Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PAJAK, BONUS PLAN, TUNNELING INCENTIVE,

UKURAN PERUSAHAAN, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE


(GCG) TERHADAP INDIKASI TRANSFER PRICING

Ivon Tan
121610012@student.machung.ac.id
Universitas Ma Chung Malang

Daniel Sugama Stephanus


daniel.stephanus@machung.ac.id

Universitas Ma Chung Malang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak, bonus plan, tunnelling incentive, ukuran
perusahaan, dan good corporate governance terhadap indikasi transfer pricing. Objek penelitian yang
digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2015—2017. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan alat uji SPSS.
Pada penelitian ini hasil uji Goodness of Fit menyatakan model regresi dalam penelitian ini tidak
layak. Hasil uji hipotesis dari penelitian ini menunjukkan bahwa pajak, bonus plan, tunnelling
incentive dan good corporate governance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi
transfer pricing. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi
transfer pricing. Berdasarkan hasil penelitian ini, meskipun pajak tidak berpengaruh terhadap transfer
pricing akan tetapi masalah pajak dengan praktik transfer pricing tetap perlu diperhatikan oleh
perusahaan. Sebab pajak yang besar dapat menjadi kendala dan memicu terjadinya transfer pricing.

Kata-kata kunci: Pajak, bonus plan, tunnelling incentive, ukuran perusahaan, good corporate
governance, dan transfer pricing.

Abstract

This study aims to examine the effect of taxes, bonus plans, tunneling incentives, company size, and
good corporate governance on indications of transfer pricing. The object of research used was
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in the 2015-2017 period. The
analysis technique used is multiple linear regression with SPSS test equipment. In this study the
results of the Goodness of Fit test stated the regression model in this study was not feasible.
Hypothesis test results from this study indicate that tax, bonus plan, tunneling incentive and good
corporate governance do not significantly influence the indication of transfer pricing. While the size
of the company significantly influences the indication of transfer pricing. Based on the results of this
study, although taxes do not affect transfer pricing, the problem of taxation with the practice of
transfer pricing still needs to be considered by the company. Because large taxes can become
obstacles and trigger transfer pricing.
Keywords: Tax, bonus plan, tunneling incentive, company size, good corporate governance, and
transfer pricing

