Abstract
Transfer pricing practices mostly done by multinational companies in order to minimize tax
payments to the state. As a result, Indonesia has the potential to lose tax revenue up to Rp100
trillion per year. The purpose of this study is to analyze the effect of tax, multinationality, firm
size and profitability to transfer pricing. This study is a quantitative research. The
populations of this study are the manufacturing sector companies listed on the Indonesia
Stock Exchange 2014-2016. The number of samples consist of 51 company with using
purposive sampling method. The data used in this study is secondary data derived from
annual report year 2014-2016 of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange and the data were analyzed using multiple regressions by means of SPSS. The
results of this study show that the variable of tax, multinationality, firm size, and profitability
have significant positive effect on transfer pricing practise in manufacturing companies.
Transfer pricing adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer transaksi barang,
jasa, aset tidak berwujud, atau transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan (Sundari dan
Susanti 2016). Pada awalnya tujuan dari adanya transfer pricing adalah untuk menilai kinerja antar
anggota atau divisi perusahaan, namun dalam perkembangannya, praktik transfer pricing
dimanfaatkan sebagai bagian dari perencanaan pajak perusahaan untuk meminimalkan beban pajak
yang dibayar melalui rekayasa harga antarperusahaan yang memiliki hubungan istimewa (Stephanie,
Di Indonesia, transfer pricing diatur dalam Pasal 18 Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang pajak penghasilan. Peraturan tersebut memuat beberapa hal, yaitu pengertian hubungan
istimewa, wewenang menentukan perbandingan utang dan modal, dan wewenang untuk melakukan
koreksi dalam transaksi yang tidak arm’s length. Arm’s length yaitu harga atau laba atas transaksi
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan
pasar, sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar. Adanya hubungan istimewa
dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu
transaksi usaha.
Apple, Nestle, Unilever, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Coca Cola Indonesia
adalah beberapa perusahaan manufaktur yang menyalahgunakan transfer pricing. PT Toyota Motor
Manufacturing Indonesia melakukan penghindaran pembayaran pajak senilai Rp 1,2 triliun dengan
memanfaatkan transfer pricing. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia memanfaatkan skema jual
beli, dengan menjual harga yang lebih rendah di bawah harga pasar kepada Toyota Asia Pasifik
Singapura yang merupakan perusahaan terafiliasi, kemudian pihak Toyota Asia Pasifik Singapura
menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Adanya tarif pajak yang lebih rendah di negara
Singapura yaitu sebesar 15% dibandingkan di Indonesia sebesar 25%, dimanfaatkan oleh PT Toyota
1
Dalam rentang waktu 2003 – 2012, jumlah uang yang keluar dari Indonesia yang disebabkan oleh
praktik transfer pricing sebesar US $ 152, 154 Milliar. (Global Financial Integrity, 2014 dalam
Karomatunnisa, 2016). Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak, bahwa praktik transfer
pricing dari tahun 2012 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk mencegah praktik
penghindaran pajak dengan transfer pricing yang terus meningkat pemerintah mengeluarkan
peraturan mengenai dokumentasi transfer pricing yang diatur dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan manajer untuk melakukan transfer
pricing, diantaranya adalah pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Pajak
merupakan sumber pendapatan negara terbesar untuk membiayai semua pengeluaran negara termasuk
pengeluaran pembangunan (Rosa, Andini, dan Raharjo, 2017). Akan tetapi bagi perusahaan pajak
merupakan beban yang dapat mengurangi laba perusahaan. Tarif pajak yang tinggi akan
menyebabkan beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi semakin besar (Sundari dan Susanti
2016). Cara yang dapat dilakukan agar beban pajak dapat berkurang adalah dengan mengalihkan laba
ke perusahaan yang memiliki tarif pajak yang lebih rendah dengan melakukan transfer pricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Stephanie, Sistomo, dan Simanjuntak (2017),Saraswati dan Sujana
(2017), Tiwa, Saerang, dan Tirayoh (2017), Kusuma dan Wijaya (2017),F, Mayoman, dan Karjo
(2016),Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012) dan Lo, Kong, dan Wong (2010) berhasil
membuktikan bahwa pajak mempengaruhi transfer pricing, namun ada beberapa penelitian lain yang
menunjukan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap transfer pricing yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Mispiyanti (2015). Sedangkan penelitian Marfuah dan Azizah (2014) menunjukan bahwa pajak
Perusahaan yang memiliki anak perusahaan atau perusahaan afiliasi yang berada di luar negeri
akan cenderung untuk melakukan transfer pricing, karena adanya perbedaan tarif pajak antar
perusahaan induk dengan perusahaan anak yang berada diluar negeri. Skema transfer pricing yang
sering dilakukan oleh banyak perusahaan multinasional adalah dengan cara mengalihkan laba mereka
2
dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara yang tarif pajaknya rendah (Lingga, 2012). Karena
peraturan dan tarif pajak disetiap negara berbeda-beda, hal tersebut menjadi dasar perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak dengan mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing, yaitu
memperbesar harga pembelian atau biaya (over income) atau memperkecil harga penjualan (under
invoice) (ilyas dan suhartono, 2009:93 dalam Rosa, Andini, Raharjo 2017). Pengaruh
multinasionalitas terhadap transfer pricing didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh
Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) dan Ramadhan dan Kustiani (2017) yang menunjukan hasil
bahwa multinasionalitas memiliki hubungan yang positif terhadap transfer pricing, sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Waworuntu dan Hadisaputra (2016) menunjukan hasil bahwa
Ukuran perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan
transfer pricing. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi aktivitas usaha dan transaksi
keuangan yang dilakukan. Perusahaan besar akan cenderung melakukan transaksi transfer pricing.
Penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
transfer pricing adalah penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Taylor, dan Lanis (2013),
Waworuntu dan Hadisaputra (2016) dan Kusuma dan Wijaya(2017) menunjukan pengaruh ukuran
perusahaan positif terhadap transfer pricing, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan
dan Kustiani(2017) menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap transfer
pricing.
Faktor lain yang mempengaruhi transfer pricing adalah profitabilitas. Perusahaan yang memiliki
profit tinggi akan cenderung untuk melakukan transfer pricing . Ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) dan Kusuma dan Wijaya (2017), namun hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani(2017) dan Waworuntu dan Hadisaputra (2016) menunjukan
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul yaitu Determinan Praktik Transfer
pricing pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang
3
inkonsisten dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya yaitu pajak, multinasionalitas, ukuran
perusahaan dan profitabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak,
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a
contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to
perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the
agent”. Maksudnya bahwa teori agensi merupakan hubungan antara agen (manajemen suatu usaha)
dan principal (pemegang saham). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak satu orang atau
lebih (prinsipal) yang memerintahkan orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
Namun, sebaliknya teori keagenan juga dapat mengimplikasikan adanya asimetri informasi. Konflik
antar kelompok atau agency conflict merupakan konflik yang timbul antara pemilik, dan manajer
perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan
perusahaan.
Transfer pricing adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer terhadap
transaksi barang, jasa, aset tidak berwujud, atau transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan
(Sundari dan Susanti 2016). Menurut kementerian keuangan, transfer pricing adalah suatu kebijakan
perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud,
sebagai harga yang ditentukan di dalam transaksi antar anggota group dalam sebuah perusahaan
multinasional dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar
4
wajar, hal ini karena mereka berada pada posisi bebas untuk mengadopsi prinsip apapun yang tepat
Transfer pricing dibagi menjadi dua yaitu intracompany dan intercompany transfer pricing.
Intracompany transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan.
Sedangkan intercompany transfer pricing merupakan transfer pricing antar dua perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa. Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu negara (domestic
transfer pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer pricing).
2.3 Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak
merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung
dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan
kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk
peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Menurut Mardiasmo (2013)
pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
2.4 Multinasionalitas
yang berbasis di satu negara(negara induk) dan memiliki kegiatan produksi dan pemasaran di satu
atau lebih negara asing (negara tuan rumah). Certo (1997) memberikan batasan pengertian mengenai
perusahaan multinsional sebagai sebuah perusahaan yang memiliki operasi yang signifikan pada lebih
satu negara. Jadi, perusahaan multinasional adalah sebuah organisasi yang terlibat dalam kegiatan
bisnis di tingkat internasional. Ia menjalankan kegiatannya dengan skala internasional yang tidak
5
memandang batas negara dan dipimpin oleh sebuah strategi bersama dari sebuah induk (pusat)
perusahaan. Untuk memperkuat basis globalnya, perusahaan multinasional mendirikan anak –anak
perusahaan, cabang dan perwakilan usahanya di berbagai negara dengan tujuan untuk memperkuat
aliansi strategis dan menumbuhkembangkan pangsa pasar (market share) ekspor dan impor produk-
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar kecilnya suatu objek..
