Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL MANAJEMEN KND II

“Agency Theory: A Cause of Failure in Corporate Governance”

Manajemen Aset 5-01

Anggota:

(02) Aldiniel Sitio (4302190062)

(04) Andito Akbar Brilijant Nasution (4302190066)

(12) Diva Rahmadita (4302190068)

(19) Mahardika Surya Adi Saputra (4302190120)

(25) Nofitra Dwi Yulyanto (4302190001)

(29) Safira Aulia Rahayu Yahya (4302190010)

Politeknik Keuangan Negara STAN

Tahun Akademik 2020/2021


Agency Theory: A Cause of Failure in Corporate Governance

Sebuah bisnis tidak hanya bertanggung jawab pada pemangku kepentingannya saja,
namun juga terhadap lingkungan sosial disekitarnya. Pemangku kepentingan memiliki
pengaruh yang sangat signifikan karena pemangku kepentingan tidak hanya memiliki
ketertarikan terhadap aktivitas dari perusahaan, namun juga memiliki pengaruh dalam
pembentukan aktivias di dalam perusahaan. Dengan adanya peningkatan perhatian terhadap
tindakan organisasi, hal ini menyebabkan naiknya pula perhatian terhadap tata kelola
perusahaan atau Corporate Governance. Hal tersebut terjadi karena dua alasan. Pertama,
adanya liberalisasi ekonomi dan deregulasi industri serta bisnis. Kedua, adanya tuntutan
terhadap etos korporat baru dan kepatuhan terhadap hukum negara. Faktor lain yang
menyebabkan perusahaan/korporat terekspos terhadap tata kelola perusahaan/corporate
governance adalah karena adanya tuntutan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang
saham dan pelanggan mereka. Tata kelola perusahaan / Corporate Governance
menggambarkan sebuah sistem dan proses dimana sistem tersebut memastikan sebuah
perusahaan sudah terkelola untuk kepentingan baik bagi pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Corporate Governance memastikan organisasi berjalan dengan baik
yang mengarah kepada meningkatnya kepuasan pelanggan dan nilai dari pemegang saham.
Tata Kelola Perusahaan atau Corporate Governance dapat dikatakan sebagai
lingkungan yang memiliki kepercayaan, etika, nilai moral, dan keyakinan sebagai upaya
sinergis dari komponen masyarakat, yaitu pemangku kepentingan.

Setiap kali masyarakat menghadapi masalah baru, akan muncul aturan legislatif baru
untuk mengantisipasi dan melindungi dari masalah yang akan datang di masa depan.
Kebanyakan dari aturan tersebut memiliki upaya untuk :

a) Mengatur lingkungan ekonommi baru.


b) Memperkenalkan sistem / prosedur baru.
c) Untuk memungkinkan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar.

Dengan adanya peningkatan tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap pemangku


kepentingan, perlu dikembangkan peraturan untuk tata kelola perusahaan untuk membantu
dalam menentukan mana yang benar dan salah.

Dengan adanya tata kelola yang baik dalam pemerintahan akan berpengaruh pada
kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Tata kelola yang baik juga dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Praktik good governance / tata kelola yang baik
memerlukan partisipasi aktif dari pemegang saham baik dalam pengelolaan secara langsung
maupun tidak langsung melalui dewan direksi korporasi. Good governance atau tata kelola
perusahaan adalah suatu sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Dewan
Direksi bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan mereka. Tanggung jawab dewan
direksi termasuk menetapkan tujuan perusahaan, memberikan kepemimpinan untuk
menerapkannya, mengawasi manajemen bisnis dan melaporkan kepada pemegang saham
tentang pengawasan mereka. Dewan Direksi memiliki posisi penting dalam perusahaan.
Dewan direksi tidak hanya sebagai agen dari sebuah perusahaan, namun juga sebagai
pengawas perusahaan.

Limited liability merupakan konsep yang memberikan perlindungan bagi calon


investor berupa pemberlakuan tanggung jawab atas risiko yang hanya terbatas pada modal
yang mereka bayarkan atau investasikan. Di UK pada tahun 1855, diterbitkan undang-undang
tentang konsep ini yang disebut dengan Limited Liability Act. Menurut Glautier &
Underdown terdapat penolakan yang cukup besar terhadap pengesahan undang-undang ini,
tetapi Parlemen mengakui perlunya untuk melindungi investor perusahaan. Selain itu merujuk
pada pembatasan liabilitas ini, Parlemen juga melihat potensi penyalahgunaan. Tetapi fungsi
pengawasan untuk penatalayanan dan penyebaran informasi kepada pemegang saham
menjadi solusinya. Dalam istilah hukum, perusahaan adalah orang yang memiliki kekuasaan
untuk melakukan kontrak seperti halnya individu lain. Meskipun kenyataannya kekuasaan ini
berada di tangan para manajer perusahaan. Dampak dari hal ini adalah manajer bisa
melakukan transaksi yang meskipun tidak berguna atau tidak mencapai target tanpa kena
sanksi atau perlu pertanggungjawaban. Secara efektif, dengan diperkenalkannya konsep
tanggung jawab terbatas ini, risiko dialihkan dari pemilik sah bisnis ke para investor. Sama
halnya dengan manajer yang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam transaksi atas nama
bisnis tanpa perlunya bukti kepemilikan—hanya pendelegasian tanggung jawab—berarti
sebagian besar risiko dipindahkan dari bisnis. Ini tentu saja dapat menarik lebih banyak
investor, sehingga berdampak pada pertumbuhan ukuran perusahaan bisnis.

Manajer memiliki kemampuan untuk mengikat perusahaan pada kontrak dan


transaksi apapun yang mereka rasa sesuai dan bertanggung jawab kepada pemilik
perusahaan, karena hal tersebut diperlukan sesuatu untuk memastikan tanggung jawab
manajer. Agency theory berpendapat bahwa manajer hanya bertindak sebagai penjaga
organisasi dan kegiatan operasionalnya dan menempatkan mereka pada beban pengelolaan
untuk kepentingan terbaik pemilik bisnis. Conversely stakeholder berpendapat bahwa ada
berbagai macam pemangku kepentingan yang terlibat dalam organisasi dan masing-masing
berhak mendapatkan imbalan atas keterlibatan mereka. Kedua teori ini dapat dianggap
sebagai penjelasan yang bersaing tentang operasi perusahaan yang mengarah pada fokus
operasional yang berbeda dan implikasi yang berbeda untuk pengukuran dan pelaporan
kinerja. Namun penting bahwa kedua teori memiliki satu fitur yang sama.
Diawal telah diketahui bahwa, teori agensi merupakan asumsi di suatu perusahaan
terdapat prinsipal dan agen, pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal perusahaan
dan manajer (manager) sebagai agen. Hal tersebut diketahui sejak pendirian perusahaan yang
tercantum dalam akta pendirian. Di dunia perusahaan, prinsipal (yaitu pemegang saham)
tidak saling mengenal dengan manajer perusahaan (sebagai agen). Hal ini bisa memicu
terjadinya dwifungsi tugas dan jabatan antara prinsipal dan agen. Seorang shareholder bisa
saja ikut campur dalam kegiatan perusahaan sehari-hari, sedangkan seorang manajer bisa
saja ikut berinvestasi di perusahaan yang ia jalankan atau perusahaan lainnya. Sehingga,
tugas dan fungsi mereka tumpang tindih jika tidak ada pengawasnya di suatu perusahaan.
Seorang pemegang saham melakukan investasi di suatu perusahaan tidak bertujuan untuk
masa depan perusahaan, karena hal tersebut merupakan tugas manajer perusahaan. seorang
pemegang saham hanya berinvestasi untuk pertumbuhan modal dan/atau aliran dividen
perusahaan.

Faktanya di Inggris, sebagian besar saham dibeli dan dijual oleh manajer finansial
atas nama investor, hal ini perbuatan yang berlebihan (serakah), jadi saham disalah gunakan
oleh mereka sebagai komoditas daripada hanya sekedar bagian kepemilikan bisnis
perusahaan. istilahnya hanya sebagai koleksi harta saja. Dari teori keagenan ini menimbulkan
permasalahan antara prinsipal dengan agen, misalnya saja munculnya biasa keagenan
(agency cost) untuk meningkatkan kualitas kinerja manajer perusahaan, sehingga investor
dituntut mengeluarkan biaya lebih untuk manajer dalam menjalankan perusahaan. Hal ini
hanya memberatkan salah satu sisi saja, dan menguntungkan sisi yang lain. Untuk mengatasi
masalah ini perlunya dibuat suatu solusi yang vital di dalam kegiatan perusahaan, terutama
di organisasinya. Maka dari itu perlu membentuk Dewan Direksi di dalam organisasi
perusahaan, karena kedudukan mereka sebagai pengawas jalannya suatu bisnis perusahaan,
dapat meminimalisir kecurangan yang ada di dalamnya. Tugas dewan direksi adalah
mengelola organisasi, dan akan menerima penghargaan atas prestasinya dalam mengelolaa
organisasi disuatu perusahaan, mereka tidak bisa menjadi shareholder di perusahaannya.
Maka dari itu dewan direksi akan bersifat netral terhadap shareholder dan manajer, serta
memisahkan tugas dan fungsi mereka.

Salah satu cara mencari perusahaan yang netral adalah melihat struktur organisasinya,
terutama memiliki direksi yang noneksekutif. Direksi noneksekutif adalah direktur yang
mengelola kegiatan di bidang fungsional perusahaan. mereka adalah orang pilihan yang
memiliki keahlian dibidangnya serta memiliki pengalaman yang profesional dan relevan
dengan pekerjaannya yaitu seorang direktur. Dipilih melalui proses nominasi dan formal yang
dihadiri pengurus dan komite perusahaan (terutama RUPS).

Kriteria direktur noneksekutif atau direktur independent atau direktur eksternal


adalah :

Direktur noneksekutif harus memiliki kualitas yang tinggi, sehingga dapat menjalankan tugas
dan fungsinya secara independen. Terutama dalam mengambil keputusan strategi
perusahaan kedepannya, kinerja perusahaan, dan sumber daya yang digunakan perusahaan,
serta melindungi shareholder perusahaan. berkomitmen terhadap perusahaan, gaji mereka
merupakan cerminan waktu mereka saat bekerja. Dipilih secara formal yang terdiri atas
nominasi. Terdapat direktur yang ditunjuk organisasi sebagai lembaga keuangan yang
memiliki investasi yang signifikan dalam organisasi. Peran lembaga keuangan memegang
besar saham perusahaan, memperkuat akuntabilitas. Agenda penting direktur keuangan :

1. Mendefinisikan dan mendeklarasikan kebijakan dividen jangka panjang;


2. Memeriksa metode penyusutan;
3. Memeriksa investasi yang tidak terdaftar secara teliti;
4. Membutuhkan modal dan sumber daya perusahaan berupa ekuitas/pinjaman untuk
melakukan ekspansi dan kerja jangka panjang;
5. Menghasilkan keuntungan dan melakukan persetujuan di tiap divisi organisasi;
6. Melakukan pemeriksaan terhadap shareholders dan promotor jika melakukan
merger; dan
7. Melakukan pemerikasaan pinjaman dan uang muka dalam melakukan kegiatan
akuisisi.
Semua komponen harus bertindak secara kohesif agar meminimalisir terjadinya

konflik kepentingan di perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai