Pajak Berganda
Disusun Oleh:
1. Annisa’ (1610247988)
2. Orie Marsontio (1610248112)
Dosen Pembimbing :
Pak Andreas
PENDAHULUAN
Rumusan masalah penyusunan makalah pada mata kuliah perpajakan internasional pada
bab pembahasan model-model perjanjian penghindaran pajak berganda ini adalah sebagai
berikut:
PEMBAHASAN
OECD Model dimaksudkan sebagai panduan bagi suatu negara yang akan mengadakan
perjanjian penghindaran pajak berganda. OECD Model diterbitkan pertama kali pada tahun
1928. Oleh karena OECD Model 1928 tersebut sifatnya kurang komprehensif, maka dalam tahun
1929, Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations), mendirikan komite fiskal yang
dinamakan Fiscal Committee untuk mengembangkan model perjanjian penghindaran pajak
berganda secara komprehensif. Dalam kongresnya di Meksiko pada tahun 1940 dan 1943, Fiscal
Committee menghasilkan draft perjanjian penghindaran pajak berganda yang dinamakan dengan
"Mexico Draft". Substansi dari draft Meksiko adalah memberikan pemajakan sebanyak mungkin
kepada negara sumber penghasilan atas penghasilan yang diperoleh dari transaksi lintas batas
negara. Tentunya draft Meksiko tersebut sangat menguntungkan negara-negara berkembang.
Akan tetapi, pada tahun 1946, draft Meksiko tersebut diubah yang hasil perubahannya
dinamakan sebagai "London Draft". Dalam draft London, hak pemajakan terhadap penghasilan
dari transaksi lintas batas negara sebanyak mungkin diberikan kepada negara domisili.
Dalam kurun waktu 1946 - 1955, prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh draft Meksiko
dan draft London dijadikan sebagai acuan oleh berbagai negara dalam melakukan perjanjian
penghindaran pajak berganda. Kurang lebih terdapat 70 (tujuh puluh) perjanjian penghindaran
pajak berganda ditandatangani oleh berbagai negara dalam kurun waktu tersebut. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa permasalahan dalam draft Meksiko dan draft London yang masih
menjadi ganjalan dalam melakukan perjanjian penghindaran pajak berganda. Untuk itu, pada
tahun 1956, Organization for European Economic Cooperation (OEEC) mendirikan komite
fiskal yang diberi nama Fiscal Committee yang bertugas untuk membuat draft perjanjian
penghindaran pajak berganda yang dapat diterima oleh semua anggota OEEC. Selama tahun
1958 sampai tahun 1961, komite fiskal tersebut membuat laporan interim dalam rangka
penyusunan model perjanjian penghindaran pajak berganda yang baru.
Dalam tahun 1960, OEEC berubah menjadi OECD. Di tahun 1963, OECD menerbitkan
untuk pertama kalinya model penghindaran pajak berganda (OECD Model tahun 1963). Model
perjanjian penghindaran pajak berganda yang diterbitkan di tahun 1963 ini, sama
seperti draft London, memberikan prioritas hak pemajakan sebanyak mungkin kepada negara
domisili. Hal ini mencerminkan kepentingan anggota OECD yang merupakan negara-negara
maju yang menjadi tempat domisili aliran modal.
Setelah itu, secara periodik, OECD Model selalu diperbarui untuk menyesuaikan dengan
perkembangan perekonomian yaitu di tahun 1994, 1995, 1997, 2000, 2003, 2005 dan 2008. Pada
saat ini (2009), anggota dari OECD sebanyak 30 (tiga puluh) negara sebagai berikut: Australia,
Austria, Belgia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani,
Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Jepang, Korea, Luxemburg, Meksiko, Belanda, Selandia
Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Inggris dan
Amerika Serikat.
II.II UN MODEL
Model perjanjian penghindaran pajak berganda yang dikembangkan oleh OECD lebih
memberikan prioritas hak pemajakan kepada negara-negara maju atas penghasilan yang
diperoleh dari transaksi lintas batas negara. Hal ini tidak mengherankan karena negara-negara
merupakan tempat asalnya modal, teknologi dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, mereka
berkeinginan agar sebagian besar hak pemajakan diberikan kepada negara mereka atau negara di
mana modal, teknologi, dan sumber daya manusia tersebut berasal.
Di lain pihak, negara berkembang, sebagai negara tempat tujuan investasi modal,
teknologi, dan sumber daya manusia menjalankan kegiatan bisnisnya tentu sangat dirugikan
kalau hanya diberikan sebagian kecil hak pemajakan. Untuk itu, dalam rangka untuk
memberikan hak pemajakan yang lebih besar lagi kepada negara-negara berkembang, pada tahun
1968, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) mendirikan Ad Hoc Group of Experts on
Tax Treaties between Developed and Developing Countries untuk membuat model perjanjian
penghindaran pajak berganda yang lebih memihak negara-negara berkembang. Sejak tahun
1980, Ad Hoc Group tersebut dikenal dengan nama Ad Hoc Group of Experts on International
Cooperation in Tax Matters.
Sebagai tindak lanjut dari dibentuknya Ad Hoc tersebut, pada tahun 1980 diterbitkanlah
model perjanjian pernghindaran pajak berganda antara negara maju dan negara berkembang
untuk pertama kalinya (UN Model). UN Model yang diterbitkan di tahun 1980 tersebut sebagian
besar mengikuti OECD Model tahun 1977. Walaupun UN Model mengikuti OECD Model, tetapi
dalam pasal-pasal UN Model, hak pemajakan lebih banyak diberikan kepada negara berkembang
atau negara-negara tempat tujuan investasi, teknologi, dan sumber daya manusia (negara
sumber).
