Anda di halaman 1dari 28

SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

Dosen: Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA

Tentang:
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PT ABM INVESTAMA TBK

Oleh:
Lidya Kartika Dhewi (55517120013)

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat

yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga

keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,

mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah

ditetapkan.

Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang

bertujuan agar semua rencana perusahaan dapat tercapai. Pengendalian internal mempunyai

peranan yang penting untuk dapat mendeteksi, mencegah kecurangan serta melindungi asset

perusahaan. Pengendalian internal pada perusahaan bertujuan agar laporan keuangan yang

dihasilkan dapat diandalkan, tujuan perusahaan dapat dicapai tepat waktu serta kepatuhan

terhadap hukum dan regulasi.

Tujuan penulisan ini ingin mengetahui implementasi pengendalian internal pada PT ABM

Investama Tbk. Penilitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi literature dalam bidang

keilmuan Sistem informasi dan Pengendalian Internal, informasi didapatkan dari buku dan

internet.

Keyword: Sistem Pengendalian Internal (SPI)


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangan dunia usaha menyebabkan terjadinya perubahan cukup signifikan

dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat

operasional maupun pimpinan dan pada semua jenjang dengan di dukung oleh perkembangan

sistem pengendalian internal. Keberhasilan maupun kegagalan perusahaan dalam menjalankan

operasi bisnis salah satunya dipengaruhi sistem informasi yang baik.

Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen

dalam membantu mengambil keputusan kemudian menjalankan kegiatan operasional perusahaan,

di mana sistem tersebut merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan

prosedur-prosedur yang tergorganisasi untuk mencapai tujuan (Sari, 2017). Dalam mencapai

tujuan organisasi, maka sistem informasi yang baik harus mempunyai pengendalian internal

sebagai mekanisme yang dilakukan untuk menjamin terlaksananya sistem dan kebijakan

manajemen dengan baik pula.

Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan yang

bertujuan agar semua rencana perusahaan dapat tercapai. Pengendalian internal mempunyai

peranan yang penting untuk dapat mendeteksi, mencegah kecurangan serta melindungi asset

perusahaan. Pengendalian internal pada perusahaan bertujuan agar laporan keuangan yang

dihasilkan dapat diandalkan, tujuan perusahaan dapat dicapai tepat waktu serta kepatuhan

terhadap hukum dan regulasi.

Berbagai pengalaman menunjukan banyaknya kasus kecurangan dalam dunia bisnis dimana

manajemen dalam menyajikan laporan keuangan, hal ini merupakan cerminan dari lemahnya

pengendalian internal dalam pengelolaan organisasi tersebut. Banyaknya kasus kecurangan


tersebut mendorong dibentuknya komite yang diseponsori oleh lima organisasi yang dikenal

sebagai The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).

COSO adalah sebuah organisasi sektor swasta yang sukarela, didirikan di Amerika Serikat,

yang bertujuan untuk menyediakan panduan kepada manajemen eksekutif dan pengelola

perusahaan tentang aspek-aspek kritis dalam pengelolaan organisasi, etika bisnis, pengendalian

internal, manajemen risiko perusahaan, kecurangan, dan pelaporan keuangan. COSO

menghasilkan product antara lain Internal Control – Integrated Framework (1992) dan Enterprise

Risk Management – Integrated Framework (1994). Indonesia mengadopsi Internal Control –

Integrated Framework (1992) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008mengenai

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Dalam perkembangannya, COSO telah mengeluarkan kerangka pengendalian internal

terbaru yaitu Internal Control – Integrated Framework (2013) untuk menggantikan kerangka

pengendalian internal yang lama. Kemampuan dalam mencapai laba dan untuk bertahannya

suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dalam pengelolaan risiko tersebut. Sebuah

sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang agar

manajemen mendapatkan keyakinan bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya.

Perancangan dan Sistem Pengendalian Internal yang mampu mengelola risiko-risiko bisnis

secara terintegrasi pada dasarnya merupakan bagian dari upaya seluruh komponen perusahaan

di bawah komando Dewan Direksi dalam mengelola perusahaan (corporate governance), atau

dengan kata lain pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat

dipengaruhi oleh apakah system pengendalian intern yang dirancang telah mampu mengelola

risiko-risiko bisnis secara memadai.


B. RUMUSAN & TUJUAN MASALAH

Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan penulisan yang lebih terfokus

dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan

iniadalah untuk menganalisa sistem pengendalian internal pada perusahaan PT. ABM Investama

Tbk dan pengaruhnya terhadap kontrol dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan untuk dapat

tetap mengembangkan sistem pada perkembangan bisnisnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. MANIPULASI (FRAUD)

Isu tentang tata kelola perusahaan (corporate governance/CG) tidak dapat dilepaskan

kaitannya dengan maraknya berbagai kegagalan bisnis dan skandal manipulasi yang dilakukan

oleh para pemimpin puncak perusahaan-perusahaan besar dengan melibatkan kantor akuntan

publik menjelang awal abad ke-21 baik di Amerika Serikat, dan belahan dunia lainnya termasuk

di Indonesia. Mega skandal dan kegagalan bisnis terjadi secara beruntun di Amerika Serikat,

seperti skandal Enron, WorldCom, Xerox, Merck, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems,

Kantor Akuntan Arthur Anderson dan Lehman Brothers. Di Indonesia terjadi krisis perbankan dan

kebangkrutan perusahaan-perusahaan konglomerasi menjelang akhir abad ke-20. Skandal mega

bisnis ini, telah mengakibatkan timbulnya krisis ekonomi di Amerika Serikat, bahkan juga memicu

kris ekonomi global.

Berbagai manipulasi dan kegagalan bisnis yang terjadi secara beruntun dan dalam kurun

waktu yang hamper bersamaan ini membuktikan lemahnya corporate governance perusahaan,

lembaga keuangan dan kantor akuntan tersebut, namun sekaligus juga menunjukkan lemahnya

pengawasan oleh lembaga pemegang otoritas terkait dimanca Negara. Krisis keuangan di

Negara-negara Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997-1998, juga disebabkan oleh

lemahnya corporate governance. Tidak efektifnya implementasi corporate governacedi Indonesia.

Untuk memperjelas konsep manipulasi ini, Hall (2008) mengatakan bahwa manipulasi adalah:

“… a false representation of a material fact made by one party to another party with the intent to

deceive and induce the other party to justifiable rely on the fact to his or her detriment.” Selanjutnya

dikatakan bahwa suatu tindakan disebut bersifat manipulative jika memenuhi 5 kondisi sebagai

berikut:
1. Penyajian palsu (false representation), artinya harus ada penyajian, atau pernyataan,

atau pengungkapan palsu, atau ada sesuatu yang tidak diungkapkan,

2. Fakta material (material fact), suatu fakta harus cukup substansial sehingga mendorong

seseorang untuk bertindak,

3. Ada niat (intent), ada maksud yang disengaja untuk menipu atau ada kesengajaan

bahwa informasi yang disampaikan adalah palsu,

4. Keterandalan yang dijustifikasi (justifiable reliance), pernyataan palsu hendaknya menjadi

suatu faktor yang substansial yang dipercaya oleh pihak yang dirugikan,

5. Kerugian (injury, or loss), penipuan menyebabkan kerugian baik pihak lain yang menjadi

korban.

Manipulasi dalam konteks bisnis sering mempunyai arti yang sangat khusus, misalnya:

penggelapan atau pencurian asset perusahaan, mark up harga barang, rekayasa laporan

keuangan, KKN, dan sebagainya. Dalam dunia akuntansi, keuangan dan auditing juga

dikenal istilah: kejahatan kerah putih (white-collar crime) dan ketidakteraturan.

B. TATA KELOLA PERUSAHAAN (CORPORATE GOVERNANCE /CG)

1. PENGERTIAN CORPORATE GOVERNANCE

Konsep corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di

Inggris pada tahun 1922, namun baru mulai popular pada akhir abad ke-20 setelah muncul

berbagai kasus manipulasi yang dilakukan oleh pimpinan puncak perusahaan-perusahaan

multi nasional, khususnya yang terjadi di Amerika Serikat (Agoes & Ardana, 2007). Definisi

yang diberikan oleh Cadbury Committee tentang tata kelola perusahaan (coorporata

governance) adalah:
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors,

the government, employees, and other internal and eksternal stakeholders in respect to

their right and responsibilities, or the systems by which companies are directed and

controlled”.

Atau bila diterjemahkan secara bebas, CG adalah:

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta

para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang mengarahkan

dan mengendalikan perusahaan.

2. PRINSIP-PRINSIP CG

Pada dasarnya, ada dua hal pokok yang ditegaskan kembali dalam Tata Kelola

perusahan, yaitu: (1) perumusan dan penegasan tentang prinsip-prinsip dasar pengelolaan

perusahaan yang dianggap sehat, (2) perumusan dan penegasan tentang aturan main, atau

mekanisme kerja antar manajemen (board of directors)dengan para pemangku kepentingan

perusahaan (stakeholders). Prinsip-prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang sehat menurut

National Committee on Governance (NCG) terdiri dari: (1) perlakuan yang setara (fairness),

(2) transparansi (transparency), (3) akuntabilitas (accountability), (4) responsibilitas

(responsibility), dan (5) kemandirian (independency).

3. TUJUAN DAN MANFAAT CG

Tujuan dan manfat dari penerapan CG, antara lain:

a. Meminimalisasikan terjadinya manipulasi oleh manajemn akibat konflik kepentingan

dan meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.,

b. Meningkatkan kepercayaan para investor dan calon investor; sehingga diharapkan

lebih mudah memperoleh akses modal dengan persyaratan yang lebih mudah dan

lebih murah,
c. Meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya dalam jangan panjang.

C. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian internal mempunyai banyak arti tergantung dari latar belakang orang yang

menafsirkannya. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan kerancuan pemahaman di antara para

pelaku bisnis, legislator, aparat pemerintah, aparat pengawas, auditor dan sebagainya. Masalah

menjadi tambah kompleks bila istilah “pengendalian internal” tersebut belum dirumuskan dengan

jelas, dijabarkan secara tertulis, dan diberi landasan hokum yang kuat.

1. KOMPONEN-KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

Untuk memahami pengertian pengendalian internal yang lebih komprehensif, COSO

menggambarkan hubungan antar berbagai komponen pengendalian berupa kotak bujur

sangkar sebagaimana terlihat pada gambar 4.1. Pada gambar 4-1 terlihat kotak-kotak tiga

dimensi, yaitu (1) tujuan-tujuan kontrol, (2) komponen-komponen kontrol, (3) entitas kontrol.

Dimensi kesatu, tujuan dari pengendalian internal yaitu:

a. Pelaporan keuangan (financial reporting)

b. Operasi (operations)

c. Ketaatan (camplience)

Dimensi kedua, komponen-komponen kontrol terdiri dari 5 komponen sebagai berikut:

a. Lingkungan pengendalian (Control Environment),

b. Penaksiran Risiko (Risk Assesment),

c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities),

d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication),

e. Pemantauan (Monitoring)

Dimensi ketiga dari pengendalian internal dlihat dari komponen entitas (emtity) yang

terdiri dari :
a. Entitas berdasakan fungsi atau aktivitas

b. Entitas berdasarkan unit-unit dalam suatu organisasi.

Gambar 4-1
Hubungan Komponen-Komponen Pengendalian Internal

Penjelasan singkat dari komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Merupakan susunan dari standar, proses dan struktur yang menyediakan dasar untuk

terlaksananya pengendalian internal dalam organisasi. Lingkungan pengendalian mencakup

standar, proses, dan struktur yang menjadi landasan terselenggaranya pengendalian internal

di dalam organisasi secara menyeluruh. Lingkungan pengendalian tercermin dari suasana dan

kesan yang diciptakan dewan komisaris dan manajemen puncak mengenai pentingnya

pengendalian internal dan standar perilaku yang diharapkan. Manajemen mempertegas

harapan atau ekspektasi itu pada berbagai tingkatan organisasi. Sub-komponen lingkungan

pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut organisasi; parameter-
parameter yang menjadikan dewan komisaris mampu melaksanakan tanggung jawab tata

kelola; struktur organisasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab; proses untuk

menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten; serta kejelasan

ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. Lingkungan

pengendalian berdampak luas terhadap sistem pengendalian internal secara keseluruhan.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk

mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO 2013 merumuskan

definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan berdampak merugikan

bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat internal (berasal dari

dalam) ataupun eksternal (bersumber dari luar). Risiko yang teridentifikasi akan

dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan. Penilaian risiko menjadi

dasar bagaimana risiko organisasi akan dikelola. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko

adalah penetapan tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkat organisasi. Manajemen

harus menetapkan tujuan dalam katagori operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan jelas

sehingga risiko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan dianalisa. Manajemen juga harus

mempertimbangkan kesesuaian tujuan dengan organisasi. Penilaian risiko mengharuskan

menajemen untuk memperhatikan dampak perubahan lingkungan eksternal serta perubahan

model bisnis organisasi itu sendiri yang berpotensi mengakibatkan ketidakefektifan

pengendalian intern yang ada.

3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan

dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakan arahan manajemen dalam rangka

meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Kegiatan pengendalian dilaksanakan pada

semua tingkat organisasi, pada berbagai tahap proses bisnis, dan pada konteks lingkungan
teknologi. Kegiatan pengendalian ada yang bersifat preventif atau detektif dan ada yang

bersifat manual atau otomatis. Contoh kegiatan pengendalian adalah otorisasi dan

persetujuan, verivikasi, rekonsiliasi, dan revie kenerja. Dalam memilih dan mengembangkan

kegiatan pengendalian, biasanya melekat konsep pemisahan fungsi (segregation of duties).

Jika pemisah fungsi tersebut dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan

mengembangka altenatif kegiatan pengendalian sebagai kompensasinya.

4. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Organisasi memerlukan informasi demi terselenggaranya fungsi pengendalian intern

dalam mendukung pencapaian tujuan. . Manajemen harus memperoleh, menghasilkan, dan

menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal

maupun eksternal, untuk mendukung komponen-komponen pengendalian internal lainnya

berfungsi sebagaimana mestinya. Komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam kerangka

pengendalian internal COSO adalah proses iteratif dan berkelanjutan untuk memperoleh,

membagikan, dan menyediakan informasi. Komunikasi internal harus menjadi sarana

diseminasi informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas,

maupun lintas fungsi.

5. Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activites)

Komponen ini merupakan satu-satunya komponen yang berubah nama. Sebelumnya

komponen ini hanya disebut pemantau (monitoring). Perubahan ini dimaksudkan untuk

memeprluas persepsi pemantauan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan sendiri dan

juga sebagai bagian dari masing-masing empat komponen pengendalian intern lainnya.

Kegiatan pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi

dari keduanya yang digunakan untuk memastikan masing-masing komponen pengendlaian

intern ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibagun di dalam

proses bisnis pada tingkat yang berbeda-beda guna menyajikan informasi tepat waktu.
Evaluasi terpisah dilakukan secara periodic, bervariasi lingkup dan frekuensinya tergantung

pada hasil penilian risiko, efektivitas evaluasi berkelanjutan, dan pertimbangan manajemen

lainnya.

2. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN INTERNAL CONTROL MENURUT COSO

a. KELEBIHAN

a) Pengendalian internal dapat membantu suatu entitas mencapai kinerja dan

profitabilitas target dan mencegah hilangnya sumber daya.

b) Dapat membantu memastikan pelaporan keuangan yang dapat diandalkan.

c) Dapat membantu memastikan bahwa perusahaan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

d) Menghindari kerusakan reputasi dan lainnya.

b. KEKURANGAN

Pengendalian intern dapat memastikan keberhasilan entitas yaitu, ia akan memastikan

tercapainya dasar tujuan bisnis atau setidaknya menjamin kelangsungan hidup.

Pengendalian yang efektif hanya dapat membantu entitas mencapai tujuan tersebut. Hal

ini memberikan manajemen informasi tentang kemajuan entitas, atau kurang dari itu

terhadap prestasi mereka. Tapi pengendalian intern tidak dapat mengubah manajer

inheren buruk menjadi baik. Dan pergeseran kebijakan atau program pemerintah,

tindakan pesaing atau kondisi ekonomi dapat melampaui control manajemen. Control

internal tidak menjamin keberhasilan atau bahkan bertahan hidup.

Meskipun COSO menekankan Pengendalian Internal sebagai suatu “proses” namun

keefektifan dari pelaksanaannya dinyatakan sebagai sebuah kondisi dalam suatu titik

waktu tertentu. Jika defisiensi Pengendalian Internal telah dikoreksi/dibetulkan pada saat
pelaporan, COSO menyetujui apabila laporan manajemen pada pihak luar menyatakan

bahwa Pengendalian Internal telah berjalan efektif.

COSO mendiskusikan bagaimana manajemen memperoleh dan mengolah informasi

jika terjadi defisiensi Pengendalian Internal. COSO merekomendasikan kepada personil

yang mengidentifikasi terjadinya defisiensi untuk segera melaporkannya kepada atasan

langsungnya, namun jika informasinya sensitive maka perlu adanya jalur khusus

penyampaian informasi

Pengendalian internal merupakan bagian integral dari sistem informasi akuntansi.

Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses yang dijalankan untuk dewan komisaris,

manajemen, dan personil lain dalam perusahaan. Adapun kriteria dari pengendalian internal

yaitu :

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Efektivitas dan efisiensi operasi

c. Keputusan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian internal maka perusahaan mampu

mencapai tujuan dan meminimalkan resiko. Sebagai hasil dari ditetapkannnya pengendalaian

internal dalam sisten informasi akuntansi adalah dihasilkannya informasi akuntansi yang

berkualitas dan dapat di audit.

Sistem pengendalian internal adalah suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan

semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan

tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran

data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen yang telah ditetapkan.

Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian internal:

1. Menjaga kekayaan organisasi.


2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

3. Mendorong efisiensi.

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua

yaitu:

1. Pengendalian Internal Akuntansi (Preventive Controls)

2. Pengendalian Internal Administratif (Feedback Controls)

Penjelasan atas pengendalian internal di atas, yaitu:

1. Pengendalian Internal Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya

adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh:

adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.

2. Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi).

Contoh: pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian

diambil tindakan.

D. PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN INTERNAL

Tujuan pengendalian internak dilihat dari perspektif Sistem Informasi Akuntansi, lebih ditujukan

untuk membantu manajemen melakukan asset perusahaan (tujuan kategori), dan membina Sistem

informasi akuntansi yang andal dan dapat dipercaya

Untuk mencapai kedua tujuan ini, Weygrant, Kieso, Kimmel (2007) mengemukakan beberapa

prinsip pengendalian internal sebagai berikut:

1. Menetapkan tanggung jawab,

2. Pemisahan tugas,

3. Prosedur dokumentasi,
4. Kendali secara fisik, elektronik, dan mekanik,

5. Verifikasi internal yang bersifat independen,

6. Alat kontrol lainnya.

E. KETERBATASAN DAN ANCAMAN TERHADAP PENGENDALIAN INTERNAL

Perusahaan merancang sistem pengendalian internal dengan maksud untuk memperoleh

jaminan yang memadai (reasonable assurance) atas pengamanan aset dan keandalan catatan

akuntansi perusahaan. Konsep tentang “jaminan yang memadai (reasonable assurance)

menyiratkan pemahaman bahwa sistem pengendalian internal yang diimplementasikan tidak

sepenuhnya dapat menjamin/mengatasi risiko operasional, keamana aset, serta keandalan

catatan akuntansi suatu entitas, karena beberapa alasan yaitu:

1. Faktor lingkungan. SIA dan organisasi perusahaan merupakan sistem yang terbuka,

artinya faktor lingkungan di luar SIA atau di luar entitas perusahaan ikut menentukan

kualitas SIA dan/atau keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Ancaman lingkungan

terhadap keberlangsungan hidup perusahaan antara lain seperti bencana alam (banjir,

tsunami), kondisi politik dan ekonomi suatu Negara, dan sebagainya. Faktor integritas dan

moralitas para pejabat pemerintahan/birokrasi ikut menentukam sejauh mana manajemen

suatu entitas organisasi dapat bertindak secara etis dalam setiap tindakan dan keputusan

mereka. Berbagai peraturan dan regulasi dari pemerintah dapat menghambat atau

mendorong kelangsungan hidup perusahaan. Faktor lingkungan SIA, misalnya menyangkut

tingkat ketersediaan dan kompetensi tenaga akuntan/tenaga IT yang tersedia, ancaman

virus terhadap data/program computer, perkembangan teknologi informasi, dan

sebagainya.

2. Faktor kompetensi dan integritas sumber daya manusia. Unsur manusia sesungguhnya

menjadi faktor yang paling menentukan. Bagaimanapun bagusnya sistem pengendalian


internal yang diimplementasikan, sistem tersebut menjadi tidak tidak efektif bila di dalam

organisasi/perusahaan terdapat kejahatan yang dilakukan secara berjamaah (kolusi),

apalagi kolusi tersebut melibatkan pimpinan puncak suatu organisasi/perusahaan. Di

samping itu, setiap karyawan bagaimanapun cakapnya, ada saat-saat tertentu dimana

karyawan tersebut juga mengalami keletihan, atau kecerobohan sehingga dapat saja

membuat kesalahan yang tidak disadari.

3. Faktor “biaya” selalu menjadi pertimbangan utama dalam mengimplementasikan sistem

pengendalian internal. Biaya yang ditimbulkan dari pengimplementasian sistem

pengendalian internal tentu saja tidak boleh melebihi manfaat yanbg akan diperoleh dari

sistem tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

Penyusun menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan melakukan penelitian dengan cara

studi pustaka. Dalam metode ini penyusun membaca buku yang berkaitan dengan materi

makalah kami yang berjudul Pemahaman Mengenai Pengendalian Intern.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. TATA KELOLA PERUSAHAAN ABM

1. Prinsip Utama Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah

praktik keteladanan dalam mengelola sebuah korporasi yang terus berkembang di dunia

internasional. GCG menjadi salah satu indikator penting dan panduan oleh investor untuk

menilai kinerja perusahaan guna mengamankan investasinya. Dalam perusahan yang

menerapkan GCG dengan baik, kepercayaan dan rasa aman ata investasi menjadi modal

dasar yang penting dalam era ekonomi global yang tanpa batas. Oleh karena itu,

penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, tercermin dalam suatu

mekanisme corporate governance yang dapat diandalkan sehingga tercipta kinerja

perusahaan yang baik.

Di Indonesia, regulator bersama-sama dengan berbagai pihak yang menaruh perhatian

terhadap perkembangan GCG di Indonesia memberikan penegasan yang kuat atas

pentingnya hubungan yang harmonis antara entitas usaha dan pemangku kepentingan.

Melalui hubungan yang harmonis ini, diharapkan akan terbentuk dunia usaha yang

menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat, dan justru mampu berkontribusi bagi

dimensi sosial dan lingungan di sekitarnya.

2. Prinsip Dasar GCG dan Penerapannya

Dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG, perusahaan mengacu pada 5 (lima) prinsip

dasar yaitu: transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran,

sebagaimana telah dirilis dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang

dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).


Penjelasan prinsip-prinsip dasar di atas dan penerapannya secara umum di lingkup

perusahaan adalah sebagai berikut:

Prinsip Dasar Penerapan di ABM

Transparansi  Penyusunan dan penjelasan Rencana Kerja dan Anggaran


Perusahaan tahunan
 Laporan Tahunan
 Laporan Keuangan berkala yang meliputi laporan
keuangan tahunan, tengah tahun dan triwulan
Akuntabilitas Perusahaan memiliki 3 (tiga) tingkatan akuntabilitas dalam
setiap aktivitas, meliputi:
 Akuntabilitas korporasi
 Akuntabilitas tim
 Akuntabilitas individual
Tanggung Jawab  Mematuhi ketentuan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
 Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
 Melaksanakan kewajiban keterbukaan informasi sesuai
regulasi yang ditetapkan
Independensi Bagi perusahaan, independensi mendorong profesionalisme dan
kreativitas dalam mengelola manajemen perusahaan dengan
menerapkan prinsip kemandirian, antara lain:
 Saling menghormati hak, kewajiban, tugas, wewenang serta
tanggung jawan diantara organ perusahaan
 Dewan komisaris, direksi, dan pegawai selalu menghindari
terjadinya benturan kepentingan, seperti dalam kebijakan
kepegawaian, pengadaan dan keuangan.
Kewajaran  Pemegang saham berhak menghadiri dan memberikan
suaran dalam RUPS sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Perusahaan memperlakukan semua rekanan secara adil dan
transparan.

Penerapana ke-5 prinsip di atas diselaraskan dengan nilai-nilai inti perusahaan, yaitu

integritas, pengembangan berkelanjutan, keunggulan, proaktif, tanggung jawab, dan

kerjasama kelompok.

3. Infrastruktur dan Softstructure Tata Kelola Perusahan yang Baik

Infrastruktur dan softstructure atau perangkat kebijakan menjadi bagian penting untuk

menjalankan praktik GCG di lingkup perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun


2017 tentang Perseroan Terbatas (PT), infrastruktur keorganisasian sebuah PT terdiri dari

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); Direksi dengan tugasnya untuk mengelola

perusahaan; dan Dewan Komisaris yang berfungsi melakukan pengawasan. Perusahaan telah

memiliki ketiga organ utama, baik RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris dan

Direksi memiliki tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha Perusahaan dalam

jangka panjang. Dibantu oleh beberapa organ pendukung, pelaksanaan tugas Dewan

Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai

perusahaan.

Perangkat kebijakan berfungsi untuk memberikan kerangka kerja dari seluruh infrastruktur

GCG yang ada. Perangkat kebijakan di lingkup perusahan senantiasa dilengkapi dan

ditinjau efektivitasnya secara berkala dalam menunjang penerapan GCG secara optimal.

Dalam prosedur perusahaan terdapat sistem pengendalian internal untuk ABM dan entitas

anak diimplementasikan melalui penerapan Standar Operating Procedures (SOP) yang

menjadi dasar bagi seluruh karyawan dalam menjalankan aktivitas operasional. Perusahaan

secara berkesinambungan melakukan pengkajian, penyesuaian, dan standarisasi atas seluruh

SOP perusahaan dan anak-anak perusahan. Perusahaan juga menyusun SOP baru untuk

menunjang perkembangan proses bisnisnya.

Selama tahun 2017 sebanyak 2 (dua) kali SOP mengalami perubahan dan pembaruan,

sementara ada 9 (Sembilan) SOP baru yang dibentuk tahum 2017.

4. Struktur Organ Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan

secara umum dan/atau khuusu sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan serta memberi

nasihat kepada Direksi dan memastikan bahwa perusahaan telah menerapkan GCG secara

efektif dan berkelanjutan.


Dewan komisaris bertanggungjawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), di

mana RUPS bertindak sebagai organ yang mengangkat dan memberhentikan anggota

Dewan Komisaris. Tugas Dewan Komisaris secara kolektif adalah melakukan pengawasasn

terhadap pengurusan perusahaan yang dilakukan Direksi serta memberikan nasihat

berkenaan dengan kebijakan Direksi terkait rencan pengembangan perusahaan, rencana

kerja dan anggaran tahunan perusahaan, pelaksanaan ketentuan-ketentuan anggaran dasar

dan keputusan RUPS, serta semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan relevan.

Disamping itu, Dewan Komisaris juga memiliki kewenangan untuk memantau dan melalukan

evaluasi terhadap penerapan tata kelola perusahaan, meneliti dan menelaah laporan

tahunan yang disiapkan Direksi, serta menandatangani laporan tersebut sepanjang Dewan

Komisaris setuju dengan isi materi laporan tahunan.

Hasil pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris disertai dengan kajian, di mana

pendapat Dewan Komisaris disampaikan pada RUPS sebagai bagian dari penilaian kinerja

Direksi. Dewan Komisaris juga melakukan evaluasi dan menyetujui business plan perusahan

yang di susun Direksi setiap tahunnya.

