Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGAUDITAN DAN ASURANS

TUGAS KELOMPOK 1
1. ROLE OF GOVERNMENT TO OVERSIGHT AP AND KAP
2. THE ROLE OF FINANCIAL SERVICES AUTHORITY (OTORITAS JASA
KEUANGAN) FOR AP AND KAP AS CAPITAL MARKET SUPPORT PROFESSION
3. LEGAL RESPONSIBILITY OF AP AND KAP

Dosen:
Stevanus Alexander Sianturi, M.For.Acc

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas G17-1S
Sugiarto Kasmuri 1706089955
Ronny Wicaksono 1706089910
Arya Prabu Rizal 1606851951
Antonius Adikusuma Mulyono 1706998290

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan di bawahini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah


murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami
gunakan tanpa menyebut sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Pengauditan dan Asurans


Judul Makalah/Tugas : Tugas Kelompok 1

Tanggal : 6 Juni 2018


Dosen : Stevanus Alexander Sianturi, M.For.Acc

Nama : Sugiarto Kasmuri Nama : Ronny Wicaksono


NPM : 1706089955 NPM : 1706089910
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

Nama : Arya Prabu Rizal Nama : Antonius Adikusuma Mulyono


NPM : 1606851951 NPM : 1706998290
Tanda Tangan : Tanda Tangan :
BAB I
ROLE OF GOVERNMENT TO OVERSIGHT AP AND KAP

A. Pendahuluan

Dunia bisnis semakin lama semakin maju, sejalan dengan hal tersebut, maka
dunia akuntansi juga dituntut untuk menyelaraskan dengan kemajuan dunia bisnis
tersebut. Dampak yang terjadi dari kemajuan tersebut adalah semakin banyaknya
stakeholder, dan semakin rumitnya dunia akuntansi. Stakeholder tersebut dapat berupa
pemerintah, pemegang saham, manajemen, dan lain sebagainya. Sedangkan rumitnya
dunia akuntansi dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan fraud,
contohnya kasus enron, dan satyam.
Pemerintah memiliki peranan penting dalam memastikan bahwa Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa kepada stakeholder, telah
melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.216/PMK.01/2017 tentang Akuntan Beregister, Pemerintah melalui Kementerian
Keuangan melakukan pengaturan mengenai tata cara permohonan pendaftaran Akuntan
Beregister, menetapkan syarat untuk terdaftar sebagai akuntan beregister, Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan di bawah Kementerian Keuangan yang melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap akuntan, akuntan beregister bagi warga negara
asing, sertifikasi dan keanggotaan akuntan beregister, ujian sertifikasi profesi akuntansi,
izin praktik akuntan dan lain-lain.

B. Peran Pemerintah
Laporan keuangan merupakan cerminan dari institusi yang dapat dibaca dan
dipahami oleh publik sehingga publik dapat menilai institusi tersebut. Namun demikian,
laporan keuangan tersebut merupakan buatan dari manajemen sehingga dikhawatirkan
adanya konflik kepentingan sehingga diperlukan pihak yang independen (yaitu auditor)
untuk melakukan audit atas laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, sebagai pihak
yang memiliki kewenangan sesuai dengan Undang-Undang, pemerintah melakukan
pengawasan kepada para akuntan agar melaksanakan tanggung jawabnya sesuai kaidah
standard dan peraturan yang berlaku. Bentuk pengawasan pemerintah tersebut dapat
berupa peraturan ataupun pengawasan kepada auditor langsung yang dibentuk melalui
suatu institusi tersendiri.
Sebagai stakeholder dan pihak yang memiliki kewenangan, pemerintah telah
mengeluarkan aturan sebagaimana berikut:
 Undang-Undang No. 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
 PP Nomor 84 Tahun 2012 tentang Komite Profesi Akuntan Publik
 PP Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik
 KMK Nomor 443 Tahun 2011 tentang Penetapan IAPI sebagai Asosiasi Profesi
Akuntan Publik
 KMK Nomor 263 Tahun 2014 tentang Penetapan IAI sebagai Asosiasi Profesi
Akuntan
 PP Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis PNBP Yang Berlaku
Pada Kementerian Keuangan
 Undang Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik beserta
Penjelasannya
 PMK Nomor 55 Tahun 2017 Tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi
Akuntan dan Akuntan Publik
 Penilaian Risiko Sektoral Akuntan dan AP 2017
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Akuntan Publik
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.01/2017 tentang Perubahan Atas
PMK Nomor 55/PMK.01/2017
 Sectoral Risk Assessment on Money Laundering for Accountant and Public
Accountant in Indonesia 2017
 PMK Nomor 216/PMK.01/2017 Tentang Akuntan Beregister
 SE-6/PPPK/2018 tentang Standardisasi dan Tata Cara Penomoran Lapran Auditor
dan Laporan Penilaian
Membentuk peraturan asosiasi profesi

