Pesan Kunci
Daftar Isi 1. Dengan meratifikasi Paris Agreement, Indonesia telah berkomitmen
untuk berkontribusi terhadap upaya masyarakat dunia untuk mencegah
terjadinya krisis iklim yang bertambah parah. Komitmen ini diwujudkan
Pesan Kunci | 1 dalam bentuk aksi mitigasi yang dapat mengurangi emisi GRK sebesar
29%-41% dari skenario BAU pada 2030. Rencana aksi mitigasi ini
Pendahuluan | 2
disampaikan dalam dokumen Nationally Determine Contribution (NDC)
Implikasi Terhadap Sektor Energi | 3 yang disampaikan kepada UNFCCC pada 2016.
2. NDC pertama Indonesia dinilai tidak cukup (insufficient) untuk mencapai
Opsi Aksi Mitigasi Pada PLTU target Paris Agreement dan berada pada lintasan emisi yang menuju 3°C.
Batubara dan Dampaknya Terhadap Untuk itu perlu dilakukan upaya yang lebih ambisius untuk membuat
Emisi | 5
NDC Indonesia selaras dengan target temperature Paris Agreement.
Opsi Kebijakan dan Pertimbangan Upaya yang lebih ambisius perlu dilakukan di sektor energi dan
dengan Sektor Lainnya | 10 transportasi, yang menjadi penyumbang 58% emisi pada 2030. Emisi
dari PLTU batubara berkontribusi terhadap 86% emisi dari sub-sektor
Kesimpulan dan Rekomendasi | 11 pembangkitan tenaga listrik.
3. Berdasarkan data rencana pembangunan PLTU batubara 2018-2029,
Referensi | 12
pertumbuhan dan volume emisi GRK dicoba dihitung. Kami menguji
empat simulasi skenario untuk mengetahui trajektori emisi dan
menbandingkan dampaknya pada target Paris Agreement. Dari skenario
Tulisan ini merupakan bagian dari proyek Climate ini, terlihat bahwa untuk konsisten dengan Paris Agreement, kombinasi
Transparency, sebuah kemitraan internasional
antara aksi untuk membatalkan pembangunan PLTU baru yang
yang terdiri dari IESR dan 13 organisasi riset lain
dan NGO – www.climate-transparency.org, yang direncanakan setelah 2020, dan melakukan phase-out PLTU yang
didanai oleh International Climate Initiative (IKI) berusia 20 tahun secara bertahap.
dari Kementerian Federal untuk Lingkungan,
4. Pemerintah perlu mengkaji lebih rinci opsi-opsi peningkatan aksi
Konservasi Alam, dan Keamanan Nuklir (BMU)
Jerman. Tulisan ini bersumber dari laporan mitigasi NDC yang lebih ambisius di sektor pembangkitan listrik dan
penelitian oleh IESR yang berjudul Indonesia’s menyiapkan kerangka kebijakan dan regulasi yang lebih komprehensif,
Coal Dynamics: Toward A Just Energy Transition. termasuk diantaranya mengkaji ulang perencanaan energi dan listrik
dalam jangka panjang yang berlaku saat ini.
1
Pendahuluan Sektor energi diproyeksikan menjadi
penyumbang emisi GRK terbesar di tahun 2030
Sebagai tindak lanjut dari hasil perundingan dengan porsi 58-71% dari total emisi GRK
COP-21, Indonesia meratifikasi Paris Agreement nasional2. Dengan demikian, sektor energi pun
melalui Undang-Undang No. 16/2016 tentang ditargetkan dapat menurunkan emisi GRK
Pengesahan Paris Agreement to the United sebesar 11-14%, atau sekitar 314-398 juta ton
Nations Framework Convention on Climate CO2e, terhadap skenario BAU pada 2030.
Change (UNFCCC). Dengan ratifikasi ini Namun ternyata meskipun target penurunan
Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan 41% terhadap BAU tercapai, peningkatan
target Paris Agreement, yaitu menjaga kenaikan jumlah emisi GRK dari sektor energi pada 2030
temperatur global di bawah 2°C dan berusaha yakni tiga kali lipat jika dibandingkan dengan
untuk mencapai 1,5°C, serta net-zero emission jumlah emisi GRK pada tahun 2010.
pada pertengahan abad ini. Bentuk dari Pada tahun 2018, laporan Inter-governmental
komitmen dituangkan dalam berbagai rencana Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan
aktivitas mitigasi dan adaptasi yang ditetapkan urgensi untuk mengurangi emisi GRK dalam
dalam Nationally Determined Contribution (NDC) satu dekade mendatang demi menjaga
yang telah disampaikan ke UNFCCC1. Melalui kenaikan temperatur global tidak melebihi
NDC, Indonesia berkomitmen untuk 1,5°C. Berdasarkan skenario 1,5°C, emisi GRK
menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) global harus turun sebesar 40-50% (high
sebesar 29%, dengan upaya sendiri confidence) pada tahun 2030 jika dibandingkan
(unconditional), atau 41%, dengan bantuan dengan emisi BAU atau setara 25-30 Gt CO2e
internasional (conditional), di tahun 2030, jika per tahun, dan mencapai net zero emission
dibandingkan dengan skenario Business As pada tahun 20503. Sebagai perbandingan,
Usual (BAU). jumlah emisi GRK global sejak 2009 terus
Bagan 1 Analisis skenario NDC Indonesia terhadap pencapaian target Paris Agreement
500
-500
1990 2000 2010 2020 2030 2040 2050
Years
Critically Insufficient Highly Insufficient Insufficient 2°C Compatible 1.5°C Paris Agreement Role Model
Compatible
Analisis CAT bertujuan untuk memberikan analisis perbandingan NDC yang “fair”/
adil. Berhubung kerangka penilaian NDC yang disepakati bersama tidak tersedia, maka
CAT menggunakan 40 studi literatur yang digunakan didalam laporan Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) dan Hohne et al. (2013) serta analisis-analisis tambahan
yang diperlukan sebagai data dasar. Studi literatur tersebut telah mencakup berbagai
pandangan mengenai interpretasi perspektif adil didalam aksi mitigasi perubahan iklim
meliputi historical responsibility, capability, dan equity.
Selanjutnya, CAT menghitung rentang emisi GRK yang adil (Fair Share) untuk tiap
negara. Rentang emisis tersebut dibagi menjadi tiga bagian:
1. Insufficient
2. 20C compatible
3. 1.50C compatible
Jika NDC suatu negara jatuh di atas rentang fair share, maka
akan dikategorikan sebagai highly insufficient atau critically insufficient.
Sebaliknya, jika NDC suatu negara jatuh dibawah rentang fair share
maka akan dikategorikan sebagai role model.
CAT tidak memasukkan emisi dari sektor LULUCF pada analisisnya.