Direksi adalag organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perusahan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan serta mewakili perusahaan baik di

dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perusahaan.

Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.

Adapun tugas dan tanggung jawab Direksi diantaranya adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan pengurusan perusahaan sesuai untuk kepentingan dan tujuan perusahaan

dan bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut, serta mewakili perusahaan

baik di dalam mapun di luar pengadilan.

 Direksi berhak mewakili perusahaan di dalam maupun di luar pengadilan serta melakukan

segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan
kekayaan perusahaan serta mengikat perusahaan dengan pihak lain dengan pembatasan-

pembatasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.

B. MANAJEMEN RISIKO

Perusahaan berkomitmen untuk mengelola risiko secara komprehensif dan terintegrasi sebagai

upaya untuk melindungi dan meningkatkan nilai bagi semua pemangku kepntingan. Hal ini telah

dicanangkan sejak awal bahkan sejauh sebelum perusahaan didirikan oleh Grup TMT. Pada

tahun 2007, TMT telah membentuk Komite Manajemen Risiko untuk memulai proses implementasi

manajemen risiko. Pada tahun 2010 Enterprise Risk Management (ERM) untuk mengelola risiko

secara menyeluruh (enterprise wide) mulai dijalankan dengan evaluasi dan sosialisasi hingga

tahun 2011, Komite Manajemen Risiko Perusahaan dibentuk.

Proses manajemen risiko di perusahaan secara keseluruhan dilakukan di dalam suatu

kerangka kerja manajemen risiko yang secara komprehensif mencakup semua risiko yang

teridentifikasi sebagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan dan seluruh entitas anak. Sistem

manajemen risiko ini juga memitigasi dampak dari risiko-risiko yang mungkin terjadi.

Seluruh risiko yang telah teridentifikasi ini dinilai dengan skala yang telah diformulasikan

secara internal, dan risiko-risiko yang terpenting bagi Grup ABM ditabulasi dalam profil risiko

yang diperbarui secara berkala.

Implementasi manajemen risiko dilingkungan perusahaan termasuk di lingkup entitas anak

adalah tanggung jawab jajaran manajemen. Manajemen bertuga mengidentifikasi dan

mengelola risiko sesuai wewenang masing-masing.

Direksi merupakan pemilik risiko dan penangung jawab utama dalam pengelolaan risiko

perusahaan. Dalam pelaksanaanya, Direksi dibantu oleh Departemen Manajemen Risiko (ERM)

sebagai pihak yang bertanggung jawab memastikan proses dan fungsi manajemen risiko

dijalankan di semua level dan unit anak usaha.


C. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

Sistem pengendalian internal yang berlaku di perusahaan dibentuk dan dikembangkan

berdasarkan pada pedoman yang diterbitkan Committee of Sponsoring Organizations of the

Treadway Commission (COSO). Sistem pengendalian interna tersebut mencakup:

1. Lingkungan pengedalian internal dalam perusahaan yang disiplin dan terstruktur termasuk

nilai-nilai perusahaan, code of conduct, peraturan perusahaan, pengendalian keuangan,

operasional, SDM dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

2. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha.

3. Aktivitas pengendalian.

4. Sistem informasi dan komunikasi.

5. Pemantauan.

Dalam penerapannya, sistem pengendalian internak lini di perusahaan dilakukan oleh masing-

masing fungsi yang berkaitan langsung dengan setiap line of defense: risk owner, risk control, dan

risk assurance, yang aktivitasnya diatur melalui berbagai kebijakan berupa pedoman, SOP, dan

instruksi kerja.

AKTIVITAS PENGENDALIAN

Sistem pengendalian internal merupakan aspek penting dalam manajemen perusahaan yang

sehat dan aman. Sistem pengendalian internal dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, antara

lain menjamin semua kegiatan usaha perusahaan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Selain itu, sistem pengendalian internal yang efektif dapat membantu

perusahaan menjaga asset yang dimiliki, menjamin tersedianya pelaporan keuangan yang

akurat, meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, serta

mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian.

Sistem pengendalian internal Grup ABM diterapkan melalui Prosedur Operasional Standar

(Standar Operating Procedures, SOP) yang menjadi dasar dalam menjalankan aktivitas
operasional. Perusahaan secara periodik melakukan pengkajian, penyesuaian, dan standardisasi

atas seluruh SOP, serta menyusun SOP baru untuk menunjang perkembangan proses bisnisnya.

Di sepanjang tahun 2017 sebanyak 2 (dua) SOP mengalami perubahan dan pembaharuan,

sementara ada 9 (Sembilan) SOP baru yang dibentuk tahun 2017:

1. SOP yang diubah dan diperbarui selama tahun 2017

 SOP terkait IDPP for Investment yang dikeluarkan oleh Corporate Strategy Planning &

Performance Dept.

 SOP terkait IDPP for Divestment yang dikeluarkan oleh Corporate Strategy Planning &

Performance Dept

2. SOP yang baru diterbitkan selama tahun 2017

 SOP terkait Cross Selling yang dikeluarkan oleh Business Development Dept.

 SOP terkait Inter-Office Memo, Intra-Office Memo dan Internal Memo yang dikeluarkan

oleh Corporate Secretary Dept.

 SOP terkait VAT Reconciliation yang dikeluarkan oleh Corporate Tax Dept.

 SOP terkait WHT Reconciliation yang dikeluarkan oleh Corporate Tax Dept.

 SOP terkait Control Assessment yang dikeluarkan oleh Internal Audit Dept.

 SOP terkait Problem Management yang dikeluarkan oleh ICT Dept.

 SOP terkait Incident Management yang dikeluarkan oleh ICT Dept.

 SOP terkait Helpdesk Ticket Handling yang dikeluarkan oleh ICT Dept.

 SOP terkait Service Request yang dikeluarkan oleh ICT Dept.

PEMANTUAN DAN EVALUASI

Secara umum pada tahun 2017 tidak ditemukan adanya kelemahan dalam sistem

pengendalian internal yang berlaku di perusahaan baik yang dapat berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja keuangan maupun operasional perusahaan.


Grup ABM terus berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses-proses internal yang

dilakukan oleh setiap fungsi, dengan mengacu pada temuan audit baik internal maupun eksternal,

serta temuan oleh setiap fungsi baik secara mandiri maupun fungsi-fungsi terkait di perusahaan.

Evaluasi sistem pengendalian interna beserta tindak lanjutnya dilakukan dengan melalukan

perbaikan atas kebijakan dan prosedur operasionak standar yang kemudian akan

disosialisasikan kembali ke seluruh fungsi terkait. Temuan yang berkaitan dengan kedisiplinan

karyawan ditindaklanjuti dengan mengacu pada Peraturan Perusahaan. Sementara itu, temuan

yang terkait dengan sistem ditindaklanjuti bekerja sama dengan fungsi teknologi informasi dan

komunikasi sebagai elemen pendukung.


BAB V

KESIMPULAN

Makalah ini dimulai dengan suatu pengendalian terhadap pengendalian intern dan

mendefinisikan pengendalian intern serta komponen-komponennya. Selanjutnya, makalah ini

membahas lima komponen penting dari sistem pengendalian intern secara mendetil, termasuk

aspek-aspek teknologi informasi yang relevan.

Pertimbangan kemudian diberikan unutk memperoleh suatu pemahaman mengenai

pengendalian intern yang mencukupi untuk merencanakan audit, dan untuk mendokumentasikan

pemahaman tersebut ke dalam kertas kerja audit. Secara virtual setiap entitas yang harus diaudit

memiliki suatu sistem akuntansi yang terkomputerisasi.

Sifat dan luasnya prosedur yang digunakan dalam memperoleh suatu pemahaman

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti strategi audit, pengalaman masa lalu dengan klien, serta

ukuran dan kompleksitas dari operasi klien. Pemahaman auditor harus didokumentasikan dalam

kertas kerja melalui kuesioner yang dilengkapi, bagan arus, dan/atau memorandum naratif.
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I Cenik, dan Hendro Lukman. 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Mitra Wacana Media.

Anonim.2017.https://www.abminvestama.com/media/backend/doc/pdfen//ABM%20Investama
%20Financial%20Report%20-%20Q1%202017.pdf. Diakses 21 Juli, 22.15 WIB

Chindy Puspitasari.2014. http://spimakalah1.blogspot.com/. Diakses 21 Juli 22.00 WIB

Kartika. Sari. 2017. https://www.slideshare.net/SariKartika5/si-pi-sari-kartika-hapzi-ali-


implementasi-sistem-pengendalian-internal-universitas-mercu-buana-2017-pdf. Diakses 19 Juli
2018, 18.30 WIB

Kurniawan. Budi. 2013. https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/pemahaman-


spi-sistem-pengendalian-intern/. Diakses 19 Juli 2018, 19.00 WIB

Rizkianurhalimah.2013. https://rnhalimah.wordpress.com/2013/10/06/sistem-pengendalian-
intern/ (October 6, 2013 by rizkianurhalimah). Diakses 21 Juli, 20.45 WIB

Yohana. Premavari. 2017. https://www.slideshare.net/yohanapremavari/15-sipi-yohana-


premavari-hapzi-ali-implementasi-pengendalian-internal-atas-sistem-informasi-pada-perusahaan-
multi-finance-universitas-mercu-buana-2017pdf. Diakses 20 Juli 2018, 21.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai