputusan melakukan transfer pricing, karena dengan adanya transfer pricing perusahaan dapat

memaksimalkan laba yang dimiliki. Perusahaan multinasional akan cenderung untuk melakukan

transfer pricing dikarenakan adanya transaksi antar perusahaan pada negara berbeda (Ramadhan dan

Kustiani, 2017). Perusahaan multinasional akan melakukan transfer pricing sebagai upaya untuk

meningkatkan laba perusahaan (Rugman dan Verbeke 2007). Pengaruh multinasionalitas terhadap

transfer pricing di dukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Taylor, dan

Lanis (2013) dan Ramadhan dan Kustiani (2017). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis kedua

penelitian ini adalah:

H2 : Multinasionalitas berpengaruh positif terhadap transfer pricing

2.7.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer pricing

Ukuran perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan total aset sebagai proksi dari ukuran

perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah

mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap

memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Rachmawati dan Triatmoko,

2007). Semakin besar ukuran perusahaan, perusahaan tersebut memiliki aktivitas usaha dan transaksi

keuangan yang semakin besar dimana kemungkinan terjadinya transfer pricing akan lebih tinggi

terjadi di perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil (Ramadhan & Kustiani, 2017). Hal

8
ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Richardson et al., 2013),

(Waworuntu & Hadisaputra, 2016)dan (Kusuma & Wijaya, 2017) menunjukan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Berdasarkan rumusan diatas maka hipotesis

ketiga dari penelitian ini adalah

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap transfer pricing

2.7.4 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Transfer pricing

Investor menggunakan profitabilitas sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan

investasi yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas dapat menggambarkan kondisi

perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha

perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas

menunjukkan apakah perusahaan memiliki peluang yang baik di masa yang akan datang. Semakin

tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih terjamin.

Perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi cenderung menghindari pajak penghasilan kena

pajak yang dibayarkan untuk meningkatkan profitabilitasnya (Kusuma & Wijaya, 2017). Perusahaan-

perusahaan ini kemudian menggunakan peluang penghindaran pajak dalam mekanisme transfer

pricing untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Hal ini di dukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Kusuma & Wijaya, (2017) dan Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) menyebutkan

bahwa profitabilitas mempengaruhi transfer pricingBerdasarkan rumusan diatas maka hipotesis

keempat dalam penelitian ini adalah

H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap transfer pricing

3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan jasa yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Teknik pemilihan sampel pada penelitian kali

ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1)

9
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2015; 2) Perusahaan sampel tidak

mengalami kerugian selama tahun 2014-2016; 3) Perusahaan sampel memiliki anak perusahaan

dan/atau perusahaan afiliasi diluar negeri; dan 4) Perusahaan sampel menggunakan mata uang rupiah

dalam penyajian laporan keuangannya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan

tahunan perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 -

2016 secara berturut-turut.

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satu variabel dependen yaitu transfer

pricing dan empat variabel independen yaitu pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan, dan

profitabilitas.

3.2.1 Transfer pricing

Transfer pricing merupakan nilai yang dibebankan terhadap barang/ jasa yang ditransfer antar

pihak yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi transfer pricing dapat terjadi pada divisi-divisi

dalam satu perusahaan, antar perusahaan lokal, atau perusahaan lokal dengan perusahaan yang ada di

luar negeri (Wafiroh 2014). Transfer pricing diproksikan dengan transaksi penjualan kepada pihak

yang memiliki hubungan istimewa (Yuniasih et al., 2012). Perhitungannya dengan melihat piutang

atas transaksi pihak berelasi dibagi dengan total piutang (Kusuma & Wijaya, 2017).

Piutang Kepada Pihak Berelasi


=
Total Piutang

3.2.2 Pajak

Pajak adalah setoran wajib (dapat dipaksakan) yang dibayar berdasarkan undang-undang, tidak

mendapat balas jasa secara langsung, dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(Saraswati & Sujana, 2017). Dalam penelitian ini pajak di proksikan dengan menggunakan Effective

tax rate (ETR). Effective tax rate (ETR) merupakan sebuah persentase besaran tarif pajak yang

ditanggung oleh perusahaan (F, Mayoman dan Karjo, 2016). ETR dihitung dengan menggunakan

rasio total beban pajak penghasilan terhadap laba sebelum pajak. Beban pajak penghasilan merupakan

10
penjumlahan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih

sebelum dikurangi pajak penghasilan.

Beban Pajak
ETR =
Laba Sebelum Pajak

3.2.3 Multinasionalitas

Variabel multinasionalitas menggambarkan perusahaan yang memiliki multinasionalitas

diproksikan dengan melihat jumlah anak perusahaan diluar negeri dibagi dengan total anak

perusahaan yang dimiliki perusahaan Richardson, Taylor, dan Lanis (2013)

Jumlah anak perusahaan di luar negeri


Multinasionalitas =

3.2.4 Ukuran perusahaan

Variabel ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan jika dilihat dari nilai aset

yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan diproksikan dengan jumlah aset yang dimiliki oleh

perusahaan dengan menggunakan logaritma natural dari niai total aset yang dimiliki oleh perusahaan

dalam laporan posisi keuangan Richardson, Taylor, dan Lanis (2013)

LOG (ASSET)

3.2.5 Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan

laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas

diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA). ROA berfungsi untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004). ROA

digunakan karena dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas

perusahaan dan ROA juga dapat memperhitungkan profitabilitas(Dewinta & Setiawan, 2016).

Laba
=
Total Asset

11
3.3 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS statistic

23. Ada beberapa tahap untuk melakukan analisis data yaitu Analisis statistik deskriptif, uji asumsi

klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), uji koefisien

determinasi adjusted R-Square dan Uji t. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi liner

berganda untuk menganalisis pengaruh pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Model persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y =  + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 

Keterangan :

Y = Transfer pricing

 = Konstanta

1,2,3,4 = Koefisien regresi

X1 = Pajak

X2 = Multinasionalitas

X3 = Ukuran Perusahaan

X4 = Profitabilitas

 = eror

4. Hasil dan Diskusi


4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan variabel - variabel

penelitian secara statistik. Penelitian ini menggunakan nilai rata - rata (mean), nilai maksimum, nilai

minimum dan standar deviasi untuk menggambarkan deskripsi statistic setiap variabel. Statistik

deskriptif ini menggunakan aplikasi SPSS Statistic 23. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif

yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan deskriptif masing-masing variabel adalah sebagai

berikut :

12
Tabel 1.

Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Transfer pricing 51 .0004 .8677 .276179 .2792815
Pajak 51 .01 .46 .2383 .09197
Multinasionalitas 51 .03 1.00 .2445 .23767
Ukuran Perusahaan 51 11.59 14.42 12.8170 .73331
Profitabilitas 51 .01 .41 .1012 .08947
Valid N (listwise) 51

4.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi. Penelitian

ini menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi

normal atau tidak. Dikatakan model regresi mematuhi asumsi normalitas apabila nilai Kolmogorov

Smirnov tidak signifikan, atau lebih besar dari 0,05 (Santoso, 2014). Berdasarkan hasil uji normalitas

yang telah dilakukan menunjukan bahwa data memiliki nilai sig. 0.462 (0.462 > 0.05). Dengan

demikian kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian dinyatakan berdistribusi normal

dan bisa dilanjutkan untuk lebih lanjut.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian terhadap asumsi klasik multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya

problem multikolonieritas pada model regresi, adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk menunjukan tidak adanya problem

multikolonieritas adalah nilai Tolerance harus > 0.10 dan nilai VIF < 10. Berdasarkan hasil uji

multikolinearitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel bebas dalam model regresi tidak

saling berkolerasi. Diperoleh nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas kurang dari 10 dan nilai

tolerance berada di atas 0,10. Hal ini menunjukkan tidak adanya kolerasi antara sesama variabel

bebas dalam model regresi dan disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas di antara sesama

variabel bebas dalam model regresi yang dibentuk.

13
4.2.3 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (heteroskedastisitas).

Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independennya.

Jika variabel independen signifikan secara statistik (nilai sig > 5%) mempengaruhi variabel

independen nilai absolut residual, maka disimpulkan model regresi tidak mengandung

heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa nilai sig > 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi peningkatan transfer pricing.

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada

periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Berdasarkan uji autokorelasi

yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai DW adalah sebesar 2,219. Nilai DU pada tabel

Durbin Watson sebesar 1,7218. Nilai 4 – Du = 2,782. Sehingga terjadi kategori DU< DW < (4-Du)

atau 1,7218 < 2,219 < 2,782. Dengan demikian model yang diajukan dalam penelitian tidak terjadi

Autokorelasi.

4.3 Analisis Regresi

Untuk menguji pengaruh pajak, multinasional, ukuran perusahan dan profitabilitas terhadap

transfer pricing digunakan analisis regresi linear berganda.

