Tentang:
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PT ABM INVESTAMA TBK
Oleh:
Lidya Kartika Dhewi (55517120013)
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2018
ABSTRAK
Suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat
yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga
keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan.
Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang
bertujuan agar semua rencana perusahaan dapat tercapai. Pengendalian internal mempunyai
peranan yang penting untuk dapat mendeteksi, mencegah kecurangan serta melindungi asset
perusahaan. Pengendalian internal pada perusahaan bertujuan agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat diandalkan, tujuan perusahaan dapat dicapai tepat waktu serta kepatuhan
Tujuan penulisan ini ingin mengetahui implementasi pengendalian internal pada PT ABM
Investama Tbk. Penilitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi literature dalam bidang
keilmuan Sistem informasi dan Pengendalian Internal, informasi didapatkan dari buku dan
internet.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat
operasional maupun pimpinan dan pada semua jenjang dengan di dukung oleh perkembangan
Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen
di mana sistem tersebut merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan
prosedur-prosedur yang tergorganisasi untuk mencapai tujuan (Sari, 2017). Dalam mencapai
tujuan organisasi, maka sistem informasi yang baik harus mempunyai pengendalian internal
sebagai mekanisme yang dilakukan untuk menjamin terlaksananya sistem dan kebijakan
Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang
bertujuan agar semua rencana perusahaan dapat tercapai. Pengendalian internal mempunyai
peranan yang penting untuk dapat mendeteksi, mencegah kecurangan serta melindungi asset
perusahaan. Pengendalian internal pada perusahaan bertujuan agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat diandalkan, tujuan perusahaan dapat dicapai tepat waktu serta kepatuhan
Berbagai pengalaman menunjukan banyaknya kasus kecurangan dalam dunia bisnis dimana
manajemen dalam menyajikan laporan keuangan, hal ini merupakan cerminan dari lemahnya
COSO adalah sebuah organisasi sektor swasta yang sukarela, didirikan di Amerika Serikat,
yang bertujuan untuk menyediakan panduan kepada manajemen eksekutif dan pengelola
perusahaan tentang aspek-aspek kritis dalam pengelolaan organisasi, etika bisnis, pengendalian
menghasilkan product antara lain Internal Control – Integrated Framework (1992) dan Enterprise
terbaru yaitu Internal Control – Integrated Framework (2013) untuk menggantikan kerangka
pengendalian internal yang lama. Kemampuan dalam mencapai laba dan untuk bertahannya
suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dalam pengelolaan risiko tersebut. Sebuah
sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang agar
Perancangan dan Sistem Pengendalian Internal yang mampu mengelola risiko-risiko bisnis
secara terintegrasi pada dasarnya merupakan bagian dari upaya seluruh komponen perusahaan
di bawah komando Dewan Direksi dalam mengelola perusahaan (corporate governance), atau
dengan kata lain pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat
dipengaruhi oleh apakah system pengendalian intern yang dirancang telah mampu mengelola
Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan penulisan yang lebih terfokus
dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
iniadalah untuk menganalisa sistem pengendalian internal pada perusahaan PT. ABM Investama
Tbk dan pengaruhnya terhadap kontrol dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan untuk dapat
LANDASAN TEORI
A. MANIPULASI (FRAUD)
Isu tentang tata kelola perusahaan (corporate governance/CG) tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan maraknya berbagai kegagalan bisnis dan skandal manipulasi yang dilakukan
oleh para pemimpin puncak perusahaan-perusahaan besar dengan melibatkan kantor akuntan
publik menjelang awal abad ke-21 baik di Amerika Serikat, dan belahan dunia lainnya termasuk
di Indonesia. Mega skandal dan kegagalan bisnis terjadi secara beruntun di Amerika Serikat,
seperti skandal Enron, WorldCom, Xerox, Merck, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems,
Kantor Akuntan Arthur Anderson dan Lehman Brothers. Di Indonesia terjadi krisis perbankan dan
bisnis ini, telah mengakibatkan timbulnya krisis ekonomi di Amerika Serikat, bahkan juga memicu
Berbagai manipulasi dan kegagalan bisnis yang terjadi secara beruntun dan dalam kurun
waktu yang hamper bersamaan ini membuktikan lemahnya corporate governance perusahaan,
lembaga keuangan dan kantor akuntan tersebut, namun sekaligus juga menunjukkan lemahnya
pengawasan oleh lembaga pemegang otoritas terkait dimanca Negara. Krisis keuangan di
Negara-negara Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997-1998, juga disebabkan oleh
Untuk memperjelas konsep manipulasi ini, Hall (2008) mengatakan bahwa manipulasi adalah:
“… a false representation of a material fact made by one party to another party with the intent to
deceive and induce the other party to justifiable rely on the fact to his or her detriment.” Selanjutnya
dikatakan bahwa suatu tindakan disebut bersifat manipulative jika memenuhi 5 kondisi sebagai
berikut:
1. Penyajian palsu (false representation), artinya harus ada penyajian, atau pernyataan,
2. Fakta material (material fact), suatu fakta harus cukup substansial sehingga mendorong
3. Ada niat (intent), ada maksud yang disengaja untuk menipu atau ada kesengajaan
suatu faktor yang substansial yang dipercaya oleh pihak yang dirugikan,
5. Kerugian (injury, or loss), penipuan menyebabkan kerugian baik pihak lain yang menjadi
korban.
Manipulasi dalam konteks bisnis sering mempunyai arti yang sangat khusus, misalnya:
penggelapan atau pencurian asset perusahaan, mark up harga barang, rekayasa laporan
keuangan, KKN, dan sebagainya. Dalam dunia akuntansi, keuangan dan auditing juga
Inggris pada tahun 1922, namun baru mulai popular pada akhir abad ke-20 setelah muncul
multi nasional, khususnya yang terjadi di Amerika Serikat (Agoes & Ardana, 2007). Definisi
yang diberikan oleh Cadbury Committee tentang tata kelola perusahaan (coorporata
governance) adalah:
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors,
the government, employees, and other internal and eksternal stakeholders in respect to
their right and responsibilities, or the systems by which companies are directed and
controlled”.
2. PRINSIP-PRINSIP CG
Pada dasarnya, ada dua hal pokok yang ditegaskan kembali dalam Tata Kelola
perusahan, yaitu: (1) perumusan dan penegasan tentang prinsip-prinsip dasar pengelolaan
perusahaan yang dianggap sehat, (2) perumusan dan penegasan tentang aturan main, atau
National Committee on Governance (NCG) terdiri dari: (1) perlakuan yang setara (fairness),
lebih mudah memperoleh akses modal dengan persyaratan yang lebih mudah dan
lebih murah,
c. Meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya dalam jangan panjang.
Pengendalian internal mempunyai banyak arti tergantung dari latar belakang orang yang
menafsirkannya. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan kerancuan pemahaman di antara para
pelaku bisnis, legislator, aparat pemerintah, aparat pengawas, auditor dan sebagainya. Masalah
menjadi tambah kompleks bila istilah “pengendalian internal” tersebut belum dirumuskan dengan
jelas, dijabarkan secara tertulis, dan diberi landasan hokum yang kuat.
sangkar sebagaimana terlihat pada gambar 4.1. Pada gambar 4-1 terlihat kotak-kotak tiga
dimensi, yaitu (1) tujuan-tujuan kontrol, (2) komponen-komponen kontrol, (3) entitas kontrol.
b. Operasi (operations)
c. Ketaatan (camplience)
e. Pemantauan (Monitoring)
Dimensi ketiga dari pengendalian internal dlihat dari komponen entitas (emtity) yang
terdiri dari :
a. Entitas berdasakan fungsi atau aktivitas
Gambar 4-1
Hubungan Komponen-Komponen Pengendalian Internal
Merupakan susunan dari standar, proses dan struktur yang menyediakan dasar untuk
standar, proses, dan struktur yang menjadi landasan terselenggaranya pengendalian internal
di dalam organisasi secara menyeluruh. Lingkungan pengendalian tercermin dari suasana dan
kesan yang diciptakan dewan komisaris dan manajemen puncak mengenai pentingnya
harapan atau ekspektasi itu pada berbagai tingkatan organisasi. Sub-komponen lingkungan
pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut organisasi; parameter-
parameter yang menjadikan dewan komisaris mampu melaksanakan tanggung jawab tata
kelola; struktur organisasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab; proses untuk
ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. Lingkungan
Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk
mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO 2013 merumuskan
definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan berdampak merugikan
bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat internal (berasal dari
dalam) ataupun eksternal (bersumber dari luar). Risiko yang teridentifikasi akan
dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan. Penilaian risiko menjadi
dasar bagaimana risiko organisasi akan dikelola. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko
adalah penetapan tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkat organisasi. Manajemen
harus menetapkan tujuan dalam katagori operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan jelas
sehingga risiko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan dianalisa. Manajemen juga harus
dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakan arahan manajemen dalam rangka
semua tingkat organisasi, pada berbagai tahap proses bisnis, dan pada konteks lingkungan
teknologi. Kegiatan pengendalian ada yang bersifat preventif atau detektif dan ada yang
bersifat manual atau otomatis. Contoh kegiatan pengendalian adalah otorisasi dan
persetujuan, verivikasi, rekonsiliasi, dan revie kenerja. Dalam memilih dan mengembangkan
Jika pemisah fungsi tersebut dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan
menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal
pengendalian internal COSO adalah proses iteratif dan berkelanjutan untuk memperoleh,
diseminasi informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas,
komponen ini hanya disebut pemantau (monitoring). Perubahan ini dimaksudkan untuk
memeprluas persepsi pemantauan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan sendiri dan
juga sebagai bagian dari masing-masing empat komponen pengendalian intern lainnya.
intern ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibagun di dalam
proses bisnis pada tingkat yang berbeda-beda guna menyajikan informasi tepat waktu.
Evaluasi terpisah dilakukan secara periodic, bervariasi lingkup dan frekuensinya tergantung
pada hasil penilian risiko, efektivitas evaluasi berkelanjutan, dan pertimbangan manajemen
lainnya.
a. KELEBIHAN
perundang-undangan
b. KEKURANGAN
Pengendalian yang efektif hanya dapat membantu entitas mencapai tujuan tersebut. Hal
ini memberikan manajemen informasi tentang kemajuan entitas, atau kurang dari itu
terhadap prestasi mereka. Tapi pengendalian intern tidak dapat mengubah manajer
inheren buruk menjadi baik. Dan pergeseran kebijakan atau program pemerintah,
tindakan pesaing atau kondisi ekonomi dapat melampaui control manajemen. Control
keefektifan dari pelaksanaannya dinyatakan sebagai sebuah kondisi dalam suatu titik
waktu tertentu. Jika defisiensi Pengendalian Internal telah dikoreksi/dibetulkan pada saat
pelaporan, COSO menyetujui apabila laporan manajemen pada pihak luar menyatakan
langsungnya, namun jika informasinya sensitive maka perlu adanya jalur khusus
penyampaian informasi
Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses yang dijalankan untuk dewan komisaris,
manajemen, dan personil lain dalam perusahaan. Adapun kriteria dari pengendalian internal
yaitu :
mencapai tujuan dan meminimalkan resiko. Sebagai hasil dari ditetapkannnya pengendalaian
internal dalam sisten informasi akuntansi adalah dihasilkannya informasi akuntansi yang
Sistem pengendalian internal adalah suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan
semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan
tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian internal:
3. Mendorong efisiensi.
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Pengendalian Internal Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya
adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh:
Contoh: pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian
diambil tindakan.
Tujuan pengendalian internak dilihat dari perspektif Sistem Informasi Akuntansi, lebih ditujukan
untuk membantu manajemen melakukan asset perusahaan (tujuan kategori), dan membina Sistem
Untuk mencapai kedua tujuan ini, Weygrant, Kieso, Kimmel (2007) mengemukakan beberapa
2. Pemisahan tugas,
3. Prosedur dokumentasi,
4. Kendali secara fisik, elektronik, dan mekanik,
jaminan yang memadai (reasonable assurance) atas pengamanan aset dan keandalan catatan
1. Faktor lingkungan. SIA dan organisasi perusahaan merupakan sistem yang terbuka,
artinya faktor lingkungan di luar SIA atau di luar entitas perusahaan ikut menentukan
terhadap keberlangsungan hidup perusahaan antara lain seperti bencana alam (banjir,
tsunami), kondisi politik dan ekonomi suatu Negara, dan sebagainya. Faktor integritas dan
suatu entitas organisasi dapat bertindak secara etis dalam setiap tindakan dan keputusan
mereka. Berbagai peraturan dan regulasi dari pemerintah dapat menghambat atau
sebagainya.
2. Faktor kompetensi dan integritas sumber daya manusia. Unsur manusia sesungguhnya
samping itu, setiap karyawan bagaimanapun cakapnya, ada saat-saat tertentu dimana
karyawan tersebut juga mengalami keletihan, atau kecerobohan sehingga dapat saja
pengendalian internal tentu saja tidak boleh melebihi manfaat yanbg akan diperoleh dari
sistem tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penyusun menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan melakukan penelitian dengan cara
studi pustaka. Dalam metode ini penyusun membaca buku yang berkaitan dengan materi
PEMBAHASAN
Tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah
praktik keteladanan dalam mengelola sebuah korporasi yang terus berkembang di dunia
internasional. GCG menjadi salah satu indikator penting dan panduan oleh investor untuk
menerapkan GCG dengan baik, kepercayaan dan rasa aman ata investasi menjadi modal
dasar yang penting dalam era ekonomi global yang tanpa batas. Oleh karena itu,
penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, tercermin dalam suatu
pentingnya hubungan yang harmonis antara entitas usaha dan pemangku kepentingan.
Melalui hubungan yang harmonis ini, diharapkan akan terbentuk dunia usaha yang
menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat, dan justru mampu berkontribusi bagi
sebagaimana telah dirilis dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang
Penerapana ke-5 prinsip di atas diselaraskan dengan nilai-nilai inti perusahaan, yaitu
kerjasama kelompok.
Infrastruktur dan softstructure atau perangkat kebijakan menjadi bagian penting untuk
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); Direksi dengan tugasnya untuk mengelola
perusahaan; dan Dewan Komisaris yang berfungsi melakukan pengawasan. Perusahaan telah
memiliki ketiga organ utama, baik RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris dan
Direksi memiliki tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha Perusahaan dalam
jangka panjang. Dibantu oleh beberapa organ pendukung, pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai
perusahaan.
Perangkat kebijakan berfungsi untuk memberikan kerangka kerja dari seluruh infrastruktur
GCG yang ada. Perangkat kebijakan di lingkup perusahan senantiasa dilengkapi dan
ditinjau efektivitasnya secara berkala dalam menunjang penerapan GCG secara optimal.
Dalam prosedur perusahaan terdapat sistem pengendalian internal untuk ABM dan entitas
menjadi dasar bagi seluruh karyawan dalam menjalankan aktivitas operasional. Perusahaan
SOP perusahaan dan anak-anak perusahan. Perusahaan juga menyusun SOP baru untuk
Selama tahun 2017 sebanyak 2 (dua) kali SOP mengalami perubahan dan pembaruan,
secara umum dan/atau khuusu sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan serta memberi
nasihat kepada Direksi dan memastikan bahwa perusahaan telah menerapkan GCG secara
mana RUPS bertindak sebagai organ yang mengangkat dan memberhentikan anggota
Dewan Komisaris. Tugas Dewan Komisaris secara kolektif adalah melakukan pengawasasn
dan keputusan RUPS, serta semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan relevan.
Disamping itu, Dewan Komisaris juga memiliki kewenangan untuk memantau dan melalukan
evaluasi terhadap penerapan tata kelola perusahaan, meneliti dan menelaah laporan
tahunan yang disiapkan Direksi, serta menandatangani laporan tersebut sepanjang Dewan
Hasil pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris disertai dengan kajian, di mana
pendapat Dewan Komisaris disampaikan pada RUPS sebagai bagian dari penilaian kinerja
Direksi. Dewan Komisaris juga melakukan evaluasi dan menyetujui business plan perusahan
Direksi adalag organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perusahan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan serta mewakili perusahaan baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perusahaan.
Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.
Adapun tugas dan tanggung jawab Direksi diantaranya adalah sebagai berikut:
dan bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut, serta mewakili perusahaan
Direksi berhak mewakili perusahaan di dalam maupun di luar pengadilan serta melakukan
segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan
kekayaan perusahaan serta mengikat perusahaan dengan pihak lain dengan pembatasan-
B. MANAJEMEN RISIKO
Perusahaan berkomitmen untuk mengelola risiko secara komprehensif dan terintegrasi sebagai
upaya untuk melindungi dan meningkatkan nilai bagi semua pemangku kepntingan. Hal ini telah
dicanangkan sejak awal bahkan sejauh sebelum perusahaan didirikan oleh Grup TMT. Pada
tahun 2007, TMT telah membentuk Komite Manajemen Risiko untuk memulai proses implementasi
manajemen risiko. Pada tahun 2010 Enterprise Risk Management (ERM) untuk mengelola risiko
secara menyeluruh (enterprise wide) mulai dijalankan dengan evaluasi dan sosialisasi hingga
kerangka kerja manajemen risiko yang secara komprehensif mencakup semua risiko yang
teridentifikasi sebagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan dan seluruh entitas anak. Sistem
manajemen risiko ini juga memitigasi dampak dari risiko-risiko yang mungkin terjadi.
Seluruh risiko yang telah teridentifikasi ini dinilai dengan skala yang telah diformulasikan
secara internal, dan risiko-risiko yang terpenting bagi Grup ABM ditabulasi dalam profil risiko
Direksi merupakan pemilik risiko dan penangung jawab utama dalam pengelolaan risiko
perusahaan. Dalam pelaksanaanya, Direksi dibantu oleh Departemen Manajemen Risiko (ERM)
sebagai pihak yang bertanggung jawab memastikan proses dan fungsi manajemen risiko
1. Lingkungan pengedalian internal dalam perusahaan yang disiplin dan terstruktur termasuk
3. Aktivitas pengendalian.
5. Pemantauan.
Dalam penerapannya, sistem pengendalian internak lini di perusahaan dilakukan oleh masing-
masing fungsi yang berkaitan langsung dengan setiap line of defense: risk owner, risk control, dan
risk assurance, yang aktivitasnya diatur melalui berbagai kebijakan berupa pedoman, SOP, dan
instruksi kerja.
AKTIVITAS PENGENDALIAN
Sistem pengendalian internal merupakan aspek penting dalam manajemen perusahaan yang
sehat dan aman. Sistem pengendalian internal dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, antara
lain menjamin semua kegiatan usaha perusahaan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Selain itu, sistem pengendalian internal yang efektif dapat membantu
perusahaan menjaga asset yang dimiliki, menjamin tersedianya pelaporan keuangan yang
Sistem pengendalian internal Grup ABM diterapkan melalui Prosedur Operasional Standar
(Standar Operating Procedures, SOP) yang menjadi dasar dalam menjalankan aktivitas
operasional. Perusahaan secara periodik melakukan pengkajian, penyesuaian, dan standardisasi
atas seluruh SOP, serta menyusun SOP baru untuk menunjang perkembangan proses bisnisnya.
Di sepanjang tahun 2017 sebanyak 2 (dua) SOP mengalami perubahan dan pembaharuan,
SOP terkait IDPP for Investment yang dikeluarkan oleh Corporate Strategy Planning &
Performance Dept.
SOP terkait IDPP for Divestment yang dikeluarkan oleh Corporate Strategy Planning &
Performance Dept
SOP terkait Cross Selling yang dikeluarkan oleh Business Development Dept.
SOP terkait Inter-Office Memo, Intra-Office Memo dan Internal Memo yang dikeluarkan
SOP terkait VAT Reconciliation yang dikeluarkan oleh Corporate Tax Dept.
SOP terkait WHT Reconciliation yang dikeluarkan oleh Corporate Tax Dept.
SOP terkait Control Assessment yang dikeluarkan oleh Internal Audit Dept.
SOP terkait Helpdesk Ticket Handling yang dikeluarkan oleh ICT Dept.
Secara umum pada tahun 2017 tidak ditemukan adanya kelemahan dalam sistem
pengendalian internal yang berlaku di perusahaan baik yang dapat berpengaruh secara
dilakukan oleh setiap fungsi, dengan mengacu pada temuan audit baik internal maupun eksternal,
serta temuan oleh setiap fungsi baik secara mandiri maupun fungsi-fungsi terkait di perusahaan.
Evaluasi sistem pengendalian interna beserta tindak lanjutnya dilakukan dengan melalukan
perbaikan atas kebijakan dan prosedur operasionak standar yang kemudian akan
disosialisasikan kembali ke seluruh fungsi terkait. Temuan yang berkaitan dengan kedisiplinan
karyawan ditindaklanjuti dengan mengacu pada Peraturan Perusahaan. Sementara itu, temuan
yang terkait dengan sistem ditindaklanjuti bekerja sama dengan fungsi teknologi informasi dan
KESIMPULAN
Makalah ini dimulai dengan suatu pengendalian terhadap pengendalian intern dan
membahas lima komponen penting dari sistem pengendalian intern secara mendetil, termasuk
pengendalian intern yang mencukupi untuk merencanakan audit, dan untuk mendokumentasikan
pemahaman tersebut ke dalam kertas kerja audit. Secara virtual setiap entitas yang harus diaudit
Sifat dan luasnya prosedur yang digunakan dalam memperoleh suatu pemahaman
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti strategi audit, pengalaman masa lalu dengan klien, serta
ukuran dan kompleksitas dari operasi klien. Pemahaman auditor harus didokumentasikan dalam
kertas kerja melalui kuesioner yang dilengkapi, bagan arus, dan/atau memorandum naratif.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I Cenik, dan Hendro Lukman. 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Mitra Wacana Media.
Anonim.2017.https://www.abminvestama.com/media/backend/doc/pdfen//ABM%20Investama
%20Financial%20Report%20-%20Q1%202017.pdf. Diakses 21 Juli, 22.15 WIB
Rizkianurhalimah.2013. https://rnhalimah.wordpress.com/2013/10/06/sistem-pengendalian-
intern/ (October 6, 2013 by rizkianurhalimah). Diakses 21 Juli, 20.45 WIB