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil dan menengah. Peraturan tersebut menjelaskan 4 (empat) jenis ukuran perusahaan yang dapat
dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat jenis ukuran
a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih ≤Rp 50.000.000,- (tidak
b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp50.000.000,- sampai
c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp 500.000.000,-
sampai Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan
d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih ≥Rp 10.000.000.000,-
(tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan ≥Rp50.000.000.000,-.
2.6 Profitabilitas
dalam suatu periode tertentu. Menurut Husnan (2001), profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham
tertentu. Sedangkan menurut Michelle dan Megawati (2005), Profitabilitas merupakan kemampuan
6
perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.
menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991)
“Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated by return on sales, assets and
owners equity.”
Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak yang sifatnya memaksa. Menurut
Mardiasmo (2013) pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, sedangkan bagi perusahaan pajak
merupakan hal yang merugikan karena pajak dapat mengurangi laba yang seharusnya mereka
dapatkan. Tarif pajak yang tinggi akan menyebabkan beban pajak yang dimiliki perusahaan untuk
tumbuh jadi lebih besar (Sundari dan Susanti 2016). Cara yang dapat dilakukan agar beban pajak
dapat berkurang adalah dengan mengalihkan laba ke perusahaan yang memiliki tarif pajak yang lebih
rendah dengan melakukan transfer pricing. Beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan
untuk melakukan transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut. Karena dalam
praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan
senantiasa berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba (Dewinta dan
Setiawan, 2016). Perusahaan yang memiliki tingkat pajak yang tinggi akan cenderung melakukan
kegiatan transfer pricing ke anggota atau anak perusahaan yang memiliki tarif pajak yang lebih
rendah.
Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang terdahulu menunjukkan bahwa pajak berpengaruh
terhadap transfer pricing yaitu Sundari dan Susanti (2016), Saraswati dan Sujana (2017), Tiwa,
Saerang,dan Tirayoh (2017),Kusuma dan Wijaya (2017),F, Mayoman, dan Karjo (2016),Yuniasih,
7
Rasmini, dan Wirakusuma (2012) danLo, Kong, dan Wong (2010). Berdasarkan uraian tersebut maka
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu negara di bawah
pengendalian satu pihak tertentu (Wafiroh dan Hapsari,2015). Adanya anak perusahaan yang berada
di luar negeri akan menyebabkan perbedaan tarif pajak yang dimiliki anak perusahaan dengan
perusahaan induk. Perbedaan tarif pajak tersebut dapat memotivasi manajer dalam mengambil
keputusan melakukan transfer pricing, karena dengan adanya transfer pricing perusahaan dapat
memaksimalkan laba yang dimiliki. Perusahaan multinasional akan cenderung untuk melakukan
transfer pricing dikarenakan adanya transaksi antar perusahaan pada negara berbeda (Ramadhan dan
Kustiani, 2017). Perusahaan multinasional akan melakukan transfer pricing sebagai upaya untuk
meningkatkan laba perusahaan (Rugman dan Verbeke 2007). Pengaruh multinasionalitas terhadap
transfer pricing di dukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Taylor, dan
Lanis (2013) dan Ramadhan dan Kustiani (2017). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis kedua
Ukuran perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan total aset sebagai proksi dari ukuran
perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah
mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Rachmawati dan Triatmoko,
2007). Semakin besar ukuran perusahaan, perusahaan tersebut memiliki aktivitas usaha dan transaksi
keuangan yang semakin besar dimana kemungkinan terjadinya transfer pricing akan lebih tinggi
terjadi di perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil (Ramadhan & Kustiani, 2017). Hal
8
ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Richardson et al., 2013),
(Waworuntu & Hadisaputra, 2016)dan (Kusuma & Wijaya, 2017) menunjukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Berdasarkan rumusan diatas maka hipotesis
Investor menggunakan profitabilitas sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan
investasi yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas dapat menggambarkan kondisi
perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha
menunjukkan apakah perusahaan memiliki peluang yang baik di masa yang akan datang. Semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih terjamin.
Perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi cenderung menghindari pajak penghasilan kena
pajak yang dibayarkan untuk meningkatkan profitabilitasnya (Kusuma & Wijaya, 2017). Perusahaan-
perusahaan ini kemudian menggunakan peluang penghindaran pajak dalam mekanisme transfer
pricing untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Hal ini di dukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma & Wijaya, (2017) dan Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) menyebutkan
3. Metode Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan jasa yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Teknik pemilihan sampel pada penelitian kali
ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1)
9
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2015; 2) Perusahaan sampel tidak
mengalami kerugian selama tahun 2014-2016; 3) Perusahaan sampel memiliki anak perusahaan
dan/atau perusahaan afiliasi diluar negeri; dan 4) Perusahaan sampel menggunakan mata uang rupiah
dalam penyajian laporan keuangannya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan
tahunan perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 -
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satu variabel dependen yaitu transfer
pricing dan empat variabel independen yaitu pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas.
Transfer pricing merupakan nilai yang dibebankan terhadap barang/ jasa yang ditransfer antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa. Transaksi transfer pricing dapat terjadi pada divisi-divisi
dalam satu perusahaan, antar perusahaan lokal, atau perusahaan lokal dengan perusahaan yang ada di
luar negeri (Wafiroh 2014). Transfer pricing diproksikan dengan transaksi penjualan kepada pihak
yang memiliki hubungan istimewa (Yuniasih et al., 2012). Perhitungannya dengan melihat piutang
atas transaksi pihak berelasi dibagi dengan total piutang (Kusuma & Wijaya, 2017).
3.2.2 Pajak
Pajak adalah setoran wajib (dapat dipaksakan) yang dibayar berdasarkan undang-undang, tidak
mendapat balas jasa secara langsung, dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Saraswati & Sujana, 2017). Dalam penelitian ini pajak di proksikan dengan menggunakan Effective
tax rate (ETR). Effective tax rate (ETR) merupakan sebuah persentase besaran tarif pajak yang
ditanggung oleh perusahaan (F, Mayoman dan Karjo, 2016). ETR dihitung dengan menggunakan
rasio total beban pajak penghasilan terhadap laba sebelum pajak. Beban pajak penghasilan merupakan
10
penjumlahan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih
Beban Pajak
ETR =
Laba Sebelum Pajak
3.2.3 Multinasionalitas
diproksikan dengan melihat jumlah anak perusahaan diluar negeri dibagi dengan total anak
Variabel ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan jika dilihat dari nilai aset
yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan diproksikan dengan jumlah aset yang dimiliki oleh
perusahaan dengan menggunakan logaritma natural dari niai total aset yang dimiliki oleh perusahaan
LOG (ASSET)
3.2.5 Profitabilitas
laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas
diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA). ROA berfungsi untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004). ROA
digunakan karena dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas
perusahaan dan ROA juga dapat memperhitungkan profitabilitas(Dewinta & Setiawan, 2016).
Laba
=
Total Asset
11
3.3 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS statistic
23. Ada beberapa tahap untuk melakukan analisis data yaitu Analisis statistik deskriptif, uji asumsi
klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), uji koefisien
determinasi adjusted R-Square dan Uji t. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi liner
berganda untuk menganalisis pengaruh pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas.
Keterangan :
Y = Transfer pricing
= Konstanta
X1 = Pajak
X2 = Multinasionalitas
X3 = Ukuran Perusahaan
X4 = Profitabilitas
= eror
penelitian secara statistik. Penelitian ini menggunakan nilai rata - rata (mean), nilai maksimum, nilai
minimum dan standar deviasi untuk menggambarkan deskripsi statistic setiap variabel. Statistik
deskriptif ini menggunakan aplikasi SPSS Statistic 23. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan deskriptif masing-masing variabel adalah sebagai
berikut :
12
Tabel 1.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi. Penelitian
ini menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi
normal atau tidak. Dikatakan model regresi mematuhi asumsi normalitas apabila nilai Kolmogorov
Smirnov tidak signifikan, atau lebih besar dari 0,05 (Santoso, 2014). Berdasarkan hasil uji normalitas
yang telah dilakukan menunjukan bahwa data memiliki nilai sig. 0.462 (0.462 > 0.05). Dengan
demikian kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian dinyatakan berdistribusi normal
Pengujian terhadap asumsi klasik multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya
problem multikolonieritas pada model regresi, adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk menunjukan tidak adanya problem
multikolonieritas adalah nilai Tolerance harus > 0.10 dan nilai VIF < 10. Berdasarkan hasil uji
multikolinearitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel bebas dalam model regresi tidak
saling berkolerasi. Diperoleh nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas kurang dari 10 dan nilai
tolerance berada di atas 0,10. Hal ini menunjukkan tidak adanya kolerasi antara sesama variabel
bebas dalam model regresi dan disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas di antara sesama
13
4.2.3 Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (heteroskedastisitas).
Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independennya.
Jika variabel independen signifikan secara statistik (nilai sig > 5%) mempengaruhi variabel
independen nilai absolut residual, maka disimpulkan model regresi tidak mengandung
bahwa nilai sig > 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi peningkatan transfer pricing.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada
periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Berdasarkan uji autokorelasi
yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai DW adalah sebesar 2,219. Nilai DU pada tabel
Durbin Watson sebesar 1,7218. Nilai 4 – Du = 2,782. Sehingga terjadi kategori DU< DW < (4-Du)
atau 1,7218 < 2,219 < 2,782. Dengan demikian model yang diajukan dalam penelitian tidak terjadi
Autokorelasi.
Untuk menguji pengaruh pajak, multinasional, ukuran perusahan dan profitabilitas terhadap
Tabel 2
14
Berdasarkan tabel 2, maka model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = -2,549 + 0,109X1+ 0,095X2+ 1,330X3 + 0,074X4
menunjukkan bahwa Variabel pajak, multinasionalitas, ukuran perusahan dan profitabilitas secara
simultan terhadap transfer pricing memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,473. Artinya 47,3%
transfer pricing dipengaruhi oleh pajak, multinasionalitas, ukuran perusahan dan profitabulutas,
sisanya sebesar 52,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
4.5 Uji T
dominan dengan taraf signifikansi 5% (Ghozali, 2009). Pengujian hipotesis dilakukan melalui regresi
yang menggunakan program SPSS Statistic 23 dengan membandingkan tingkat signifikasinya (Sig t)
Tabel 3
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -2.549 1.342 -1.899 .064
Pajak .109 .030 .434 3.644 .001
Multinasionalitas .095 .033 .332 2.851 .006
Ukuran Perusahaan 1.330 .523 .297 2.544 .014
Profitabilitas .074 .027 .327 2.737 .009
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan semua variabel independen menunjukkan arah yang positif.
Keempat variabel independen yaitu pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas
menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap variabel transfer pricing karena nilai
15
4.6.1 Pengaruh Pajak Terhadap Transfer pricing
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 (< 0.05) dengan
nilai koefisien positif sebesar 0,109 sehingga hipotesis pertama didukung yaitu pajak berpengaruh
positif terhadap transfer pricing. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pajak yang dimiliki
perusahaan akan semakin tinggi pula motivasi manajer dalam dalam melakukan transfer pricing.
Tingkat pajak yang tinggi menyebabkan beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan meningkat
sehingga perusahaan cenderung memilih transfer pricing sebagai alternatif untuk meminimalkan
beban pajak yang mereka bayar. Semakin tinggi tarif pajak yang diterapkan pada perusahaan, semakin
tinggi keputusan badan usaha untuk melakukan transfer pricing(Sundari dan Susanti 2016). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi pajak menjadi salah satu alasan perusahaan manufaktur
melakukan transfer pricing dengan cara mengalihkan laba perusahaan ke anak perusahaan dan atau
perusahaan afiliasi yang memiliki tarif pajak yang rendah. Praktik yang sering dilakukan adalah
dengan memperkecil harga penjualan (under invoice) (Rosa, Andini, dan Raharjo 2017) .
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Sujana (2017),
Tiwa, Saerang, dan Tirayoh (2017), Kusuma dan Wijaya(2017) Sundari dan Susanti (2016),F,
Mayoman, dan Karjo (2016) Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012)dan Lo, Kong, dan Wong
(2010)yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Akan tetapi hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mispiyanti (2015) yang
menyatakan pajak tidak berpengaruh oleh transfer pricing dan Marfuah dan Azizah (2014) yang
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifkansi sebesar 0,006 (< 0.05) dengan nilai
koefisien positif sebesar 0,095 sehingga hipotesis kedua didukung yaitu multinasionalitas
berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Perusahaan yang bergerak secara multinasional, secara
alami akan melakukan transaksi transfer pricing, karena adanya transaksi antar perusahaan pada
16
negara yang berbeda dan memiliki tarif pajak yang berbeda (Ramadhan dan Kustiani 2017). Gilson
dan Gordon (2003) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang melakukan bisnis multinasional, dalam
hal ini ekspor dan impor akan menghadapi berbagai jenis pajak. Adanya perbedaan beban pajak dalam
bisnis multinasional dimanfaatkan oleh manajer dalam mengambil keputusan transfer pricing.
