Anda di halaman 1dari 3

Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan

sumber daya manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick
dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Evaluasi terhadap
efektivitas program pelatihan (training) menurut Kirkpatrick (1998) mencakup empat
level evaluasi, yaitu:

1. Evaluasi Level 1 : Reaksi (Reaction)

Pada tingkat ini keberhasilan suatu pelatihan dapat dievaluasi dari reaksi atau respon
peserta pelatihan. Minat dan keaktifan peserta dalam pelatihan menjadi indikasi bahwa
peserta dapat mengikuti pelatihan dengan antusias dan penuh semangat.
Kepuasan peserta dalam mengikuti pelatihan juga menjadi indikasi bahwa pelatihan
diikuti dengan suasana yang menyenangkan.
Di ujung pelatihan, dalam pelatihan yang bersifat berkesinambungan, peserta
menunjukkan minat yang tinggi untuk mengikuti pelatihan lanjutan.

2. Evaluasi Level 2 : Evaluasi Belajar (Learning)

Kirkpatrick (1998:20) mengemukakan “learning can be defined as the extend to which


participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a result of
attending the program”. Dengan demikian, efektifitas pelatihan, dalam level ini, diukur
dari dampaknya terhadap peserta. Apakah setelah pelatihan berakhir ada perubahan
dari aspek pengetahuan, ketrampilan atau perilaku kerja ke arah yang lebih baik, sesuai
tujuan diselenggarakannya pelatihan. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan
membuat kelompok pembanding. Sekelompok peserta yang telah diberikan pelatihan
dievaluasi dan dibandingkan dengan kelompok pembanding yakni kelompok peserta
yang tidak diberikan pelatihan. Cara melakukan evaluasi pelatihan lainnya adalah
dengan melakukan pre test dan post test, yaitu peserta diberikan tes terlebih dahulu
sebelum pelatihan dijalankan dan sesudah pelatihan dijalankan.

3. Evaluasi Level 3 : Tingkah Laku (Behavior)

Evaluasi training level 3 ini lebih memfokuskan pada evaluasi pelatihan karyawan dari
aspek perubahan perilaku. Kalau pada level 2, evaluasi pelatihan hanya menekankan
perubahan sikap (internal), pada level 3, evaluasi akan menilai apakah setelah
mengikuti pelatihan peserta mengalami perubahan perilaku yang berdampak pada
kinerja. Oleh karena itu, pada evaluai pelatihan pada level ini disebut sebagai evaluasi
terhadap outcomes pelatihan.

4. Evaluasi tahap 4 : Evaluasi Hasil (Result)

Evaluasi training pada level 4 menekankan pada hasil akhir (result) setelah mengikuti
diklat. Hasil akhir dalam hal ini dapat berupa indicator-indikator kinerja yang nyata
seperti kenaikan produktifitas, peningkatan laba, penurunan biaya, penurunan tingkat
kesalahan, peningkatan kualitas, penurunann keluhan pelanggan. Oleh karena
dampaknya yang langsung pada kinerja perusahaan, diklat yang berorientasi hasil
menjadi kegiatan yang sangat strategis. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam penyusunan
proposal kegiatan diklat dapat diidentifikasi secara lebih konkret dampak dari
pelaksanaan diklat sehingga pelaksanaannya dapat lebih terarah. Cara melakukan
evaluasi pelatihan karyawan menjadi kegiatan yang strategik untuk menilai apakah
suatu pelatihan berjalan sesuai tujuan pelatihan yang dirancang sebelumnya.

Evaluasi kinerja menurut pendekatan Paper & Pencil Test for Evaluation of Learning

dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai
instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas
ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Tes
objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items)
yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih jawaban di
antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing
items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawaban berupa kata-kata atau
simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir
item yang bersangkutan. Tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

1) Tes Objektif bentuk benar-salah ( True-False test).

2) Tes Objektif bentuk menjodohkan (Matching Test).

3) Tes Objektif bentuk melengkapi (Completion Test).

4) Tes objektif bentuk isian (Fill in Test).

5) Tes Objektif bentuk pilihan ganda (Multiple choice Item Test).

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk
grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis,
dan prediksi.

1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan


kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain.
Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan
dibandingkan dengan peserta yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk
grading ini cenderung membandingkan peserta dengan peserta yang lain
sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced
assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik
yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh
masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh.
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat
keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA:
https://wakhinuddin.wordpress.com/2010/06/03/tes-objektif/
http://rizafaishol.blogspot.com/2010/11/evaluasi-model-kirkpatrick.html

Anda mungkin juga menyukai