“PENYUSUNAN ANGGARAN”
DISUSUN OLEH :
Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan
secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang untuk menunjukkan
perolehan dan penggunaan sumber – sumber suatu orrganisasi dalam jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun.
Fungsi dari perencanaan adalah penentuan tujuan. Setelah tujuan di tentukan maka
rencana perencanaan berikutnya adalah penentuan strategi pokok yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan. Tahap perencanaan selanjutnya adalah penyusunan
program. Selanjutnya tahap perencanaan akhir adalah perencanaan anggaran untuk
setiap pusat pertanggungjawaban. Anggaran ini digunakan sebagai alat perencanaan
jang ntuk melaksana sggupan maneje program dalam jangka pendek, umum satu
tahun Dalam penyusunar anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban harus
mempertimbangkan pengembangan lingkungan dan kondisi- kondisi perusahaan.
2. Fungsi Koordinasi
3. Fungsi Komunikasi
4. Fungsi Motivasi
6. Fungsi Pendidikan
Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai
bagaimana bekerja secara terinci pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya
dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain dalam
organisasi yang bersangkutan. Anggaran bermanfaat untuk latihan kepemimpinan
bagi para manager agar masa depan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi.
E. Jenis-Jenis Anggaran
Paket anggaran yang lengkap untuk perusahaan yang terdiri atas elemen anggaran atau
jenis. Paket anggaran tersebut dinamakan anggaran induk. Paket anggaran tersebut
dinamakan anggaran induk. Anggaran induk (master budget) adalah suatu jaringan kerja yang
berisi berbagai macam anggaran yang saling terpisah namun saling berhubungan dan saling
bergantung satu sama lain. Atas dasar jenisnya, anggaran induk dapat di golongkan ke dalam
3 jenis yaitu
1. Anggaran Operasi
Anggaran operasi adalah anggaran kegiatan-kegiatan (kegiatan) dalam rangka
mencapai tujuan laba tahun yang akan datang. Anggaran operasi dapat digolongkan
ke dalam: (a) anggaran perusahaan oleh setiap unit bisnis, (b) anggaran setiap pusat
pertanggungjawaban dan setiap program, (c) anggaran pendapatan. beban, dan laba,
(d) anggaran beban fleksibel (teknis, kebijakan, dan ko-mited [kapasitas]) dan
anggaran statistik, serta (e) periodisasi anggaran: bulan atau triwulan.
4. Anggaran Neraca.
Anggaran operasi biasanya berisi dua bagian penting yang terdiri atas: (1) anggaran
program, (2) anggaran pertanggungjawaban. Anggaran program berisi estimasi rencana
pendapat an dan biaya program-program utama suatu organisasi. Anggaran ini disusun untuk
setiap keluarga produk dan menunjukkan taksiran pendapatan dan biaya setiap keluarga
produk. Anggaran pertang- gungjawaban menentukan rencana aktivitas- aktivitas yang
dilaksanakan oleh setiap pusat pertanggungjawaban. Anggaran pertanggungjawaban meru-
pakan alat yang baik untuk pengendalian karena dengan anggaran ini prestasi yang
diharapkan untuk suatu pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan prestasi
sesungguhnya.
Anggaran proyek adalah anggaran yang menunjukkan pendapatan, biaya, dan laba
setiap proyek. Anggaran pusat pertanggungjawaban disusun sesuai dengan jenis-jenis pusat
pertanggungjawaban sehingga anggaran ini dapat digolongkan menjadi :
1. Anggaran biaya
adalah rencana biaya yang akan terjadi untuk tahun yang akan datang. Anggaran biaya
dapat dibagi dalam dua jenis yaitu: (a) anggaran biaya teknis (engineered expenses),
(b) Anggaran biaya kebijakan (discretionary expenses). Anggaran biaya teknis atau
anggaran biaya standar digunakan untuk pusat pertanggungjawaban biaya yang
sebagian besar masukannya mempunyai hubungan optimal (nyata dan erat) dengan
keluiarannya. Contoh anggaran biaya teknis ada- lah anggaran yang disusun untuk
departemen produksi.
Anggaran biaya teknis disusun dalam bentuk anggaran variabel atau anggaran
fleksibel. Anggaran biaya teknis memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) anggaran
ini dirancang untuk mengukur efisiensi, (2) manajer operasi menerima semua
tanggung jawab karena penentu prestasi dapat dikendalikan. Anggaran biaya kebija-
kan digunakan untuk pusat pertanggungjawaban biaya yang sebagian besar
masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Contoh anggaran biaya
kebijakan misalnya anggaran yang disusun untuk pusat pertanggungjawaban biaya
akuntansi, pemasaran, personalia, dan hubungan masyarakat.
Anggaran biaya kebijakan memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) anggaran ini
tidak dirancang untuk mengukur efisiensi, (2) penyusun anggaran bertanggung-jawab
atas pengeluaran dalam jumlah yang telah ditetapkan. Anggaran ini merupakan batas
atas pengeluaran biaya yang dapat dilakukan oleh manajer pusat pertanggungjawaban
biaya yang bersangkutan sehingga merupakan pedoman agar biaya sesungguhnya
tidak melebihi jumlah yang dianggarkan. Pusat pertanggungjawaban pendapatan
memiliki dua macam anggaran yaitu: (1) anggaran biaya pemasaran, (2) anggaran
pendapatan. Anggaran biaya pemasaran merupakan anggaran pusat biaya kebijakan.
Anggaran pendapatan berisi proyeksi volume penjualan dikalikan harga jual yang
diharapkan. Anggaran pendapatan merupakan elemen anggaran rugi-laba yang paling
kritis dan sekaligus paling besar ketidakpastiannya
2. Anggaran Laba
Anggaran laba disusun untuk setiap pusat pertanggungjawaban laba atau divisi laba.
Anggaran laba menunjukkan rencana laba yang diharapkan dapat dicapai oleh suatu
perusahaan atau unit bisnis satu tahun yang akan datang. Anggaran laba disusun
untuk perusahaan secara menyeluruh( di dalam organisasi fungsional ) atau untuk
setiap unit bisnis (dalam organisasi divisional) karena manajer puncak perusahaan
atau manajer unit bisnis (pusat laba) dapat mengendalikan pendapatan dan biaya pada
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Anggaran laba mempunyai manfaat
sebagai berikut:
a. Bagi perusahaan seluruh dan untuk unit bisnis yang bersangkutan, anggaran yang
digunakan:
i. Untuk perencanaan dan pengkoordinasian seluruh kegiatan perusahaan atau
divisi.
ii. Sebagai pengecekan final atas wajar tidaknya anggaran biaya.
iii. Untuk membebankan tanggung jawab pada setiap manajer atas sumbangan
prestasi keuangannya untuk perusahaan atau divisi.
iv. Untuk alokasi sumber dana pada setiap pusat pertanggungjawaban
b. Bagi manajemen puncak, anggaran digunakan:
i. Untuk menelaah total prestasi keuangan perusahaan yang diharapkan pada tahun
yang akan datang dan untuk menentukan tindakan koreksi jika prestasi tidak
memuaskan.
ii. Untuk perencanaan dan koordinasi kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
iii. Untuk berpartisipasi dalam perencanaan divisional.
iv. Untuk mengendalikan divisi.
H. Revisi Anggaran
Anggaran suatu perusahaan disusun berdasar asumsi- asumsi bahwa kondisi tertentu
akan berlaku selama tahun anggaran. Jika kondisi sesungguhnya ternyata berbeda dengan
yang diasumsikan maka timbul pertanyaan apakah anggaran yang telah disahkan perlu
direvisi? Dalam hal ini terdapat dua pendapat yang saling bertentangan sebagai berikut : (1)
tidak perlu direvisi anggaran, (2) perlu revisi anggaran.
Pihak yang berpendapat bahwa anggaran tidak perlu revisi mendasarkan alasan sebagai
berikut:
Pihak yang setuju revisi anggaran mendasarkan alasan bahwa anggaran diharapkan
dapat selalu digunakan untuk mengukur prestasi unit- unit organisasi sehingga
perubahan kondisi harus di cermin kan dalam revisi anggaran. Revisi anggaran dapat
dilaksanakan dengan salah satu dari dua macam prosedur berikut ini:
1. Memahami SWOT
Manajemen puncak atau Chief Executive Officer ( CEO ) menganalisis informasi
masa lalu dan perubahan lingkungan luar melalui analisis SWOT ( Strength,
weaknesses, opportunities, and threaths ) atau Kekepan ( kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman ) yang dimiliki organisasi dari lingkungannya. Lingkuan luar
yang dianalisis meliputi misalnya : kondisi perekonomian, persaingan, selera
konsumen, kebijakan pemerintah, sosial budaya-politik-keamanan, perkembangan
teknologi. SWOT atau Kekepan perusahaan atau unit bisnis harus dikomunikasikan
pada penyusun anggaran karena mempengaruhi tujuan, strategi, dan program yang
mendasari anggaran yang akan disusunnya
2. Memahami Perumusan Strategi dan Perencanaan Strategi
Atas dasar SWOT, manajemen puncak menyusun perumusan strategi yaitu proses
penentuan tujuan dan strategi pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Atas dasar strategi pokok yang telah ditetapkan selanjutnya disusun
program-program untuk melaksanakan strategi dalam rangka pencapaian tujuan.
Tujuan, strategi, dan program harus dikomunikasikan pada para penyusun anggaran
karena mendasari anggaran yang akan disusunnya.
3. Mengkomunikasikan Tujuan, Strategi Pokok, dan Program
Manajemen puncak selanjutnya mengkomunikasikan SWOT, tujuan, strategi, dan
program yang telah ditetapkan kepada komite anggaran, para manajer divisi, dan para
manajer di bawahnya agar mereka mengetahui dan memahami lingkungan yang akan
dihadapi, tujuan yang akan dicapai, strategi pokok yang akan dilaksanakan, serta
program yang mendasari anggaran yang akan disusunnya.
4. Memilih Taktik, Mengkoordinasikan dan Mengawasi Operasi
Manajer divisi – atas dasar SWOT, tujuan,strategi, dan program yang telah ditetapkan
– selanjutnya memilih taktik yang akan digunakan. Taktik adalah cara-cara yang akan
digunakan untuk melaksanakan program. Selanjutnya manajer departemen membuat
keputusan pengoperasian. Keputusan pengoperasian digunakan untuk mengkoordinasi
kegiatan di bawah departemennya. Manajer seksi bertanggung jawab merencanakan
pengendalian operasional. Pengendalian operasional di semua seksi agar efisien dan
efektif.
5. Menyusun Usulan Anggaran
Setiap manajer divisi menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran untuk
bagian organisasi di bawahnya yaitu departemen. Demikian pula manajer departemen
menyusun dan mengkoordinasikan anggaran bagian organisasi di bawahnya yaitu
seksi. Usulan anggaran semua divisi selanjutnya diserahkan ke komite anggaran.
6. Menyarankan Revisi Usulan Anggaran
Komite Anggaran menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi agar
terdapat penyelarasan dengan anggaran divisi yang lain dan agar sesuai dengan
rencana jangka panjang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh manajemen
puncak.
7. Menyetujui Revisi Usulan Anggaran dan Merakit Menjadi Anggaran Perusahaan
Setelah usulan anggaran direvisi oleh setiap divisi yang bersangkutan dan revisinya
telah disetujui oleh komite anggaran, maka komite merakit usulan tersebut menjadi
anggaran perusahaan.
8. Revisi dan Pengesahan Anggaran Perusahaan
Anggaran perusahaan mungkin masih memerlukan revisi sebelum disahkan oleh
manajemen puncak menjadi anggaran perusahaan yang resmi. Setelah dilakukan
revisi, anggaran tersebut disahkan dan didistribusikan ke setiap divisi dan bagian
organisasi di bawahnya sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dan sekaligus sebagai
alat pengendalian.
Anggaran induk ( anggaran master ) adalah suatu jaringan kerja yang berisi berbagai
macam anggaran yang dipisah tetapi saling berhubungan seperti pada peraga 14.3. Anggaran
induk dapat disusun untuk satu perusahaan sebagai satu kesatuan dan dapat disusun pada
setiap divisi laba.
Berbagai macam anggaran yang terpisah tersebut dikembangkan dan diintegrasikan
untuk membentuk anggaran induk. Berbagai macam anggaran tersebut seperti :
1. Anggaran Penjualan
2. Anggaran Persediaan
3. Anggaran Produksi
4. Anggaran Biaya Bahan Baku (BBB)
5. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
7. Anggaran Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan (HPPr dan HPP)
8. Angagran Biaya NonProduksi
9. Anggaran Rugi-Laba
10. Anggaran Kas
11. Anggaran Neraca
Biasanya penyusunan anggaran induk dimulai dari penyusunan anggaran penjualan
karena banyak perusahaan mempunyai kemampuan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan
penjualannya. Jika anggaran penjualan telah disusun, maka keputusan mengenai tingkat
produksi yang diperlukan untuk mendukung penjualan dan anggaran produksi dapat disusun
sebaik-baiknya. Keputusan mengenai tingkat produksi tersebut dipengaruhi oleh besarnya
anggaran persediaan yang diinginkan oleh manajemen. Maka dari itu, sebelum menyusun
anggaran produksi, lebih baik menyusun anggaran persediaan. Dari anggaran produksi maka
bisa ditentukan penyusunan untuk anggaran BBB, BOP, BTKL, serta anggaran harga pokok
produksi dan harga pokok penjualan.
Anggaran biaya nonproduksi biasanya terdiri atas anggaran biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum, dan biaya finansial. Anggaran nonproduksi tergantung pada dan
menentukan anggaran penjualan, jadi antara anggaran penjualan dan anggaran biaya
nonproduksi mempunyai hubungan timbal balik. Besarnya anggaran penjualan atau non
produksi (khususnya pemasaran) tetapi kegiatan nonproduksi juga mempengaruhi besarnya
anggaran penjualan yang direncanakan.
Anggaran penjualan, anggaran harga pokok penjualan, dan anggaran biaya
nonproduksi selanjutnya dipakai untuk menyusun anggaran laba rugi. Anggaran laba rugi
disusun dalam beberapa tahap (multiple steps) karena bentuk tersebut dapat lebih memberi
informasi daripada single step. Misalnya pada laba rugi full coasting dengan tahapan (1)
menghitung laba bruto, (2) menghitung laba bersih usaha, (3) menghitung laba bersih
sebelum pajak penghasilan, (4) menghitung laba bersih sesudah pajak penghasilan. Pada
laporan laba rugi variable costing dengan tahapan (1) menghitung laba kontribusi bruto, (2)
menghitung laba kontribusi bersih, (3) menghitung laba bersih usaha, (4) menghitung laba
bersih sebelum pajak penghasilan, dan (5) menghitung laba bersih sesudah pajak penghasilan.
Jika anggaran laba rugi sudah disusun, selanjutnya disusun anggaran pengeluaran
modal (jika ada), anggaran kas, dan anggaran neraca. Elemen laba rugi banyak
mempengaruhi anggaran kas. Atas dasar anggaran penjualan dapat disusun anggaran
penerimaan kas dari penjualan, anggaran biaya bahan baku mempengaruhi anggaran
pembelian bahan baku dan akhirnya mempengaruhi anggaran pengeluaran kas. Anggaran
neraca disusun atas dasar neraca awal periode, anggaran laba rugi, dan anggaran kas.
1. Anggaran Penjualan
Anggaran ini adalah titik awal dalam penyusunan anggaran. Jika anggaran penjualan
jelek maka anggaran master menjadi tidak bermanfaat dan memboroskan waktu serta
usaha. Titik kritis dalam penyusunan anggaran penjualan adalah membuat peramalan
penjualan karena anggaran penjualan didasarkan pada peramalan penjualan.
Peramalan penjualan berhubungan dengan potensi penjualan pada industri dimana
perusahaan berada dan potensi penjualan perusahaan atau bagian pasar yang akan
dapat dicapai perusahaan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam membuat
ramalan penjualan adalah :
a. Pengalaman masa lalu dalam ukuran volume penjualan
b. Prospektif kebijaksanaan harga jual
c. Banyaknya pesanan penjualan yang belum terpenuhi
d. Studi penelitian pasar
e. Kondisi ekonomi umum
f. Kondisi ekonomi industri
g. Pergeseran indikator ekonomi
h. Promosi dan advertensi produk
i. Persaingan dalam industri
j. Bagian (pangsa) pasar
Hasil penjualan dari tahun-tahun sebelumnya digunakan sebagai titik awal dalam
menyusun peramalan penjualan, dan meneliti data seperti tingkat harga, kondisi
persaingan, tersedianya penawaran, dan lain-lain. Selanjutnya dibuat proyeksi masa
depan yang didasarkan pada faktor-faktor tersebut sehingga muncul pengaruh
terhadap periode anggaran.
Alat statistik misalnya analisis regresi, trend, proyeksi siklus serta analisis korelasi
banyak dipakai untuk menyusun anggaran peramalan penjualan. Anggaran penjualan
disusun dengan cara mengalikan penjualan dalam unit yang diharapkan dengan harga
jual per unit. Anggaran penjualan selanjutnya dirinci lebih lanjut ke dalam anggaran
triwulan, anggaran setiap triwulan dapat dirinci kembali ke dalam anggaran per bulan.
Umumnya anggaran penjualan dihubungkan sekaligus dengan anggaran penerimaan
kas dari penjualan selama periode anggaran yang akan datang. Untuk dapat menyusun
anggaran penerimaan kas dari penjualan harus diketahui pola penerimaan kas atau
penagihan piutang dari hasil penjualan.
2. Anggaran Persediaan
Anggaran Persediaan merupakan jembatan yang menghubungkan antara penjualan
dengan anggaran produksi, anggaran biaya bahan baku dengan anggaran pembelian
bahan baku, serta anggaran harga pokok produksi dengan harga pokok penjualan.
Posisi persediaan pada awal periode dapat diketahui dari neraca pada awal periode
anggaran sedangkan anggaran persediaan akhir ditentukan berdasar tingkat persediaan
yang diinginkan untuk menjaga stabilitas produksi dan penjualan.
Anggara Persediaan akhir bertujuan agar persediaan tidak berkelebihan atau terlalu
kecil. Sebab jika Anggaran Persediaan berkelebihan dapat mengakibatkan :
a. Dana yang terikat pada persediaan terlalu besar
b. Biaya Penyimpanannya juga terlalu besar
c. Barang yang terlalu lama disimpan kemungkinan dapat menjadi rusak
Sebaliknya jika Persediaan terlalu kecil dapat menyebabkan :
a. Kemungkinan kehilangan kesempatan untuk menjual produk
b. Dapat menghambat usaha produksi pada periode berikutnya
3. Anggaran Produksi
Setelah Anggaran Penjualan dan Anggaran Persediaan selesai disusun, produksi yang
diperlukan pada tahun anggaran yang akan datang dapat ditentukan dan disusun
melalui Anggaran Produksi. Besarnya anggaran produksi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Anggaran Penjualan dalam unit xxx
Unit Persediaan akhir produk selesai yg diinginkan xxx (+)
Unit Produk yang diperlukan xxx
Unit Persediaan awal produk selesai xxx (-)
Anggaran Produksi dalam Unit xxx
4. Anggaran Biaya Bahan Baku (BBB)
Setelah Anggaran Produksi selesai disusun, selanjutnya dapat disusun anggaran biaya
bahan baku. Anggaran biaya bahan baku menunjukkan besarnya biaya bahan baku
yang diperlukan untuk mengolah produk yang dianggarkan. Besarnya anggaran biaya
bahan baku ditentukan dengan dua langkah, yaitu :
a. Menentukan Kuantitas bahan baku yang dipakai untuk proses produksi
b. Mengalikan kuantitas bahan baku dipakai dengan harga bahan baku per unit yang
dianggarkan
Biasanya dalam menyusun anggaran biaya bahan baku sekaligus pula disusun
Anggaran Pembelian Bahan Baku dan Anggaran atau taksiran skedul pengeluaran kas
untuk membayar utang yang timbul dari Pembelian Bahan Baku. Anggaran Pembelian
bahan baku dalam unit atau rupiah yang menunjukkan besarnya bahan baku yang
akan dibeli dari para pemasok, dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Biaya Tenaga Kerja Langsung umumnya memerlukan kas pada periode anggaran
yang bersangkutan sehingga anggaran biaya tenaga kerja langsung sekaligus
mendukung penyusunan anggaran kas. Rumus penghitungan anggaran biaya tenaga
kerja langsung adalah sebagai berikut :
PT.A
Anggaran Penjualan, Tahun 2XX1 (Dalam Unit)
Triwulan
Keterangan Satu Tahun
1 2 3 4
Taksiran Penjualan 2000 3000 4000 3000 12.000
Persediaan Akhir (*) 300 400 # 300 220 220
Keperluan Total 2300 3400 4300 3220 12.220
Persediaan Awal (**) 200 300 400 300 200
Anggaran Produksi 2100 3100 3900 2920 12.020
Keterangan
Persediaan akhir Produksi Selesai sebesar 10% dari unit yang
(*)
dijual Triwulan berikutnya
Taksiran Penjualan Triwulan 1 Tahun 2XX2 Sebesar 2.200
#
Unit
(**) Sama dengan Persediaan Akhir Triwulan Sebelumnya
Anggaran Produksi
Anggaran Biaya Bahan Baku (BBB)
Pada Anggaran BBB ini terkait juga Anggaran Pembelian dan Pengeluaran Kas untuk PT.A.
Dimana Perusahaan hanya menggunakan satu jenis bahan baku untuk mengolah satu jenis
Produk Y, setiap unit Produk Y memerlukan 2 Kg Bahan Baku dengan Harga dianggarkan
sebesar Rp 10 per Kg.
Pola Pembayaran Pembelian Bahan Baku adalah : 50% dibayar pada Triwulan Pembelian dan
sisanya sebanyak 50% dibayar pada Triwulan berikutnya.
PT.A
Anggaran Biaya Bahan Baku, Tahun 2XX1
Triwulan
Keterangan Satu Tahun
1 2 3 4
Unit Diproduksi (Dari Anggaran Produksi) 2100 3100 3900 2920 12.020
Persediaan Awal Bahan Baku (Kg) (**) 840 1240 1560 1168 840
PT.A
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung (Tahun 2XX1)
Triwulan
Keterangan Satu Tahun
1 2 3 4
Unit Produksi 2.100 3.100 3.900 2.920 12.020
JKL per unit 5 5 5 5 5
Jumlah JKL 10.500 15.500 19.500 14.600 60.100
Tarif Upah per JKL 8 8 8 8 8
Anggaran BTKL 84.000 124.000 156.000 116.800 480.800
PT.A
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (Tahun 2XX1)
Anggaran JKL 10.500 15.500 19.500 14.600 60.100
Tarif BOP Variabel 4 4 4 4 4
Total BOP Variabel 42.000 62.000 78.000 58.400 240.400
Tarif BOP Tetap 60.000 60.000 60.000 60.000 240.000
Total Anggaran BOP 102.000 122.000 138.000 118.400 480.400
BOP Tetap Bukan Kas 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000
Total BOP Kas 87.000 107.000 123.000 103.400 420.400
Anggaran Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan (HPPr dan HPP)
PT.A
Anggaran Harga Pokok Per Unit
(Pendekatan Laba Kontribusi)
Tahun 2XX1
Elemen Kuantitas Harga Pokok Total
Biaya Bahan Baku 2Kg 10 per Kg Rp20
Biaya Tenaga Kerja Langsung 5 Jam 8 per Jam Rp40
Biaya Overhead Pabrik 5 Jam 4 per Jam Rp20
Jumlah Harga Pokok Variabel per Unit Produk Rp80
PT.A
Anggaran Harga Pokok Produksi Variabel dan Harga Pokok Penjualan Variabel
Tahun 2XX1
Triwulan
Keterangan Satu Tahun
1 2 3 4
Biaya Produksi
Bahan Baku 42.000 62.000 78.000 58.400 240.400
BTKL 84.000 124.000 156.000 116.800 480.800
BOP Variabel 42.000 62.000 78.000 58.400 240.400
Total Harga Pokok Produksi (TM) 168.000 248.000 312.000 233.600 961.600
Persediaan Awal (*) 16.000 24.000 32.000 24.000 16.000
Harga Pokok Produk Siap Dijual 184.000 272.000 344.000 257.600 977.600
Persediaan Akhir (**) 24.000 32.000 24.000 17.600 17.600
Harga Pokok Penjualan 160.000 240.000 320.000 240.000 960.000
PT.A
Anggaran Biaya Nonproduksi
Tahun 2XX1
Triwulan
Keterangan Satu Tahun
1 2 3 4
Anggaran Penjualan 2000 3000 4000 3000 12.000
Biaya Pemasaran
Variabel (@Rp6) 12000 18000 24000 18000 72000
Tetap 20.000 20.000 20.000 20.000 80.000
Jumlah Biaya Pemasaran 32000 38000 44000 38000 152000
Biaya Non Kas 2.500 2.500 2.500 2.500 10.000
Biaya Pemasaran Kas 29.500 35.500 41.500 35.500 142.000
Biaya Administrasi
Variabel (@Rp4) 8000 12000 16000 12000 48000
Tetap 30.000 30.000 30.000 30.000 120.000
Jumlah Biaya Administrasi 38.000 42.000 46.000 42.000 168.000
Biaya Non Kas 5.000 5.000 5.000 5.000 20.000
Biaya Administrasi Kas 33.000 37.000 41.000 37.000 148.000
Biaya Bunga 2.700 14.400 17.100
Anggaran Rugi-Laba
PT.A
Anggaran Rugi Laba
Tahun 2XX1
Triwulan
Keterangan Satu Tahun
1 2 3 4
Penjualan 300.000 450.000 600.000 450.000 Rp1.800.000
Biaya Variabel & HPP 160.000 240.000 320.000 240.000 960.000
Pemasaran 12.000 18.000 24.000 18.000 72.000
Administrasi 8.000 12.000 16.000 12.000 48.000
Total Biaya Variabel 180.000 270.000 360.000 270.000 1.080.000
Laba Kontribusi 120.000 180.000 240.000 180.000 720.000
Biaya Tetap Usaha BOP 60.000 60.000 60.000 60.000 240.000
Pemasaran 20.000 20.000 20.000 20.000 80.000
Administrasi 30.000 30.000 30.000 30.000 120.000
Total Biaya Tetap Usaha 110.000 110.000 110.000 110.000 440.000
Laba Usaha 10.000 70.000 130.000 70.000 280.000
Biaya Bunga 0 0 2.700 14.400 17.100
Laba Bersih sebelum PPh 10.000 70.000 127.300 55.600 262.900
PPh 2.500 17.500 31.825 13.900 65.725
Laba Bersih setelah PPh 7.500 52.500 95.475 41.700 197.175
Anggaran Kas dan Anggaran Neraca
PT.A
Anggaran Neraca Per 31 Desember 2XX1
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 50.735
Piutang Dagang 270.000
Persediaan Bahan Baku 9.200
Persediaan Produk Selesai 17.500
Jumlah Aktiva Lancar 347.435
Aktiva Tetap
Tanah 100.000
Bangunan dan Peralatan 380.000
Akumulasi Depresiasi -250.000
Jumlah Aktiva Tetap 230.000