Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KISAH TUMBANGNYA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN


RAKSASA DUNIA
(Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Tata Kelola Perusahaan)

DISUSUN OLEH :

RICHA MIRANDA
(190420068)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TAHUN AJARAN 2021
LATAR BELAKANG
Kebangkrutan menjadi ancaman yang selalu membayangi banyak
perusahaan. Tidak hanya perusahaan kecil dan baru saja yang takut akan hal ini
namun perusahaan-perusahaan besar, mapan, dan sudah berusia tua pun tidak
luput dari ancaman kebangkrutan. Pada awal dekade 2000an dunia dibuat
terperangah oleh tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa dunia terkemuka.
Kebangkrutan perusahaan-perusahaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumya
telah merugikan pemegang saham, kreditur, perusahaan pemasok, dan karyawan
perusahaan di berbagai negara. Kerugian ini dapat dirasakan di berbagai negara
karena adanya globalisasi. Dalam perkembangan globalisasi tersebut, ada
beberapa dampak buruk yang bisa dirasakan, salah satunya adalah global financial
crisis pada tahun 2008 yang berakibat pada melemahnya aktivitas bisnis secara
umum (Siswanto Sutojo dan E John Aldridge, 2008: 31).
Sebagian besar negara di seluruh dunia mengalami kemunduran dan
bencana keuangan karena pecahnya krisis keuangan tersebut. Dampak yang
dirasakan di lingkungan dalam negeri salah satunya adalah terdapat beberapa
perusahaan yang delisting (dikeluarkan) akibat dari krisis tersebut. Perusahaan
bisa di delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan karena perusahaan
tersebut berada pada kondisi financial distress atau sedang mengalami kesulitan
keuangan (Pranowo, 2010).
LANDASAN TEORI
Definisi Good Corporate Governance
Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan Good
Corporate Governance sebagai berikut (Tjager,dkk: 2003) : “…seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).” Menurut Organization for
Economic Corporation and Development (OECD: 2004) Good Corporate
Governance didefinisikan sebagai berikut: “corporate governance adalah yang
strukturnya terdiri dari para pemegang saham, komisaris, dan manajer untuk
menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.” Sedangkan pengertian Good Corporate
Governance (GCG) menurut World Bank merupakan kumpulan hukum,
peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja
sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi
jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan. Corporate Governance (CG) dapat menjadi
pertimbangan bagi investor dan dapat menjadi nilai tambah perusahaan pada
pandangan investor. Hal ini dibuktikan oleh Rachmawati (2012) yang
menjelaskan hasil penelitian Johnson et. al (2000) bahwa rendahnya kualitas
Corporate Governance berdampak negative pada pasar saham dan nilai tukar mata
uang negara yang bersangkutan.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur dan menjadikan
patokan perusahaan untuk memangku beberapa kepentingan yang ada dalam suatu
perusahaan untuk mencegah terjadinya kesalahan yang bisa terjadi di dalam suatu
fungsi perusahaan. Good Corporate Governance juga menekankan hak
stakeholders tak kalah pentingnya untuk memperoleh informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya dan kewajiban bagi suatu perusahan untuk melakukan
pengungkapan informasi (disclosure) terhadap kinerja perusahaan Secara akurat,
tepat waktu, dan transparan.
Mekanisme Good Corporate Governance
Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) dapat mengontrol masalah
benturan kepentingan dalam suatu organisasi. Berbagai konflik sering timbul
akibat teori agensi yang sering menimbulkan asimetri informasi yaitu informasi
yang didapatkan oleh stakeholders tidak memadai karena tidak mempunyai akses
untuk memperoleh informasi. Maka dari itu mekanisme GCG diperlukan untuk
meminimalisir hal tersebut. Mekanisme GCG menurut Schleifer dan Vishny
(1997) sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan supplier
keuangan (pemegang saham atau shareholders) dan pemberi pinjaman
(bondholders), dari perusahaan memperoleh pengembalian dari kegiatan yang
dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan
perusahaan melakukan control terhadap manajer.