Perusahaan multinasional akan cenderung untuk mengalihkan laba perusahaan dengan melakukan
transfer pricing.
Hasil penelitian ini mendukung penlitian sebelumnya yang dilakukan oleh Richardson,taylor dan
lanis., (2013) dan Ramadhan dan Kustiani, (2017)yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif
antara multinasionalitas suatu perusahaan terhadap transfer pricing. Akan tetapi penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Waworuntu dan Hadisaputra (2016)yang menyatakan
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifkansi sebesar 0,014 (< 0.05) dengan nilai
koefisien positif sebesar 1,330 sehingga hipotesis ketiga didukung yaitu ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Artinya bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan
maka semakin tinggi adanya praktik transfer pricing. Semakin besar ukuran perusahaan, perusahaan
tersebut memiliki aktivitas usaha dan transaksi keuangan yang semakin besar dimana kemungkinan
terjadinya transfer pricing akan lebih tinggi terjadi di perusahaan besar dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
Hasil penlitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richardson, Taylor, dan
Lanis (2013) Waworuntu dan Hadisaputra (2016)dan Kusuma dan Wijaya (2017) menunjukan
pengaruh ukuran perusahaan positif terhadap transfer pricing. Penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani (2017) menunjukan bahwa ukuran
17
4.6.4 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Transfer pricing
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai signifkansi sebesar 0,009 (< 0.05) dengan nilai
koefisien positif sebesar 0,074 sehingga hipotesis keempat didukung yaitu profitabilitas berpengaruh
positif terhadap transfer pricing. Artinya bahwa semakin besar profitabilitas perusahaan semakin
besar praktik transfer pricing. Investor menggunakan profitabilitas sebagai salah satu dasar dalam
mengambil keputusan investasi yang akan dilakukan. Profitabilitas juga mempunyai arti penting
dalam usaha perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena
profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan memiliki peluang yang baik di masa yang akan datang.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih
terjamin. Perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi cenderung menghindari pajak
penghasilan kena pajak yang dibayarkan untuk meningkatkan profitabilitasnya (Kusuma & Wijaya,
mekanisme transfer pricing untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Oleh karena itu
perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih terjamin. Keputusan yang
dapat diambil untuk meningkatkan profitabiitas perusahaan adalah dengan melakukan transfer
pricing.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Wijaya (2017)
dan Richardson et al.(2013) yang menunjukkan bahwa profitabilitas mempengaruhi transfer pricing.
Namun, tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani (2017) dan
Waworuntu dan Hadisaputra (2016) menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pajak, multinasionalitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap transfer
pricing. Adapun penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu : 1) Penelitian ini hanya
18
mengambil rentang waktu penelitian tiga tahun dan terbatas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan rentang wakktu lebih lama
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat menambahkan sampel perusahaan sektor lain dan
2) Penelitian ini hanya menghasilkan koefisien determinasi sebesar 47,3%. Oleh karena itu, ada
variabel lain yang mungkin berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang mempengaruhi transfer
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah agar dapat
menyusun kesepakatan harga transfer pricing (APA) antara wajib pajak dengan Direktorat Jendral
Pajak mengenai harga jual wajar produk yag dihasilkan kepada pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transfer pricing pada
perusahaan multinasional.
19
DAFTAR REFERENSI
Certo, S.C. 1997. Modern Management Diversity, Quality, Ethics, And The Global Environment. Seventh
Edition. New Jersey : PrenticeHall International, Inc
Dewinta, Ida Ayu Rosa., dan Putu Ery Setiawan.2016. "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, Laverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance". E-Jurnal Universitas
Udayana 14(3):1584–1613.
Donaldson, L., & Davis, J. H. 1991. Stewardship theory or agency theory: CEO governance and shareholder
returns. Australian Journal of Management, 16: 49-64.
F, Dwi Noviastika ., Yuniadi Mayoman, dan Suhartini Karjo. 2016. "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan
Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer pricing pada Peerusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi pada Bursa Efek Indonesia yang Berkaitan
dengan Perusahaan Asing".Jurnal Perpajakan8(1):1–9.
Jensen & Mecking. 1976. "The Theory of the Firm : Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership
Structure.Journal of Financial and Economics, 3:305-306.
Kusuma, Hadri, danBhayu Wijaya. 2017. "Drivers of the Intensity of Transfer pricing : An Indonesian
Evidence". Paper dipresentasikan di the Second American Academic Research Conference, New York,
USA28-30 April.
Lingga, Ita Salsalina. 2012. "Aspek Perpajakan dalam Transfer pricing dan Problematika Praktik Penghindaran
Pajak ( Tax Avoidance )".1(3):209–220.
Lo, Agnes W Y., Raymond M K Wong, dan Michael Firth. 2010. "Tax, Financial Reporting, Incentives for
Income Shifting : An Empirical Analysis of the Transfer pricing Behavior of Chinese-Listed Companies".
Journal of the American Taxation Association32(2):1–26. doi: 10.2308/jata.2010.32.2.1.
Marfuah, dan Andi Puren Nur Azizah. 2014. "Pengaruh pajak, Tunneling Incentive dan Exchange Rate pada
keputusan Transfer pricing Perusahaan". Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesi 18(2):156-165.
doi:10.20885/jaai.vol18.iss2.art6
Mispiyanti. 2015. "Pengaruh Pajak , Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer
pricing".Jurnal Akuntansi dan Investasi 16(1):62-73.
Ramadhan, Muhammad Rheza, danNur Aisyah Kustiani. 2017. "Faktor-Faktor Penentu Agresivitas Transfer
pricing". Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, 4(1):549–564.
Richardson, Grant., Grantley Taylor, dan Roman Lanis. 2013. "Determinants of transfer pricing
aggressiveness : Empirical evidence from Australian firms". Journal of Contemporary Accounting and
Economics9(2):136–150.doi: 10.1016/j.jcae.2013.06.002
Rosa, Ria., Rita Andini, danKharis Raharjo. 2017. "Pengaruh Pajak, Tunneling Insentive, Mekanisme Bonus,
Debt Covenant dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Transaksi Transfer pricing".
Rugman, Alan M., dan Alain Verbeke. 2007. Internalization Theory and Its Impact on the Field of International
Business. Research in Global Strategic Management, 14, 1-28.
Saraswati, Gusti Ayu Ray Surya, dan I Ketut Sujana. 2017. "Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling
Incentive pada Indikasi Melakukan Transfer pricing". E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana19(2):1000–1029.
20
Susetyo, Budi. 2009. Menuju Teori Stewardship Manajemen. Jurnal Permana. Vol. 1 No.1.
Pohan. Chairil Anwar. 2016. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.
Stephanie, Sistomo, danRamot P. Simanjuntak. 2017. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Transfer pricing pada Perusahaan Manufaktur di BEI".Fundamental Management Journal2(1):63–69.
Sundari, Batsyeba., danYugi Susanti. 2016. "Transfer pricing Practices: Empirical evidence from
Manufacturing Companies in Indonesia". Asia-Pasific Management Accounting Journal11(2):25–39.
Tiwa, Evan Maxentia., David P E Saerang Saerang, danVictorina Z Tirayoh. 2017. "Pengaruh Pajak dan
Kepemilikan Asing Terhadap Penerapan Transfer pricing pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2013-2015", Jurnal Ekonomi dan Bisnis 5(2):2666–2675.
Wafiroh, Novi Lailiyul.,dan Niken Nindya Hapsari . 2015. "Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus
pada Keputusan Transfer pricing". El-Muhasaba6(2):157–168.
Waworuntu S., dan Hadisaputra R. 2016. "Determinants of Transfer pricing Aggressiveness in Indonesia".
Pertanika Journal Social Sciences dan Humanities 24(S):95–110.
William Schoell F, Garry Dessler, John A.Reinecke, 1993, Introduction to Business, Boston, Allyn and Bacon.
Yuniasih, Ni Wayan., Ni Ketut Rasmini, dan Made Gede Wirakusuma. 2012). "Pengaruh Pajak dan Tunneling
Incentive pada Keputuan Transfer pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia".
21