pemerintah ASOSIASI kewenangan


Profesi  Menyelenggarakan ujian profesi
 Menetapkan silabus, criteria
kelulusan, kelulusan peserta,
 Menyelenggarakan tugas lain
berkaitan dengan penyenggaraan
ujian
Calon
Delegasi  Menyusun dan menetapkan SPAP
wewenang akuntan
publik  Menyelenggarakan pendidikan
professional berkelanjutan
 Menentukan silabus, model
belajar

kewenangan Menteri
 Memberi izin keuangan
 Membekukan
izin
 Memberikan
sanksi
administratif Akuntan
Publik

Delegasi Jenis pemeriksaan


wewenang
pengawasan  Pemeriksaan Berkala
 Pemeriksaan Sewaktu-waktu
 Evaluasi pelaksanaan system
pengendalian mutu
 Pemantauan terhadap tindak lanjut
hasil pemeriksaan

PPPK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 Tahun 2015 tentang praktik akuntan publik, dan PMK nomor
154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik,
C. Undang- Undang Akuntan Publik
Profesi akuntan publik dan KAP berperan besar dalam perkembangan bisnis.
Dalam dunia usaha, profesi ini adalah sebagai pihak independen yang memiliki
kompetensi untuk melakukan audit dalam laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen. Dengan demikian, jika terjadi fraud oleh manajemen, diharapkan dapat
diketahui oleh auditor, namun akan jadi masalah jika terjadi kolusi antara pihak
independen yang seharusnya dipercayai oleh stakeholder dengan manajemen.
Pemerintah menerbitkan undang-undang nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan
publik dengan tujuan agar :
 melindungi kepentingan publik;
 mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan;
 memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
 meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik; dan
 melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.
Profesi ini dianggap penting oleh pemerintah, karena merupakan profesi yang jasa
utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik.
Selain itu, memiliki peran dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi
keuangan atau laporan keuangan suatu entitas.
Dalam undang-undang ini juga mengatur tentang :
 lingkup jasa Akuntan Publik;
 perizinan Akuntan Publik dan KAP;
 hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP; kerja sama antar
 Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan Kantor Akuntan
Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA);
 Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
 Komite Profesi Akuntan Publik;
 pembinaan dan pengawasan oleh Menteri;
 sanksi administratif; dan
 ketentuan pidana
Undang-Undang Akuntan Publik ini juga telah dilakukan uji materil di
mahkamah konstitusi dengan hasil pada putusan MK nomor 84/PUU-IX/2011 dengan
materi antara lain:
 pengertian kata manipulasi pada pasal 55
konsekuensi pemidanaan terkait dengan manipulasi data, dimana para akuntan
publik dapat dituduh melakukan manipulasi pada saat mengolah data pada
computer, hal ini menimbulkan rasa tidak aman dan ketakutan terhadap frasa
tersebut
 pasal 55 huruf b, manipulasi, memalsukan, menghilangkan data atau catatan pada
kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja
dianggap sebagai berlebihan karena kertas kerja bukan merupakan daokumen
final
 meminta dibatalkannya hukuman pidana, karena telah diatur dalam KUHP.

Sedangkan yang tuntutan yang diterima oleh MK adalah:


 kata manipulasi tidak dimaknai sebagai perbuatan yangdidasari oleh niat jahat
untuk mencari keuntungan bagi dirinya ataupun pihak lain secara melawan
hokum berdasarkan alat bukti permulaan yang cukup.