Tabel 2

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Variabel B t hitung Sig t


(Constant) -2.549
Pajak .109 3.644 .001
Multinasionalitas .095 2.851 .006
Ukuran 1.330 2.544 .014
Perusahaan
Profitabilitas .074 2.737 .009

14
Berdasarkan tabel 2, maka model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = -2,549 + 0,109X1+ 0,095X2+ 1,330X3 + 0,074X4

4.4 Koefisien Determinasi (adjust. R2)

Berdasarkan uji koefisien determinasi R2 (Adjusted R Squared) yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa Variabel pajak, multinasionalitas, ukuran perusahan dan profitabilitas secara

simultan terhadap transfer pricing memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,473. Artinya 47,3%

transfer pricing dipengaruhi oleh pajak, multinasionalitas, ukuran perusahan dan profitabulutas,

sisanya sebesar 52,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

4.5 Uji T

Uji t digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara individu berpengaruh

dominan dengan taraf signifikansi 5% (Ghozali, 2009). Pengujian hipotesis dilakukan melalui regresi

yang menggunakan program SPSS Statistic 23 dengan membandingkan tingkat signifikasinya (Sig t)

masing-masing variabel independen dengan taraf sig α = 0,05.

Tabel 3

Hasil Uji T

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -2.549 1.342 -1.899 .064
Pajak .109 .030 .434 3.644 .001
Multinasionalitas .095 .033 .332 2.851 .006
Ukuran Perusahaan 1.330 .523 .297 2.544 .014
Profitabilitas .074 .027 .327 2.737 .009

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan semua variabel independen menunjukkan arah yang positif.

Keempat variabel independen yaitu pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas

menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap variabel transfer pricing karena nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0,05.

15
4.6.1 Pengaruh Pajak Terhadap Transfer pricing

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 (< 0.05) dengan

nilai koefisien positif sebesar 0,109 sehingga hipotesis pertama didukung yaitu pajak berpengaruh

positif terhadap transfer pricing. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pajak yang dimiliki

perusahaan akan semakin tinggi pula motivasi manajer dalam dalam melakukan transfer pricing.

Tingkat pajak yang tinggi menyebabkan beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan meningkat

sehingga perusahaan cenderung memilih transfer pricing sebagai alternatif untuk meminimalkan

beban pajak yang mereka bayar. Semakin tinggi tarif pajak yang diterapkan pada perusahaan, semakin

tinggi keputusan badan usaha untuk melakukan transfer pricing(Sundari dan Susanti 2016). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur

melakukan transfer pricing dengan cara mengalihkan laba perusahaan ke anak perusahaan dan atau

perusahaan afiliasi yang memiliki tarif pajak yang rendah. Praktik yang sering dilakukan adalah

dengan memperkecil harga penjualan (under invoice) (Rosa, Andini, dan Raharjo 2017) .

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Sujana (2017),

Tiwa, Saerang, dan Tirayoh (2017), Kusuma dan Wijaya(2017) Sundari dan Susanti (2016),F,

Mayoman, dan Karjo (2016) Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012)dan Lo, Kong, dan Wong

(2010)yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Akan tetapi hasil

penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mispiyanti (2015) yang

menyatakan pajak tidak berpengaruh oleh transfer pricing dan Marfuah dan Azizah (2014) yang

menyatakan bahwa pajak berpengaruh negatif terhadap transfer pricing.

4.6.2 Pengaruh Multinasionalitas Terhadap Transfer pricing

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifkansi sebesar 0,006 (< 0.05) dengan nilai

koefisien positif sebesar 0,095 sehingga hipotesis kedua didukung yaitu multinasionalitas

berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Perusahaan yang bergerak secara multinasional, secara

alami akan melakukan transaksi transfer pricing, karena adanya transaksi antar perusahaan pada

16
negara yang berbeda dan memiliki tarif pajak yang berbeda (Ramadhan dan Kustiani 2017). Gilson

dan Gordon (2003) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang melakukan bisnis multinasional, dalam

hal ini ekspor dan impor akan menghadapi berbagai jenis pajak. Adanya perbedaan beban pajak dalam

bisnis multinasional dimanfaatkan oleh manajer dalam mengambil keputusan transfer pricing.

Perusahaan multinasional akan cenderung untuk mengalihkan laba perusahaan dengan melakukan

transfer pricing.

Hasil penelitian ini mendukung penlitian sebelumnya yang dilakukan oleh Richardson,taylor dan

lanis., (2013) dan Ramadhan dan Kustiani, (2017)yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif

antara multinasionalitas suatu perusahaan terhadap transfer pricing. Akan tetapi penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Waworuntu dan Hadisaputra (2016)yang menyatakan

bahwa multinasionalitas suatu perusahaan berpengaruh negatif terhadap transfer pricing.

4.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer pricing

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifkansi sebesar 0,014 (< 0.05) dengan nilai

koefisien positif sebesar 1,330 sehingga hipotesis ketiga didukung yaitu ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Artinya bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan

maka semakin tinggi adanya praktik transfer pricing. Semakin besar ukuran perusahaan, perusahaan

tersebut memiliki aktivitas usaha dan transaksi keuangan yang semakin besar dimana kemungkinan

terjadinya transfer pricing akan lebih tinggi terjadi di perusahaan besar dibandingkan dengan

perusahaan kecil.

Hasil penlitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Taylor, dan

Lanis (2013) Waworuntu dan Hadisaputra (2016)dan Kusuma dan Wijaya (2017) menunjukan

pengaruh ukuran perusahaan positif terhadap transfer pricing. Penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani (2017) menunjukan bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap transfer pricing.

17
4.6.4 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Transfer pricing

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifkansi sebesar 0,009 (< 0.05) dengan nilai

koefisien positif sebesar 0,074 sehingga hipotesis keempat didukung yaitu profitabilitas berpengaruh

positif terhadap transfer pricing. Artinya bahwa semakin besar profitabilitas perusahaan semakin

besar praktik transfer pricing. Investor menggunakan profitabilitas sebagai salah satu dasar dalam

mengambil keputusan investasi yang akan dilakukan. Profitabilitas juga mempunyai arti penting

dalam usaha perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena

profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan memiliki peluang yang baik di masa yang akan datang.

Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih

terjamin. Perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi cenderung menghindari pajak

penghasilan kena pajak yang dibayarkan untuk meningkatkan profitabilitasnya (Kusuma & Wijaya,

2017). Perusahaan-perusahaan ini kemudian menggunakan peluang penghindaran pajak dalam

mekanisme transfer pricing untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Oleh karena itu

perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat

profitabilitas perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih terjamin. Keputusan yang

dapat diambil untuk meningkatkan profitabiitas perusahaan adalah dengan melakukan transfer

pricing.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Wijaya (2017)

dan Richardson et al.(2013) yang menunjukkan bahwa profitabilitas mempengaruhi transfer pricing.

Namun, tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani (2017) dan

Waworuntu dan Hadisaputra (2016) menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

keputusan transfer pricing .

5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap transfer

pricing. Adapun penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu : 1) Penelitian ini hanya

18
mengambil rentang waktu penelitian tiga tahun dan terbatas pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan rentang wakktu lebih lama

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat menambahkan sampel perusahaan sektor lain dan

2) Penelitian ini hanya menghasilkan koefisien determinasi sebesar 47,3%. Oleh karena itu, ada

variabel lain yang mungkin berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk melakukan transfer

pricing. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang mempengaruhi transfer

pricing yaitu kepemilikan asing dan lain-lain.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah agar dapat

menyusun kesepakatan harga transfer pricing (APA) antara wajib pajak dengan Direktorat Jendral

Pajak mengenai harga jual wajar produk yag dihasilkan kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan

istimewa yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transfer pricing pada

perusahaan multinasional.

19
DAFTAR REFERENSI

Certo, S.C. 1997. Modern Management Diversity, Quality, Ethics, And The Global Environment. Seventh
Edition. New Jersey : PrenticeHall International, Inc

Dewinta, Ida Ayu Rosa., dan Putu Ery Setiawan.2016. "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, Laverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance". E-Jurnal Universitas
Udayana 14(3):1584–1613.

Donaldson, L., & Davis, J. H. 1991. Stewardship theory or agency theory: CEO governance and shareholder
returns. Australian Journal of Management, 16: 49-64.

F, Dwi Noviastika ., Yuniadi Mayoman, dan Suhartini Karjo. 2016. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan
Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer pricing pada Peerusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi pada Bursa Efek Indonesia yang Berkaitan
dengan Perusahaan Asing".Jurnal Perpajakan8(1):1–9.

Jensen & Mecking. 1976. "The Theory of the Firm : Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership
Structure.Journal of Financial and Economics, 3:305-306.

Karomatunnisa, Ichda Rizqoh.2016."Peran Organization for Economic and Development Dalam


Menanggunglangi Tax Crime di Indonesia Studi Kasus: Transfer pricing di Indonesia Tahun 2003-
2012".Jurnal of International Relation 2 (4):311–318.

Kusuma, Hadri, danBhayu Wijaya. 2017. "Drivers of the Intensity of Transfer pricing : An Indonesian
Evidence". Paper dipresentasikan di the Second American Academic Research Conference, New York,
USA28-30 April.

Lingga, Ita Salsalina. 2012. "Aspek Perpajakan dalam Transfer pricing dan Problematika Praktik Penghindaran
Pajak ( Tax Avoidance )".1(3):209–220.

Lo, Agnes W Y., Raymond M K Wong, dan Michael Firth. 2010. "Tax, Financial Reporting, Incentives for
Income Shifting : An Empirical Analysis of the Transfer pricing Behavior of Chinese-Listed Companies".
Journal of the American Taxation Association32(2):1–26. doi: 10.2308/jata.2010.32.2.1.

Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Revisi 2013. Yogyakarta : Andi

Marfuah, dan Andi Puren Nur Azizah. 2014. "Pengaruh pajak, Tunneling Incentive dan Exchange Rate pada
keputusan Transfer pricing Perusahaan". Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesi 18(2):156-165.
doi:10.20885/jaai.vol18.iss2.art6

Mispiyanti. 2015. "Pengaruh Pajak , Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer
pricing".Jurnal Akuntansi dan Investasi 16(1):62-73.

Ramadhan, Muhammad Rheza, danNur Aisyah Kustiani. 2017. "Faktor-Faktor Penentu Agresivitas Transfer
pricing". Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, 4(1):549–564.

Richardson, Grant., Grantley Taylor, dan Roman Lanis. 2013. "Determinants of transfer pricing
aggressiveness : Empirical evidence from Australian firms". Journal of Contemporary Accounting and
Economics9(2):136–150.doi: 10.1016/j.jcae.2013.06.002

Rosa, Ria., Rita Andini, danKharis Raharjo. 2017. "Pengaruh Pajak, Tunneling Insentive, Mekanisme Bonus,
Debt Covenant dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Transaksi Transfer pricing".

Rugman, Alan M., dan Alain Verbeke. 2007. Internalization Theory and Its Impact on the Field of International
Business. Research in Global Strategic Management, 14, 1-28.

Saraswati, Gusti Ayu Ray Surya, dan I Ketut Sujana. 2017. "Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling
Incentive pada Indikasi Melakukan Transfer pricing". E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana19(2):1000–1029.

Sugiharto, Denny. 2015. "Prahara Pajak Raja Otomotif". Kompas.com.https://investigasi.tempo.co/toyota/

20
Susetyo, Budi. 2009. Menuju Teori Stewardship Manajemen. Jurnal Permana. Vol. 1 No.1.

Pohan. Chairil Anwar. 2016. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.

Stephanie, Sistomo, danRamot P. Simanjuntak. 2017. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Transfer pricing pada Perusahaan Manufaktur di BEI".Fundamental Management Journal2(1):63–69.

Sundari, Batsyeba., danYugi Susanti. 2016. "Transfer pricing Practices: Empirical evidence from
Manufacturing Companies in Indonesia". Asia-Pasific Management Accounting Journal11(2):25–39.

Tiwa, Evan Maxentia., David P E Saerang Saerang, danVictorina Z Tirayoh. 2017. "Pengaruh Pajak dan
Kepemilikan Asing Terhadap Penerapan Transfer pricing pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2013-2015", Jurnal Ekonomi dan Bisnis 5(2):2666–2675.

Wafiroh, Novi Lailiyul.,dan Niken Nindya Hapsari . 2015. "Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus
pada Keputusan Transfer pricing". El-Muhasaba6(2):157–168.

Waworuntu S., dan Hadisaputra R. 2016. "Determinants of Transfer pricing Aggressiveness in Indonesia".
Pertanika Journal Social Sciences dan Humanities 24(S):95–110.

William Schoell F, Garry Dessler, John A.Reinecke, 1993, Introduction to Business, Boston, Allyn and Bacon.

Yuniasih, Ni Wayan., Ni Ketut Rasmini, dan Made Gede Wirakusuma. 2012). "Pengaruh Pajak dan Tunneling
Incentive pada Keputuan Transfer pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia".

21

Anda mungkin juga menyukai