Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP


BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI RIAU

OLEH
RICARDO
NIM. 0802165929

PROGRAM S1 NON REGULER


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI RIAU

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti
Ujian Skripsi dan Oral Comprehensive Sarjana Lengkap Pada
Fakultas Ekonomi Universitas
Riau Pekanbaru

OLEH
RICARDO
NIM. 0802165929

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM S1 NON REGULER


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI


NAMA

: RICARDO

NO. MAHASISWA : 0802165929


FAKULTAS

: EKONOMI

JURUSAN

: AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI

: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
BELANJA

MODAL

PADA

PEMERINTAH

KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI RIAU.


DISETUJUI OLEH :
PEMBIMBING I

PEMBIMBING II

Drs. Zulbahridar, Msi, Ak

Drs. Al Azhar L, MM, Ak

NIP. 195611071987021001

NIP. 19621117 199403 1 003

KETUA PROGRAM

KETUA BIDANG AKUNTANSI

Drs. H. M. Rasuli, Msi, Ak

Drs. Zirman, MM, Ak

NIP. 19630325 199103 1 004

NIP. 19611119 199002 1 001

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA

: RICARDO

NO. MAHASISWA : 0802165929


FAKULTAS

: EKONOMI

JURUSAN

: AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI

: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
BELANJA

MODAL

PADA

PEMERINTAH

KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI RIAU


TIM PENGUJI :
KETUA

SEKRETARIS

Drs. Zulbahridar, Msi, Ak

Drs. Al Azhar L, MM, Ak

NIP. 195611071987021001

NIP. 19621117 199403 1 003


ANGGOTA

Desmiyawati, SE, M.Si, Ak

Nur Azlina, SE, M.Si, Ak

NIP. 19711215 199702 2 001

NIP. 19750408 200012 2 001

LEMBAR KEABSAHAN SKRIPSI

NAMA

: RICARDO

NO. MAHASISWA : 0802165929


FAKULTAS

: EKONOMI

JURUSAN

: AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI

: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
BELANJA

MODAL

PADA

PEMERINTAH

KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI RIAU

Menyatakan bahwa skripsi tersebut diatas adalah benar hasil karya sendiri
atau tidak plagiat dan saya bersedia dibatalkan gelas kesarjanaan saya jika skripsi
saya plagiat.
Pekanbaru,

Juni 2012

Yang membuat pernyataan

RICARDO
0802165929

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang terindah, tiada kalimat yang mengandung berkah kecuali
ucapan Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia_Nya, salawat dan salam kepada pemimpin umat, pemegang
title habibullah yakni Nabi Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik walaupun belum dalam bentuk yang
sempurna dengan judul :
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA
ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA
PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI RIAU
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan studi pada Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Riau.
Dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, dalam penyusuan Skripsi
ini, Penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan
semangat dari berbagai pihak, untuk itu tiada kata yang lebih pantas untuk
diucapkan selain ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis juga mengharapkan
koreksi ilmiah dari pembaca terhadap Skripsi ini, sehingga dapat memperoleh

kemajuan yang lebih baik dan bermanfaat. Dan akhir kata semoga laporan ini
dapat menjadi setitik air di tengah lautan ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Sang Khalik dan penjaga Alam Raya Allah SWT dan junjungan Umat Nabi
Besar Muhammad SAW.
2. Kepada orang tua Ayahanda Zalyadden (alm) dan Ibunda tercinta Hj.
Yarnawati. Yang telah memberikan Doa, dukungan, cinta dan kasih
sayangnya hingga Penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Drs Kennedy, MM, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Riau.
4. Bapak Drs. HM. Rasuli, M.Si Selaku ketua Program Ekstensi Fakultas
Ekonomi Universitas Riau.
5. Bapak Drs. Zirman, MM, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Non Reguler Universitas Riau.
6. Bapak Drs. Zulbahridar, Msi, Ak Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. Al Azhar L, MM, Ak Selaku dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, nasehat, arahan serta
motivasi terhadap penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak / Ibu Dosen serta staf Tata Usaha Program S1 Non Reguler Fakultas
Ekonomi Universitas Riau.
9. Buat Keluarga besarku, adik-adik ku tersayang Nora Listihana, SE dan Desi
Lestari yang selalu memberikan doa, dukungan motivasi dan semangat yang

luar biasa terhadapku. Rial Gursa, Ira Sesmita dan Oktopindo, om dan tante ku
terima kasih atas segala ketabahan hati serta penuh pengertian dari seluruh
keluarga besarku yang telah mendukung dalam menuntut ilmu pengetahuan
selama ini sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.
10. Buat Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2009 Jurusan Akuntansi
Program Eskstensi Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
11. Buat Rekan, Teman-Teman di TAPD, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
Kota Pemerintah Kota Pekanbaru.
Semoga Segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan bapak dan ibu
serta rekan-rekan sahabat mendapatkan balasan dari Allah Swt. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Pekanbaru,

Juni 2012

RICARDO

ABTRAKSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN


DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA
MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA DI
PROPINSI RIAU
Oleh :
RICARDO
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh yamg dirmbulkan
oleh variable Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal Pada Kabupaten/ Kota di Propinsi Riau.
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik
metode purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 8
Kabupaten / Kota di Propinsi Riau. Dengan periode pengamatan penelitian
selama 3 tahun, yaitu 2007 2009. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan Program
SPSS.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, uji Regresi simultan (Uji F)
menunjukan bahwa seluruh variabel independen (Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen (Belanja Modal). Uji regresi Parsial (Uji T) menunjukan Bahwa
Variabel Independen (Pendapatan Asli Daerah) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Variabel Dependen (Belanja Modal) dan Dana Alokasi
Umum terdapat Pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Bersarnya
pengaruh yang di timbulkan (R2) oleh kedua variabel independen menunjukan
bahwa pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum
(DAU) memberikan pengaruh sebesar 49,80% terhadap belanja modal.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................

ABSTRAKSI..........................................................................................

iv

DAFTAR ISI..........................................................................................

DAFTAR TABEL .................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................

1.2 Perumasan Masalah .....................................................................

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................

1.4 Sistematika Penulisan.................................................................

BAB II TELAAH PUSTAKA .............................................................

2.1 Kerangka Teori............................................................................

2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................

17

2.3 Model Penelitian..........................................................................

19

2.4 Hipotesis......................................................................................

20

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................

21

3.1 Lokasi Penelitian .........................................................................

21

3.2 Populasi dan Sampel ...................................................................

21

3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................

22

3.4 Analisis Data .............................................................................

24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................

32

4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian.............................................

32

4.2 Statistik Deskriptif......................................................................

36

4.3 Uji Normalitas ............................................................................

37

4.4 Uji Asumsi Klasik .....................................................................

39

4.5 Analisis Regresi.........................................................................

43

4.6 Pengujian hipotesis.....................................................................

46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................

50

5.1 Kesimpulan.................................................................................

50

5.2 Keterbatasan Penelitan ...............................................................

51

5.3 Saran ...........................................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...............................................................

16

Tabel 3.1 Populasi Kabupaten/ Kota untuk Penelitian............................

21

Tabel 4.1 Data Realisasi Belanja Modal .................................................

31

Tabel 4.2 Data Realisasi Penpadatan Asli Daerah ..................................

33

Tabel 4.3 Data Realisasi Dana Alokasi Umum.......................................

34

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian...................................

35

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .....................................................

39

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................

40

Tabel 4.7 Hasil uji F (Simultan)..............................................................

43

Tabel 4. Koefisien Determinasi (R2) ......................................................

44

Tabel 4.9 Uji Hipotesis Pertama (pendapatan Asli Daerah) ...................

45

Tabel 4.10 Uji Hipotesis Kedua (Dana alokasi Umum) .........................

47

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data ............................................................

37

Gambar 4.2 Grafik Histogram ................................................................

38

Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedasitas....................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah menyusun
anggaran yang kemudian dijadikan pedoman dalam menjalankan berbagai
aktivitasnya. Anggaran pemerintah adalah jenis rencana yang menggambarkan
rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka
rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu (Ghozali, 1993). Anggaran dalam
Pemerintah Daerah biasa disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintahan Daerah baik
dalam bentuk uang, barang dan/jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus
dianggarkan dalam APBD (Kawedar dkk, 2008). APBD merupakan satu kesatuan
yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
(Darise). Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam organisasi
sektor publik adalah mengenai pengalokasian anggaran. Pengalokasian anggaran
merupakan jumlah alokasi dana untuk masing-masing program. Dengan sumber
daya yang terbatas, Pemerintah Daerah harus dapat mengalokasikan penerimaan
yang diperoleh untuk belanja daerah yang bersifat produktif. Belanja daerah
merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan
merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum (Kawedar dkk, 2008).
Belanja

Modal

adalah

pengeluaran

yang

dilakukan

dalam

rangka

pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya


adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau
menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Pemerintah
Daerah harus mampu mengalokasikan anggaran belanja modal dengan baik
karena belanja modal merupakan salah satu langkah bagi Pemerintah Daerah
untuk memberikan pelayanan kepada publik.
Belanja modal sebagai bentuk perubahan yang cukup fundamental Di dalam
anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telah mulai dilakukan pasca
reformasi dengan di dasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.
Sebelumnya Didalam APBD. Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah,
pengalokasian belanja modal sangat berkaitan dengan perencanaan keuangan
jangka panjang, terutama pembiayaan untuk pemeliharaan aset tetap yang
dihasilkan dari belanja modal tersebut. Konsep multi-term expenditure framework
(MTEF) menyatakan bahwa kebijakan belanja modal harus memperhatikan
kemanfaatan (usefulness) dan kemampuan keuangan pemerintah daerah (budget
capability) dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang (Allen dan
Tommasi, 2001). Hal ini berarti bahwa pengelolaan aset terkait dengan belanja
pemeliharaan, dan sumber pendapatan atau lebih luas sumber pendanaan.

Berkaitan dengan pelayanan publik alokasi belanja modal merupakan hal


yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan meningkatkan produktivitas
perekonomian daerah. Semakin banyak belanja modal maka semakin tinggi pula
produktivitas perekonomian karena belanja modal berupa infrastruktur yang jelas
jelas berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisien dan

efektifitas diberbagai sector, Produktifitas masyarakat diharapkan semakin tinggi


dan pada giliranya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Sejalan perubahan peraturan perundangan yang mendasari pengelolaan


keuangan daerah yakni dengan diamandemennya UU No. 22/1999 dengan UU
No. 32/2004 yang diikuti dengan amandemen atas PP No. 105/2000 dengan PP
No. 58/2005 maka Kepmendagri No. 29/2002 juga diamandemen dengan
Permendagri No. 13/2006. Terlepas dari perubahan peraturan perundangan
tersebut pengalokasian sumberdaya ke dalam anggaran belanja proyek
pembangunan atau belanja modal (capital expenditure) merupakan sebuah proses
yang sarat dengan kepentingan-kepentingan politis. Anggaran ini sebenarnya
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum
yang disediakanoleh pemerintah daerah. Namun, adanya kepentingan politik dari
lembaga legislatif yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan
alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan
permasalahan di masyarakat (Keefer dan Khemani, 2003; Ablo dan Reinikka,
1998).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap daerah berbeda-beda. Daerah yang


memiliki kemajuan dibidang industri dan memiliki kekayaan alam yang melimpah
cenderung memiliki PAD jauh lebih besar dibanding daerah lainnya, begitu juga
sebaliknya. Karena itu terjadi ketimpangan Pendapatan Asli Daerah. Disatu sisi
ada daerah yang sangat kaya karena memiliki PAD yang tinggi dan disisi lain ada
daerah yang tertinggal karena memiliki PAD yang rendah. Menurut Halim (2009)
permasalahan yang dihadapi daerah pada umumnya berkaitan dengan penggalian

sumber-sumber pajak dan retribusi daerah yang merupakan salah satu komponen
dari PAD masih belum memberikan konstribusi signifikan terhadap penerimaan
daerah secara keseluruhan.

Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam membiayai kebutuhan pengeluaran


daerah sangat kecil dan bervariasi antar daerah, yaitu kurang dari 10% hingga
50%. Sebagian besar wilayah Provinsi dapat membiayai kebutuhan pengeluaran
kurang dari 10%. Distribusi pajak antar daerah sangat timpang karena basis pajak
antar daerah sangat bervariasi. Peranan pajak dan retribusi daerah dalam
pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi terjadi hal ini terjadi karena adanya
perbedaan yang sangat besar dalam jumlah penduduk, keadaan geografis
(berdampak pada biaya relative mahal) dan kemampuan masyarakat, sehingga
dapat mengakibatkan biaya penyediaan pelayanan kepada masyarakat sangat
bervariasi.
Otonomi daerah harus disadari sebagai suatu transformasi paradigma
dalam penyelenggaran pembangunan dan pemerintahan di daerah, dimana
Pemerintah daerah memiliki otonomi yang lebih luas untuk mengelola sumbersumber ekonomi daerah secara mandiri dan bertanggung jawab yang hasilnya
diorientasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Transformasi paradigma dalam hal ini terlatak pada aspek akuntabilitas
Pemerintah Daerah dalam rangka mengelalola sumber-sumber ekonomi yang
semula bersifat akuntabilitas vertikal (kepada Pemerintah) menjadi akuntabilitas
horizontal (kepada masyarakat di daerah).
Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah

untuk

mendanai

kebutuhan

daerah

dalam

rangka

pelaksanaan

desentralisasi. Pembagian dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan


daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah. Daerah yang
mempunyai potensi pajak dan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar hanya
terbatas pada sejumlah daerah tertentu saja. Peranan Dana Alokasi Umum terletak
pada kemampuannya untuk menciptakan pemerataan berdasarkan pertimbangan
atas potensi fiskal dan kebutuhan nyata dari masing-masing daerah (Undang
undang No.33 Tahun 2004). Permasalahan Dana Alokasi Umum terletak pada
perbedaan cara pandang antara pusat dan daerah tentang Dana Alokasi Umum.
Bagi pusat, Dana Alokasi Umum dijadikan instrument horizontal imbalance untuk
pemerataan atau mengisi fiscal gap. Bagi daerah, Dana Alokasi Umum
dimaksudkan untuk mendukung kecukupan.
Di sisi lain, alokasi Dana Alokasi Umum berdasarkan kebutuhan daerah
belum bisa dilakukan karena dasar perhitungan fiscal needs tidak memadai
(terbatasnya data, belum ada standar pelayanan minimum masing masing daerah,
dan sistem penganggaran yang belum berdasarkan pada standar analisis belanja).
Ditambah total pengeluaran anggaran khususnya APBD belum mencerminkan
kebutuhan sesungguhnya dan cenderung tidak efisien.
Peneliti sebelumnya seperti Bernanda Gatot Tri Bawono (2008) yang
meneliti di Propinsi Jawa Barat dan Banten, Anjar Setiawan dan Nur Indah
Rahmawati (2010) yang meneliti di Jawa Tengah memperoleh hasil yaitu PAD
dan DAU berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah, Syukriy
Abdullah dan Abdul Halim (2003) yang meneliti di daerah kabupaten/ kota Jawa
dan Bali memperoleh hasil semua berpengaruh signifikan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan lebih


memperkecil ruang lingkup variabel dependen ke Belanja Modal dan data yang
akan diteliti adalah laporan realisasi APBD Kabupaten/ Kota Di Propinsi Riau
dari tahun 2008 hingga 2010. Pemilihan periode waktu tersebut karena dengan
menggunakan data 3 tahun terakhir dari penyusunan penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan informasi yang relevan untuk kondisi belanja modal saat ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Alokasi Umum
(DAU) Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Propinsi Riau".
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas,
maka dapat di identifikasi suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja
Modal
2. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja
modal.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap
Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Riau dari tahun 2008 hingga 2010.
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam hal
pengembangan wawasan di bidang belanja daerah dalam pemerintah

daerah serta sebagai ajang ilmiah yang menerapkan berbagai teori yang
diperoleh selama perkuliahan dan membandingkannya dengan kenyataan
yang ada.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah
daerah untuk memanfaatkan dana transfer dari pemerintah pusat dan
pendapatan asli daerah secara proporsional dan disajikan secara transparan
sehingga dapat terwujud good governance.
3. Bagi Pembaca dan Almamater
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dalam rangka
pemenuhan informasi dan referensi atau bahan kajian dalam Menambah
khasanah

ilmu

pengetahuan

khususnya

tentang

belanja

daerah

dipemerintah daerah.