PENDAHULUAN

1
Perusahaan merupakan tempat suatu kegiatan produksi berlangsung dan tempat berkumpulnya semua
faktor produksi. Sebuah perusahaan yang berjalan dan berkembang akan menghasilkan suatu profit.
Semakin besar perusahaan maka diharapkan profitnya semakin tinggi. Salah satu cara perusahaan
meningkatkan profit adalah dengan mengembangkan usahanya lebih luas. Oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan nasional saat ini berubah menjadi perusahaan-perusahaan multinasional yang
kegiatan usahanya tidak hanya terletak dalam satu negara, melainkan di beberapa negara. Hal ini
dilakukan untuk mengembangkan aktivitas bisnis mereka yang dinilai memiliki potensi keuntungan
yang lebih menjanjikan. Namun, perbedaan regulasi serta perekonomian antar negara dan keadaan
pasar internasional yang berubah-ubah menuntut perusahaan untuk beradaptasi. Salah satu hal penting
juga yang perlu diperhatikan oleh perusahaan multinasional adalah perbedaan tarif pajak dari setiap
negara. Hal tersebut juga memicu perusahaan multinasional untuk memperkecil ataupun menghindari
pajak. Oleh karena hal itu, mendorong perusahaan multinasional untuk melakukan transfer pricing.
Transfer pricing merupakan kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer atas transaksi
barang, jasa, harta tidak berwujud maupun transaksi finansial yang menjadi aktivitas perusahaan.
Transfer Pricing dapat juga diartikan sebagai besaran harga yang dibebankan satuan usaha individual
pada perseroan multi satuan usaha atas transaksi yang terjadi di antara mereka (Marisa, 2017).
Menurut Suryana (2012), tujuan dilakukannya transfer pricing, pertama untuk memanipulasi jumlah
profit sehingga pembayaran pajak dan pembagian dividen menjadi rendah. Kedua, meningkatkan
profit untuk window dressing laporan keuangan. Selain motivasi untuk menurunkan dan memperkecil
pajak, bonus plan juga memungkinkan perusahaan melakukan transfer pricing. Bonus Plan
merupakan suatu perhitungan besarnya jumlah bonus yang diberikan oleh pemilik perusahaan atau
pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham sebagai penghargaan kepada manajer yang
dianggap memunyai kinerja yang baik dan membuat perusahaan memperoleh laba setiap tahunnya
(Suryatiningsih & Sinegar, 2009).
Indikasi transfer pricing juga dapat dipengaruhi oleh tunneling incentive. Tunneling incentive
merupakan suatu perilaku dari pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan laba perusahaan
demi keuntungan mereka sendiri, namun pemegang saham minoritas ikut menanggung biaya mereka
yang dibebankan (Hartati, 2015). Transfer aset dan profit dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya adalah dengan transfer pricing. Timbulnya tunneling incentive ini karena adanya masalah
keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Hal ini tercipta
karena adanya kepentingan dan tujuan yang berbeda oleh masing-masing pihak. Faktor lain yang
memungkinkan perusahaan melakukan transfer pricing adalah ukuran perusahaan. Ukuran
perusahaan adalah skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan.
Pengklasifikasian besar atau kecilnya perusahaan dapat diukur dengan jumlah total aset, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Perusahaan dikatakan sebagai perusahaan besar apabila jumlah aset yang
dimilikinya juga besar. Demikian pula sebaliknya, perusahaan dikatakan kecil, apabila total aset yang
dimilikinya sedikit (Sulistiono, 2010). Ukuran perusahaan dapat menentukan terjadinya praktik
transfer pricing. Pada perusahaan yang lebih besar akan menutut perolehan laba yang semaksimal
mungkin dengan tarif pajak yang serendah mungkin. Oleh karena itu, ukuran perusahaan dapat
mendorong dilakukannya transfer pricing.
Faktor lain yang mampu memungkinkan perusahaan dalam mengambil keputusan melakukan transfer
pricing adalah good corporate governance. IICG (The Indonesian Institute for Corporate
Governance) mendifinisikan konsep good corporate governance sebagai serangkaian mekanisme
untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Sistem corporate governance yang baik
akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh
kembali atas investasi dengan wajar, tepat, dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa
manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (Bukhori,

2
2012). Perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik akanmempertimbangkan segala kegiatannya
terutama untuk kegiatan yang menyimpang dari aturan. Hal ini dapat dapat memungkinkan good
corporate governance dapat menjadi alasan perusahaan melakukan transfer pricing.
Saraswati & Sujana (2017) telah menguji tentang pengaruh pajak, bonus plan, dan tunneling incentive
terhadap indikasi melakukan transfer pricing, yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa pajak dan
tunneling incentive berpengaruh positif dan signifikan terhadap transfer pricing. Penelitian ini
menunjukan bahwa suatu perusahaan karena ingin menghindari pajak, melakukan transaksi
mentransfer kekayaannya pada anak perusahaan yang berada di negara berbeda sehingga membuat
laba turun dan akhirnya dapat menyusutkan pengeluaran pajak.
Hasil penelitian Saraswati & Sujana (2017) menunjukkan tunneling incentive menunjukkan pengaruh
positif dan signifikan padakeputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing, yang dalam hal
ini suatu perusahaan terdapat pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas yang
memiliki kepentingan berbeda. Pemegang saham mayoritas ingin mendapatkan laba setinggi mungkin
dengan mengorbankan kepentingan saham minoritas. Seperti pemegang saham mayoritas melakukan
transfer aset dan laba tetapi pemegang saham mayoritas ikut menanggung pembebanaan biayanya
padahal transfer tersebut hanya menguntungkan bagi pemegang saham mayoritas. Hal ini dapat
dilakukan dengan tunneling incentive dengan melakukan transaksi transfer pricing untuk
meningkatkan keuntungan pribadi pemegang saham minoritas.
Hasil penelitian Saraswati & Sujana (2017) menunjukkan bonus plan tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Penelitian ini menunjukkan bahwa
bonus yang diterima manajer dari besarnya laba perusahaan tidak memiliki hubungan sama sekali
dengan indikasi perusahaan melakukan transfer pricing. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebesar
apapun bonus yang diterima oleh manajer tidak dapat memengaruhi terjadinya indikasi transfer
pricing.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Noviastika, Mayoman, & Karjo (2016) tentang pengaruh pajak,
tunneling incentive, dan good corporate governance terhadap indikasi melakukan transfer pricing
yang hasil penelitiannya sama seperti penelitian sebelumnya yaitu pajak dan tunneling incentive
berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing. Perbedaan antara
penelitian ini dan sebelumnya adalah dalam penelitian ini terdapat good corporate governance. Dari
penelitian Noviastika, Mayoman, & Karjo (2016), membuktikan bahwa good corporate governance
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap indikasi perusahaan melakukan transfer pricing.
Sedangkan hasil penelitian dari Rosa, Andini, & Raharjo (2017), membuktikan bahwa good corporate
governance berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi transfer pricing.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal apa saja yang memengaruhi perusahaan dalam melakukan
transfer pricing. Hal ini sangat penting agar dapat mengetahui motif sebenarnya perusahaan
melakukan transfer pricing. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis merupakan gabungan antara
penelitian Saraswati & Sujana (2017) dan Noviastika, Mayoman, & Karjo (2016). Pada penelitian ini
akan menggabungkan dua penelitian di atas agar dapat menambah varian variabel dan juga terdapat
satu variabel lagi yaitu variabel ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah terletak pada jumlah variabel yang digunakan serta menggunakan
periode tahun penelitian yang lebih terbaru. Objek peneliti yaitu perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggabungkan dua penelitian tersebut karena mengingat
adanya potensi-potensi dari variabel yang ada dalam penelitian tersebut untuk memicu terjadinya
transfer pricing.