Diluar OECD Model dan UN Model, terdapat pula model perjanjian penghindaran pajak
berganda yang didasarkan atas pengelompokan sebagai berikut:
OECD Model maupun UN Model, merupakan suatu acuan atau referensi bagi masing-
masing negara yang akan melakukan perjanjian dalam rangka penghindaran pajak berganda.
Atau dengan kata lain, sebagai “starting point” bagi masing-masing negara yang hendak
melakukan negosiasi. OECD Model maupun UN Model bukan merupakan instrumen yang harus
dipergunakan dalam melakukan negosiasi perjanjian penghindaran pajak berganda. Jadi,
tergantung masing-masing negara apakah bersedia atau tidak menggunakan model yang telah
disusun oleh OECD maupun UN.
Dalam OECD Model, ketika suatu negara anggota dari OECD mempunyai pandangan
yang berbeda terhadap suatu pasal tertentu atau terhadap suatu penjelasan (commentaries) yang
diberikan atas suatu pasal tertentu dapat memberikan pernyataan yang dimuat dalam OECD
Model. Istilah untuk menyatakan pandangan atau tanggapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reservation
Merupakan pernyataan yang dibuat oleh suatu negara untuk menyatakan pandangan atau
pendapat yang berbeda terhadap ketentuan yang diatur dalam suatu pasal tertentu;
2. Observation
Merupakan pernyataan yang dibuat oleh suatu negara untuk menyatakan pandangan atau
pendapat yang berbeda terhadap penjelasan yang diberikan terhadap suatu pasal tertentu.
Sebagai suatu model perjanjian penghindaran pajak berganda, OECD Model memiliki
struktur sebagai berikut ini:
1. Introduction;
2. Model Perjanjian terhadap pemajakan atas penghasilan dan modal (text);
3. Commentaries;
4. Posisi dari negara-negara anggota OECD ketika mempunyai:
a. Pandangan yang berbeda terhadap pasal-pasal tertentu (reservation); dan/atau
b. Pandangan yang berbeda terhadap commentaries atas pasal-pasal tertentu (observation)
5. Posisi dari negara-negara bukan anggota OECD
Text dari OECD Model sebagai sebuah model perjanjian penghindaran pajak berganda
terdiri dari 7 Bab dan 31 pasal seperti yang terdapat dalam OECD model tahun 2008 sbb:
Chapter 2. Definitions
Article 3. General Definitions
Article 4. Resident
Article 5. Permanent Establishment
Suatu perjanjian penghindaran pajak berganda akan dianggap sebagai sumber hukum
disuatu negara harus melalui proses ratifikasi atau pengesahan. Proses ratifikasi ini dilakukan
atas dasar ketentuan hukum perjanjian internasional di masing-masing negara yang mengadakan
perjanjian. Di banyak negara, proses ratifikasi perjanjian penghindaran pajak berganda harus
melalui persetujuan lembaga perwakilan rakyat atau parlemen. Ketika perjanjian penghindaran
pajak berganda sudah diratifikasi oleh suatu negara maka harus diberitahukan kepada negara
mitranya. Apabila masing-masing negara telah meratifikasi perjanjian penghindaran pajak
berganda tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat proses pertukaran nota ratifikasi.
Apabila terdapat benturan antara perjanjian penghindaran pajak berganda dan undang-
undang pajak domestik terhadap ketentuan yang mengatur hal-hal yang sama maka yang
diberlakukan adalah ketentuan yang terdapat dalam perjanjian penghindaran pajak berganda.
Alasan yang bisa dikemukakan di sini adalah:
Ketentuan pajak domestik yang terbit belakangan tidak boleh meng”override” ketentuan
dalam perjanjian penghindaran pajak berganda yang telah disepakati sebelumnya. Prinsip ini
dikenal dengan nama “lex posterior generalis non derogat legi priori speciali”. Akan tetapi, di
Amerika Serikat, hukum pajak federal yang diterbitkan setelah perjanjian penghindaran pajak
berganda dapat meng”override” perjanjian penghindaran pajak berganda yang telah diberlakukan
oleh Amerika Serikat (treaty override). Hal ini di Amerika Serikat dikenal dengan later in time.
BAB III
PENUTUP
Ada dua model metode perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang berlaku
dalam perpajakan internasional, yaitu Model OECD dan Model UN. Model OECD merupakan
model yang dirumuskan oleh OECD yang terdiri atas negara-negara maju, sehingga tidak
mengherankan kalau isi atau konsep dari model ini akan menguntungkan negara-negara industri
maju. Selanjutnya ada Model UN yang dikembangkan untuk memperjuangkan kepentingan
negara-negara berkembang, sehingga prinsip revenue oriented yang dianut oleh kebanyakan
negara berkembang terlihat jelas dalam model ini. Kedua model ini menjadi acuan bagi negara-
negara dalam melaksanakan maupun menyusun ketentuan perpajakan internasional mereka
sendiri. Model metode P3B yang digunakan oleh Indonesia merupakan gabungan dari kedua
Model OECD dan UN yang telah dimodifikasi sehingga sesuai dengan ketentuan perpajakan
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Darussalam, John Hutagaol, dan Danny Septriadi. 2010. Konsep dan Aplikasi Perpajakan
Internasional. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center.