https://www.ipcc.ch/sr15/chapter/summary-for-policy-
makers/
4 BP statistical review of world energy 2019.
https://www.bp.com/content/dam/bp/business-sites/
en/global/corporate/pdfs/energy-economics/statistical- 6 Inventorisasi GRK Nasional dari laporan statistik
review/bp-stats-review-2019-full-report.pdf DitjenPPPI
5 Climate Action Tracker. http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/
https://climateactiontracker.org/countries/indonesia/ adminppi/dokumen/statistik_PPI_2018_opt.pdf
3
Bagan 2 Pembagian emisi GRK di sektor energi tahun 2015
Lainnya, 1.7%
Transportasi, 31.5%
Pembangkit Listrik
Lainnya, 12.1%
Other
Pembangkit Listrik
Batubara, 28.0%
Rumah Tangga, 4.8%
Komersial, 0.6%
Industri, 21.3%
sumber listrik Indonesia masih dari bahan dimana investasi pada energi terbarukan
bakar fosil, terutama batubara. Data inventori (terutama surya dan angin) mengalami
GRK dari Kementerian ESDM menunjukkan di peningkatan yang signifikan dari tahun ke
tahun 2015 emisi pembangkit listrik tahun. Laporan terakhir IEA, menunjukkan
berkontribusi paling besar pada sektor energi bahwa investasi energi terbarukan di tahun
sebesar 175.6 juta ton CO2e atau 67% dari total 2018 telah mengalami peningkatan sebesar
emisi sektor energi. PLTU batubara 55% jika dibandingkan dengan tahun 2010
menyumbang emisi sebesar 122.5 juta ton (dengan mengesampingkan faktor penurunan
CO2e atau 70% dari seluruh emisi pembangkit harga komponen pembangkit energi
listrik7. Emisi pembangkit listrik diproyeksikan terbarukan) . Dalam kasus Indonesia, selain sel
9
meningkat sampai dua kali lipat pada tahun surya dan turbin angin, bioenergi dalam bentuk
2028 menjadi sebesar 351.3 juta ton CO2e biomassa padat dan cair dapat menjadi
dimana kontribusi emisi dari PLTU mencapai sumber energi pada pembangkit listrik. PLTU
301.3 juta ton CO2e atau 86% dari total emisi skala kecil dapat dikonversi menjadi PLT
pembangkit listrik8. Biomassa dan biomassa dapat menjadi
Kedua, adalah teknologi pembangkit listrik campuran bahan bakar pada PLTU pada
yang dapat mensubstitusi PLTU tersedia secara periode transisi, sebelum dilakukan phase-out
luas dan semakin ekonomis. Teknologi sel secara bertahap. Opsi ini membutuhkan
surya dan pembangkit tenaga angin mengalami penyediaan feedstock bahan bakar biomassa
penurunan biaya yang sangat cepat dalam dalam jumlah yang cukup.
satu dekade terakhir, dan pemasangan dengan Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan
skala utilitas dapat memberikan harga produksi Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, PLN
listrik yang kompetitif terhadap PLTU. Selain merencanakan membangun 27 GW PLTU
dari pada itu, kedua pembangkit ini dapat batubara. Jika rencana ini dilaksanakan secara
dibangun dalam waktu yang relatif cepat (1-2 penuh maka kapasitas terpasang PLTU
tahun). Hal ini juga sesuai dengan tren global Indonesia akan naik dua kali lipat dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang. PLTU sendiri
7 Data inventory Emisi GRK Sektor Energi. Kementerian merupakan investasi jangka panjang yang
ESDM 2016. dapat beroperasi 30-40 tahun. Sehingga jika
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-
data-inventory-emisi-grk-sektor-energi-.pdf semua PLTU tersebut dibangun maka
8 RUPTL 2019-2028. PLN.
http://www.djk.esdm.go.id/pdf/RUPTL/RUPTL%20 9 IEA 2019. World Energy Investment 2019.
PLN%202019-2028.pdf https://www.iea.org/wei2019/power/
Catatan: Gambar kiri menunjukkan grafik tren investasi berdasarkan teknologi. Gambar kanan
menunjukkan nilai investasi total pada energi terbarukan setelah disesuaikan dengan turunnya
harga komponen energi terbarukan.
350 350
300 300
250 250
USD (2018) billion
200 200
150 150
100 100
50 50
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Indonesia akan menghadapi dilema antara pembangkit listrik, emisi GRK per kWh listrik
target penurunan emisi dan kerugian ekonomi yang dihasilkan akan berkurang. Adapun
akibat aset PLTU yang mungkin tidak dapat untuk PLTU opsi teknologi yang tersedia
dimanfaatkan (stranded asset) di masa depan. meliputi advanced pulverized coal combustion
Kondisi ini memiliki implikasi perlunya yang menggunakan uap supercritical dan
perumusan langkah kebijakan untuk ultra-supercritical, cogeneration dan
meminimalisir dampak negatif ekonomi dan Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC).
finansial yang mungkin timbul di sektor
ketenagalistrikan. 2. Switching to lower carbon fossil fuels and
renewable energy
Batubara merupakan sumber bahan bakar
Opsi Aksi Mitigasi Pada PLTU pembangkit lisrik dengan emisi terbesar.
Menggunakan teknologi pem-bangkit listrik
Batubara dan Dampaknya yang berbahan bakar gas (pembakaran gas
Terhadap Emisi akan menghasil-kan~50% dari total emisi
GRK untuk pembakaran batubara dengan
Secara umum, aktifitas penurunan emisi kan-dungan energi yang sama12) atau energi
GRK di sektor energi, khususnya PLTU terbarukan (emisi GRK relatif nol) akan
batubara, dapat dikelompokkan sebagai dapat mengurangi emisi GRK dengan
berikut:10,11 signifikan.
5
Bagan 4. Pengurangan efisiensi PLTU subcritical jika menggunakan teknologi CCS
50
45
40
CO2 Recovery
Efficiency , %
35 34.3 (Heat)
-5.00 CO2
30 Compressor
CO2 Recovery
(Power)
-3.5
& Other
-0.7 25.1
25
Subcritical No Subcritical
Capture With Capture
20
7
investor sehingga dapat meminimalisir Skenario-skenario berikut disusun dan
kerugian ekonomi yang mungkin timbul. dihitung menggunakan model yang sudah
dibangun sebagai gambaran dampak dari
Kombinasi dari kebijakan diatas dapat kebijakan diatas pada emisi GRK dan
digunakan untuk meningkatkan ambisi dalam ketercapaian target perubahan iklim:
mengurangi emisi GRK dari sektor
ketenagalistrikan demi mengejar target Skenario 1. Reference: Pembangunan PLTU
kenaikan temperatur global dibawah 1,5°C. sesuai RUPTL 2019-2028 dengan rencana
Sebuah pemodelan dapat digunakan untuk menonaktifkan PLTU yang telah mencapai usia
menggambarkan bagaimana efek dari operasi 30 tahun
kebijakan-kebijakan tersebut terhadap emisi Pada skenario ini, pemerintah Indonesia
GRK sub-sektor pembangkit listrik dan target mengadopsi strategi akselerasi penonaktifan
perubahan iklim. Model yang dibangun PLTU dengan target yang relatif ringan. Secara
menggunakan data RUPTL terbaru sebagai umum, emisi GRK PLTU jatuh pada skenario
dasar proyeksi pem-bangunan PLTU batubara pemanasan global 30C dengan overshoot pada
dan berita-berita di media masa untuk tahun 2035-2040. Puncak emisi GRK sebesar
melengkapi informasi yang kurang. Sebagai 303 juta ton CO2e terjadi pada tahun 2028 saat
asumsi emisi GRK, standar emisi GRK untuk semua pembangkit yang direncanakan dalam
PLTU yang dipublikasi IEA digunakan sebagai RUPTL telah terbangun dan beberapa PLTU
dasar perhitungan sedangkan target emisi yang tua (seperti Suralaya 1-4, Paiton 1-2)
perubahan iklim diturunkan dari model Climate sudah dinonaktifkan karena telah melebihi
Action Tracker dengan metode fair share atau umur operasionalnya dengan total kapasitas
pembagian yang proporsional antar sektor. terpasang PLTU 49,9 GW. Emisi GRK Indonesia
Skenario 1. Reference
450
400
350
300
Emisi GRK PLTU (juta ton CO2e)
250
200
150
100
50
0
2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040 2042 2044 2046 2048 2050
Legenda:
Operational : PLTU yang sudah beroperasi per tahun 2018
Construction : PLTU yang sedang dibangun
Contract : PLTU yang sudah mempunyai kontrak PPA dengan PLN (Power
Purchase AgreementI)
Planned : PLTU yang direncanakan akan dibangun
x C : batas emisi PLTU yang sesuai dengan skenario pemanasan
global x derajat C
450
400
350
300
Emisi GRK PLTU (juta ton CO2e)
250
200
150
100
50
0
2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040 2042 2044 2046 2048 2050
Skenario 3. Moratorium
450
400
350
300
Emisi GRK PLTU (juta ton CO2e)
250
200
150
100
50
0
2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040 2042 2044 2046 2048 2050
9
2028 dengan besar 289 juta ton CO2e Skenario phase-out memberikan gambaran
sedangkan emisi di tahun 2050 tetap sebesar kebijakan penonaktifan PLTU berdasarkan
115 juta ton CO2e. Dampak penurunan emisi umur operasional 20 tahun. Puncak emisi GRK
dari peningkatan efisiensi PLTU yang sudah PLTU sebesar 274 juta ton CO2e akan terjadi di
beroperasi lama tidak signifikan sehingga perlu tahun 2028 dengan kapasitas terpasang PLTU
dipertimbangkan lebih matang antara biaya 45 GW. PLTU batubara mencapai net zero
yang diperlukan serta dampak pada emisi GRK emission di tahun 2048 ketika PLTU terkahir
secara keseluruhan. telah dinonaktifkan. Akselerasi penonaktifan
PLTU ini tidak sesuai dengan power purchase
Skenario 3. Moratorium: Rencana agreement (PPA) PLN dengan pihak
pembangunan PLTU sesuai RUPTL 2019-2028 pengembang swasta/IPP (umumnya PPA PLTU
dengan rencana menonaktifkan PLTU yang berlaku selama 25-30 tahun) sehingga perlu
telah mencapai usia operasi 30 tahun, dan dilakukan negosiasi dan mungkin pemerintah
pembatalan pembangunan PLTU yang telah perlu menyediakan mekanisme kompensasi
direncanakan setelah tahun 2020. terhadap pembangkit listrik yang terkena
Skenario moratorium memberikan dampak. Demikian juga dengan pembangkit
gambaran kombinasi kebijakan penonaktifan yang dimiliki PLN tidak dapat beroperasi sesuai
PLTU yang telah mencapai umur operasional dengan umur operasional yang direncanakan
30 tahun dan pembatalan pembangunan PLTU sehingga akan ada potensi kerugian yang
di RUPTL dengan status planned. Pada skenario ditanggung PLN.
ini, emisi puncak GRK sebesar 273 juta ton
CO2e terjadi pada tahun 2026 dengan total
kapasitas terpasang PLTU 45,1 GW. Pada tahun Opsi Kebijakan dan
2050, emisi GRK PLTU baru bergerak menuju Pertimbangan dengan
garis target perubahan iklim 2 0C dengan besar Sektor Lainnya
emisi 78 juta ton CO2e.
Skenario 4. Phase out: Pembangunan PLTU Batubara memiliki peranan yang substantial
sesuai RUPTL 2019-2028 dengan perencanaan pada ekonomi Indonesia dan terlebih lagi pada
penonaktifan PLTU berdasarkan umur ekonomi lokal/regional. Di dalam Rencana
maksimal pembangkit 20 tahun Umum Energi Nasional (RUEN) dinyatakan
450
400
350
300
Emisi GRK PLTU (juta ton CO2e)
250
200
150
100
50
0
2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040 2042 2044 2046 2048 2050
11
3. Menyusun kebijakan yang mendukung didukung dengan peningkatan produksi
pengembangan dan akselerasi pem- biomassa sebagai bahan bakar pembangkit
bangunan pembangkit energi terbarukan dapat menjadi alternatif ekonomi baru bagi
sebagai sumber utama pembangkitan listrik masyarakat dan pemerintah daerah di
Indonesia di masa depan menggantikan wilayah eks tambang batubara. Namun
teknologi pembangkit fosil. Teknologi implementasi awal di Indonesia masih
energi terbarukan seperti surya dan angin memerlukan dukungan kebijakan dan
sudah murah dan akan semakin murah. insentif yang tepat agar tercipta pasar dan
Pengembangan pembangkit biomassa dan peluang investasi bagi teknologi energi
konversi PLTU menjadi PLT biomassa yang terbarukan.
Referensi