0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
177 tayangan9 halaman
Teori akuntansi positif berusaha menjelaskan fenomena akuntansi secara empiris. Hipotesis utamanya adalah hipotesis rencana bonus, perjanjian hutang, dan biaya proses politik. Banyak penelitian mendukung hipotesis-hipotesis ini meskipun ada kritik tentang metode dan filosofinya. Teori ini berkembang karena ketidakmampuan teori normatif untuk diuji secara empiris dan fokusnya pada kepentingan investor individu.
Teori akuntansi positif berusaha menjelaskan fenomena akuntansi secara empiris. Hipotesis utamanya adalah hipotesis rencana bonus, perjanjian hutang, dan biaya proses politik. Banyak penelitian mendukung hipotesis-hipotesis ini meskipun ada kritik tentang metode dan filosofinya. Teori ini berkembang karena ketidakmampuan teori normatif untuk diuji secara empiris dan fokusnya pada kepentingan investor individu.
Teori akuntansi positif berusaha menjelaskan fenomena akuntansi secara empiris. Hipotesis utamanya adalah hipotesis rencana bonus, perjanjian hutang, dan biaya proses politik. Banyak penelitian mendukung hipotesis-hipotesis ini meskipun ada kritik tentang metode dan filosofinya. Teori ini berkembang karena ketidakmampuan teori normatif untuk diuji secara empiris dan fokusnya pada kepentingan investor individu.
AKUNTANSI POSITIF OLEH: INDIRA JANUARTI LATAR BELAKANG TEORI AKUNTANSI POSITIF/DESKRIPTIF
Ada 3 alasan terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke
positif (watt & zimmerman,1986): Ketidak mampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris Lebih banyak berfokus pada kemakmuran individual dari pada ke masyarakat luas Pendekatan normatif tidak memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Teori positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik (Godfrey et.al,1997 dalam Anis dan Imam, 2003). Teori akuntansi positif mempunyai suatu kepercayaan bahwa realita sosial berada secara independendari manusia yang memiliki sifat atau esensi tersendiri. HIPOTHESIS TEORI AKUNTANSI POSITIF
Menguraikan alasan mengapa suatu praktik dilakukan
Mampu memprediksi berbagai fenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh watt & zimmerman (1986) dalam bentuk “oportunistik” yang sering diinterpretasikan, yaitu: 1. Hipotesis rencana bonus 2. Hipotesis perjanjian hutang 3. Hipotesis biaya proses politik Dari ketiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa akuntansi positif mengakui adanya 3 hubungan keagenan. RISET YANG MENDUKUNG TEORI AKUNTANSI POSITIF
Banyak peneliti yang telah membuktikan ketiga hipotesis
yang dikemukakan oleh watt & zimmerman, adapun peneliti tersebut adalah scott (2000);
Healy, 1985 dengan hipotesis perencanaan bonus
Sweeney, 1994 dengan hipotesis perjanjian hutang Jones, 1991 mengkaji perubahan perusahaan untuk menurunkan income netto yang dilaporkan untuk keringanan impor. Lev 1979 dalam hipotesis bonus RISET YANG MENGKRITIK TEORI AKUNTANSI POSITIF Dalam hal ini para kritikus biasanya dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (Lawrence AB,1992): 1. Kritik tentang teknik atau metode penelitian 2. Kritik tentang filosofi 3. Kritik tentang penelitian akuntansi yang didasarkan ekonomi, hal ini bisa dilihat dari dua aspek yaitu: • Metodologi individu • Pendekatan neoklasik PENELITIAN TERDAHULU
PENELITI TOPIK KRITIKAN
Ball dan foster (1982) Review atas penelitian - Ukuran perusahaan akuntansi secara empiris dan perencanaan bonus dapat sebagai proksi untuk melupakan variabel lainnya - Kelemahan teori yang mendukung konstruksi pondasi untuk besaran biaya politik - Sampel yang digunakan tidak dapat dipertahankan peneliti topik kritikan Tinker et.al 1982 Teori positif vs teori - Teori positif merupakan normatif nilai muatan dan pelindungan untuk mencegah adanya bias - Mengabaikan penekanan kelas yang diperebutkan KESIMPULAN
Teori positif berkembang karena ketidak puasannya terhadap
teori normatif
1. Ketidak mampuan normatif untuk menguji secara
empiris 2. Normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu 3. Normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadi alokasi sumber daya ekonomi secara optimal dipasar modal.