1.4 Sistematika Penulisan


Secara garis besar pembuatan skripsi ini penulis bagi kedalam 5 (lima) bab
dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka
Berisi tentang penggambaran teori yang melandasi penelitian ini
meliputi; Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),

Belanja Modal, hasil penelitian terdahulu, hipotesis, dan model


penelitian
BAB III : Metodologi Penelitian
Terdiri dari populasi dan sample, data dan sumber data , variable
penelitian dan metode analisis data
BAB IV : Analisa Dan Pembahasan
Pembahasan secara rinci tentang analisis data serta pembahasan hasil
yang diperoleh secara teoritik baik secara kuantitatif dan statistik.
BAB V : Kesimpulan Dan Saran
Berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian
berikutnya.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 KERANGKA TEORI


Untuk menjalankan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintahan
pusat tersebut, daerah memerlukan suatu instrumen kebijakan. Instrumen
kebijakan yang paling utama bagi daerah adalah Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). APBD mempunyai peranan penting dalam perencanaan,
implementasi, dan pengendalian kinerja pemerintah daerah dalam 1 (satu) periode
anggaran. APBD memuat segala bentuk penerimaan dan pembiayaan daerah
dalam bentuk moneter atau Rupiah. APBD seharusnya dapat mengakomodir
seluruh kebutuhan-kebutuhan suatu daerah namun di sisi lain juga tidak
membebani secara berlebihan daerah yang bersangkutan. Untuk itu APBD harus
disusun dengan memperhatikan aspek ekonomis, efisiensi, efeftivitas (value for
money).
2.1.1 Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007,
seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan
prasayarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.
Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam
bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.
Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah,
sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak
jangka panjang secara finansial.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatakan aset tetap pemerintah
daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara
teoretis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan
membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun,
untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah dengan cara
membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya dilakukan melalui sebuah
proses lelang atau tender yang cukup rumit.
Belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan
konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
(Halim, 2004). Belanja modal memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan
adanya berbagai pertimbangan dalam penegalokasiannya (Munir, 2003).
Pemerolehan aset tetap juga memiliki konsekuensi pada beban operasional dan
pemeliharaan pada masa yang akan datang (Bland & Nunn, 1992).

Alokasi belanja modal yang didasarkan pada kebutuhan memiliki arti


bahwa tidak semua satuan kerja atau unit organisasi di pemerintahan daerah
melaksanakan kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing satuan kerja, ada satuan kerja yang
memberikan pelayanan publik berupa penyediaan sarana dan perasarana fisik,
seperti fasilitas pendidikan (gedung sekolah, peralatan laboratorium, mobiler),
kesehatan (rumah sakit, peralatan kedokteran, mobil ambulans), jalan raya, dan
jembatan, sementara satuan kerja lain hanya memberikan pelayanan jasa langsung
berupa pelayanan administrasi (catatan sipil, pembuatan kartu identitas
kependudukan), pengamanan, pemberdayaan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan
pendidikan.

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan asli daerah adalah merupakan penerimaan yang diperoleh
daerah yang bersumber sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain -lain yang sah (Mardiasmo,
2002).
Dengan adanya otonomi daerah maka daerah mempunyai kewenangan
sendiri dalam mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah
pusat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh UU. Dengan kewenangan tersebut
maka daerah juga berwenang membuat kebijakan daerah guna menciptakan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka
pendapatan asli daerah juga harus mampu menopang kebutuhan-kebutuhan daerah
(belanja daerah) bahkan diharapkan tiap tahunnya akan selalu meningkat. Dan tiap

daerah diberi keleluasaan dalam menggali potensi pendapatan asli daerahnya


sebagai wujud asas desentralisasi. Hal ini seperti yang tertuang di penjelasan atas
UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
Sedangkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah.
Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan yang menggali sumber keuangan
sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap, maka
diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yakni
dengan upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik
dengan meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada maupun dengan
penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta
memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat.
Berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa yang termasuk dalam pendapatan
asli daerah terdiri dari:

2.1.2.1 Pajak Daerah


Pajak Daerah adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
Badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan

pemerintah

daerah

dan

pembangunan daerah (Kesit Bambang,2003). Jenis Pajak Daerah dibagi menjadi 2


yaitu:
a) Pajak Daerah Provinsi yang terdiri dari:
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
b) Pajak Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri dari:
1. Pajak Hotel dan Restoran
2. Pajak Hiburan
3. Pajak Reklame
4. Pajak Penerangan Jalan
5. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
6. Pajak Parkir

2.1.2.2 Retribusi Daerah


Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Kesit
Bambang,2003). Retribusi dibagi atas tiga golongan:
a. Retribusi jasa umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan

oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Retribusi jasa usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh se ktor swasta.
c. Retribusi perizinan tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintahan daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau

badan

yang

dimaksudkan

untuk

pembinaan,

pengaturan,

pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,


penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.

2.1.2.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


Undang-undang mengizinkan pemerintah daerah untuk mendirikan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMD ini bersama sektor swasta atau Asosiasi
Pengusaha Daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi daerah sehingga
dapat menunjang kemandirian daerah dalam pembagunan perekonomian daerah.
Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Pemerintah/
BUMN
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.

2.1.2.4 Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang sah


Lain-lain pendapatan yang sah yang dapat digunakan untuk membiayai
belanja daerah dapat diupayakan oleh daerah dengan cara-cara yang wajar dan
tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan menurut objek pendapatan yang mencakup :
a.

Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b.

Jasa giro

c.

Pendapatan Bunga

d.

Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

e.

Pendapatan denda pajak

f.

Pendapatan denda retribusi

g.

Dan lain-lain.

2.1.3 Dana Alokasi Umum (DAU)


Dana alokasi umum merupakan jenis transfer dana antar tingkat
pemerintahan yang tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu. Dana
alokasi umum ini dimaksudkan untuk menggantikan transfer berupa subsidi
daerah otonom dan inpres. Adapun tujuan dari transfer ini adalah untuk menutup
kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan pemerataan kemampuan fiscal antara daerah
dan pusat dan antar daerah . Sehingga dana alokasi umum tiap daerah tidak akan
sama besa rnya. Daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah rendah akan
mendapatkan dana alokasi umum yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya daerah

yang mempunyai pendapatan asli daerah tinggi akan mendapatkan dana alokasi
umum yang rendah.
Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah, jumlah keseluruhan dana alokasi umum ditetapkan
sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana alokasi umum
suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal
dihitung berdasarkan kebutuhan fiskal daerah dikurangi dengan kapasitas fiskal
daerah, sementara alokasi dasar dihitung berdasar jumlah pegawai negeri sipil
daerah . Proporsi dana alokasi umum antara daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota
ditetapkan

berdasarkan

imbangan

kewenangan

antara

Propinsi

dan

Kabupaten/Kota. Penyaluran dana alokasi umum dilaksanakan tiap bulan masingmasing sebesar 1/12 dari dana alokasi umum.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pembelanjaan.
2.1.4. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO

Peneliti

Tahun

Variabel

Model

Hasil

Analisis
1

Jacob Junian
Endiartia

2008

Pengaruh
pertumbuhan
ekonomi,
pendapatan
asli

Regresi

Hasil
analisis
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
secara

Daerah, dan dana


alokasi
umum
terhadap
Pengalokasian
anggaran belanja
modal
pada
Kabupaten
dan
kota di jawa barat
dan jawa tengah
2

Bernanda Gatot
Tri Bawono

2008

Anjar Setiawan

2010

Nur Indah
Rahmawati

2010

terpisah,
Pertumbuhan
ekonomi,
Pendapatan Asli
daerah dan Dana
alokasi umum
berpengaruh
signifikan
terhadap alokasi
belanja modal

Pengaruh
dana
alokasi
umum
(DAU)
dan
Pendapatan
asli
daerah
(PAD)
terhadap belanja
Pemerintah daerah
pada
kabupaten/kota Di
Jawa barat dan
Banten
Pengaruh
Dana
Alokasi
Umum
(DAU)
dan
Pendapatan Asli
Daerah
(PAD)
Terhadap Belanja
Daerah
Pada
Provinsi
Jawa
Tengah

Regresi

Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
dan
Dana
Alokasi Umum
(DAU)
berpengaruh
secara
signifikan
terhada belanja
daerah

Regresi

PAD dan DAU


Berpengaruh
secara
Signifikan
terhadap
Belanja.

Pengaruh
pendapatan
asli
daerah (PAD) dan
dana
alokasi
umum
(DAU)
Terhadap alokasi
belanja
daerah
Pada
Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah

Regresi

Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
dan
Dana
Alokasi Umum
(DAU)
Berpengaruh
positif Terhadap
Belanja daerah.

2.2 Kerangka Pemikiran


Pengalokasian belanja modal merupakan hal yang penting karena belanja
modal pemerintah daerah difokuskan untuk menambah aset daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan terhadap publik.
Berbagai belanja yang dialokasi pemerintah, hendaknya memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat. Oleh karenanya, untuk kepentingan jangka pendek,
pungutan yang bersifat retribusi lebih relevan dibanding pajak. Alasan yang
mendasari hal tersebut adalah pungutan ini berhubungan secara langsung dengan
masyarakat. Masyarakat tidak akan membayar apabila kualitas dan kuantitas
layanan publik tidak mengalami peningkatan (Mardiasmo, 2002).
2.2.1 Hubungan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Belanja Modal
Selama ini Pendapatan Asli Daerah (PAD) Memiliki Peran untuk
membiayai

pelaksanaan

otonomi

daerah

guna

mencapai

tujuan

utama

penyelenggaraan otonomi daerah yang ingin meningkatkan pelayanan public dan


memajukan perekonomian daerah (Mardiasmo, 2002). Dalam pencapaian tujuan
tersebut Pemerintah Daerah melakukan berbagai cara dalam meningkatkan
Pelayanan publik, yang salah satunya dilakukan dengan melakukan belanja untuk
kepentingan investasi yang di realisasikan melalui belanja modal.
Dalam PP No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keungan Daerah yang
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daearah (APBD) disusun
Sesuai dengan dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan Daerah. Artinya Disetiap Penyusunan APBD Pemerintah Daerah
Benar- benar mempertimbangkan pendapatan asli asli daerah (PAD) yang di

terima terhadap pengalokasian belanja modal (Besar kecilnya Belanja modal akan
ditentukan dari besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah). Sehinggan jika
Pemerintah Daerah ingin meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat dengan jalan meningkatkan belanja modal maka Pemerintah daerah
harus berusaha keras untuk menggali Penpatan Asli Daerah yang sebesarbesarnya.
2.2.2 Hubungan Dana Alokasi Umum (DAU) dengan Belanja Modal
Pendapatan Asli daerah Merupakan Andalan utama bagi Daerah untuk
mendukung

Penyelenggaraan

Pemerintahan

dan

Pembangunan,

Tetapi

Pemnerimaan daerah dari Unsur Pendapatan Asli daerah (PAD) saja belum
mampu memenuhi Kebutuhan daerah apalagi dengan penambahan wewenang
daerah jelas akan membutuhkan dana tambahan bagi daerah sehinggan daerah
masih tetap membutuhkan bantuan keungan yang berasal dari pusat yang disebut
dengan Dana Alokasi Umum (DAU).
Peningkatan dan penurunan jumlah dana transfer ini juga dapat
berpengaruh terhadap Alokasi pengeluaran daerah dalam hal ini juga dapat
terhadapa belanja modal. Karena pelaksanaan otonomi daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik yang di realisasikan melalui belanja modal
juga ikut di biayai oleh Dana Alokasi Umum (DAU). Bahkan pendapatan dari
pemerinyah pusat berupa dana perimbangan di Pemerintah daerah di Indonesia
merupakan sumber pemdapatan utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).

2.3 Model Penelitian


Model penelitian ini menggambarkan Pengaruh dan hubungan Variabelvariabel dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.1
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal di Kabupaten/Kota Propinsi Riau

Pendapatan Asli Daerah


(PAD)
BELANJA MODAL

Dana Alokasi Umum (DAU


)

2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara sebelum dilakukan penelitian yang
sesungguhnya. Pendapat tersebut merupakan dasar kerja atau panduan dalam
suatu fenomena yang diidentifikas
H0 : Tidak terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal.
H1 : Terdapat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja
Modal.

H2 : Terdapat Pengaruh dan Dana Alokasi Umum (DAU)terhadap belanja


Modal.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Objek penelitian ini adalah 8 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Riau
dengan periode penelitian dari tahun 2007 2009. data ini di peroleh dari Biro
keuangan Sekretariat Daerah Propinsi Riau dan Badan Pusat Statistik Propinsi
Riau.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek-obyek (satuan/individu)
yang mempunyai karakteristik tertentu. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah data DAU, PAD, Belanja Modal Kota dan Kabupaten di Provinsi Riau
yang meliputi 6 daerah Kabupaten dan 2 daerah Kota sehingga daerah total
populasi adalah 8 data.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik
dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi. Teknik sampling yang digunakan
adalah teknik full sampling, yaitu semua populasi digunakan sebagai sampel.
Penelitian ini mengambil data pada tahun 2007 - 2009, dengan jumlah sample
sebanyak 8 daerah, maka jumlah sample penelitian keseluruhan menjadi 3x8 = 24
data.

TABEL 3.1 : Populasi Kabupaten/ Kota untuk Penelitian


NO

Nama Kabupaten/ Kota

1.

Kota Pekanbaru

2.

Kota Dumai

3.

Kabupaten Bengkalis

4.

Kabupaten Indragiri Hilir

5.

Kabupaten Rokan Hilir

6.

Kabupaten Rokan Hulu

7.

Kabupaten Kampar

8.

Kabupaten Kuantan Singingi

Sumber : http://www.riau.go.id
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah
Kabupaten/Kota di Propinsi Riau tahun 2008-2010 yang berupa realisasi Belanja
Modal (BM), realisasi Dana Alokasi Umum (DAU), realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Dari masing-masing pemerintah Kabupaten/Kota yang ada di
Propinsi Riau yang diperoleh dari Biro Keuangan Sekretariat Daerah Propinsi
Riau.

3.3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal, sedangkan
variabel independennya adalah Pendapatan Asli Daerah dan dana alokasi umum.
Untuk menganalisis hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas
digunakan model persamaan regresi berganda.
Berikut ini pembahasan definisi operasional yang menjelaskan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.3.1.1 Variabel Dependen
Belanja Modal adalah untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan (Dalam Permendagri No. 59 tahun 2007), seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan
aset tetap lainnya.
Belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya
melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja administrasi umum (Halim, 2004). Belanja modal untuk
masing-masing Kab/Kota dapat dilihat dalam Laporan Realisasi APBD.
3.3.1.2 Variabel Independen
a. Pendapatan asli daerah adalah merupakan penerimaan yang diperoleh
daerah yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelola kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain -lain


yang sah.
Rumus untuk menghitung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu:
PAD = Pajak daerah + Retribusi daerah + Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan + Lain-lain PAD yang sah.
b. Dana Alokasi Umum (DAU) ,adalah dana transfer dari Pemerintah Pusat
ke Pemerintah Daerah yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
Kepada Pemerintah Daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanaii kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.(UU Nomor 33 Tahun 2004). Dana Alokasi
Umum (DAU) diperoleh dengan melihat dari Dana Perimbangan yang ada
di Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah.

3.4 ANALISIS DATA


3.4.1 Analisis Regresi Berganda
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda linier yang
digunakan untuk melihat pengaruh pendapatan yaitu PAD dan DAU terhadap
pengeluaran pemerintah yang berupa alokasi belanja daerah (Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Langsung) .
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
variabel independen terhadap variabel dependen. Ada dua persamaan regresi,
persamaan regresi adalah:

Y = + b1X1+ b2X2 + e
dimana :
Y = Belanja Modal
a = Konstanta
X1 = PAD
X2 = DAU
b1b2 = koefisien regresi untuk masing-masing variabel X
e = Error term
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi dan nilai statistik F.
3.4.2 Uji F (Simultan)
Uji simultan dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel,
dengan tingkat keyakinan 95%.
Adapun kriteria keputusan yang di ambil sebagai berikut :
1.

Jika Fhitung > Ftabel Maka Ha Di terima dan Ho di tolak.

2.

Jika Fhitung < Ftabel Maka Ha Di tolak dan Ho di terima.

3.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Koefisien
determinasi ini digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi
dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi
maka akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel

dependen

amat

terbatas.

Nilai

yang

mendekati

satu

berarti

variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang


dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.4.4 Uji Normalitas
Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil.
Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik.
Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis
grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat

dikatakan normal jika data atau titik-titk terbesar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal
atau grafik histrogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis
diagonal atau grafik histrogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006).
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil
Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual
terdistribusi

dengan

normal.

Sedangkan

jika

hasil

Kolmogrov-Smirnov

menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak
normal (Ghozali,2006).
3.4.5 Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat

yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusikan secara normal,
tidak mengandung multikoloniaritas, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum
melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu
pengujian asumsi klasik, yang terdiri dari:

3.4.5.1 Uji Multikolinearitas


Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolonieritas ini
digunakan karena pada analisis regresi terdapat asumsi yang mengisyaratkan
bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolonieritas atau tidak
terjadi korelasi antar variabel independen.
Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variable
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variable
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10.

3.4.5.2 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi berganda
linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Jika ada masalah
autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan, menjadi tidak layak
untuk dipakai (Singgih Santoso, 2000).
Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Durbin
Watson. Singgih (2000), bila angka D-W diantara -2 samapai +2, berarti tidak
terjadi autokorelasi. Menurut Ghozali (2006), untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi bisa menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test).

3.4.5.3 Uji Heteroskedastisitas


Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual satu
pengamatan

ke

pengamatan

yang

lain

tetap,

maka

disebut

Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi


yang baik adalah tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan
melihat gambar plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu
yang teratur dan data tersebar secara

acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diidentifikasikan tidak
terdapat heteroskedastisitas .
3.4.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan
parsial (uji t). untuk menguji pengaruh variabel independent yaitu Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal Di propinsi Riau.
1. Pengujian hipotesis Pertama.
Pengujian hipotesis pertama digunakan untuk mengetehui apakah variable
independent mempunya pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen
yaitu antara Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal.
H0 : Tidak ada pengaruh antara Pendapatan Asli daerah (PAD) Terhadap
Belanja modal
H1 : Terdapat Pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Belanja modal.
Analisa ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel atau melihat Pvalue masing
masing variable sehingga dapat ditentukan apakah hipotesis yang telah dibuat
signifikan atau tidak signifikan.
Jika Thitung > Ttabel atau Pvalue < , maka koofisien regresi adalah
signifikan dan H2 Penelitian diterima artinya variable independent (Pendapatan
Asli Daerah) berpengaruh terhadap variable dependen (Belanja Modal).

Sebaliknya jika Thitung < Ttabel atau Pvalue > , artinya variable independen
(Pendapatan Asli Daerah) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable
dependen (Belanja Modal).

2. Pengujian hipotesis Kedua.


Pengujian hipotesis kedua digunakan untuk mengetehui apakah variable
independent mempunya pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen
yaitu antara Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal.
H0 : Tidak ada pengaruh antara Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap
Belanja modal
H2 : Terdapat Pengaruh antara Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap
Belanja modal.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel
atau melihat Pvalue masing-masing variable sehingga dapat ditentukan apakah
hipotesis yang telah dibuat signifikan atau tidak signifikan.
Jika Thitung > Ttabel atau Pvalue < , maka koofisien regresi adalah
signifikan dan H2 Penelitian diterima artinya variable independent (Dana Alokasi
Umum) berpengaruh terhadap variable dependen (Belanja Modal). Sebaliknya
jika Thitung < Ttabel atau Pvalue > , artinya variable independen (Dana alokasi
Umum) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen (Belanja
Modal).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian


Pada bagian ini menggambarkan Perolehan keseluruhan data (variable)
yang digunakan dalam pergerakan variable untuk seluruh periode pengamatan.
Penelitian ini menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) Sebagai Variabel Independen dan Belanja Modal (BM) Sebagai
Variabel Dependen.
Pada bab ini penulis juga akan menganalisis data yang telah terkumpul
yaitu data laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Modal Pemerintah
Kabupaten/Kota Provinsi Riau Periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
yang diperoleh dari BPS propinsi Riau dan melalui Biro Keuangan Sekretariat
Daerah Propinsi Riau. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Analisis data
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DAU (Dana Alokasi Umum), PAD
(Pendapatan

Asli

Daerah),

terhadap

Belanja

Modal

(BM)

pemerintah

Kabupaten/Kota Provinsi di Propinsi Riau. Berikut paparan dan objek Penelitian


dari masing masing variabel :
4.1.1 Belanja Modal

Tabel 4.1
Data Belanja Modal Kota/ Kabupaten Propinsi Riau Tahun 2007-2009
Dana Alokasi Umum (DAU)

Kota/
No
Kabupaten

Kota

2007

2008

2009

317.253.246.485

173.777.043.523

225.166.525.89

1.
Pekanbaru
Kota Dumai

0
57.255.102.568

172.463.391.113

191.532.988.75

2.
3
Kabupaten

39.153.204.834

20.481.332.936

22.870.154.244

302.483.421.784

272.377.480.170

254.637.809.90

3.
Kampar
4.

Kabupaten
Kuantan

Singingi
5.

Kabupaten

979.277.164.354

Bengkalis
6.

Kabupaten

326.337.863.972

1.084.259.452.74

1.028.118.450.6

01

279.042.288.516

247.857.006.77

Rokan Hulu
7.

Kabupaten

6
929.066.302.674

Rokan hilir
8.

Kabupaten

214.964.776.945

1.058.968.536.73

1.547.630.712.6

30

230.985.343.947

152.101.887.00

Indragiri Hilir

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Riau dan BPS.


Berdasarkan data dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa realisasi
Belanja Modal di setiap Daerah sangat beragam, Belanja modal terbesar selama
Tahun 2007 2009 yaitu di Kabupten Rokan hilir. Terjadi Peningkatan Belanja
Modal dari tahun 2007 sampai tahun 2009 dikabupaten Rokan hilir, Yaitu
929.066.302.674 (Tahun 2007), 1.058.968.536.733 (Tahun 2008) dan pada tahun
2009 dengan realisasi 1.547.630.712.630.
Sedangkan untuk Realsasi Belanja Modal terendah selama periode tahun
2007 2009 ada di kabupaten Kampar, dapat dilihat dari tabel diatas bahwa
Realisasi Belanja Modal di tahun 2007

39.153.204.834, Tahun 2008

20.481.332.936 dan 22.870.154.244 di tahun 2009.


4.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Tabel 4.2
Data Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota/ Kabupaten Propinsi
Riau Tahun 2007-2009
Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kota/
No
Kabupaten

Kota

2007

2008

2009

109.039.133.688

118.745.167.703

129.859.965.94

1.
Pekanbaru
2.

Kota Dumai

5
42.910.260.750

41.301.302.955

43.279.006.444

Kabupaten

893.821.862.591

1.151.957839.637 1.034.499.825.3

3.
Kampar
4.

Kabupaten

97
25.394.974.137

25.003.062.270

30.734.825.397

108. 048.762.960

121.215.430.259

117.509.145.47

Kuantan
Singingi
5.

Kabupaten
Bengkalis

6.

Kabupaten

3
22.599.453.448

22.841.571.662

30.273.406.142

59.037.263.089

102.224.793.611

105.792.793.61

Rokan Hulu
7.

Kabupaten
Rokan hilir

8.

Kabupaten

1
44.000.337.195

37.827.194.409

47.706.000.000

Indragiri Hilir
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Riau dan BPS
Berdasarkan data dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa realisasi
Pendapatan asli daerah (PAD) terbesar selama Tahun 2007 2009 yaitu di
Kabupten Kampar. Terjadi Peningkatan Pendapatan Asli daerah dari tahun 2007
sampai tahun 2009 dikabupaten Kampar, Yaitu 893.821.862.591 (Tahun 2007),
1.151.957839.637 (Tahun 2008) dan pada tahun 2009 terjadi penurunan dari tahun
2008 dengan realisasi 1.034.499.825.397. sedangkan realisasi Pendapatan Asli
Daerah terendah selama periode tahun 2007 2009 ada di kabupaten Rokan Hulu,
dapat dilihat dari tabel diatas bahwa Realisasi Pendapatan Asli Daerah di tahun

2007 22.599.453.448, Tahun 2008 22.841.571.662 dan 30.273.406.142 di tahun


2009. walaupun selama periode 2007 2009 mengalamai peningkatan pertahun
nya namun kabupaten Rokan hulu adalah kabupaten yg paling sedikit realisasi
Pendapatan Asli Daerahnya diantara kabupaten / Kota lain.
4.1.3 DANA ALOKASI UMUM (DAU)
Tabel 4.3
Data Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kota/ Kabupaten Propinsi Riau
Tahun 2007-2009
Dana Alokasi Umum (DAU)

Kota/
No
Kabupaten

Kota

2007

2008

2009

327.161.000.000

351.339.422.800

340.970.891.00

1.
Pekanbaru
Kota Dumai

0
93.479.000.000

94.441.796.000

113.529.596.00

2.
0
Kabupaten

241.850.000.000

244.763.763.000

217.218.055.00

3.
Kampar
4.

Kabupaten

0
272.524.000.000

291.388.945.000

Kuantan

273.037.374.00
0

Singingi
5.

Kabupaten
Bengkalis

206.723.000.000

51.680.750.000

6.

Kabupaten

198.648.672.230

201.064.732.000

Rokan Hulu
7.

Kabupaten

239.214.656.00
0

91.848.000.000

39.969.000.000

32.436.000.000

368.790.000.000

389.699.955.000

399.637.979.00

Rokan hilir
8.

Kabupaten
Indragiri Hilir

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Riau dan BPS


Berdasarkan data dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa realisasi Dana
Alokasi Umum (DAU) terbesar selama Tahun 2007 2009 yaitu di Kabupten
Indragiri hilir. Terjadi Peningkatan dana alokasi umum dari tahun 2007 sampai
tahun 2009 dikabupaten Indragiri hilir, Yaitu 368.790.000.000 (Tahun 2007),
389.699.955.000 (Tahun 2008) dan pada tahun 2009 dengan realisasi
399.637.979.000. Sedangkan untuk Realisasi Dana Alokasi umum terendah
selama periode tahun 2007 2009 ada di kabupaten Rokan hilir, dapat dilihat dari
tabel diatas bahwa Realisasi Dana Alokasi umum di Kabupaten Rokan hilir di
tahun 2007 91.848.000.000, Tahun 2008 39.969.000.000 dan 32.436.000.000di
tahun 2009.
4.2 STATISTIK DESKRIPTIF
Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, dan alokasi belanja daerah Kabupaten/Kota di Propinisi
Riau Tahun 2007-2009, maka statistik deskriptif yaitu, mean, dan standar deviasi
variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian


Descriptive Statistics

Mean
Belanja Modal

Std.
Deviation

Minimum

Maximum

4.2200E1
1

4.24779E11

24

Pendapatan Asli
Daerah

1.8608E1
1

3.28931E11 22599453448.0
0 1151957839637.0
0

24

Dana Alokasi Umum

2.2488E1
1

1.29422E11

24

20481332936.0 1547630712630.0
0
0

0
399637979000.00

Sumber : Data olahan


Dari tabel 4.4 Di atas dapat dilihat bahwa Hasil analisis statistik deskriptif
jumlah kabupaten yang menjadi sampel adalah 24 Kabupaten/Kota se Propinsi
Riau. Nilai PAD terendah terjadi di kabupaten Rokan hulu pada tahun 2007
dengan nilai PAD sebesar Rp. 22.599.453.448,00 Nilai tertinggi PAD terjadi di
kabupaten Kampar pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 1.151.957.839.637. Nilai
DAU tertinggi adalah kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp.
399.637.979.000 dan nilai terendah adalah Kabupaten Bengkalis pada tahun 2009
yaitu sebesar Rp.0.
Untuk Belanja Modal tertinggi terjadi di Kabupaten Rokan Hilir pada
tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 1.547.630.712.630. Sedangkan Belanja modal
terendah terjadi di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp.
20.481.332.936,

Untuk Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga
tahun sebesar 1.8608. Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai standar deviasi
sebesar 3.28931. Dana Alokasi Umum memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga
tahun sebesar Rp 2.2488. Dana Alokasi Umum memiliki nilai standar deviasi
sebesar 1.29422 lebih kecil dari mean menunjukkan bahwa distribusi data
cenderung normal. Belanja Modal memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga
tahun sebesar 4.2200 Belanja Modal memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp
4.24779.
4.3. Uji Normalitas
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat
histogram, hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. Dan jika data
tersebut jauh menyebar di sekitar garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data

Gambar 4.2 Grafik Histogram

Sumber : Data olahan/ Hasil Penelitian


Berdasarkan keterangan grafik di atas, titik menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.

4.4. UJI ASUMSI KLASIK


Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian maka
harus dilakukan pengujian asumsi klasik.

4.4.1 Uji Multikolinearitas


Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
ditemukan

adanya

korelasi

antar

variabel

bebas

(Independen).

Uji

multikolinearitas dapat dilaksanakan menggunakan model regresi dan melakukan


uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan Variance Inflation
Factor (VIF). Jika nilai tolerance value diatas 0,10 atau nilai Variance Inflation
Factors (VIF) dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006).
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF yang tinggi, karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut-off yang umum dipakai
untuk menunjukkan multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,1 atau sama
dengan nilai VIF > 10.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardi
zed
Unstandardized Coefficie
nts
Coefficients

Model
1

(Constant)

Std.
Error

9.401E1 1.310E1
1
1

Beta

Collinearity
Statistics

T
7.175

Sig.
.000

Tolera
nce

VIF

Pendapatan Asli
Daerah
Dana Alokasi
Umum

-.103

.211

-.080 -.490

.629

.899 1.112

-2.219

.535

-.676 -4.145

.000

.899 1.112

a. Dependent Variable: Belanja Modal


Sumber : Data olahan/ Hasil Penelitian
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut di atas terlihat bahwa seluruh variabel
independen yaitu PAD sebesar 1.112 dan DAU sebesar 1.112 memiliki angka
Variance Inflation Factors (VIF) di bawah 10 dengan angka tolerance yang
menunjukkan nilai lebih dari 0,10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
model yang terbentuk tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
4.4.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah data dalam model regresi linear
ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi.
Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi
yang lain (Ghazali, 2007).
Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik DurbinWatson. Singgih (2000), bila angka D-W diantara -2 samapai +2, berarti tidak
terjadi autokorelasi. Menurut Ghozali (2006) uji autokorelsai dilakukan untuk
mengidentifikasi apakah terdapat autokorelasi antara error yang terjadi antar

periode yang diujikan dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi harus dilihat nilai uji D-W.
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb

Model

R Square

.705a

Adjusted R
Square

.498

.450

Std. Error of
the Estimate

Durbin-Watson

3.15091E11

1.933

a. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah


b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Data olahan/ Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson tabel di atas, nilai DW untuk kedua
variabel independen adalah 1.933 yang berarti nilai DW berada diantara -2 sampai
+2 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi dalam model penelitian
ini.
4.4.3 Uji Heterokedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain

tetap,

maka

disebut

homoskedastisitas

dan

jika

berbeda

disebut

Heteroskedisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedasitas atau tidak
terjadi Heteroskedisitas karena data crossection mengandung berbagai ukuran
(kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2006).

Di dalam pengujian heteroskedasitas pada penelitian ini didasarkan pada


Scatterplot. Berdasarkan pengujian dengan SPSS diperoleh grafik Scatterplot.
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedasitas

Sumber : Data Olahan/ Hasil Penelitian


Berdasarkan grafik scatterplot diatas ini terlihat titik menyebar secara
acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas atau teratur, serta titik
tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi

Belanja Modal berdasarkan input variabel independen Pendapatan Asli Daerah,


dan Dana Alokasi Umum.
4.5 ANALISIS REGRESI
Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen,
dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai
rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel
dependen dengan suatu persamaan (Ghazali, 2007).
Dari hasil uji asumsi klasik di atas, dapat diketahui bahwa semua uji telah
terpenuhi. Artinya, model regresi terbebas dari multikolinearitas, autokorelasi,
heterokedastisitas, dan terdistribusi normal. Koefisien determinasi digunakan
untuk menguji Goodness of Fit dari model regresi. Pada intinya, koefisien regresi
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghazali, 2007).
Koefisien regresi dapat diperoleh dari Tabel 4.5. Persamaan regresi yang
diperoleh adalah:
Belanja Modal = 9.410 103x1 2.219x2 + e
a. Angka konstanta sebesar 9.410 menyatakan bahwa bila Pendapatan
Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum konstan maka Belanja Modal
akan meningkat sebesar 9.410 % per tahun.

b. Koefisien regresi untuk X1 yang negatif (-103) menunjukkan bahwa


Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Propinsi Riau tidak berpengaruh
terhadap pengalokasian Belanja Modal.
c. Koefisien regresi untuk X2 yang negatif (-2.219) menunjukkan bahwa
Dana Alokasi umum (DAU) di Propinsi Riau Tidak berpengaruh
terhadap alokasi Belanja Modal.
4.5.1 Uji F (Simultan)
Uji Simultan dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel,
dengan tingkat keyakinan 95%.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama atau simultan terhadap variabel dependen (Ghazali, 2007).
Tabel 4.7 Uji F (Simultan)
ANOVAb
Sum of
Squares

Model
1

df

Mean Square

Regression

2.065E24

1.033E24

Residual

2.085E24

21

9.928E22

Total

4.150E24

23

F
10.400

a. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah


b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Data olahan

Sig.
.001a

Dari Tabel di atas, diperoleh nilai uji F sebesar 10,400 dan signifikan pada
0,001 < 0,05. Dengan demikian H0 di tolak dan Ha di terima yang berarti semua
variabel independen ( Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum) secara
simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Belanja
Modal).
4.5.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) adalah sebuah koefisien yang menunjukan
persentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.
Persentase tersebut menunjukan seberapa besar variable independent (Pendapatan
Asli Daerah dan Dana alokasi Umum) dapat menjelaskan variable dependen nya
(Belanja Modal). Semakin besar koefisien determinasinya semakin baik variable
dependen

dalammenjelaskan

variable

independennya.

Dengan

demikian

persamaan regresi yang dihasilkankan baik untuk mengestimasinya nilai variable


dependen. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variable independen dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi


Model Summaryb

Model
1

R
.705a

R Square
.498

Adjusted R
Square
.450

Std. Error of
the Estimate

Durbin-Watson

3.15091E11

a. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah

.933

Model Summaryb

Model
1

R Square

.705a

Adjusted R
Square

.498

Std. Error of
the Estimate

.450

Durbin-Watson

3.15091E11

.933

a. Predictors: (Constant), Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah


b. Dependent Variable: Belanja Modal

Berdasarkan perhitungan

nilai tersebut diatas di peroleh ini maka

Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.498. Hal ini menujukan bahwa


pertumbuhan PAD dan DAU memberikan pengaruh sebesar 49,80% terhadap
belanja modal.
4.6 Pengujian Hipotesis
4.6.1 Pengujian hasil penelitian hipotesis pertama.
Pengujian hipotesis pertama digunakan untuk mengetehui apakah variable
independent mempunya pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen
yaitu antara Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal.
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli
daerah terhadao belanja modal
H1 : Terdapat pengaruh yang sognifikan antara Pendapatan asli daerah
terhadap belanja modal.

Analisa ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan


dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel atau melihat Pvalue masingmasing variable sehingga dapat ditentukan apakah hipotesis yang telah dibuat
signifikan atau tidak signifikan. Jika Thitung > Ttabel atau Pvalue < , maka
koofisien regresi adalah signifikan dan H1 Penelitian diterima artinya variable
independent (Pendapatan Asli Daerah) berpengaruh terhadap variable dependen
(Belanja Modal). Sebaliknya jika Thitung < Ttabel atau Pvalue > , artinya
variable independen (Pendapatan Asli Daerah) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variable dependen (Belanja Modal).
Tabel 4.9 Uji Hipotesis Pertama (pendapatan Asli Daerah)

Model

Sig.

(Constant)

7.175

.000

Pendapatan Asli Daerah

-.490

.629

Dari hasil uji hipotesis pada tabel 4.9 di atas di peroleh nilai Thitung
sebesar 490 dan Ttabel Sebesar - 1.717 (Thitung < Ttabel) dan Pvalue sebesar
629 > 0.05. maka hasil penelitian ini menyatakan maka H0 diterima dan H1
ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli
Daerah terhadap Belanja Modal.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bernanda Gatot Tri Bawono (2008) dan Nur Indah Rahmawati (2010), yang
menemukan bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.
Dengan pemahaman bahwa peningkatan atau penurunan tingkat Pendapatan asli
daerah tidak atau belum tentu terjasi peningkatan dalam belanja modal karena
belanja modal termasuk bagian dari belanja daerah (Belanja Modal termasuk
komponen dari Belanja Daerah).
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
daerah itu sendiri, misalnya Hasil Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Pendapatan dari Laba
Perusahaan Daerah dan lain-lain Pendapatan Yang Sah (Mardiasmo, 2002).
Seperti yang di ketahui bahwa Belanja modal termasuk dari bagian kelompok
belanja langsung merupakan bagian dari balanja daerah. Sesuai dengan hasil
penelitian diatas, maka semakin besar Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh
maka akan semakin besar pula dana yang harus di salurkan lewat belanja langsung
untuk melakukan aktivitas pemerintah dan program-program pembangunan
daerah. Namun hal itu belum tentu sepenuhnya terjadi kenaikan pada belanja
modal karena belanja modal hanya bagian dari kelompok belanja langsung dari
belanja daerah.
4.6.2 Pengujian hasil penelitian hipotesis kedua.
Pengujian hipotesis kedua digunakan untuk mengetehui apakah variable
independent mempunya pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen
yaitu antara Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal.