Hal ini didasarkan pada auditing terdapat istilah data manipulating atau data
manipulation yang bermakna seorang investigator atau auditor melakukan analisis
data yang tersimpan dalam bermacam - macam media penyimpanan data untuk
menemukan sesuatu yang dicarinya , untuk kemudian disajikan sesuai dengan maksud
dan tujuannya agar dapat dibaca dengan mudah. Dengan demikian maka bagi
Akuntan Publik “manipulasi” memangmerupakan perbuatan dalam pengertian
legal yang tidak dapat digolongkan sebagai suatu perbuatan yang jahat

D. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan


Merupakan salah satu institusi yang dibentuk oleh pemerintah dibawah kendali
kementerian keuangan yang memiliki tugas untuk penyiapan rumusan kebijakan,
pembinaan, pengembangan dan pengawasan atas profesi keuangan yaitu Akuntan,
Akuntan Publik, Teknisi Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, dan Aktuaris.
Fungsi dari P2PK adalah :
 Penyiapan rumusan kebijakan di bidang akuntansi, penilaian, dan aktuaria;
 Penyiapan rumusan kebijakan di bidang profesi keuangan yaitu Akuntan,
Akuntan Publik, Teknisi Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, dan Aktuaris;
 Pelaksanaan administrasi registrasi Akuntan dan perizinan profesi Akuntan
Publik, Penilai Publik, dan Aktuaris;
 Pembinaan dan pengembangan profesi Akuntan, Akuntan Publik, Teknisi
Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, dan Aktuaris;
 Pelaksanaan analisis laporan dan penyajian informasi mengenai profesi Akuntan
Publik, Penilai Publik, dan Aktuaris;
 Pelaksanaan pengawasan atas profesi Akuntan Publik, Penilai Publik, dan
Aktuaris;
 Pengenaan sanksi administratif terhadap profesi Akuntan Publik, Penilai Publik,
dan Aktuaris; dan
 Pelaksanaan administrasi, dukungan kegiatan Pusat, serta pemenuhan kebutuhan
pemangku kepentingan

Terkait dengan law enforcement di tahun 2018, P2PK ini telah melakukan
pembekuan izin 5 Akuntan Publik dengan jangka waktu yang berbeda beda, antara lain:
 AP James Pardomuan
 AP A Krisnawan Budipracoyo
 AP Hans Burhanuddin
 AP Biasa Sitepu
 AP Meillina Pangaribuan
BAB II
THE ROLE OF FINANCIAL SERVICES AUTHORITY (OTORITAS
JASA KEUANGAN) FOR AKUNTAN PUBLIK (AP)AND KANTOR
AKUNTAN PUBLIK (KAP)AS CAPITAL MARKET SUPPORT
PROFESSION

A. Pendahuluan
Terbentuknya disiplin pasar perlu didukungolehtransparansi kondisi keuangan
untuk memudahkan penilaian yang wajar bagi para stakeholder. Berdasarkan agency
theorybahwa hubungan yang muncul antara prinsipal yaitu pemegang saham selaku
pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dengan agen yaitu manajemen
selaku pihak yang mendapatkan wewenang pengambilan keputusan untuk memberikan
jasa demi kepentingan prinsipal namun agen tersebut memiliki kepentingan pribadi juga
sehingga bisa menyebabkan conflict of interest terjadi di antara kedua pihak tersebut
(Ross, 2015).
Dalam hal potensi terjadinya konflik kepentingan tersebut, makadibutuhkan
penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang berkualitas.Oleh karena itu,pihak
yang melaksanakan kegiatan jasa keuangan menggunakan jasa Akuntan Publik (AP) dan
Kantor Akuntan Publik (KAP). Selain itu, AP dan KAP bertujuanuntuk memastikan
bahwa pada laporan keuangan tidak terdapat salah penyajian baik karena error maupun
salah saji material dan sesuai dengan standar yang berlaku umum.Dengan begitu dapat
dilihat bahwa AP dan KAP memiliki peran yang sangat penting sebagai penunjang
kegiatan sektor jasa keuangan dalam penegakan disiplin pasar. Sehubungan dengan hal
tersebut maka diperlukan pengaturan mengenai penggunaan jasa AP dan KAP dalam
kegiatan jasa keuangan.

B. Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Fungsi, tugas dan wewenang pengaturan tersebutsebelumnya berada di Bank
Indonesia dan BAPEPAM namun demikian sekarang sudah beralih ke Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sehingga hal ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pihak
yang melaksanakan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, Pasar Modal, dan
Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) karena Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa
Keuangan wajib menggunakan AP dan KAP yangterdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan
dan memiliki kompetensi sesuai dengan kompleksitas usaha Pihak yang Melaksanakan
Kegiatan Jasa Keuangan.
Ketentuan yang mengatur mengenai penggunaan jasa AP dan KAP dalam
kegiatan jasa keuangan diatur berdasarkan masing-masing sektor jasa keuangan. Namun
demikian, sejak diterbitkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
No.13/POJK.03/2017 tanggal 27 Maret 2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik
dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan maka ketentuan terkait yang
pernah diterbitkan sebelumnya masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam POJK dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) No.
36/SEOJK.03/2017 tanggal 11 Juli 2017 tentang Tata Cara Penggunaan Jasa Akuntan
Publik Dan Kantor Akuntan Publik Dalam Kegiatan Jasa Keuangan.
Pokok-pokok yang diatur dalam ketentuan tersebut salah satunya adalah peran
Otoritas Jasa Keuangan terhadap Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagai
profesi pendukung pasar modal. Secara besaran peran OJK terhadap AP dan KAP dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Menyediakan daftar AP dan KAP
Dalam hal ini AP dan KAP wajib terlebih dahulu terdaftar pada Otoritas Jasa
Keuangan sebelum memberikan jasa kepada Pihak yang Melaksanakan Kegiatan
Jasa Keuangan. Oleh karena itu, AP dan KAP akan menyampaikan permohonan
pendaftaran kepada OJK u.p. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal secara online
dengan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan POJK tersebut. Terdaftar yang
dimaksud disini adalah kegiatan administrasi pendaftaran AP dan KAP yang terdiri
dari:
a. penambahan ruang lingkup  AP menyampaikan permohonan dan dokumen
persyaratan pemenuhan kompetensi dan pengetahuan di sektor jasa keuangan
yang dipilih seperti di Perbankan;
b. penghentian jasa sementara waktu  permohonan penghentian pemberian jasa
AP untuk sementara waktu paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun;
c. pengaktifan kembali  AP dan/atau KAP mengajukan permohonan pengaktifan
kembali paling lama 2 (dua) bulan sebelum rencana aktif kembali.;dan
d. pengunduran diri  AP dan/atau KAP mengajukan permohonan pengunduran
diri paling lama 2 (dua) bulan sebelum tanggal rencana pengunduran diri.
Setelah dokumen sesuai dengan persyaratan-persyaratan telah dipenuhi maka OJK
akan memberitahukan kepada AP dan/atau KAP paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja, bahwa:
a. permohonan pendaftaran diterima, maka AP dan KAP akan Keuangan diberikan
STTD dan dicantumkan dalam daftar AP dan KAP pada Otoritas Jasa Keuangan
yang dipublikasikan pada situs web Otoritas Jasa Keuangan; atau
b. permohonan pendaftaran ditolak dengan disertai alasan penolakan. Apabila AP
dan/atau KAP tidak memenuhi dokumen persyaratan dalam jangka waktu 45 hari
sejak ditolak, maka AP dan/atau KAP dianggap telah membatalkan permohonan
pendaftaran AP dan/atau KAP kepada OJK
Dimana dalam Daftar AP dan KAP yang dipublikasikan pada situs web OJK
meliputi:
a. AP dan KAP yang aktif
 permohonan pendaftaran telah disetujui oleh OJK dengan diberikan STTD dan
STTD masih berlaku.
b. AP dan KAP yang tidak aktif sementara waktu.
Dalam hal AP yang terdaftar: Dalam hal KAP yang terdaftar:
1) sedang menjalani penghentian pemberian 1) KAP mendapat sanksi
jasa untuk sementara waktu berdasarkan administratif berupa
persetujuan OJK; pembekuan pendaftaran dari
2) sedang menjalani penghentian pemberian OJK;
jasa untuk sementara waktu berdasarkan 2) izin usaha KAP dibekukan oleh
persetujuan Menteri; Menteri; atau
3) sedang dikenakan sanksi administratif 3) sebab lain.
berupa pembekuan pendaftaran dari OJK
atau sanksi pembekuan izin AP dari
Menteri;
4) sedang dikenakan sanksi administratif
berupa pembekuan pendaftaran dari OJK
atau pembekuan izin usaha KAP dari
Menteri; atau
5) tidak lagi merupakan Rekan AP atau
pemimpin pada KAP yang terdaftar pada
OJK.
Bagi AP dan/atau KAP yang tercatat pada daftar AP dan KAP yang tidak aktif
sementara waktu:
1) STTD atas nama AP dan/atau KAP dinyatakan tidak berlaku untuk
sementara waktu;
2) AP dan/atau KAP tidak dapat memberikan jasa; dan
3) AP dapat menunda pemenuhan PPL setiap tahun.

c. AP dan KAP yang tidak aktif tetap.


AP dan/atau KAP dinyatakan pada daftar AP dan KAP yang tidak aktif tetap,
dalam hal:
1) AP dan/atau KAP dikenakan sanksi administratif oleh OJK yang
mengakibatkan pembatalan STTD;
2) AP dan/atau KAP mengundurkan diri sebagai AP dan KAP yang terdaftar
pada OJK; atau
3) Sebab lain.

2. Memberikan perintah tertulis penggantian AP dan/atau KAP serta audit ulang


Dalam ketentuan tersebut penggunaan jasa audit atas informasi keuangan historis
tahunan dari AP yang sama dibatasi paling lama 3 tahun buku berturut-turut dan
bagi KAP tergantung pada hasil evaluasi Komite Audit. Pelaksanaan audit informasi
keuangan historis tahunan oleh AP dan KAP didasarkan pada perjanjian kerja antara
Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan dengan KAP. Khusus untuk
bank, dalam perjanjian kerja diwajibkan mencantumkan ruang lingkup audit
sebagaimana diatur dalam SEOJK. Dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit
Lembaga Jasa Keuangan, AP dan KAP wajib melakukan komunikasi dengan OJK.
Selain itu, KAP wajib menyampaikan kepada OJK laporan berkala tahunan berupa
rekapitulasi pemberian jasa kepada Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa
Keuangan dan laporan insidentil berupa perubahan data AP dan/atau KAP.
Permohonan dalam rangka kegiatan administrasi serta laporan KAP dilakukan
secara online melalui sistem pelaporan OJK. Oleh karena itu, OJK berwenang
memerintahkan Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan untuk
melakukan penggantian AP dan/atau KAP yang telah ditunjuk dan/atau
audit/pemeriksaan ulang terhadap laporan yang telah diaudit.

3. Melakukan Pemantauan dan Pengenaan Sanksi


OJK melakukan pemantauan AP dan /atau KAP agar sesuai dengan standar kualitas
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Membatasi AP dan KAP harus terdaftar di OJK sesuai dengan penjelasan di
atas;
b. Mengatur tata cara penunjukan AP dan/ atau KAP
Tata cara tersebut dengan cara memlalui RUPS melakukan penunjukkan AP
dan/atau KAP yang akan memberikan jasa audit atas informasi keuangan
historis tahunan dengan mempertimbangkan usulan Dewan Komisaris. Dimana
usulan penunjukan AP dan/atau KAP yang diajukan oleh Dewan Komisaris
wajib memperhatikan rekomendasi Komite Audit.
c. Meningkatkan peran komite audit
Berdasarkan ketentuan, peran komite audit dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pra
audit dan pasca audit. Pada saat pra audit, komite audit Memberikan
rekomendasi penunjukan AP dan/atau KAP kepada Dewan Komisaris dengan
pertimbangan sesuai ketentuan yang berlaku. Sementara pada saat pasca audit,
komite audit melakukan evaluasi
kesesuaian pelaksanaan audit oleh AP dan/atau KAP dengan standar audit yang
berlaku, kecukupan waktu pekerjaan lapangan, pengkajian cakupan jasa yang
diberikan dan kecukupan uji petik; dan rekomendasi perbaikan yang diberikan
oleh AP dan/atau KAP.
d. Membatasi penggunaan jasa audit (rotasi)
Pembatasan penggunaan jasa audit oleh KAP tergantung pada hasil evaluasi
Komite Audit terhadap pelaksanaan pemberian jasa audit oleh AP dan/atau
KAP, maksimal 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut, bagi AP yang
merupakan pihak terasosiasi dan cooling off 2 (dua) tahun buku berturut-turut
e. Mencantumkan ruang lingkup audit
Perjanjian kerja antara Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan
dengan AP dan/atau KAP dapat mencantumkan ruang lingkup audit namun
wajib bagi Bank.
f. Pernyataan independensi AP dan KAP
AP, KAP, dan orang dalam KAP wajib memenuhi kondisi independen selama
Periode Audit dan Periode Penugasan Profesional. dengan dinyatakan dalam
Surat Pernyataan dan diserahkan oleh KAP kepada Pihak yang Melaksanakan
Kegiatan Jasa Keuangan, sebelum Periode Penugasan Profesional dimulai.
Selain itu, dalam menyusun tim audit dan pihak yang turut serta secara
langsung, KAP mengacu pada kode etik profesi AP.
g. Melakukan komunikasi dengan OJK
Dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit kepada Lembaga Jasa
Keuangan, AP dan/atau KAP melakukan komunikasi dengan OJK terkait 2
(dua) hal yaitu
- AP dan/atau KAP dapat meminta informasi kepada OJK mengenai Pihak
yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan yang akan diaudit; dan/atau
- OJK dapat menginformasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian AP
dan/atau KAP dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit.
Selain itu, AP dan KAP wajib menyampaikan informasi yang diminta oleh OJK
meskipun perjanjian kerja telah berakhir.
h. Mewajibkan penyampaian Laporan
Sehubungan dengan laporan tersebut, Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa
Keuangan wajib menyampaikan laporan berkala setiap tahun kepada OJK
mengenai:
- Penunjukan AP dan/atau KAP – dokumen penunjukan AP dan/atau KAP
disertai rekomendasi Komite Audit, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
setelah penunjukan AP dan/atau KAP
- Hasil Evaluasi Komite Audit terhadap pelaksanaan pemberian jasa audit oleh
AP dan/atau KAP paling lama 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.
Selain itu, OJK memiliki wewenang untuk pengenaan sanksi baik kepada Pihak
yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan serta AP dan KAP, dalam hal terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan. Sanksi tersebut dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Sanksi bagi Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan:
1) teguran tertulis atau peringatan tertulis;
2) denda; dan/atau
3) pencantuman pemegang saham, anggota direksi, dewan komisaris atau
pejabat eksekutif dalam daftar pihak yang dilarang menjadi:
 pemegang saham pengendali atau pemilik Pihak yang Melaksanakan
Kegiatan Jasa Keuangan; dan/atau
 anggota direksi, dewan komisaris, atau pejabat eksekutif Pihak yang
Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan.
b. Sanksi bagi bagi AP dan KAP:
1) teguran tertulis atau peringatan tertulis;
2) denda;
3) pembekuan pendaftaran; dan/atau
4) pembatalan pendaftaran.
BAB III
LEGAL RESPONSIBILITY OF AP AND KAP

A. Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan
jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2011 tentang akuntan publik, yaitu jasa asurans, yang meliputi:
a. jasa audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis;dan
c. jasa asurans lainnya.
Selain jasa asurans, Akuntan Publik juga dapat memberikan jasa lainnya yang
berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau
KAPatas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut
dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Tugas dan Fungsi Akuntan Publik
Akuntan publik memiliki tanggung jawab hukum untuk memberikan jasanya
sesuai standar dan peraturan yang berlaku yaitu Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dan kode etik profesi, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan. Tugas dan Fungsi akuntan publik menurut SPAP SA seksi
110 antara lain:
1. Bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
2. Bertanggung jawab untuk menyatakan pendapat secara independen berdasarkan
keyakinan yang memadai mengenai kewajaran atas kesesuaian laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan tanggung jawab untuk penerbitan laporan keuangan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab manajemen dana bukan merupakan tanggung jawab
akuntan publik.
3. Akuntan publik bertanggung jawab terhadap kompetensi yang dimiliki terhadap
keahlian dalam profesi ini. Akuntan publik profesional harus merupakan orang
yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai akuntan publik dan
tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau berkeahlian dalam profesi atau
jabatan lain.
4. Dalam mengamati standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), akuntan publik harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan
prosedur audit yang diperlukan sesuai dengan keadaan, sebagai basis memadai
bagi pendapatnya. Pertimbangan tersebut harus merupakan pertimbangan
berbasis informasi dari seorang profesional yang ahli.
5. Akuntan Publik juga bertanggung jawab terhadap profesinya, yaitu tanggung
jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan
seprofesinya.

Fungsi yang terpenting bagi Akuntan Publik adalah dapat menjalankan


keahliannya secara independen dalam mencapai tujuan audit. Ukuran mutu hasil kerja
Akuntan Publik adalah independensinya dalam menerapkan keahliannya untuk mencapai
tujuan audit.

B. Kantor Akuntan Publik


Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan
ketentuan peraturanperundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik.
Bidang usaha dalam KAP adalah sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi
keuangan historis yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Kantor Akuntan Publik
memiliki tugas dan fungsi yang kurang lebih sama dengan Akuntan Publik yaitu dapat
menjalankan keahliannya secara independen dalam mencapai tujuan audit yaitu
menyatakan pendapat berdasarkan keyakinan yang memadai mengenai kewajaran atas
kesesuaian laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

C. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik Dan Kantor Akuntan Publik


Akuntan publik harus menjunjung etika dalam pekerjaannya sehingga profesi
yang berkaitan dengan jasa seperti ini bisa dilaksanakan dengan standar yang tinggi.
Standar yang tinggi ini akan menghasilkan kepercayaan yang kemudian meningkatkan
mutu hasil laporan audit dan profesi auditor itu sendiri. Untuk mewujudkan etika yang
benar dalam profesi terdapat beberapa prinsip kode etik akuntan publik menurut AICPA
yaitu:
1. Responsibilities
2. Serve the public interest
3. Integrity
4. Objectivity and Independence
5. Due Care
6. Scope and nature of service
Sesuatu yang paling sulit bagi seseorang setelah menerima kepercayaan adalah
memelihara kepercayaan. Hal tersebut juga dialami oleh seorang akuntan publik. Setelah
kepercayaan didapatkan dari masyarakat, hal yang seharusnya dilakukan adalah
memelihara kepercayaan itu dengan bentuk tanggung jawab dalam menjalankan profesi
akuntan publik.
Dalam prakteknya, meskipun profesi akuntan publik juga telah menetapkan
standar, tetap saja muncul berbagai macam gugatan/tuntutan ganti rugi dalam jumlah
besar dari pihak-pihak yang merasa dirugikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab
akuntan publik
2. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan
yang begitu pesat di berbagai sektor ekonomi.
3. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal
sehubungan dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor.
4. Akuntan Publik bersedia menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan,
untuk menghindari biaya yang tinggi.
Dalam memenuhi tugas dan fungsinya, akuntan publik memiliki tanggung jawab
dan kewajiban dengan pihak-pihak terkait dengannya. Jika tidak dapat memenuhi
tanggung jawab dan kewajibannya, akuntan publik rentan untuk menerima tuntutan dari
pihak-pihak yang terkait tersebut. Tanggung jawab dan kewajiban tersebut timbul karena
beberapa hal antara lain kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit. Beberapa
tanggung jawab dan kewajiban tersebut antara lain:
1. Kewajiban kepada Klien
Akuntan publik bertanggung jawab untuk memenuhi apa yang telah dinyatakan
dalam kontrak dengan klien. Potensi akuntan publik tidak dapat memenuhi
kewajibannya ini jika terjadi kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai
waktu yang ditentukan, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal
menemukan kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan.
2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law
Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga ini timbul jika terjadi kerugian
pada pihak ketiga (yang meliputi pemegang saham, calon pemegang saham,
pemasok, bankir, atau kreditor lainnya) karena mengandalkan laporan keuangan
yang menyesatkan.
3. Kewajiban Sipil menurut hukum sekuritas federal
Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal dengan standar atau UU
yang ketat. Standar atau ini pada intinya akan membuka peluang bagi para pihak
ketiga untuk mendapatkan ganti rugi dari pengadilan federal karena tersedianya
litigasi atau proses pengadilan class action dan kemudahan dalam memperoleh
ganti rugi yang cukup besar jika akuntan publik berpotensi disalahkan dalam
melaksanakan tugasnya.
4. Kewajiban Kriminal
Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat kemungkinan akuntan publik
disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-undang. Contoh tindakan
kriminal adalah pada kasus Enron yaitu KAP Andersen menghilangkan dokumen
atas audit di Enron.
REFERENSI:

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 13/POJK.03/2017
tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik Dan Kantor Akuntan PublikDalam
Kegiatan Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
36/POJK.03/2017 tentang Tata Cara Penggunaan Jasa Akuntan Publik Dan
Kantor Akuntan Publik Dalam Kegiatan Jasa Keuangan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik
Putusan MK no. 84/PUU-IX/2011
SPAP SA 110 tentang Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen
Peraturan Pemerintah nomor 20 Tahun 2015 tentang praktik akuntan public
PMK nomor 154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik
http://www.pppk.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai