Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS INDONESIA

MANAJEMEN PERPAJAKAN
Pertemuan VI
Tax Planning on Inbound Investment Structure

KELAS E202K, 192MDK1. PJK201 MP


FAUZIAH 2006623031

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAKSI-PPAk.
JAKARTA
2021
Tax Planning on Inbound Investment Structure

I. Inbound Investment
Dalam kegiatannya, transaksi Investasi di Indonesia dapat dikategorikan berupa
Inbound Investment dan Outbound Investment.

 Outbound Investment tentunya adalah investasi yang dilakukan Subjek Pajak Dalam
Negeri (SPDN) atau warga negara Indonesia yang melakukan investasi ke luar negeri.
 Inbound Investment adalah bentuk investasi yang dilakukan Subjek Pajak Luar Negeri
(SPLN) atau Warga Negara Asing yang melakukan investasinya di Indonesia atau bisa
disebut sebagai Penanaman Modal Asing (PMA).
Inbound Investment yang masuk ke Indonesia dapat memilih bentuk usaha berupa
Cabang Perusahaan atau anak usaha dari perusahaan yang sudah beroperasi di luar Indonesia.
Lebih lanjut jika perusahaan asing yang mendirikan usaha di Indonesia sebagai cabang,
mendirikan usahanya di Indonesia dalam bentuk Badan Usaha Tetap (BUT) atau sebagai
Kantor Perwakilan Perusahaan Asing. Kemudian jika sebagai anak usaha dari perusahaan
asing, maka bentuk usaha ini adalah perusahaan yang didirikan warga negara asing berupa
Perseroan Terbatas sebagaimana tercantum pada UU No. 25 Tahun 2007 pasal (5) tentang
Penanaman Modal Asing.
Untuk membedakan secara mendetail antara masing- masing bentuk usaha Inbound
Investment, dapat dilihat per kategori berikut

Image by: Team 2 dalam slide presentasi Manajemen Perpajakan pertemuan VI


II. Regulasi terkait Inbound Investment
Terkait Perpajakan Non Perpajakan
1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata a. UU No. 25 Tahun 2007 pasal (5)
Cara Perpajakan, Pasal 2 tentang Penanaman Modal Asing.
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan, Pasal 5, b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Pasal 26 2020 tentang Cipta Kerja
3. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda c. Peraturan Presiden Nomor 10
4. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE- Tahun 2021 tentang Bidang Usaha
2/PJ.03/2008 Penanaman Modal
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 634/KMK.04/1994 Tentang
Norma Penghitungan Khusus Penghasilan
Neto Bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang
Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di
Indonesia
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
14/PMK. 03/2011 tentang Perlakuan
Perpajakan Atas Penghasilan Kena Pajak
Sesudah Dikurangi Pajak Dari Suatu Bentuk
Usaha Tetap

III. Perlakuan Pajak BUT


Objek Pajak BUT dalam UU No. 10 Tahun 1994 Pasal 5 ayat (1):
a. Atribusi Faktual: Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT dan dari harta yang
dimiliki atau dikuasai (pasal 5 ayat (1) huruf a)
b. Force of attraction: Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dilakukan oleh BUT
di Indonesia (huruf b)
c. Atribusi karena hubungan efektif: penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26
yang diterima atau diperoleh Kantor Pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara
BUT dengan harta/kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud

Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan BUT yaitu :


a) Biaya untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan BUT (Pasal 6 ayat 1
UU Nomor 36 Tahun 2008)
b) Sisa kerugian tahun-tahun sebelumnya.(Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun 2008)
c) Biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat yang di-atribusi menjadi
penghasilan BUT yaitu biaya dari Force of attraction dan dari Atribusi karena
hubungan efektif
d) Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan adalah biaya
yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT yang besarnya ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak (Pasal 5 ayat (3) UU PPh)
IV. Case Study

Dalam pembahasan di pertemuan ini, penyaji menampilkan case yang berkaitan dengan
Tax Planning untuk E-commerce. Dalam praktiknya Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
(PMSE) di Indonesia merupakan jenis pajak yang baru diperkenalkan di Indonesia pada tahun
2020, penyaji memaparkan bahwa belum ada petunjuk yang jelas. Sejauh ini regulasi yang
adalah Perpu 1 Tahun 2020. Di dalam Perpu ini diatur perlakuan perpajakan dalam kegiatan
PMSE diantaranya:
a. Pengenaan PPN atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean melalui PMSE; Pengenaan PPN
yang dimaksud adalah mengikuti ketentuan dalam UU PPN Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah
b. Pengenaan PPh atau pajak transaksi elektronik atas kegiatan PMSE yang dilakukan oleh
subjek pajak luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi signifikan
Dalam praktiknya yang digambarkan pada Perpu 1 tahun 2020, diatur Siapa yang dapat
melakukan pungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN yang dikenakan atas pemanfaata n
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean diantaranya;
a. Dipungut, disetorkan, dan dilaporkan oleh pedagang luar negeri, penyedia jasa luar
negeri, Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar negeri,
da/atau Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dalam negeri,
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
b. Selain dilakukan oleh diri mereka sendiri, mereka dapat menunjuk perwakilan yang
berkedudukan di Indonesia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Perwakilan ini dapat
berupa badan di Indonesia.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penunjukan, pemungutan, dan penyetoran
serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
d. Saat ini Peraturan Menteri Keuangan yang sudah ada terkait huruf c yaitu Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Penghitunga n,
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean

Perlakuan pajak kepada Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar
negeri:
a. Dalam hal penetapan sebagai bentuk usaha tetap tidak dapat dilakukan karena
penerapan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak
berganda dan pencegahan pengelakan pajak, pedagang luar negeri, penyedia jasa luar
negeri, dan/atau Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar
negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi signifikan, dikenakan pajak
transaksi elektronik.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penunjukan perwakilan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Referensi:
- https://www.kemenkeu.go.id/media/14999/faq-perppu-1-2020.pdf
- https://www.thinktax.id/tax- flash/peraturan-pajak-but-bentuk-usaha-tetap
- https://www.kajianpustaka.com/2020/10/penanaman- modal-asing-PMA.html
- UU No. 10 Tahun 1994 Pasal 5 ayat (1)
- Bkpm.go.id
- Hukumonline.com
- Slide Presentasi Penyaji (Kelompok 2)
-

Anda mungkin juga menyukai