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli


daerah terhadap belanja modal.
H2 : Terdapat pengaruh yang sognifikan antara Pendapatan asli daerah
terhadap belanja modal.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel
atau melihat Pvalue masing-masing variable sehingga dapat ditentukan apakah
hipotesis yang telah dibuat signifikan atau tidak signifikan.
Jika Thitung > Ttabel atau Pvalue < , maka koofisien regresi adalah
signifikan dan H2 Penelitian diterima artinya variable independent (Dana Alokasi
Umum) berpengaruh terhadap variable dependen (Belanja Modal). Sebaliknya
jika Thitung < Ttabel atau Pvalue > , artinya variable independen (Dana alokasi
Umum) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen (Belanja
Modal).
Tabel 4.10 Uji Hipotesis Kedua (Dana alokasi Umum)

Model

(Constant)
Dana Alokasi Umum

Sig.

7.175

.000

-4.145

.000

Dari hasil uji hipotesis pada tabel 4.10 di atas di peroleh nilai Thitung
sebesar 4.145 dan Ttabel Sebesar - 1.717 (Thitung > Ttabel) dan Pvalue sebesar

0.000 < 0.05. maka hasil penelitian ini menyatakan maka H0 ditolak dan H2
diterima. Artinya, Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi umum
terhadap Belanja Modal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
oleh oleh Bernanda Gatot Tri Bawono (2008) dan Nur Indah Rahmawati (2010),
yang menemukan bahwa secara parsial DAU mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap belanja Daerah. Dengan pemahaman bahwa apabila belanja
modal menurun maka dapat dipastikan bahwa belanja langsung juga akan
menurun karena belanja modal merupakan kelompok dari belanja langsung dari
pada belanja Daerah.
Hal ini pun juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Holtz Eakin
(1985) dalam Syukriy Abdullah&Abdul Halim (2003) menyatakan bahwa
terdapat keterikatan yang sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan
belanja

daerah.

Penelitian

Gamkhar&Oates

(1996)

dalam

Syukriy

Abdullah&Abdul Halim (2003) mengenai respon pemerintah daerah terhadap


perubahan jumlah transfer dari pemerintah federal di Amerika Serikat untuk tahun
1953-1991 menyebutkan bahwa pengurangan jumlah transfer menyebabkan
penurunan dalam pengeluaran daerah. Pernyataan Abdul Halim (2009)
menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum merupakan transfer yang besifat umum
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengatasi ketimpangan
horizontal yang bertujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
Sesuai dengan hasil penelitian diatas, maka semakin tinggi Dana Alokasi Umum
yang diperoleh Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat, maka akan semakin
tinggi pula Belanja Modal.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan :
a. Rata-rata realisasi Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Riau periode 20072009 adalah Rp 186.079.982.367,94 dan Rata rata realisasi Dana Alokasi
Umum di Propinsi Riau Periode tahun 2007- 2009 adalah Rp.
211.725.691.126,25. dan untuk Rata-rata realisasi belanja modal di
Propinsi

Riau

periode

tahun

2007-2009

adalah

sebesar

Rp.

422.002.562.045,90.
b. Dari Hasi uji hipotesis pertama di peroleh di peroleh nilai Thitung sebesar
490 dan Ttabel Sebesar - 1.717 (Thitung < Ttabel) dan Pvalue sebesar
629 > 0.05. maka hasil penelitian ini menyatakan maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah
Kabupaten/ kota di Propinsi Riau.
c. Dari hasil uji hipotesis kedua di peroleh nilai Thitung sebesar 4.145 dan
Ttabel Sebesar - 1.717 (Thitung > Ttabel) dan Pvalue sebesar 0.000 <
0.05. maka hasil penelitian ini menyatakan maka H0 ditolak dan H2
diterima. Artinya, Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi
umum terhadap Belanja Modal pada kabupaten/ kota di Propinsi Riau.
d. Dari hasil uji Koefisien Determinasi (R2) diperoleh nilai koefisien
Determinasi

sebesar

sebesar

0.498.

Hal

ini

menujukan

bahwa

pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum


(DAU) memberikan pengaruh sebesar 49,80% terhadap belanja modal.

5.2 KETERBATASAN PENELITIAN


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan
dan pengembangan dalam studi -studi selanjutnya. Karena studi ini belum
mencakup aspek-aspek lain yang mungkin merupakan faktor penting, misalnya
aspek kebijakan publik , aspek politik, aspek manajemen keuangan, aspek
penganggaran daerah, dan aspek psikologis personalitas pembuat keputusan
pemerintah daerah. Adapun keterbatasan masalah ini di antaranya :
a. Peneliti hanya mengambil 2 variabel independen yaitu Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum.
b. Periode penelitian ini dibatasi hanya dari tahun 2007, 2008 sampai dengan
tahun 2009.

5.3 SARAN
a. Bagi pemerintah daerah agar dapat berusaha untuk mengoptimalkan
tingkat pendapatan asli daerah misalnya dengan membentuk peraturan
daerah tentang pajak dan retribusi daerah secara jelas dan tegas ataupun
dengan memberikan kesempatan bagi putra -putra daerah untuk
mengelola/bekerjasama dengan pihak -pihak yang mampu mengelola
sumber daya yang dimiliki daerah , sehingga sumber-sumber pendapatan
daerah mampu dimanfaatkan sebaik mungkin dan hal ini berarti bahwa

pendapatan

asli

daerah

akan

semakin

meningkat

dan

tingkat

ketergantungan terhadap transfer dari pusat juga semakin berkurang


sehingga otonomi daerah dapat berjalan dengan baik.
b. Hendaknya bagi pemerintah daerah kabupaten dan kota di Propinsi Riau,
dapat lebih memprioritaskan untuk mengalokasikan kepada Belanja Modal
dari setiap Penerimaan Asli Daerah. Karena, Belanja Modal merupakan
pengeluaran atau belanja yang dilakukan pemda yang bersifat produktif
dan jangka panjang dibandingkan Belanja Rutin yang sifatnya konsumtif
dan jangka pendek.
c. Hendaknya penelitian selanjutnya menggunakan data yang lebih
lengkap,agar lebih dapat melakukan generalisasi atas hasil penelitian.
Misalnya dengan menambah rentang waktu yang diteliti dan memperluas
obyek penelitian.
d. Variabel yang digunakan dalam penelitian akan datang diharapkan lebih
lengkap dan bervariasi dengan menambah variabel independen lain baik
ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan Pemerintah Daerah lainnya,
maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, kondisi
makro ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
UU RI. 2004. Undang-Undang Ripublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah.
UU RI. 2004. Undang-Undang Ripublik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.
PP RI 24. 2005, Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
PP RI 58. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jacob Junian Endiartia, Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli Daerah,
dan dana alokasi umum terhadap Pengalokasian anggaran belanja modal
pada Kabupaten dan kota di jawa barat dan jawa tengah, 2008
Bernanda Gatot Tri Bawono, Pengaruh dana alokasi umum (DAU) dan
Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja Pemerintah daerah pada
kabupaten/kota Di Jawa barat dan Banten, 2008.
Anjar Setiawan, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Provinsi Jawa Tengah, 2010
Abdullah, Syukriy & Abdul Halim, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah :
Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali, 2003.
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah , Andi, Yogyakarta,
2002.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Prakosa, Kesit Bambang, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah ; Studi
Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY, JAAI Vol 08 No 2,
Desember, 2004.
Ghozali, Imam, Arifin Sabeni. 1997. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi
4. Penerbit BPFE: Yogyakarta.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah.


Edisi 3. Salemba 4 : Jakarta.

Kawedar, Warsito, Abdul Rohman, dan Sri Handayani. 2007. Akuntansi Sektor
Publik: Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan
Daerah. Penerbit UNDIP: Semarang.
Nur Indah Rahmawati, Pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi
umum (DAU) Terhadap alokasi belanja daerah Pada Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah, 2010.
Badan Pusat Statistik. (2011). Riau dalam Angka 2011. Pekanbaru.
http://www.riau.go.id
http://birokeuangan.riau.go.id/
http://riau.bps.go.id/

Anda mungkin juga menyukai