Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS


&
KASUS HP

Oleh :
KELOMPOK 4

I G A A PRABANINGRAT DWI KEPAKISAN 1781611001


MADE YUNITA WINDASARI 1781611003
NI PUTU EKA PARASTIKA 1781611021
PUTU WIRA HENDRAYANA 1781611022

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 1


TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS
Pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya menaruh harapan
besar terhadap bisnis, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mereka melakukannya. Pada saat yang sama,
lingkungan tempat bisnis beroperasi semakin kompleks sehingga hal tersebut menjadi
tantangan etika bagi mereka. Jika mereka sampai melakukan tindakan yang
melanggar etika, maka hal tersebut dapat menimbulkan risiko yang besar dan akan
berpengaruh buruk bagi reputasi dan pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Jadi, sangat dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan yang menyediakan
aturan serta akuntabilitas yang tepat untuk kepentingan pemegang saham dan semua
pemangku kepentingan lainnya.

1. Kerangka Tata Kelola dan Akuntabilitas Modern untuk Pemegang Saham


dan Para Pemangku Kepentingan Lainnya
 Ekspektasi baru – kerangka baru untuk memperbaiki kredibilitas
Kasus pelanggaran etika yang berujung pada kegagalan bisnis, audit, dan tata
kelola perusahaan berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan
WorldCom telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan investor terhadap
perusahaan-perusahaan di Amerika. Hal ini merupakan suatu bencana besar
di lingkungan bisnis, dan telah menjadi pemicu harapan baru dalam tata
kelola dan akuntabilitas perusahaan. Menyikapi hal tersebut, para politisi
Amerika menciptakan kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang
dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk
memulihkan kembali kepercayaan investor dan memfokuskan kembali tata
kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia
mereka, yakni tanggung jawab terhadap kepentingan pemegang saham dan
para pemangku kepentingan lainnya.
 Akuntabilitas kepada pemegang saham atau pemangku kepentingan?
Karena kepentingan stakeholder bisa secara potensial menimbulkan konflik
dengan beberapa kepentingan shareholder, banyak ketetapan yang secara
formal memodifikasi ketetapan dimana direktur perusahaan memasukkan

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 2


kepentingan stakeholders yang sesuai. Direktur diharapkan untuk memeriksa
trade-off antara shareholders dan stakeholders dan memilih satu diantara
yang lain atau solusi campuran. Untungnya, dalam jangka panjang perspektik
share-holders seringkali bertepatan dengan kepentingan stakeholders. Secara
de facto, perusahaan semakin menyadari bahwa mereka bertanggungjawab
kepada semua stakeholders seperti gambar dibawah ini. Berikut peta
tanggung jawab perusahaan :
Shareholders

Aktivis
Pegawai

Pemerintah Konsumen
PERUSAHAAN

Kreditor Suppliers

Lain-lain termasuk media, siapa


yang dapat mempengaruhi dengan
Lenders atau siapa yang dapat
mempengaruhi prestiasi dari objek
perusahaan
 Tata kelola untuk akuntabilitas pemangku kepentingan secara umum
Shareholder, faktanya merupakan kelompok stakeholders dan mungkin
merupakan dasar yang berkelanjutan yang paling penting, tetapi mereka
bukan lagi kelompok stakeholder yang hanya kepentingannya mempengaruhi
tindakan perusahaan. Hal ini yang menggarisbawahi perhatian dari
penyaringan lingkungan dan isu manajemen. Yang berubah adalah
stakeholder impact analysis secara signifikan dibangun seperti halnya alat
yang dipekerjakan dalam menguji, meranking dan menaksir kepentingan
stakeholder.
Stakeholder Accountability Oriented Governance Process
Dalam stakeholder accountability oriented governance process (SAOG),
direktur pusat harus mengambil semua kepentingan stakeholder kedalam
akun dan memastikan mereka dibangun kedalam visi, misi, strategi,
kebijakan, kode, praktek, mekanisme kepatuhan, dan penetapan feedback.
Jika hal ini tidak dilakukan, aksi perusahaan akan gagal dalam mengambil

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 3


kepentingan yang penting dalam akun dan perusahaan akan kehilangan
dukungan dari satu atau lebih kelompok stakeholder.
Direktur pusat mungkin diberi nasehat dari beberapa agent jika perilaku
manajemen dipertanyakan. Shareholder biasanya memilih eksternal auditor
untuk menyediakan opini ahli pada apakah laporan keuangan yang
dipersiapkan oleh manajemen merepresentasikan hasil operasi yang jujur
atas posisi keuangan perusahaan, dan yang berhubungan dengan generally
accepted accounting principle (GAAP). Eksternal auditor dibutuhkan untuk
mempertemukan dengan audit commitee of board dan mendiskusikan
laporan keuangan, seperti halnya pekerjaan mereka, opini, dan pernyataan
pengukuran internal control perusahaan.
Peranan internal auditor perusahan untuk menilai apakah kebijakan itu
comprehensive dan diawasi. Mereka akan secara berkesinambungan melapor
secara langsung dan secara peseorangan dalam audit commitee, tanpa
kehadiran manajemen, meskipun mereka akan melapor atas dasar hari ke hari
kepada CEO. Selama SOX proposal, pengacara perusahaan diharapkan
membuat direktur pusat waspada atas masalah jika manajemen tidak
merespon secara sesuai ketika dikatakan atas ketidaklayakan.
Elemen yang penting dari moder SAOG system adalah ethics officer (EO)
atau ombudsperson yang mengawasi ethical culture dan melayani sebagai
seseorang yang melakukan laporan whistle-blower tanpa tidak diketahui
namanya. EO melaporkan kepada pimpinan audit commitee dan sebagai
penyalur melalui laporan umum whistle-blower yang menjadi perhatian
kepada pimpinan.
Akuntan profesional dalam pegawai perusahaan disebut berdasarkan
profesionalitas codes of conduct mereka dalam melayani kepentingan publik.
Konsekuensinya, mereka harus melaporkan kesalahan financial kepada CEO,
dan jika aksi yang sesuai tidak diambil, kepada EO dan CFO.
 Mekanisme budaya etis dan kode etik
Nilai-nilai yang ingin direksi perusahaan tanamkan dalam rangka
memotivasi keyakinan dan tindakan personil perlu disampaikan dalam
bentuk kode etik yang menyatakan nilai-nilai yang dipilih, prinsip-prinsip
yang mengalir dari nilai tersebut, dan setiap aturan yang harus diikuti untuk
memastikan bahwa nilai-nilai yang tepat dihormati. Kode etik adalah aturan-
Corporate Ethical Governance and Accountability Page 4
aturan etika yang harus melihat budaya di tempat kerja.Dalam mekanisme
petunjuknya harus memahami ancaman-ancaman yang menghambat dalam
pekerjaan seperti tidak memahami tugas-tugas yang terkait dengan
kepercayaan dan gagal mengidentifikasi risiko kelola.
Identifikasi, penilaian dan ranking dari kepentingan stakeholder akan
membangun seperangkat nilai yang komprehensive bagi organisasi.
Bagaimanapun juga, perlu disadari pula bahwa nilai tersebut dan prioritas
mereka bermacam-macam dalam budaya yang berbeda. Peneliti yang
mempelajari multycultural diversity of value problem, untuk
mengidentifikasi seperangkat universal value atau hyphernormsi yang dapat
ditanamkan dalam system nilai perusahaan. Universal value tersebut adalah
honesty, fairness, compasion, intregity, predictability dan responsibility.
Direktur akan mempertimbangkan untuk menyatukan hyphernorm tersebut
kedalam system nilai perusahaan dalam upaya untuk memastikan bahwa
semua nilai yang penting termasuk didalamnya dan keterterimaan maksimum
tersebut dan rasa hormat terjamin berhubungan dengan banyak kebudayaan.

2. Ancaman Terhadap Upaya Penerapan Tata Kelola yang Baik dan


Akuntabilitas
Dalam menanggapi ancaman-ancaman yang terkait dengan tata kelola dan
akuntabilitas yang baik, maka suatu pedoman yang jelas sangat dibutuhkan untuk
mengidentifikasi dan mengatasi ancaman-ancaman tersebut. Tiga ancaman yang
signifikan meliputi:
 Salah mengartikan tujuan dan kewajiban fidusia
Walaupun ketika kebudayaan yang berbeda tidak menjadi isu, pegawai bisa
salah mengerti tujuan dari organisasi dan peranannya sendiri. Kurangnya
petunjuk yang sesuai atas mekanisme pelaporan akan mengakibatkan
direktur dan yang lainnya tidak memahami tugas fidusianya. Misalnya pada
kasus Enron, banyak direksi dan karyawannya percaya bahwa tujuan
perusahaan terpenuhi dengan baik oleh tindakan-tindakan yang membawa
keuntungan jangka pendek, sehingga perusahaan melakukan manipulasi
untuk memperoleh keuntungan tersebut yang ternyata berujung pada
kehancuran perusahan tersebut.

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 5


 Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko etika
Seiring dengan meningkatnya kompleksitas, volatilitas, dan risiko yang
melekat pada kepentingan dan operasi perusahaan, maka risiko harus dapat
diidentifikasi, dinilai, dan dikelola dengan hati-hati.Prinsipnya yaitu, risiko
etika terjadi ketika terdapat kemungkinan harapan stakeholder tidak
terpenuhi.Menemukan dan memperbaikinya adalah sangat penting untuk
menghindari krisis atau kehilangan dukungan dari para pemangku
kepentingan. Hal itu dapat dilakukan dengan menetapkan tanggung jawab,
mengembangkan proses tahunan, dan tinjauan dari dewan organisasi.
 Konflik kepentingan
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi
yang bebas dari konflik kepentingan.Konflik kepentingan terjadi ketika
penilaian independen seseorang menjadi goyah, atau ada kemungkinan
goyah dalam membuat keputusan terkait dengan kepentingan terbaik lainnya
yang bergantung pada penilaian tersebut.Hal ini bisa saja terjadi karena
karyawan dan pimpinan perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung memiliki kepentingan pribadi dalam mengambil suatu keputusan
yang seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keragu-raguan, dan demi
kepentingan terbaik dari perusahaan.Konflik kepentingan ini lebih dari
sekedar bias, dimana dapat diukur dan disesuaikan.Jadi karena ketidakjelasan
sifat dan besarnya pegaruh, perhatian harus benar-benar diberikan pada
setiap kecenderungan yang menuju kepada bias.

3. Elemen Kunci dari Tata Kelola Perusahaan dan Akuntabilitas


 Mengembangkan, Menerapkan, dan Mengelola Budaya Etis
Direksi, pemilik, manajemen senior, dan karyawan semuanya harus
memahami bahwa suatu organisasi akan lebih bernilai jika
mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingannya, tidak
hanya pemegang saham, dan dalam membuat keputusan mempertimbangkan
nilai-nilai etika yang tepat. Direksi dan para eksekutif harus cermat dalam
mengatur bisnis dan risiko etika perusahaannya.Mereka harus memastikan
bahwa budaya etis telah berjalan dengan efektif dalam perusahaan.Oleh
karena itu, dibutuhkan pengembangan kode etik sehingga dapat menciptakan

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 6


pemahaman yang tepat mengenai perilaku-perilaku etis, memperkuat
perilaku-perilaku tersebut, dan memastikan bahwa nilai-nilai yang
mendasarinya melekat pada strategi dan operasi perusahaan.Hal-hal seperti
konflik kepentingan, pelecehan seksual, dan hal-hal serupa lainnya harus
segera diatasi dengan pengawasan yang memadai untuk menjaga agar
budaya perusahaan tetap sejalan dengan harapan saat ini.
 Kode Etik Perusahaan
Kode etik dalam tingkah laku bisnis di perusahaan merupakan implementasi
salah satu prinsip tata kelola perusahaan yang baik.Kode etik dapat
didefinisikan sebagai mekanisme struktural perusahaan yang digunakan
sebagai tanda komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip etika.Mekanisme
tersebut dipandang sebagai suatu cara yang efektif untuk mendukung
kebiasaan etika dalam menjalankan bisnis. Kode etik menuntut karyawan
dan pimpinan perusahaan untuk melakukan praktik-praktik etika bisnis
terbaik dalam semua hal yang dilakukan atas nama perusahaan. Jika prinsip
tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan, maka seluruh
karyawan dan pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha
mematuhi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam
aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran kode etik merupakan hal yang
serius, bahkan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum.
 Kepemimpinan yang beretika
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah
“tone at the top” dan peran pimpinan dalam membangun, membina,
melaksanakan, dan memantau budaya perusahaan yang diharapkan. Jika para
pemimpin senior atau junior hanya bersuara untuk menyatakan nilai-nilai
yang diinginkan di dalam perusahaan, maka karyawan akan
mempertimbangkan hal tersebut sebagai suatu yang tidak patut diperhatikan.
Meskipun budaya formal organisasi menetapkan nilai tersebut, namun jika
tidak didukung oleh budaya informal maka hal tersebut hanya akan diangap
sebagai suatu ocehan atau istilah lainnya “window dressing”.

4. Kewajiban Direksi dan Pekerja


Tata kelola etika dan akuntabilitas perusahaan bukan hanya sekedar bisnis yang

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 7


bagus, namun merupakan suatu hukum. SOX Seksi 404 mengharuskan
perusahaan meneliti efektivitas sistem pengendalian internal mereka terkait
dengan pelaporan keuangan. CEO, CFO, dan auditor harus melaporkan dan
menyatakan efektivitas tersebut. Pendekatan COSO terkait dengan sistem
pengendalian internal menjelaskan bagaimana cara suatu perusahaan mencapai
tujuannnya melalui 4 dimensi, yaitu strategi, operasi, pelaporan, dan kepatuhan.
Melalui 4 dimensi tersebut, kerangka manajemen etika melibatkan 8 unsur yang
saling terkait mengenai cara manajemen menjalankan perusahaan dan bagaimana
mereka terintegrasi dengan proses manajemen yang meliputi lingkungan internal,
penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko, tanggapan terhadap
risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan
(monitoring).
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan
pengendalian lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika
yang efektif yang berorientasi pada sistem pengendalian internal dan perilaku
yang dihasilkan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menentukan “tone at the
top”, kode etik, kepedulian pegawai, tekanan untuk memperoleh tujuan yang
tidak realistis, kesediaan manajemen untuk mengabaikan pengendalian,
kepatuhan dalam penilaian kinerja, pemantauan terhadap efektivitas pengendalian
internal, program “whistle-blowing”, dan tindakan perbaikan dalam menanggapi
pelanggaran kode etik.

5. Tolak Ukur Akuntabilitas Publik


Salah satu perkembangan terkini yang perlu dipertimbangkan oleh dewan direksi
dan manajemen ketika mengembangkan nilai-nilai, kebijakan, dan prinsip-prinsip
yang mendasari budaya perusahaan dan tindakan karyawan mereka adalah
gelombang baru dalam pengawasan pemangku kepentingan dan kebutuhan untuk
transparansi dan akuntabilitas publik. Jika direksi mampu mengenali dan
mempersiapkan perusahaan mereka di era baru dimana akan berhadapan dengan
akuntabilitas para pemangku kepentingan yang efektif dan juga sistem tata kelola
yang beretika, mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tapi juga akan
menghasilkan keuntungan kompetitif dari perlanggan, karyawan, mitra,
lingkungan, dan para stakeholder lainnya yang tentunya menarik bagi pemegang
saham. Intinya, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional harus fokus
Corporate Ethical Governance and Accountability Page 8
sepenuhnya terhadap pengembangan dan pemeliharaan budaya integritas jika
mereka ingin memuaskan harapan seluruh pemangku kepentingannya.

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 9


Kasus Spying on HP Directors

Pada bulan Januari 2006, direktur Hewlett-Packard (HP), Patricia Dunn, membentuk
tim investigasi yang terdiri dari ahli elektronik dan pengamanan data untuk
menyelidiki kebocoran tentang strategi jangka panjang perusahaan yang menjadi
rahasia perusahaan. Pada bulan September 2006, media memberitakan adanya
penyadapan dari tim investigasi terhadap dewan dan beberapa wartawan. Mereka
melakukan penyadapan terhadap telpon dewan dan 9 wartawan termasuk reporter
CNET, New York Times dan Wall Street Journal. Penyadapan yang tidak etis dan
melanggar hukum dilakukan dengan pretexting. Patricia Dunn menyatakan dia tidak
mengetahui metode yang dipakai tim investigasi untuk mencari sumber kebocoran,
namun mengundurkan diri setelah scandal tersebut terbongkar. Sepuluh hari
sebelumnya. George Keyworth, direktur yang bertanggung jawab terhadap kebocoran,
mengundurkan diri dari HP setelah menjadi direktur selama 21 tahun di perusahaan
tersebut.
Profile Perusahaan:
HP didirikan tahun 1939 dan beroperasi lebih dari 170 negara. Penjualan terbesar
adalah komputer personal, dan menyediakan produk dan jasa yang beragam seperi
foto digital, entertaimen digital, penghitungan, printer. Sebagai tambahan HP
menyediakan infrastruktur dan penyediaan superkomputer yang sangat kuat yang
mengendalikan berbagai peralatan. HP termasuk dalam jajaran perusahaan IT besar
dengan total pendapatan pada kuartal keempat 2007 yang berakhir 31 Desember 2007
sebesar $ 107,7 juta. HP menduduki rangking ke 14 dari daftar 500 perusaan terbesar
menurut the Forbes. Kantor pusat perusahaan di di Palo Alto California.
Kebocoran informasi rahasia dan investigasi HP
Patricia Dunn bergabung dengan HP tahun 1998 dan pada bulan Februari 2005
menjadi direktur. Sebelumnya dia menjadi direktur perusahaan investasi Barclay
Global. Pada Januari 2006, di web CNET memberitakan tentang strategi jangka
panjang HP yang dikutip dari sumber orang dalam perusahaan yang tidak disebutkan
namanya. Informasi yang diberitakan merupakan informasi yang hanya diketahui para
dewan. Menindak lanjuti dari artiket CNET, Patricia Dunn dibantu dengan pegawai
yang menangani security data dan penasihat mengotorisasi tim ahli security dan
elektronic yang independen untuk menyelidiki sumber kebocoran. Target dari
penyelidikan adalah komunikasi para manajer perusahaan yaitu telepon dan email
bukan hanya account perusahaan tetapi juga account pribadi.
Tim penyelidik tidak mendengarkan percakapan di telpon secara langsung. Mereka
menyelidiki siapa yang ditelpon atau menelpon. Penyelidikan menggunakan taktik
yang beragam dari yang kontroversial sampai yang melanggar hukum. Termasuk
dalam taktik ini menggunakan penyelidik swasta yang berkedok sebagai dewan HP
dan kemudian menipu operator telpon untuk mendapatkan data percakapan para
direktur. Hal yang sama dilakukan terhadap 9 wartawan. Teknik ini dikenal dengan
pretexting.

Pengunduran diri Tom Perkins


Tim akhirnya menemukan yang membocorkan adalah George Keyworth, yang
merupakan direktur terlama di HP. Pada surat pengunduran dirinya, George
menyampaikan alasan membocorkan informasi ke CNET:
Seperti diketahu saya adalah sumber yang membocorkan artikel
di CNET pada bulan Januari 2006. Saya sering diminta oleh
manajer komunikasi HP untuk berbicara dengan reporter untuk
Corporate Ethical Governance and Accountability Page 10
memberi prespektif dari anggota dewan komisaris yang lebih
dari sekedar sejarah perusahaan. Pernyataan saya selalu di
apresiasi oleh pegawai senior perusahaan yang membantu
perusahaan-yang menjadi tujuan saya. Saya percaya pernyataan
saya yang saya berikan pada wartawan CNET adalah yang
terbaik bagi perusahaan dan tidak mengungkapkan rahasia atau
merusak informasi.
Setelah pengunduran diri George Keyworth, Tom Perkins salah satu direktur,
kapitalis ventura dari lembah Silicon dan teman dari pendiri HP, memprotes adanya
penyelidikan internal secara rahasia, yang menurutnya ilegal, tidak etis dan menilai
Dunn salah menempatkan prioritas. Perkin adalah sekretaris dewan dan komite tata
kelola yang tidak memperoleh informasi dari Dunn tentang penyelidikan dari Dunn,
walaupun dia mengetahui bahwab Dunn berniat menyelidiki kasus tersebut. Setelah
dewan menyetujui pengunduran diri Keyworth, Perkin juga mengumumkan untuk
mengundurkan diri yang diumumkan oleh perusahaan keesok harinya tanpa
disebutkan alasannya. HP melaporkan pengunduran Perkin ke SEC empat hari
kemudian juga tidak menyebutkan alasannya. Pada awal bulan Agustus, setelah HP
menolah permohonannya untuk mengambil langkah, Perkin secara formal meminta
SEC untuk memerintahkan HP mempublikasikan surat pengunduran dirinya. Pada
awal bulan september HP memberikan pada SEC, dan pada saat itu Perkin
membeberkan pada media. Pada tanggal 21 September 2006, Mark Hund, pengganti
Keyword dalam press realease menyatakan: Yang dimulai untuk mencegah kebocoran
informasi rahasia dari ruang dewan berakhir dengan arah yang tidak diantisipasi.
Sehari kemudian Patricia Dunn mengundurkan diri. Dalam surat pengunduran dirinya
dia menyatakan:
Saya mengundurkan diri atas permintaan dewan. Pembeberan
informasi yang rahasia merupakan pelanggaran yang serius terhadap
perusahaan. Saya mengambil langkah yang semestinya dengan bantuan
pegawai yang menangani security. Saya tidak memilih orang yang
menangani penyelidikan, yang dilakukan setelah konsultasi dengan
anggota dewan. Saya menerima bahwa saya bertanggung jawab untuk
mencari siapa yang membocorkan, tetapi saya tidak menyarankan
metode spesifik yang dipakai dalam investigasi. Saya sendiri menjadi
subyek yang diselidiki. Catatan telpon saya juga diselidiki bersama
dengan catatan telpon yang lainnya. Namun disayangkan, orang yang
diandalkan untuk melakukan investigasi ini menghancurkan saya dan
perusahaan.
Seminggu kemudian, pada tanggal 28 September, Komite energi dan perdagangan di
Amerika melakukan penyelidikan. Ann Baskin, general councel, mengundurkan diri
dan tidak mau memberi kesaksian sesuai dengan amandemen ke 5 dalam proses
penyelidikan kriminal. Dalam dengar pendapat, Dunn dan Hurd membeberkan apa
yang dilakukan dalam penyelidikan internal. Dunn bersaksi bahwa dia tidak pernah
menyetujui penggunaan taktik yang diprtanyakan, dia mengatakan bahwa dia tidak
sadar sampai dengan akhir Juni atau juli 2006, bahwa pretexting dapat menyebabkan
seseorang memalsukan identitas untuk dapat memperoleh catatan telpon.
Pada bulan Oktober 2006 kejaksaan California mengajukan dakwaan kriminal pada
perusahaan, Patricia Dunn dan pegawai Hp yang terlibat dalam penyelidikan. HP
membayar denda $14,5 juta dan berjanji untuk memperbaiki pelaksanaan tata kelola
di perusahaan. Pada bulan Juni 2007 Hakim memutuskan Patria Dunn dan pegawai
yang terlibat dinyatakan tidak bersalah.

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 11


Pada saat yang sama wartawan yang catatan telponya juga diselidiki, juga
mengajukan tuntutan. Dua tahun kemudian HP setuju melakukan penyelesaian
dengan wartawan dari New York Times dan Business Week. Jumlah yang dibayarkan
tidak disebutkan. Dan hasil pembayaran didonasikan untuk sosial.
Keterangan:
Pretexting adalah suatu teknik untuk membuat dan menggunakan skenario yang
diciptakan (sebuah dalih) yang melibatkan korban yang ditargetkan dengan cara
meningkatkan kemungkinan korban membocorkan informasinya. Pretexting bisa
disebut sebagai kebohongan yang terencana dimana telah diadakan riset data
sebelumnya untuk mendapatkan data-data akurat yang dapat meyakinkan target
bahwa kita adalah pihak yang terautorifikasi.
Pertanyaan:
1. Haruskan dewan direksi diijinkan melakukan penyelidikan mengenai
kelemahan dalam sistem pengendalian perusahaan?
2. Apakah strategi pretexing dapat diterima dalam arti untuk memperoleh
informasi yang critical yang memperkuat sistem pengendalian intern? Berikut
adalah saran hukum yang diperoleh pada subjek oleh HP: Komite tersebut
telah disarankan oleh pengacara luar komite bahwa penggunaan dalih pada
saat penyelidikan itu tidak secara umum melanggar hukum (kecuali yang
terkait dengan lembaga keuangan), tapi nasihat tersebut tidak dapat
memastikan bahwa teknik yang digunakan oleh perusahaan konsultan luar dan
pihak yang ditahan oleh perusahaan yang memenuhi aturan hukum yang
berlaku.
3. Apakah alasan pengundurunan diri dari dewan direktur selalu diumumkan ke
publik?

Jawaban:
1. Sesuai dengan fungsi dan struktur perusahaan yang memiliki wewenang untuk
melakukan penyelidikan sistem pengendalian internal adalah komite audit dari
perusahaan tersebut, namun mengenai apakah dewan direksi berhak untuk
memulai penyelidikan mengenai kelemahan dalam sistem pengendalian
internal sebuah perusahaan. Menurut kami, direksi memiliki tanggung jawab
untuk membuat dan memelihara Sistem Pengendalian Intern yang efektif serta
memastikan bahwa sistem tersebut berjalan baik sesuai dengan tujuan
pengendalian intern yang ditetapkan oleh Perusahaan. Sebagai pelaksana
tertinggi fungsi pengelolaan, maka Direksi berhak dan berwenang untuk
melaksanakan fungsi pengawasan. Namun, seharusnya Dewan Direksi dibantu
oleh Komite Audit, yang secara efektif dapat melaksanakan proses
pengawasan terhadap perusahaan serta memberikan nasihat dan laporan
kepada Direksi mengenai tingkat prosedur pengendalian intern dalam suatu
perusahaan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, serta

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 12


membantu meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi dan
obyektivitas dalam pengelolaan Perusahaan.

2. Pretexting merupakan cara memperoleh informasi dengan menipu pemilik


informasi tersebut. Dalam kasus ini, apakah strategi pretexing dapat diterima,
karena hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai
siapa pelaku sebenarnya dari kebocoran informasi jangka panjang perusahaan?
Menurut kami, pretexting dalam kasus ini dapat diterima karena tujuan awal
Dunn adalah menyelidiki kasus bocornya informasi jangka panjang HP ke
publik. Namun, pretexting ini dalam praktiknya menjadi illegal, tidak etis dan
melanggar hukum karena:
1. Penyelidikan menggunakan taktik yang beragam dari yang
kontroversial sampai yang melanggar hukum
2. Perkin sebagai sekretaris dewan dan komite tata kelola yang tidak
memperoleh informasi dari Dunn tentang penyelidikan tersebut.
Karena dalam praktiknya menggunakan penipuan yang berkedok sebagai
dewan HP, tanpa diketahui oleh pihak yang seharusnya berwenang atau
bertanggungjawab dalam hal ini, sebaiknya tindakan seperti ini harus
didiskusikan terlebih dahulu kepada salah seorang pejabat yang berwenang
yang bertanggung jawab atas sistem internal perusahaan, karena akan sangat
berisiko mengemban tanggungjawab sebesar ini tanpa adanya dukungan dari
pihak yang mempunyai wewenang. Setelah diketahui pelakunya dan apa
penyebab kebocoran terjadi maka manajemen mampu mengambil tindakan
lebih lanjut untuk melakukan perbaikan sistem internal agar dikemudian hari
tidak aka ada lagi kebocoran informasi dari orang dalam perusahaan.

3. Pada perusahaan Go Public alasan pengundurunan diri dari dewan direktur


seharusnya selalu diumumkan ke publik. Hal ini dilakukan karena publik
memiliki hak untuk mengetahui informasi apapun yang ada dan terjadi dalam
perusahaan, khususnya bagi investor maupun kreditur, pergantian direksi
merupakan salah satu informasi penting dalam bursa saham yang mana itu
nantinya akan menyebabkan adanya sentimen positif maupun negatif bagi
investor yang merupakan pertimbangan pengambilan keputusan investasi,
dimana ini juga sesuai dengan prinsip full disclosure untuk menjaga dan
Corporate Ethical Governance and Accountability Page 13
melindungi kepentingan publik. Dan pergantian direksi juga akan menentukan
arah perusahaan kedepannya, tujuan yang ingin dicapai karena beda pemimpin
beda pula cara untuk mencapai tujuan dan hal tersebut tentunyta akan sangat
mempengaruhi kondisi perusahaan.

Corporate Ethical Governance and Accountability Page 14

Anda mungkin juga menyukai