LANDASAN TEORI
Teori Agensi

3
Jensen & Meckling (1976), pertama kali menjelaskan hubungan antara manajemen perusahaan (agen)
dengan pemegang saham (prinsipal) dalam teori keagenan. Hubungan keagenan muncul ketika
terdapat kontrak antara satu pihak dengan pihak lainnya untuk melakukan jasa demi kepentingan
prinsipal (Brundy, 2014). Tujuan adanya pemisahan pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu,
agar pemilik perusahaan (pemegang saham) memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin
dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga professional
(Sutedi, 2012).
Penyerahan kewenangan dari prinsipal kepada agen menimbulkan masalah informasi asimetris antara
prinsipal sebagai pemegang saham dan agen sebagai pengelola perusahaan.Sifat struktur kepemilikan
dari suatu perusahaan dapat memengaruhi jenis masalah keagenan yang besar kemungkinannya
adalah konflik antara pemegang saham dan manager.Konflik yang timbul karena adanya
ketidaksesuaian informasi, menyebabkan manajer memiliki informasi lebih banyak dibandingkan
pemegang saham. Sementara ketika struktur kepemilikan terkosentrasi, dalam artian satu pihak
memiliki pengendalian atas perusahaan, maka masalah keagenan yang muncul akan berbeda, yaitu
masalah manager dengan pemegang saham berubah menjadi pemegang saham mayoritas dengan
pemegang saham minoritas (Brundy, 2014).
Transfer Pricing
Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga dari transaksi antar
anggota divisi dalam sebuah perusahaan multinasional yang memberi kemudahan bagi perusahaan
untuk menyesuaikan harga internal untuk barang, jasa dan harta tak berwujud yang diperjualbelikan
agar tidak tercipta harga yang berubah-ubah (Sari & Sugiharto, 2014). Sedangkan menurut Direktorat
Jenderal Pajak (2016), transfer pricing merupakan penetapan harga atas transaksi penyerahan barang
berwujud atau tidak berwujud, serta penyediaan jasa antar pihak yang memiliki transaksi afiliasi.
Tujuan untuk memaksimalkan penghasilan global dan mengurangi beban pajak penghasilan badan
(PPh 25) dan bea masuk.

Peraturan tentang transfer pricing diatur dalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan. Aturan lebih rinci tentang transfer pricing termuat dalam Peraturan Dirjen
Pajak Nomor 43 Tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011
tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
dengan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa. MenurutIkatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 Tahun 2010, hubungan istimewa adalah
pihak yang memiliki peranan dan dapat memengaruhi pihak lain dalam menentukan suatu keputusan
tanpa menghiraukan suatu harga. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 tentang Penerapan
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak yang
Memiliki Hubungan Istimewa.

Pajak
Pajak merupakan retribusi atau kewajiban finansial yang dikenakan kepada wajib pajak, baik orang
pribadi maupun badan.Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Adriani, 2014). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 tentang perpajakan dijelaskan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Salah satu alasan perusahaan melakukan transfer pricing adalah tarif pajak. Biasanya perusahaan
menghindari pembayaran pajak yang sangat tinggi. Perusahaan melaporkan laba lebih rendah pada
laporan keuangannya salah satu cara yang dipraktekkan oleh perusahaan untuk menurunkan laba

4
adalah transfer pricing. Perusahaan seharusnya mengunakan prinsip harga wajar untuk mengurangi
kewajiban pajak, tetapi perusahaan lebih banyak menggunakan transfer pricing oleh karena itu
konflik agensi antara principle dan agent dapat terjadi. Dari pembahasan di atas, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Pajak Berpengaruh Positif Terhadap Transfer Pricing
Bonus Plan
Bonus plan adalah suatu imbalan atau penghargaan yang diberikan kepada pegawai atas keberhasilan
yang telah dicapai dan sesuai target yang diinginkan perusahaan.bonus plan yang paling sering
digunakan perusahaan dalam memberikan penghargaan kepada direksi atau manajer adalah laba
(Refgia, 2017). Dikarenakan direksi atau manajer dapat memanipulasi laba tersebut untuk
memaksimalkan penerimaan bonus. Dalam menjalankan tugasnya, para direksi cenderung ingin
menunjukkan kinerja yang baik kepada pemilik perusahaan guna memperoleh penghargaan.
Semakin tinggi laba perusahaan secara keseluruhan yang dicapai, maka semakin tinggi apresiasi yang
diberikan oleh pemilik kepada direksi. Oleh sebab itu, praktek transfer pricing dipilih oleh direksi
untuk memaksimalkan laba perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Hartati & Azlina (2014) yang
dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa pemilik perusahaan akan mempertimbangkan
pencapaian laba perusahaan yang dicapai secara keseluruhan untuk melakukan penilaian atas prestasi
kerja direksinya sehingga para direksi akan berusaha semaksimal mungkin menaikkan laba
perusahaan secara keseluruhan dengan cara melakukan praktik transfer pricing. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Bonus Plan Berpengaruh Positif Terhadap Transfer Pricing
Tunneling Incentive
Tunneling incentive muncul dalam dua bentuk, yaitu: yang pertama, pemegang saham pengendali
dapat memindahkan sumber daya dari perusahaan ke dirinya sendiri melalui transaksi antara
perusahaan dengan pemilik. Transaksi tersebut dapat dilakukan dengan penjualan aset, kontrak harga
transfer kompensasi eksekutif yang berlebihan, pemberian pinjaman, dan lainnya.Bentuk kedua
adalah pemegang saham pengendali dapat meningkatkan bagiannya atas perusahaan tanpa
memindahkan aset melalui penerbitan saham dilutif atau transaksi keuangan lainnya yang
mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham non-pengendali (Johnson, 2000). Tunneling
merupakan istilah awal yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pengambilan aset suatu
pemegang saham non-pengendali di Republik Ceko melalui pengalihan aset dan keuntungan demi
kepentingan pemegang saham pengendali (Guing & Farahmita, 2011).
Semakin tinggi hak kendali yang dimiliki pemegang saham pengendali, termasuk pemegang
saham pengendali asing, memungkinkan pemegang saham pengendali untuk memerintahkan
manajemen melakukan transaksi pihak berelasi yang bersifat merugikan pemegang saham non
pengendali dan bertujuan untuk menguntungkan dirinya. Ekspropriasi yang dilakukan oleh pemegang
saham pengendali asing akan menurunkan nilai perusahaan sehingga merugikan pemegang saham non
pengendali. Dapat disimpulkan bahwa para pemilik saham mayoritas akan melakukan cara-cara yang
dapat menghasilkan laba yang tinggi dan mengorbankan hak-hak pemegang saham minoritas. Salah
satu caranya adalah dengan transfer pricing. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H3: Tunneling Incentive Berpengaruh Positif Terhadap Transfer Pricing
Ukuran Perusahaan
Dalam skala usaha terdapat berbagai ukuran perusahaan yang berbeda, dari perusahaan kecil sampai
dengan perusahaan besar perbedaan tersebut tergantung pada investasi yang ditanamkan. Apapun
ukuran perusahaannya tujuan yang ingin dicapai tetap sama yaitu suatu perusahaan didirikan adalah
untuk menghasilkan laba bagi pemiliknya. Menurut Riyanto (2013), ukuran perusahaan adalah besar
kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aset.

5
Menurut Marisa (2017) dalam penelitiannya ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada transfer
pricing, hal ini dikarenakan perusahaan yang besar pemiliknya juga cenderung menginginkan profit
yang besar dengan jumlah pajak yang kecil, pemilik perusahaan besar juga pasti memiliki
kemampuan untuk membangun cabang perusahaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang
tarif pajaknya rendah atau biasa disebut tax heaven country dengan tujuan untuk membagi labanya
agar jumlah pajak yang dibayarkan kecil, atau bahkan untuk menghindari pembayaran pajak di
negaranya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H4: Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Transfer Pricing
Good Corporate Governance
Good corporate governance adalah suatu pengelolaan yang memperhatikan hubungan antara hak-hak
dan kewajiban dengan pemegang saham, pengelola, kreditur, karyawan serta pihak eksternal dan
internal perusahaan, atau suatu pengelolaan yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Putri,
2017). Penerapan corporate governance yang mempengaruhi adanya pengungkapan transfer pricing
adalah kualitas audit, yang merupakan bagus atau tidaknya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor (Noviastika, Mayoman, & Karjo, 2016). Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) audit yang dilakukan auditor itu berkualitas, jika sesuai dengan ketentuan atau standar
pengauditan, yang mencakup mutu profesional, auditor independen, pertimbangan (judgement) yang
digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Berdasarkan penjelasan di atas,
maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H5: Good Corporate Governance Berpengaruh Positif Terhadap Transfer Pricing

Berdasarkan hipotesis diatas, maka model penelitian disajikan pada Gambar 1


Gambar 1. Rerangka Teoretis

METODE PENELITIAN

6
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2016), menyatakan bahwa
penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya menggunakan angka-angka mulai
dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan hasilnya. Menurut Sekaran & Bougie
(2017), penelitian kuantitatif adalah metode ilmiah yang datanya berbentuk angka atau bilangan yang
dapat diolah dan di analisis dengan menggunakan perhitungan matematika atau statistika. Dalam
penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2015--2017. Jumlah perusahaan manufaktur yang ada di BEI yaitu
sebanyak 154 perusahaan.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel untuk membantu dalam memecahkan masalah
penelitian. Variabel tersebut terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer pricing. Transfer Pricing dalam penelitian
ini diukur menggunakan proksi yang sama seperti pada penelitian Marisa (2017), Sari &
Puryandani (2017), dan Refgia (2017) yaitu dengan menggunakan proksi rasio nilai transaksi
pihak berelasi (Related Party Transaction). Transaksi kepada pihak berelasi adalah salah satu cara
perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
2. Variabel independen dalam penelitian ini ada lima, yaitu:
a. Pajak. Variabel pajak diukur dengan effective tax rate (ETR), ETR adalah sebuah persentase
besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Tax Expense−Differed Tax Expense
ETR=
Laba Kena Pajak
b. Bonus plan. Variabel ini akan diukur dengan rumus ITRENDLB (Index Trend Laba Bersih)
yaitu berdasarkan persentase pencapaian laba bersih pada tahun t terhadap laba bersih pada
tahun t-1 (Suryatiningsih & Sinegar, 2009).
Laba BersihTahun t
ITRENDLB =
Laba BersihTahun t−1
c. Tunneling incentive. Variabel tunneling incentive pada penelitian ini didasarkan pada besarnya
kepemilikan saham asing yang melebihi 20% (dua puluh persen). Pengukuran variabel ini
dilakukan dengan menggunakan skala rasio.
Jumlah Kepemilikan SahamTerbesar
TUN=
Jumlah Saham Beredar
d. Ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan (size) dalam penelitian ini di ukur dengan cara
logaritma natural dari nilai buku total nilai aset perusahaan.
Size= Ln Total Aset
e. Good corporate governance. Good corporate governance akan diukur dengan kualitas audit
dari auditor. Pemilihan kualitas audit didasarkan pada pertimbangan karena kualitas audit
mencakup beberapa unsur yang ada di dalam good corporate governance yaitu, keterbukaan,
kejujuran, dan akuntabilitas. Pengukuran kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan
reputasi auditor. Reputasi auditor diukur menggunakan variabel dummy dengan nilai 0 untuk
sampel perusahaan yang tidak diaudit oleh The Big Four, dan 1 untuk perusahaan yang diaudit
oleh The Big Four. Auditor yang masuk dalam keempat Kantor Akuntan Publik tersebut
dianggap bereputasi baik karena memiliki jumlah klien terbanyak yang artinya tingginya
kepercayaan emiten terhadap jasa audit keempat Kantor Akuntan Publik tersebut. Kantor
Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big Four yaitu, Deloitte Touche Tohmatsu Limited,
PricewaterhouseCoopers, Ernst and Young, dan KPMG
Dalam penelitian ini analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel independen yaitu pajak, bonus plan, tunneling incentive, ukuran perusahaan, dan good
corporate governance. Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:

7
Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Keterangan:
α: Konstanta
Y: Transfer Pricing
X1: Pajak
X2: Bonus Plan
X3: Tunneling Incentive
X4: Ukuran Perusahaan
X5: Good Corporate Governance
e: Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Data Deskriptif
Pada penelitian ini diperoleh total perusahaan yang digunakan adalah sebanyak 34 perusahaan,
dengan total sampel sebanyak 102 sampel.
Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif
Std.
Variabel Mean N
Deviation
10
Transfer Pricing 0,1873 0,2946
2
10
Pajak 0,1518 0,1287
2
10
Bonus Plan 67,837 57,077
2
10
Tunneling Incentive 0,5543 0,1897
2
284,19 10
Ukuran Perusahaan 16,865
5 2

Goodness Of Fit
Uji F adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji kelayakan model penelitian. Berikut adalah
hasil uji F dalam penelitian ini.
Tabel 2. Uji F
Sum of Mean
Model df F Sig
Squares Square
Regressio
0,009 5 0,002 2,363 0,054
n
Residual 0,038 48 0,001
Total 0,048 53

Sebuah model regresi dinyatakan layak apabila memiliki nilai signifikansi < 0,05. Pada Tabel 12
menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini memiliki nilai sebesar 0,054. Oleh sebab itu,
model regresi dalam penelitian ini dinyatakan tidak layak.
Uji Koefisien Determinasi (Adj. R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi dalam
penelitian ini:

8
Tabel 3. Uji Koefisien Determinasi
R
Model R Adjusted R Square
Square
1 0,444 0,198 0,114

Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar
0,114. Berdasarkan nilai Adjusted R Square diketahui bahwa variabel-variabel independen, yaitu
pajak, bonus plan, tunneling incentive, ukuran perusahaan, dan good corporate governance hanya
mampu menjelaskan transfer pricing sebesar 11,4%. Sedangkan 88,6% sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t, dan uji r parsial. Uji t dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan
uji r parsial dilakukan untuk mengukur proporsi atau persentase variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini:
Tabel 4. Uji t
Variabel Sig.
Pajak 0,656
Bonus Plan 0,157
Tunneling Incentive 0,762
Ukuran Perusahaan 0,006
Good Corporate Governance 0,523

Tabel 15. Uji r Parsial


Standardized Coefficients
Variabel
Beta
Pajak -0,066
Bonus Plan -0,192
Tunneling Incentive 0,045
Ukuran Perusahaan 0,461
Good Corporate Governance -0,107

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pajak memiliki nilai sinifikansi 0,656 lebih besar
dari 0,05 yang artinya variabel independen pajak tidak berpengaruh terhadap indikasi transfer pricing,
maka dapat disimpulkan H01 diterima dan Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rosa, Andini, & Raharjo (2017) dan Marisa (2017). Hasil pajak tidak berpengaruh terhadap transfer
pricing bisa terjadi karena Indonesia bergabung dalam group of twenty (G20) dan europian union
(EU) untuk mengatasi kemungkinan timbulnya kecurangan dengan adanya trasnsfer pricing.
Beberapa aksi yang dilakukan G20 salah satunya adalah mengembangkan peratuan perpajakan
internasional dan melakukan perjanjian pajak serta transfer pricing (Arif, 2018). Hal ini menyebabkan
perusahaan semakin sulit melakukan transfer pricing untuk menghindari pajak.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bonus plan memiliki nilai sinifikansi 0,157
lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel independen bonus plan tidak berpengaruh terhadap transfer
pricing, maka dapat disimpulkan H01 diterima dan Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian dari Saraswati & Sujana (2017), Marisa (2017), dan Rosa, Andini, & Raharjo (2017) yang
hasil penelitiannya menyatakan bahwa bonus plan tidak berpengaruh terhadap indikasi transfer

9
pricing. Bonus plan tidak berpengaruh terhadap indikasi transfer pricing karena dapat terjadi
ketidakkonsistenan perusahaan dalam menaikkan laba dari tahun ke tahun. Karena apabila hanya demi
mendapatkan bonus kemudian perusahaan melakukan transfer pricing untuk menaikkan laba
perusahaan. Maka transaksi tersebut akan dinilai tidak etis mengingat terdapat kepentingan yang jauh
lebih besar lagi yaitu menjaga nilai perusahaan dimata masyarakat dan pemerintah dengan
menyajikan laporan keuangan secara aktual agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang
lebih penting bagi perusahaan kedepannya (Wafiroh & Hapsari, 2015).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tunneling incentive memiliki nilai sinifikansi 0,762
lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel independen tunneling incetive tidak berpengaruh terhadap
transfer pricing, maka dapat disimpulkan H01 diterima dan Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Rosa, Andini, & Raharjo (2017) yang hasil penelitiannya menyatakan
tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap indikasi transfer pricing. Ini artinya bahwa besar atau
kecilnya tunneling incentive pada perusahaan tidak ada pengaruhnya terhadap transfer pricing
perusahaan tersebut. Hasil tersebut mengidentifikasikan bahwa pemegang saham mayoritas tidak
menggunakan hak kendalinya untuk memerintahkan manajemen dalam melakukan transfer pricing
atau bisa juga diartikan bahwa ada atau tidaknya pemegang saham mayoritas, perusahaan akan tetap
melakukan transfer pricing.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai sinifikansi 0,006
lebih kecil dari 0,05 yang artinya variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap transfer pricing, maka dapat disimpulkan H01 ditolak dan Ha1 diterima. Ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap transfer pricing menunjukkan bahwa perusahaan yang besar pemiliknya akan
cenderung menginginkan profit yang besar dengan pajak yang kecil sehingga pemilik perusahaan
yang besar akan membuat cabang-cabang perusahaan untuk membagi labanya agar jumlah pajaknya
kecil, bahkan pemilik perusahaan besar dapat membangun cabang perusahaan di negara bertarif pajak
rendah untuk melakukan transfer pricing agar menghindari pajak di negaranya. Selain itu, dengan
ukuran perusahaan yang besar maka akan ada banyak entitas anak perusahaan. Hal ini juga
berpengaruh karena dengan memiliki banyak cabang tentu setiap cabang juga harus diperhatikan
kinerjanya. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan transfer pricing.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel good corporate governance memiliki nilai
sinifikansi 0,523 lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel independen good corporate governance
tidak berpengaruh terhadap transfer pricing, maka dapat disimpulkan H 01 diterima dan Ha1 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Noviastika, Mayoman, & Karjo (2016) yang hasil
penelitiannya menyatakan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap indikasi transfer
pricing. Hal ini menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan tidak memengaruhi perusahaan untuk
melakukan transfer pricing atau tidak. Perusahaan tidak mempertimbangkan pengelolaan perusahaan
yang baik sebagai dasar untuk melakukan aktivitas transfer pricing. Dapat diartikan bahwa semakin
berkualitas auditor eksternal suatu perusahaan, maka cenderung tidak melakukan transfer pricing
terutama untuk kepentingan perpajakan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian, dapat diambil simpulan hipotesis pertama ditolak,
sehingga pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi transfer pricing. Hipotesis
kedua ditolak, sehingga bonus plan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi transfer
pricing. Hipotesis ketiga ditolak, sehingga tunneling incentive tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap indikasi transfer pricing. Hipotesis keempat diterima, sehingga ukuran perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi transfer pricing. Hipotesis kelima ditolak, sehingga
good corporate governance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi transfer pricing

10
Keterbatasan dan saran
Keterbatasan penelitian yang dihadapi dalam penelitian ini adalah masih minimnya teori maupun
sumber mengenai beberapa variabel seperti bonus plan dan tunneling incentive selama 5 tahun
terakhir. Walaupun ada teori atau sumbernya sudah tergolong cukup lama karena itu peneliti hanya
memiliki sedikit sumber terbaru untuk variabel tersebut. Hal ini membuat peneliti kesulitan untuk
memperoleh teori secara lengkap sebagai pendukung dalam penelitian. Peneliti selanjutnya dapat
menggunakan variabel dan alat ukur lain selain variabel dan alat ukur dalam penelitian saat ini yang
mungkin dapat berpengaruh nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Adriani. (2014). Teori Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bukhori, Iqbal, & Raharja. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting
Brundy, E. P. (2014). Pengaruh Mekanisme Pengawasan Terhadap Aktivitas Tunneling. Universitas
Atma Jaya .
Direktorat Jenderal Pajak. (2016). Retrieved Maret 2020, from
https://klikpajak.id/blog/tips-pajak/dimensi-transfer-pricing-dan-tujuan/
F, D. N., Mayowan, Y., & Karjo, S. (2016). Pengaruh Pajak, dan Tunneling Incentive dan Good
Corporate Governance Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Yang
Berkaitan Dengan Perusahaan Asing). Jurnal Perpajakan.
Guing, & Farahmita. (2011). Manajemen Laba dan Tunneling Melalui Transaksi Pihak Istimewa di
Sekitar Penawaran Saham Perdana. Simposium Nasional.
Hartati, W., Desmiyawati, & Azlina, N. (2014). Analisis Pengaruh Pajak dan Mekanisme Bonus
terhadap Keputusan Transfer Pricing. Simposium Nasional Akuntansi XVII, Mataram, 24-27.
Hartati, W., Desmiyawati, & Julita. (2015). Tax Minization, Tunneling Incentive, Dan Mekanisme
Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing SeluruhPerusahaan Yang Listing Di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVIII. Medan.
Jensen, & Meckling. (1976). The Teory Of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal Of Financial And Economics, 305-360.
Johnson. (2000). Tunneling. American Economic Review Review Papers and Proceeding, 22-27.
Marisa, R. (2017). Pengaruh Pajak, Bonus Plan, Tunneling Incentive, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Transfer Pricing. Jurnal Akuntansi .
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa. (2011).
Putri. (2017). Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Rasio Hutang, dan Profitabilitas
terhadap Tarif Pajak Efektif (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015). JOM Fekon.
Refgia, T. (2017). Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Asing, dan
Tunneling Incentive terhadap Transfer Pricing.
Riyanto, B. (2013). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE .
Rosa, A., & Raharjo, K. (2017). Pengaruh Pajak, Tunneling Insentive, Mekanisme Bonus, Debt
Covenant dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Transaksi Transfer Pricing.
Saraswati, S., & Sujana, K. (2017 ). Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling Incentive
Pada Indikasi Melakukan Transfer Pricing. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana .

11
Sari, R. C., & Sugiharto. (2014). Tunneling dan Corporate Governance. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Sari, A. N., & Puryandani, S. (2017). Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, Good Corporate
Governance Dan Mekanisme Bonus Terhadap Transfer Pricing. Journal Of Economics And
Banking.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta Selatan: Salemba Empat .
Sulistiono. (2010). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2006--2008. Skripsi.
Suryana, A. B. (2012). Menangkal Kecurangan Transfer pricing. Retrieved Februari 2020, from
http://www.pajak.go.id
Suryatiningsih, N., & Sinegar, S. (2009). Pengaruh Skema Bonus Direksi Terhadap Aktivitas
Manajemen Laba: Studi Empiris Pada BUMN Periode Tahun 2003--2006. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi, 23-26.
Sutedi, A. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika .
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Perpajakan.
Undang–Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Wafiroh, Lailiyul, Novi., Niken, Nindya, Hapsari. (2015). Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, dan
Mekanisme Bonus Terhadap Transfer Pricing. Jurnal Akuntansi El Muhasaba

12
1

Anda mungkin juga menyukai