Penerapan Good Corporate Governance diyakini akan meningkatkan nilai
suatu perusahaan. Day Report (1984) dalam Cahyadi (2012) mengemukakan
bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan bagi pemegang saham.
Kinerja perusahaan merupakan tingkat pencapaian prestasi perusahaan yang
diukur dalam bentuk hasil kerja karyawan atau dengan kata lain prestasi yang
dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan (Cahyadi, Rue, Bryans: 1995).
Cerminan kinerja perusahaan akan berdampak pada harga sahamnya.
Siallagan dan Machfoeds (2006) mengemukakan bahwa mekanisme Corporate
Governance merupakan suatu sistem, yang terdiri atas kepemilikan manajerial,
proporsi jumlah anggota dewan komisaris independen, dan komite audit, untuk
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada pemegang saham. Pelaksanaan GCG
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang akhirnya dapat
meningkatkan daya informasi akuntansi (Rachmawati : 2012).
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Penerapan Corporate Governance menghendaki kewujudan 5 (lima) prinsip
penting yang disingkat dengan “TARIP” yaitu:
1. Transparency; keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Accountability; kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif
3. Responsibility; kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku
4. Independency; kuatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan.
5. Fairness, kerlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder.
Kelima prinsip penting ini seharusnya wujud dalam pengelolaan perusahaan.
Manajemen pengelola merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk
menerapkan prinsip-prinsip Corporate Governance tersebut, agar kepentingan
seluruh stakeholder terjamin.
PROFIL ENRON COORPORATION
Enron Coorporation didirikan pada tahun 1985. Enron Corporation adalah
sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika
Serikat. Enron merupakan hasil merger antara perusahaan Houston Natural Gas
dan InterNorth, sebuah perusahaan pipa di Nebraska. Pada saat itu, Enron
dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai CEO dan hanya berkecimpung dalam industri
pipa gas.
Enron Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
energi tersebut melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar
pada awal tahun 1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan
untuk melakukan deregulasi penjualan gas alam telah menyebabkan Enron
mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual
gas alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang
kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan.
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron
menerapkan strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan
mengoperasikan berbagai aset meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp and
paper plants, water plants, dan broadband services.
Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan
tersebut mengalami kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir
tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham mengalami kenaikan sebesar 56% dan
pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga saham per lembar perusahaan adalah sebesar
$83.13. Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”,
Enron dinobatkan sebagai “the Most Innovative Company” di Amerika.
PROFIL KAP ARTHUR ANDERSEN
KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di
Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh
Arthur Andersen pada tahun 1913. Kantor Akuntan Publik tersebut termasuk
dalam “The Big Five” bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte,
Ernst& Young, dan KPMG. Arthur Andersen menjadi auditor eksternal Enron
sekaligus konsultan manajemennya dengan bayaran $5 juta untuk biaya audit dan
$50 juta untuk biaya konsultasi. Hal inilah yang menyebabkan konflik
kepentingan ditubuh Arthur Andersen sendiri, karena pembayaran atas jasa yang
dilakukannya terlampau besar, sehingga memunculkan kurangnya independensi
dalam proses pengauditan laporan keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 2002
perusahaan ini secara sukarela menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor
Akuntan Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal
Enron dan menyebabkan 85.000 orang kehilangan pekerjaannya.
FROUND (KECURANGAN)
Secara umum fraud diterjemahkan sebagai kecurangan. Namun pengertian
fraud telah dikembangkan lebih lanjut sehingga cakupannya menjadi lebih luas.
Menurut Black’s Law Dictionary, fraud mencakup segala macam yang dapat
dipikirkan manusia, dan yang diupayakan seseorang untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan, dan
mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat, licik, tersembunyi dan
setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu (dalam Soepardi;
2007). Sementara itu International Standards on Auditing (ISA) seksi 240 yang
membahas tentang tanggung jawab auditor untuk mempertimbangan fraud,
mendefinisikan fraud sebagai; ”…tindakan yang disengaja oleh anggota
manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governance, karyawan atau
pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh
keuntungan yang tidak adil atau illegal”.
Menurut Mark R. Simmons, (dalam Koesmana dkk; 2007) untuk dikatakan
sebagai fraud harus dipenuhi 4 (empat) kriteria yaitu;
1. Tindakan dilakukan secara sengaja,
2. Adanya korban yang menganggap (karena tidak tahu keadaan sebenarnya)
bahwa tindakan tersebut adalah wajar dan benar, pelaku dan korban dapat berupa
individu, kelompok atau organisasi,
3. Korban percaya dan bertindak atas dasar tindakan pelaku,
4. Korban menderita rugi akibat tindakan pelaku.
Fraud yang terjadi dalam organisasi/perusahaan dapat dilakukan oleh
berbagai tingkatan mulai dari level bawah, pihak manajemen sampai pemilik.
Proses pengadaan di perusahaan merupakan salah satu contoh tindakan fraud
(Koesmana dkk, 2007), dimana pelaku adalah orang atau kelompok orang dalam
perusahaan (pegawai) yang menerima imbalan dari rekanan yang terlibat dalam
proses pengadaan tersebut. Pegawai perusahaan bertindak sedemikian rupa
sehingga rekanan memberikan imbalan kepada pegawai perusahaan dan akhirnya
rekanan memenangkan kegiatan pengadaan tersebut meski harga yang ditawarkan
lebih tinggi dari yang sewajarnya (kriteria 1). Perusahaan yang tidak mengetahui
apa yang telah dilakukan oleh pegawainya, dan percaya saja kemudian
menganggap proses pengadaan itu telah dilakukan sesuai dengan yang seharusnya
(kriteria 2). Perusahaan kemudian menyetujui dan melakukan pembayaran
(kriteria 3) dan akhirnya perusahaan menderita kerugian karena telah membayar
pengadaan lebih besar dari yang seharusnya (kriteria 4).
SKANDAL AKUNTANSI ENRON COORPORATION
Selama proses merger antara Houston Natural Gas dan Internorth, Enron
Coorporation mempunyai hutang yang cukup besar. Tahun 1987 Enron memiliki
hutang sampai dengan 75% dari nilai pasar saham. Pemerintah US menghapuskan
beberapa peraturan yang mengarahkan pada harga tetap energi. Dampaknya harga
minyak menjadi berfluktuasi dan membuat pasar gas berisiko tinggi baik dari sisi
pembeli maupun penjual. Produsen minyak yang kecil mengalami kesulitan dalam
meningkatkan dana eksploitasi dan pengeboran karena adanya risiko pasar.
Untuk mengatasi hutang tersebut, Kenneth Lay berkonsultasi pada
Mc.Kinsey & Co. Mc.Kinsey pada saat itu menugaskan konsultannya Jeffrey
Skilling. Tahun 1989, Kenneth Lay mempekerjakan Jeffrey Skilling untuk
menjadi kepala departemen keuangan Enron. Enron memiliki ide inovatif dengan
memediasi antara pembeli dan penjual yang diharapkan dapat mengurangi
risikonya. Enron menawarkan kontrak pada penjual untuk membeli minyak
mereka dengan harga tetap dalam beberapa tahun dan kontrak pada pembeli
dengan harga minyak yang sama ditambah nilai keuntungan untuk Enron.
Jeffrey Skilling kemudian memutuskan untuk mengaplikasikan ide
perdagangan Enron ke komoditi lainnya. Ia membuat kontrak jangka panjang di
bidang perlistrikan, batu bara, pulp kertas, alumunium, baja, obat-obatan, kayu,
air, broadband, dan plastik. Diperhitungkan terdapat 1.800 produk yang ditangani.
Dengan menjadikan gas sebagai objek jual beli, Enron perlahan-lahan mulai
bangkit. Selama perjalanan ini, Jeff Skilling diangkat sebagai COO Enron dan
merekrut berbagai karyawan-karyawan yang unggul dalam future/derivative.
Dalam perekrutan tersebut, Jeff Skilling merekrut Andrew Fastow tahun 1990,
Andrew adalah seorang ahli keuangan, untuk membantu dalam menjalankan
bisnis. Mereka meminta ijin pada komisi sekuritas dan perdagangan U.S. untuk
menggunakan metode “nilai pasar” atas kontrak. Sehingga, yang dilaporkan
adalah aset berdasarkan nilai pasar.
Enron mengalami permasalahan pada awalnya. Karena untuk memasuki
banyak pasar perdagangan memerlukan sejumlah uang untuk membiayai
infrastruktur, transportasi, gudang, dan pengiriman komiditas. Namun, jika Enron
mengambil sejumlah hutang yang besar, kemungkinan akan membuat pembeli
atau penjual menjadi ragu untuk bekerjasama. Tingginya hutang juga dapat
mengakibatkan penurunan investasi dan memicu bank menarik dananya. Untuk
mengatasi permasalahan, Enron mencoba mencari dana pinjaman tanpa
melaporkannya dalam laporan keuangan.
Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan kontrak
sebagai pendapatan. Andrew dan KAP Arthur Anderson bekerjasama dan
menyiapkan serial limited partnership (perusahaan rekanan terbatas) yang disebut
“Special Purpose Entities”. Aturan akuntansi memungkinkan bahwa perusahaan
dapat tidak mencantumkan special purpose entities pada laporan keuangan,
asalkan terdapat suatu pihak yang dapat mengontrol penyelenggaraannya serta
memiliki setidaknya 3 persen nilai special purpose entity.
Pada tahun 1999, Enron mendirikan 3 SPE yaitu Chewco Investment LP,
LJM Cayman LP, dan LJM 2 Cp-Investment. Tahun 2000 Enron mengumumkan
bahwa perusahaannya berhasil memperoleh pendapatan bersih setelah pajak
sebesar $1.01 Milyar. Selanjutnya Enron menempatkan sahamnya sebesar $62
juta kedalam 3 SPE tersebut.
Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar
hutang dengan saham Enron sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui
sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan dicatat sebagai uang “pendapatan
penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Entitas ini juga mengambil alih
sejumah besar hutang Enron. Andrew Fastow juga nama fiktif seperti “Chewco,
Jedi, Talon, Condor, dan Raptor” dan yang lainnya dengan membayarkan
milyaran dolar sebagai gaji dan pendapatan atas 3 persen kepemilikan entitas.
Karena tidak dilaporkan, maka pemegang saham percaya bahwa Enron tidak
mengalami lonjakan hutang. Mereka juga percaya bahwa Enron menghasilkan
lagi yang baik serta mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Sheron Wattkins, wakil presiden yang bekerja di Enron mulai 1993. Dia
menyadari bahwa meskipun harga saham cukup tinggi sehingga nilai lebih dapat
digunakan untuk menutupi hutang entitas khusus, namun ia tahu bahwa ketika
harga saham turun akan memicu tidak solvabelnya entitas dan mengembalikan
hutang pada laporan keuangan Enron.
Setelah pertengahan tahun 2001, harga saham Enron menurun dari nilai
tertingginya $80 per saham. Akuntan Enron berusaha menarik kembali hutang dan
aset pada entitas khusus. Sheron Watkins khawatir akan peningkatan risiko.
Pada Juli 2001 harga saham jatuh ke nilai $47 per saham. Jeffrey Skilling
secara tiba-tiba mengundurkan diri sebagai president dan CEO dengan alasan
pribadi. Sherron Watikins pada 22 Agustus secara pribadi menemui Kenneth Lay
dan bagian hukum dan mengirimkan enam halaman surat yang menjelaskan
ketidakberesan terkait entitas khusus dan memperingatkan mereka yang kemudian
ia sebut kecurangan akuntansi the worst accounting fraud I had ever seen. Namun
demikian Lay dan pengacaranya hanya diam saja. Ia malah mengumumkan pada
pekerja dan investor bahwa pertumbuhan Enron di masa mendatang baik, dan
menganjurkan pada investor untuk terus menanamkan saham di Enron. Lebih
parahnya lagi, Kenneth Lay dan eksekutif lainnya menjual secara diam-diam
saham mereka. Sheron Watkins juga mengontak temannya di Arthur Anderson
untuk mendiskusikan permasalahannya pada kepala auditor, namun tidak
dilakukan temannya itu.
Ketika Watkins berusaha agar perusahaan mengambil tindakan, saham
Enron terus merosot. Pada 12 Oktober 2001, Enron mengumumkan mengambil
alih hutang dan aset entitas khusus, hal ini menurunkan $544 juta atas laba dan
mengurangi nilai ekuitas pemegang saham dengan $1.2 milyar. Seminggu
berikutnya, 22 Oktober, komisi sekuritas mengumumkan akan menginvestigasi
entitas tujuan khusus Enron. Hari berikutnya, Andrew Fastow diberhentikan.
Pada tanggal 8 November 2001, Enron mengumumkan akan melaporkan
ulang semua laporan keuangan sejak tahun 1997. Laporan ulang tersebut
diperkirakan menurunkan ekuitas pemegang saham sebesar $2.1 milyar dan
meningkatkan hutang $2.6 juta. Sehingga terjadinya penurunan nilai rating
investasi perusahaan yang disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang
sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian
diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet).
Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta.
Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs)
dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang.
Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian
menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh. Dibandingkan dengan harga saham
Enron pada bulan Agustus 2000 yang masih berharga US$ 90 per lembar, jatuh
hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Artinya harga saham Enron terjungkal hingga
tinggal satu per dua ratus, dan perusahaan kolaps atas kebangkrutan.
Simpanan dana pensiun $1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena
manajemen Enron menanamkan dana tabungan karyawan untuk membeli
sahamnya sendiri. Pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar. Enron
Memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar tampak menarik di mata
investor dan dianggap memiliki kinerja yang baik. Tak tanggung-tanggung,
manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya sebesar
US$ 600 juta, dan telah menyembunyikan utangnya sebesar US$ 1,2 miliar
dengan teknik off-balance sheet.
KETERLIBATAN KAP ARTHUR ANDERSEN
KAP Arthur Andersen selain mengaudit laporan keuangan Enron, juga
sebagai konsultan manajemen Enron. Ketika Andrew Fastow membuat ide untuk
menggunakan nilai kelebihan kontrak sebagai pendapatan. KAP Arthur Anderson
bekerjasama dan menyiapkan serial limited partnership yang disebut Special
Purpose Entities.
Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar
hutang dengan saham Enron sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui
sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan dicatat sebagai uang “pendapatan
penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Entitas ini juga mengambil alih
sejumah besar hutang Enron.
Para pemegang saham percaya bahwa Enron tidak mengalami lonjakan
hutang, karena hal ini tidak dilaporkan ke publik. Mereka percaya bahwa Enron
menghasilkan lagi yang baik dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini
juga dikuatkan dengan pernyataan KAP Arthur Anderson bahwa laporan Enron
adalah akurat.
Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non
eksekutif) membiarkan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur
konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan
informasi yang hanya bisa di akses oleh pihak dalam perusahaan (insider trading),
termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap
kepada publik.
Melakukan mark up pada pendapatan dan menyembunyikan utangnya
senilai itu tentu tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Diperlukan
keahlian “akrobatik” yang tinggi dari para professional yang bekerja pada atau
disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka. Auditor Enron, KAP Arthur
Andersen kantor Huston (Kantor Akuntan Publik kelas dunia), dipersalahkan
karena ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu, sehingga
manipulasi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Perlu diketahui, Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang
melakukan outsourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari :
1. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah
partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
2. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
Lebih jelasnya, pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi
terhadap kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien
perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek
akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap
mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
Salah seorang eksekutif Enron (Sherron Watkins) di laporkan telah
mempertanyakan praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan
mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan
partner KAP Andersen pada pertengahan 2001.
CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan
investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat
hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi
yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut
menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.
Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan
triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah
meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya.
CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci
tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense)
sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode
tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu
lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan
perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap
bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu
milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan
(retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan
Enron sehingga terjadi penghambatan terhadap proses peradilan.
AKHIR DARI KASUS ENRON & KAP ANDERSEN
Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan
perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. KAP Andersen
diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP
Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada
saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002
akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada
tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US
dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP
Andersen.
Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang
Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga
pemerintahan di Amerika. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif
dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung
dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan
pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP
Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan
karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang
direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan
kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang
ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri
untuk menyusun manajemen baru. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen
mengundurkan diri dari jabatannya.
Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang
bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan
melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci
dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey
mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer
Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di
Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan hambatan terhadap
proses peradilan.
Setelah Kasus Enron terkuak oleh publik, hal ini menyebabkan dicabutnya
izin KAP Arthur Andersen oleh Otoritas Keuangan Amerika Serikat. Dan tidak
lama setelah kasus ini, terjadi juga kasus serupa seperti Tyco, Global Crossing,
WorldCom, Xerox Corp, dll. Yang mana semua kejadian tersebut mencemarkan
nama baik profesi akuntan public yang seharusnya independen. Atas dasar
tersebut, Parlemen Amerika Serikat pada tanggal 23 Januari 2001 mengeluarkan
ketentuan di bidang jasa akuntan publik yang terkenal sebagai Sarbanes Oxley
Act.
KESIMPULAN
Enron Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
energi tersebut melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar
pada awal tahun 1990. Enron merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun
1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba sebelum
pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba
usaha perusahaan. Sehingga, pada tahun 2002 perusahaan ini secara sukarela
menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah
dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan
85.000 orang kehilangan pekerjaannya.
Tujuan utama perusahan khususnya perusahaan publik adalah untuk
menciptakan nilai perusahaan yang berterusan, oleh karena itu tujuan tatakelola
perusahaan adalah untuk memastikan semua partisipan bekerja secara efektif
untuk mencapai tujuan tersebut dan oleh karenanya peranan partisipan yang
terlibat dipandang sebagai “value- added functions”. Tiga fungsi tersebut adalah
fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh komisaris, fungsi manajerial yang
didelegasikan kepada manajemen dan fungsi pemantauan (monitoring) yang
dilakukan oleh pemegang saham.
Perlu diketahui, Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang
melakukan outsourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari : 1. Lebih jelasnya, pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen
melakukan evaluasi terhadap kemungkinan mempertahankan atau melepaskan
Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan
dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Salah seorang eksekutif Enron
(Sherron Watkins) di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan
dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan
2001.
Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained
earning) berkurang dalam jumlah yang sama. Enron dan KAP Andersen dituduh
telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan
dengan investigasi atas kebangkrutan Enron sehingga terjadi penghambatan
terhadap proses peradilan. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron
pada pertengahan juni 2002. sementara KAP Andersen menyatakan bahwa
penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses
kebangkrutan pada 2 Desember 2001. KAP Andersen terus menerima
konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan
afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang
meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, R. (2014, Oktober). PERANAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE DALAM MENCEGAH FROUND. Jurnal Akuntansi,
vol.3(1), 101-113.
Arafat, M. R. (2009). RUNTUHNYA LEMBAGA INVESTASI AMERIKA
SERIKAT "Kasus Lehmans Brother".
S.Kaihatu, T. (2006, MARET). Good Corporate Governance dan Penetapannya di
Indonesia. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, 8(1), 1-9.

Anda mungkin juga menyukai