Anda di halaman 1dari 26

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

CORPORATE ETHICAL GOVERNANCE AND


ACCOUNTABILITY

Oleh:
Kelompok 5

A.A Ngr. Agung Wiragita (1881611052)


Putu Ayu Diah Widari Putri (1881621004)
Putu Cintya Purnama Dewi (1881621010)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
1. Tata Kelola Modern dan Kerangka Akuntabilitas untuk Pemegang Saham dan
Pemangku Kepentingan Lainnya
1.1 Ekspektasi Baru – Kerangka Baru Memulihkan Kredibilitas
Kasus Enron, Arthur Andersen dan World Com yang menunjukkan terdapat lemahnya
model shareholder governance dan akuntabilitas. Ekspetasi dari beberapa dekade atas
stakeholder menjadi perhatian dan kebutuhan mendesak untuk mengembalikan kredibilitas
melatar belakangi timbulnya kerangka kerja yang baru atas governance dan akuntabilitas.
Sarbanes-Oxley Act (SOX) merepresentasikan response atas percepatan dari perhatian
stakeholder atas skandal yang mempengaruhi kehidupan investor dan terutama sekali
pensiunan, karyawan dan mereka yang bergantung, dan banyak orang yang lain.
1.2 Tinjauan Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan yang dikendalikan oleh pemegang saham mengacu pada
pengawasan, pemantauan, dan pengendalian kegiatan perusahaan dan personel untuk
memastikan dukungan dari kepentingan pemegang saham, sesuai dengan hukum dan harapan
para pemangku kepentingan. Pemerintahan secara lebih formal didefinisikan oleh Organisasi
untuk Koperasi dan Pembangunan Ekonomi (OECD) sebagai hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan, pemegang sahamnya, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola
perusahaan juga menyediakan Struktur yang melaluinya tujuan perusahaan ditetapkan, dan
sarana untuk mencapai tujuan dan memantau kinerja tersebut ditentukan serta harus
memberikan insentif yang tepat bagi dewan dan manajemen untuk mengejar tujuan yang
demi kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya dan harus memfasilitasi pemantauan
yang efektif.
Peran dewan direksi sangat penting dalam kerangka tata kelola. Biasanya, direktur
dipilih oleh pemegang saham pada pertemuan tahunan mereka, yang diadakan untuk
menerima laporan keuangan tahunan perusahaan yang diaudit dan laporan auditnya, serta
komentar dari ketua dewan, pejabat perusahaan senior, dan auditor perusahaan. Para direktur
perusahaan secara tradisional telah ditugaskan mewakili dan melindungi kepentingan para
pemegang saham dengan mengusulkan beberapa perbaikan dalam kerangka kerja tata kelola.
Kemudian, direksi secara hukum diwajibkan atau diizinkan untuk mempertimbangkan
kepentingan pemangku kepentingan dan juga diharapkan untuk responsif terhadap kebutuhan
pemangku kepentingan dalam arti strategis saat melaksanakan tanggung jawab hukum ini.
Dewan direksi sering membagi diri menjadi subkomite yang berkonsentrasi lebih
dalam di bidang-bidang tertentu. Subkomite ini dapat melakukan tindakan dan atau ulasan
tertentu atas nama seluruh dewan, dengan syarat bahwa seluruh dewan harus diberi

1
penjelasan tentang hal-hal utama dan harus memberikan suara pada keputusan besar.
Biasanya, setidaknya tiga subkomite dibuat untuk meninjau hal-hal yang berkaitan dengan (1)
tata kelola (2) kompensasi, dan (3) audit, dan untuk menyajikan rekomendasi mereka kepada
dewan penuh. Komite Tata Kelola berurusan dengan kode etik dan kebijakan perusahaan,
serta alokasi tugas di antara subkomite dewan. Komite Kompensasi meninjau kinerja perwira
senior, dan membuat rekomendasi tentang sifat dan ukuran gaji, bonus, dan rencana
remunerasi terkait. Komite Audit meninjau pengendalian internal dan sistem yang
menghasilkan laporan keuangan yang disiapkan oleh manajemen; kesesuaian laporan
keuangan tersebut, keefektifan auditor internal dan eksternal perusahaan; sistem peluitnya,
dan temuan mereka; dan merekomendasikan pemilihan ulang atau tidaknya auditor eksternal
perusahaan.
Anggota komite ini dipilih untuk kepentingan keahlian dan karakter dengan harapan
bahwa penilaian independen dari masing-masing direktur akan dilaksanakan demi
kepentingan terbaik perusahaan secara keseluruhan. Misalnya anggota Komite Audit harus
mengaudit finansial dan tentunya harus memiliki keahlian yang cukup untuk memahami
masalah audit dan keuangan. Komite audit juga harus memiliki pikiran yang independen (Le.,
Bukan bagian dari manajemen atau mengandalkan manajemen untuk sebagian besar dari
pendapatan tahunan mereka), dan harus siap untuk menjalankan kebebasan itu dengan
memilih untuk kepentingan semua pemegang saham, bukan hanya mereka manajemen atau
kelompok pemegang saham terbatas tertentu.
Para pemegang saham mengandalkan para direktur untuk melayani kepentingan
pemegang saham, bukan kepentingan para direktur sendiri, maupun kepentingan manajemen
atau pihak ketiga. Ini berarti bahwa para direktur harus menjalankan penilaian independen
mereka demi kepentingan pemegang saham. Para direktur harus melakukannya dengan itikad
baik dengan tujuan yang benar dalam setiap kesempatan.
1.3 Akuntabilitas Kepada Shareholders atau Stakeholders ?
Kapasitas dari non share-holders atas stake-holders untuk mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan dan meningkatnya sensitifitas mereka bagi perusahaan untuk membangun
dukungan dari stake holders. Hal ini dilihat dari kasus terdahulu terkait skandal korporasi
yang dan kapasitas yang terdokumentasikan atas pengaruh stakeholders dalam mempengaruhi
tujuan perusahaan, akan baik bagi tugas direktur untuk menjaga kepentingan shareholder dan
berhati hati meletakannya dalam kepentingan stakeholder ketika membuat struktur
governance mereka.

2
Sebab, kepentingan stakeholder bisa secara potensial menimbulkan konflik dengan
beberapa kepentingan shareholder, banyak ketetapan yang secara formal memodifikasi
ketetapan dimana direktur perusahaan memasukkan kepentitangan stakeholders yang sesuai.
Direktur diharapkan untuk memeriksa trade-off antara shareholders dan stakeholders dan
memilih satu diantara yang lain atau solusi campuran. Untungnya, dalam jangka panjang
perspektik share-holders seringkali bertepatan dengan kepentingan stakeholders.
Berdasarkan realita dari tekanan stakehoder dan hasrat untuk mendapat dukungan
stakeholders, perusahaan menyadari bahwa mereka bertanggung jawab kepada stakeholder
dan memerintahkan dirinya untuk meminimkan resiko dan memaksimumkan peluang
didalam kerangka kerja akuntabilitas stakeholder. Secara de facto, perusahaan semakin
menyadari bahwa mereka bertanggungjawab kepada semua stakeholders, seperti digambar
berikut ini.

PETA TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

Shareholders

Aktivis
Pegawai

Pemerintah Perusahaan Konsumen

Kreditor PERUSAHAAN Suppliers

Lain-lain termasuk media, siapa


yang dapat mempengaruhi dengan
Lenders atau siapa yang dapat
mempengaruhi prestiasi dari objek
perusahaan

1.4 Tata Kelola untuk Akuntabilitas Pemangku Kepentingan


Prinsip yang dimiliki stakeholder accountability oriented governance process
(SAOG) yang dilakukan oleh direktur pusat adalah harus mengambil semua kepentingan
stakeholder kedalam akun dan memastikan dibangun kedalam visi, misi, strategi, kebijakan,
kode, praktek, mekanisme kepatuhan, dan penetapan feedback. Jika hal ini tidak dilakukan,

3
aksi perusahaan akan gagal dalam mengambil kepentingan yang penting dalam akun dan
perusahaan akan kehilangan dukungan dari satu atau lebih kelompok stakeholder.
Feedback dan ethical culture dapat dijadikan petunjuk yang dapat diperkuat oleh
mekanisme untuk diberikan kepada manajemen, atau manajemen bisa secara jujur
mengatakan bahwa tidak ada satupun yang mengatakan kepada mereka batasan apa yang
mereka hadapi. Petunjuk ini akan mempengaruhi persiapan dari laporan keuangan dan
sumber lain dari feedback, seperti halnya perilaku yang ditunjukan dalam berhubungan
dengan pelanggan, pegawai dan stakeholder yang lain.
Direktur pusat mungkin diberi nasehat dari beberapa agent jika perilaku manajemen
dipertanyakan. Shareholder biasanya memilih eksternal auditor untuk menyediakan opini ahli
pada apakah laporan keuangan yang dipersiapkan oleh manajemen merepresentasikan hasil
operasi yang jujur atas posisi keuangan perusahaan, dan yang berhubungan dengan generally
accepted accounting principle (GAAP). Eksternal auditor dibutuhkan untuk mempertemukan
dengan audit commitee of board dan mendiskusikan laporan keuangan, seperti halnya
pekerjaan mereka, opini, dan pernyataan pengukuran internal control perusahaan.
Peranan internal auditor perusahan untuk menilai apakah kebijakan itu comprehensive
dan diawasi yang berkesinambungan melapor secara langsung dan secara peseorangan dalam
audit commitee, tanpa kehadiran manajemen, meskipun mereka akan melapor atas dasar hari
ke hari kepada CEO. Selama SOX proposal, pengacara perusahaan diharapkan membuat
direktur pusat waspada atas masalah jika manajemen tidak merespon secara sesuai ketika
dikatakan atas ketidaklayakan.
Elemen yang penting dari sistem SAOG adalah ethics officer (EO) atau
ombudsperson yang mengawasi budaya etika dan melayani sebagai seseorang yang
melakukan laporan whistle-blower tanpa tidak diketahui namanya. EO melaporkan kepada
pimpinan audit commitee dan sebagai penyalur melalui laporan umum whistle-blower yang
menjadi perhatian kepada pimpinan. Akuntan profesional dalam pegawai perusahaan disebut
berdasarkan profesionalitas codes of conduct mereka dalam melayani kepentingan publik.
Konsekuensinya, mereka harus melaporkan kesalahan financial kepada CEO, dan jika aksi
yang sesuai tidak diambil, kepada EO dan CFO.
1.4.1 Identifikasi Nilai-Nilai Organisasi-Landasan Perilaku dan Integritas
Eksplorasi adalah kepentingan bagi stakeholder dan ekspetasi adalah kepentingan
untuk organisasi, hal ini terbentuk kedalam nilai yang mengacu pada perilaku. Gambar
Stakeholder Interest, Ranking, Riska Assesment, and Usage.

4
Board of

Directors Sets
Sharehold Other
ers Vision, Mission
Publik Interest Stakehold
er Strategy, Polices,
All Interest Corp. Cades, Compliance
Corp.

Value
Value Feedback;
Assess Integrate Guidance
Syste
Syste Feedback
Appoints CEO,
Identify And Into m
m CFO;

All Rank All Corporate Sets Compensation

Stakeholders Interests Value Managemen


Corporate t
System
Risk Actions
And Actions
Assessment Corporate
Hubungan antara motivasi dan aksi direfleksikan dalam bagan. Kepercayaan oleh
Acctivities
individu tentang apa yang benar atau tidak pada tempatnya berasal dari banyak sumber, tapi
secara prinsip berasal dari nilai yang individu pegang. Beberapa nilai diajarkan secara
langsung atau misalnya melalui orang tuanya, individual yang dihormati, pimpinan, teman
dan yang lainnya, tetapi nilai yang lainnya berasal dari peraturan dan system motivasi
ditempat yang ada dalam organisasi. Kepercayaan memotivasi seseorang untuk berperilaku.
Aksi individual pegawai dimengerti secara kolektifitas menjadi perilaku organisasi.
Perusahaan (organisasi) adalah benda tak bernyawa, Orang membuat hal tersebut terjadi, jadi
hal ini penting bahwa motivasi mereka bersatu dengan harapan stakeholder. Hal ini hanya
dapat dipenuhi dengan memastikan bahwa nilai yang menggarisbawahi elemen motivasi
perusahaan yang disatukan.
Identifikasi, penilaian dan ranking dari kepentingan stakeholder akan membangun
seperangkat nilai yang komprehensive bagi organisasi. Bagaimanapun juga, perlu disadari
pula bahwa nilai tersebut dan prioritas mereka bermacam-macam dalam budaya yang
berbeda. Peneliti yang mempelajari multycultural diversity of value problem, untuk
mengidentifikasi seperangkat universal value atau hyphernormsi yang dapat ditanamkan
dalam system nilai perusahaan. Universal value tersebut adalah honesty, fairness, compasion,
intregity, predictability dan responsibility. Direktur akan mempertimbang kan untuk
menyatukan hyphernorm tersebut kedalam sistem nilai perusahaan dalam upaya untuk

5
memastikan bahwa semua nilai yang penting termasuk didalamnya dan keterterimaan
maksimum tersebut dan rasa hormat terjamin berhubungan dengan banyak kebudayaan.
1.5 Mekanisme Panduan-Etika Budaya dan Kode Etik
Nilai-nilai yang diinginkan seorang direktur perusahaan untuk tetap memotivasi
keyakinan dan tindakan dari personelnya perlu dikonfirmasikan untuk memberikan
bimbingan yang diperlukan. Biasanya, panduan semacam itu mengambil bentuk kode
perilaku yang menyatakan nilai-nilai yang dipilih, prinsip-prinsip yang mengalir dari nilai-
nilai itu, dan setiap aturan yang harus diikuti untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang tepat
dihormati. Sebagaimana dicatat di bagian selanjutnya, beberapa penelitian telah dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas kode. Sebagai contoh, prinsip-prinsip lebih bermanfaat
daripada sekedar aturan karena prinsip memfasilitasi interpretasi ketika situasi tepat yang
dihadapi tidak sesuai dengan aturan yang ditentukan.
Kode sendiri mungkin tidak lebih dari "seni etis" yang jarang dipahami maupun
dilaksanakan. Pengalaman telah mengungkapkan bahwa, untuk menjadi efektif, sebuah kode
harus diperkuat oleh budaya etis yang komprehensif. Mengembangkan budaya etika
melibatkan upaya signifikan yang diterapkan secara terus-menerus dalam beberapa dimensi.
Kode harus menjadi subjek sesi pelatihan untuk rekrutan baru untuk bergabung dengan
organisasi, dengan sesi pembaruan tahunan. Selain itu, perilaku etis yang diharapkan harus
dirujuk dalam pidato dan buletin oleh manajemen puncak.

2. Ancaman terhadap Good Governance dan Akuntabilitas


Menanggapi ancaman-ancaman yang terkait dengan tata kelola dan akuntabilitas yang
baik, maka suatu pedoman yang jelas sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan
mengatasi ancaman-ancaman tersebut. Tiga ancaman yang signifikan meliputi:
2.1 Kesalahpahaman Tujuan dan Tugas Fidusia
Walaupun ketika kebudayaan yang berbeda tidak menjadi isu, pegawai bisa salah
mengerti tujuan dari organisasi dan peranannya sendiri. Kurangnya petunjuk yang sesuai atas
mekanisme pelaporan akan mengakibatkan direktur dan yang lainnya tidak memahami tugas
fidusianya. Misalnya pada kasus Enron, banyak direksi dan karyawannya percaya bahwa
tujuan perusahaan terpenuhi dengan baik oleh tindakan-tindakan yang membawa keuntungan
jangka pendek, sehingga perusahaan melakukan manipulasi untuk memperoleh keuntungan
tersebut yang ternyata berujung pada kehancuran perusahan tersebut.

6
2.2 Kegagalan Mengidentifikasi dan Mengelola Risiko Etika
Meningkatnya kompleksitas, volatilitas, dan risiko yang melekat pada kepentingan
dan operasi perusahaan, maka risiko harus dapat diidentifikasi, dinilai, dan dikelola dengan
hati-hati.Prinsipnya yaitu, risiko etika terjadi ketika terdapat kemungkinan harapan
stakeholder tidak terpenuhi. Menemukan dan memperbaikinya adalah sangat penting untuk
menghindari krisis atau kehilangan dukungan dari para pemangku kepentingan. Hal itu dapat
dilakukan dengan menetapkan tanggung jawab, mengembangkan proses tahunan, dan
tinjauan dari dewan organisasi.
Pengisian audit internal dengan tanggung jawab untuk identifikasi dan penilaian, dan
petugas etika dengan tanggung jawab yang berkelanjutan untuk penemuan, penilaian, dan
pelaporan kepada CEO dan komite audit dewan, adalah langkah logis untuk diambil juga.
Pengakuan imbalan harus diberikan kepada orang yang membawa masalah ke depan.
Pencegahan adalah aspek yang paling penting dari manajemen krisis dan risiko etika
memiliki cara jahat untuk menjadi krisis jika tidak didiagnosis cukup dini.
2.3 Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan telah menjadi topik yang sangat penting dalam skandal baru-baru
ini di mana karyawan, agen, dan profesional gagal melaksanakan penilaian yang tepat atas
nama prinsipal mereka. Di Enron Fiasco, perwira senior, pengacara, dan akuntan profesional
bertindak demi kepentingan mereka sendiri daripada demi kepentingan pemegang saham
Enron. Konflik antara kepentingan para pengambil keputusan dan kepentingan pemegang
saham harus ditundukkan kepada kepentingan pembuat keputusan. Akibatnya, Enron
menyatakan kebangkrutan, investor kehilangan tabungan mereka dan pasar modal kehilangan
kredibilitas. Konflik kepentingan ini lebih dari sekedar bias, dimana dapat diukur dan
disesuaikan.Jadi karena ketidakjelasan sifat dan besarnya pegaruh, perhatian harus benar-
benar diberikan pada setiap kecenderungan yang menuju kepada bias.

3. Elemen Kunci Tata Kelola dan Akuntabilitas Perusahaan


3.1 Bukti yang Menguat untuk Pengembangan Budaya Perusahaan yang Etis
Direksi, pemilik, dan manajemen senior sedang dalam proses untuk menyadari bahwa
mereka dan karyawan mereka harus memahami bahwa pertama, organisasi mereka akan lebih
bijaksana dalam mempertimbangkan kepentingan para pemangku kepentingan, bukan hanya
pemegang saham, serta yang kedua bahwa nilai etika yang sesuai adalah akan
dikonsolidasikan ketika keputusan sedang dibuat. Nilai-nilai organisasi, profesional dan
pribadi memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan, sangatlah penting bahwa

7
organisasi menciptakan lingkungan atau budaya di mana nilai-nilai bersama yang tepat
diciptakan, dipahami, dipupuk, dan dikomitmenkan oleh semua pihak. Bukti baru-baru ini
telah menggarisbawahi betapa pentingnya program etika, yang mengarah pada
pengembangan dan pemeliharaan budaya perusahaan yang beretika, adalah keberhasilan dan
reputasi yang sedang berlangsung dari sebuah perusahaan dan para eksekutifnya.
3.2 Mengembangkan, Melaksanakan & Mengelola Budaya Perusahaan Etis
Pengembangan budaya perusahaan yang etis untuk memandu pengambilan keputusan
tergantung pada identifikasi, berbagi, membina, dan komitmen untuk tepat nilai-nilai
perusahaan yang akan dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan korporasi. keputusan
handal, risiko yang dikendalikan, bagaimanapun, tidak dapat dipercaya dicapai dengan hanya
meninggalkan etika semata-mata untuk penghakiman individu dalam tenaga kerja
pengalaman yang berbeda dan latar belakang untuk bekerja keluar dengan trial and error.
Juga tidak bisa dicapai hanya dengan mengirimkan surat mendesak karyawan untuk berada di
perilaku terbaik mereka, atau dengan hanya menerbitkan kode etik. Dalam rangka untuk
memastikan komitmen terhadap prinsip-prinsip etika yang dianggap sesuai untuk organisasi.
3.2.1 Budaya Organisasi, Hasil Individu / Team & Efektivitas Organisasi

Unsur Budaya Organisasi


 Anggapan Efektivitas Organisasi
 Nilai Tingkat pertama
 Cerita  Kehadiran
 simbol  Pergantian
 Heroes Hasil Individu / Team  Produktifitas
 Ritus, Upacara, Ritual  Pekerjaan / Karir  Kualitas kerja
Kepuasan  Sukses merekrut
 Identifikasi
Rein Pemaksa Budaya
organisasi Tingkat kedua
Organisasi
 Keterlibatan  Kreativitas / Inovasi
 Misi / Visi
pekerjaan  Penyelesaian masalah
 Skill kepemimpinan
 Komitmen  Tim Kekompakan dan
 Pertumbuhan /
 Upaya Discretionary Komunikasi
Pengembangan
 Kinerja pekerjaan
peluang
Tingkat ketiga
 Tim Pengembangan
 Saham
 Komunikasi
 profitabilitas
 Sistem Manajemen Kinerja
 Pencapaian Tujuan
 Insentif dan Rewards Organisasi Formal
 Sistem Sumber Daya
Manusia

8
3.2.2 Program Etika Jenis Orientasi
Orientasi Fokus utama
Kepatuhan berbasis Mencegah, mendeteksi, dan menghukum
pelanggaran hukum
Integritas atau berbasis nilai Mendefinisikan nilai organisasi dan mendorong
komitmen karyawan
Kepuasan stakeholder eksternal Peningkatan citra dengan dan hubungan dengan
pemangku kepentingan eksternal (pelanggan,
masyarakat, pemasok)
Melindungi manajemen puncak Defensive atau menutupi
dari kesalahan
Kombinasi di atas Nilai dan kepatuhan berbasis
3.2.3 Budaya Etika: Aspek Penting
Budaya etis menggabungkan unsur-unsur formal dan informal untuk membimbing
pikiran karyawan dan tindakan, termasuk:
1) Kepemimpinan etis oleh eksekutif dan supervisor
2) Sistem penghargaan menggabungkan pertimbangan etis
3) Keadilan yang dirasakan, perlakuan yang adil dari karyawan
4) Diskusi terbuka etika dalam organisasi
5) Otoritas struktur yang menekankan akuntabilitas dan tanggung jawab karyawan untuk
mempertanyakan tindakan sendiri-sendiri, dan kewajiban untuk mempertanyakan
otoritas ketika sesuatu tampaknya salah
6) Fokus organisasi yang berkomunikasi bagi karyawan dan masyarakat dari
kepentingan
7) Kebijakan resmi dan prosedur (kode etik, praktik, perilaku)
8) Mendukung kantor
9) Mendukung struktur
3.2.4 Dimensi Biasa Etika Program
1) Kode etik format
2) Etika komite pengembangan kebijakan, mengevaluasi tindakan, menyelidiki, dan
mengadili pelanggaran kebijakan
3) Etika komunikasi sistem
4) Petugas etika atau ombudsman koordinasi kebijakan, memberikan pendidikan, atau
menyelidiki tuduhan
5) Program pelatihan etika untuk meningkatkan kesadaran dan membantu karyawan
menanggapi masalah etika
6) Proses disiplin untuk perilaku yang tidak etis.

9
3.2.5 Pengembangan & Pemeliharaan dari Budaya Perusahaan Etis
Langkah Tujuan
Menetapkan tanggung jawab Inisiatif yang sukses biasanya melibatkan:
Ketua atau CEO 1. Tingkat atas akuntabilitas dan
Petugas etika anggaran yang memadai
Komite etika 2. Champions, arbiter
3. Pemantauan, umpan balik, saran,
dan pemandu sorak
Etika Audit Untuk memahami praktek etis organisasi,
dan jaringan stakeholder dan bunga
Penilaian risiko etika Untuk mengidentifikasi etika masalah
penting yang bisa timbul
Dukungan manajemen puncak Benar-benar penting untuk kepatuhan
sukses
Mengembangkan consensus tentang Diperlukan kebijakan dan prosedur
nilai-nilai etika kunci bingkai
Mengembangkan kode etik, etika Memberikan panduan bagi karyawan dan
pengambilan keputusan kriteria dan semua pemangku kepentingan lainnya
protokol termasuk tes
Mengembangkan Program etika: Untuk berhasil hadir dan memberikan
Keterlibatan pemimpin dukungan mekanisme untuk proses
Peluncuran bimbingan
Latihan
Kebijakan Penguatan:
Kepatuhan sign-off
Pengukuran kinerja
Termasuk dalam tujuan strategis
dan manajer
Termasuk dalam pemantauan dan
reward struktur
Program komunikasi
Sistem penghargaan Teladan
Penyelidikan Layanan Etika Informasi, investigasi, dan perlindungan
whistle-blower
Manajemen krisis Untuk memastikan bahwa etika
merupakan bagian dari reaksi bertahan
hidup.
Membangun mekanisme review

3.3 Kode Etik Perusahaan


3.3.1 Tujuan, Fokus & Orientasi
Dasar dari sebagian besar program etika perusahaan adalah perilaku bisnis
pernyataan. Perusahaan etika bisnis prinsip pernyataan menekankan dua tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan karyawan untuk membuat keputusan yang sesuai dengan
kebijakan dan persyaratan hukum;

10
2) Memberikan ekspresi konkret untuk rasa perusahaan dari misi dan pandangannya
tentang tugas dan tanggung jawab yang memerlukan corporate citizenship.
Dasar pemikiran untuk mengembangkan kode yang ditemukan oleh survei The
Conference Board adalah:
1) Instrumental: untuk membuat karyawan sadar bahwa “kepatuhan karyawan untuk
prinsip-prinsip etika perusahaan adalah penting untuk kesuksesan bottom-line”.
2) Kepatuhan: untuk memberikan “pernyataan harus dan tidak boleh dilakukan untuk
mengatur perilaku karyawan”.
3) Stakeholder Komitmen: untuk menawarkan diskusi tentang perilaku apa yang
diharapkan dalam hubungan pemangku kepentingan.
4) Nilai / Mission: untuk membangun “prinsip-prinsip tertentu etika, mode perilaku, dan
kebiasaan pikiran sebagai penting untuk apa artinya menjadi seorang karyawan atau
perwakilan dari perusahaan”.
5) Tidak ada komposit di atas.
3.3.2 Kode Konten & Lingkup
Subyek Ditemukan di Codes adalah 1) Suap / Pembayaran Yang Tidak Benar Dari
Pengaruh, 2) Konflik Kepentingan, 3) Keamanan Informasi Kepemilikan, 4) Menerima
Hadiah, 5) Diskriminasi / Kesempatan Yang Sama, 6) Memberi Hadiah, 7) Perlindungan
Lingkungan, 8) Pelecehan Seksual, 9) Antitrust, 10) Keselamatan Kerja, 11) Hubungan
Masyarakat, 12) Kerahasiaan Informasi Pribadi, 13) Hak Asasi Manusia, 14) Privasi
Karyawan, 15) Whistle-Blowing Dan Program Perlindungan, 16) Penyalahgunaan Zat, 17)
Nepotisme, 18) Pekerja Anak, 19) Kegiatan Politik
3.3.3 Implementasi yang Efektif
Kode etik sangat penting untuk keberhasilan organisasi karena beberapa alasan,
penting untuk memastikan bahwa kode adalah baik efektif disusun dan diimplementasikan.
Sebuah kode benar berfungsi penting sebagai berikut:
1) Pengembangan dan pemeliharaan budaya perusahaan yang etis - budaya integritas
2) Sistem pengendalian internal yang efektif
3) Sebuah “karena ketekunan pertahanan” untuk direksi dan pejabat
4) Pemberdayaan yang efektif bagi karyawan untuk membuat keputusan etis
5) Mengirimkan sinyal yang tepat kepada para pemangku kepentingan eksternal.
Fitur penting untuk menunjukkan diligence pertahanan karena di menghormati lingkungan:
1) Sebuah kebijakan lingkungan tertulis, diumumkan kepada karyawan sesuai

11
2) Operasi praktik yang menjaga terhadap penyimpangan lingkungan, termasuk rencana
kontingensi untuk menutupi kecelakaan untuk memastikan skala penuh, pembersihan
tepat waktu
3) Karyawan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab mereka dalam polis, serta
tanggung jawab pribadi potensi mereka, dan kewajiban orang lain
4) Karyawan diberitahu tentang persyaratan hukum, termasuk pemberitahuan kepada
pemerintah lengkap dengan daftar kontak
5) Seseorang yang terutama bertanggung jawab untuk masalah lingkungan dan
kepatuhan pemantauan
6) Pertimbangan audit lingkungan atau konsultasi dengan seorang ahli untuk memulai
proses perlindungan dan memantau kemajuan
7) Memonitor sistem pengendalian polusi dan melaporkan kecelakaan secara tepat waktu
8) Secara teratur meninjau laporan kepatuhan, potensi masalah lingkungan biaya,
keyakinan dan pelatihan karyawan
9) Manajemen yang membuat mengikuti undang-undang baru, membuat kajian internal
kepatuhan dan menyarankan direktur hasilnya, dan mengalokasikan anggaran yang
nyata dan memuaskan untuk mencapai fitur ini.
3.4 Kepemimpinan yang beretika
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah “tone at
the top” dan peran pimpinan dalam membangun, membina, melaksanakan, dan memantau
budaya perusahaan yang diharapkan. Jika para pemimpin senior atau junior hanya bersuara
untuk menyatakan nilai-nilai yang diinginkan di dalam perusahaan, maka karyawan akan
mempertimbangkan hal tersebut sebagai suatu yang tidak patut diperhatikan. Meskipun
budaya formal organisasi menetapkan nilai tersebut, namun jika tidak didukung oleh budaya
informal maka hal tersebut hanya akan diangap sebagai suatu ocehan atau istilah lainnya
“window dressing”.
3.5 Kewajiban Direksi dan Pekerja
Tata kelola etika dan akuntabilitas perusahaan bukan hanya sekedar bisnis yang
bagus, namun merupakan suatu hukum.SOX Seksi 404 mengharuskan perusahaan meneliti
efektivitas sistem pengendalian internal mereka terkait dengan pelaporan keuangan. CEO,
CFO, dan auditor harus melaporkan dan menyatakan efektivitas tersebut. Pendekatan COSO
terkait dengan sistem pengendalian internal menjelaskan bagaimana cara suatu perusahaan
mencapai tujuannnya melalui 4 dimensi, yaitu strategi, operasi, pelaporan, dan kepatuhan.
Melalui 4 dimensi tersebut, kerangka manajemen etika melibatkan 8 unsur yang saling terkait

12
mengenai cara manajemen menjalankan perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi
dengan proses manajemen yang meliputi lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi
kejadian, penilaian risiko, tanggapan terhadap risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan (monitoring).
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan
pengendalian lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika yang efektif
yang berorientasi pada sistem pengendalian internal dan perilaku yang dihasilkan. Oleh
karena itu,  hal tersebut dapat menentukan “tone at the top”, kode etik, kepedulian pegawai,
tekanan untuk memperoleh tujuan yang tidak realistis, kesediaan manajemen untuk
mengabaikan pengendalian, kepatuhan dalam penilaian kinerja, pemantauan terhadap
efektivitas pengendalian internal, program “whistle-blowing”, dan tindakan perbaikan dalam
menanggapi pelanggaran kode etik.
3.6 Tolak Ukur Akuntabilitas Publik
Salah satu perkembangan terkini yang perlu dipertimbangkan oleh dewan direksi dan
manajemen ketika mengembangkan nilai-nilai, kebijakan, dan prinsip-prinsip yang mendasari
budaya perusahaan dan tindakan karyawan mereka adalah gelombang baru dalam
pengawasan pemangku kepentingan dan kebutuhan untuk transparansi dan akuntabilitas
publik. Jika direksi mampu mengenali dan mempersiapkan perusahaan mereka di era baru
dimana akan berhadapan dengan akuntabilitas para pemangku kepentingan yang efektif dan
juga sistem tata kelola yang beretika, mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tapi juga
akan menghasilkan keuntungan kompetitif dari perlanggan, karyawan, mitra, lingkungan, dan
para stakeholder lainnya yang tentunya menarik bagi pemegang saham. Intinya, direksi,
eksekutif, dan akuntan profesional harus fokus sepenuhnya terhadap pengembangan dan
pemeliharaan budaya integritas jika mereka ingin memuaskan harapan seluruh pemangku
kepentingannya.

13
KASUS SPYING ON HP DIRECTORS

Pada bulan Januari 2006, direktur Hewlett-Packard (HP), Patricia Dunn, membentuk
tim investigasi yang terdiri dari ahli elektronik dan pengamanan data untuk menyelidiki
kebocoran tentang strategi jangka panjang perusahaan yang menjadi rahasia perusahaan. Pada
bulan September 2006, media memberitakan adanya penyadapan dari tim investigasi
terhadap dewan dan beberapa wartawan. Mereka melakukan penyadapan terhadap telpon
dewan dan 9 wartawan termasuk reporter CNET, New York Times dan Wall Street Journal.
Penyadapan yang tidak etis dan melanggar hukum dilakukan dengan pretexting. Patricia
Dunn menyatakan dia tidak mengetahui metode yang dipakai tim investigasi untuk mencari
sumber kebocoran, namun mengundurkan diri setelah scandal tersebut terbongkar. Sepuluh
hari sebelumnya. George Keyworth, direktur yang bertanggung jawab terhadap kebocoran,
mengundurkan diri dari HP setelah menjadi direktur selama 21 tahun di perusahaan tersebut.

Profile Perusahaan
HP didirikan tahun 1939 dan beroperasi lebih dari 170 negara. Penjualan terbesar
adalah komputer personal, dan menyediakan produk dan jasa yang beragam seperi foto
digital, entertaimen digital, penghitungan, printer. Sebagai tambahan HP menyediakan
infrastruktur dan penyediaan superkomputer yang sangat kuat yang mengendalikan berbagai
peralatan. HP termasuk dalam jajaran perusahaan IT besar dengan total pendapatan pada
kuartal keempat 2007 yang berakhir 31 Desember 2007 sebesar $ 107,7 juta. HP menduduki
rangking ke 14 dari daftar 500 perusaan terbesar menurut the Forbes. Kantor pusat
perusahaan di di Palo Alto California.

Kebocoran informasi rahasia dan investigasi HP


Patricia Dunn bergabung dengan HP tahun 1998 dan pada bulan Februari 2005
menjadi direktur. Sebelumnya dia menjadi direktur perusahaan investasi Barclay Global.
Pada Januari 2006, di web CNET memberitakan tentang strategi jangka panjang HP yang
dikutip dari sumber orang dalam perusahaan yang tidak disebutkan namanya. Informasi yang
diberitakan merupakan informasi yang hanya diketahui para dewan. Menindak lanjuti dari
artiket CNET, Patricia Dunn dibantu dengan pegawai yang menangani security data dan
penasihat mengotorisasi tim ahli security dan elektronic yang independen untuk menyelidiki
sumber kebocoran. Target dari penyelidikan adalah komunikasi para manajer perusahaan
yaitu telepon dan email bukan hanya account perusahaan tetapi juga account pribadi.

14
Tim penyelidik tidak mendengarkan percakapan di telpon secara langsung. Mereka
menyelidiki siapa yang ditelpon atau menelpon. Penyelidikan menggunakan taktik yang
beragam dari yang kontroversial sampai yang melanggar hukum. Termasuk dalam taktik ini
menggunakan penyelidik swasta yang berkedok sebagai dewan HP dan kemudian menipu
operator telpon untuk mendapatkan data percakapan para direktur. Hal yang sama dilakukan
terhadap 9 wartawan. Teknik ini dikenal dengan pretexting.

Pengunduran diri Tom Perkins


Tim akhirnya menemukan yang membocorkan adalah George Keyworth, yang
merupakan direktur terlama di HP. Pada surat pengunduran dirinya, George menyampaikan
alasan membocorkan informasi ke CNET:
Seperti diketahu saya adalah sumber yang membocorkan artikel di CNET pada bulan Januari
2006. Saya sering diminta oleh manajer komunikasi HP untuk berbicara dengan reporter
untuk memberi prespektif dari anggota dewan komisaris yang lebih dari sekedar sejarah
perusahaan. Pernyataan saya selalu di apresiasi oleh pegawai senior perusahaan yang
membantu perusahaan-yang menjadi tujuan saya. Saya percaya pernyataan saya yang saya
berikan pada wartawan CNET adalah yang terbaik bagi perusahaan dan tidak
mengungkapkan rahasia atau merusak informasi.
Setelah pengunduran diri George Keyworth, Tom Perkins salah satu direktur, kapitalis
ventura dari lembah Silicon dan teman dari pendiri HP, memprotes adanya penyelidikan
internal secara rahasia, yang menurutnya ilegal, tidak etis dan menilai Dunn salah
menempatkan prioritas. Perkin adalah sekretaris dewan dan komite tata kelola yang tidak
memperoleh informasi dari Dunn tentang penyelidikan dari Dunn, walaupun dia mengetahui
bahwab Dunn berniat menyelidiki kasus tersebut.Setelah dewan menyetujui pengunduran diri
Keyworth, Perkin juga mengumumkan untuk mengundurkan diri yang diumumkan oleh
perusahaan keesok harinya tanpa disebutkan alasannya. HP melaporkan pengunduran Perkin
ke SEC empat hari kemudian juga tidak menyebutkan alasannya.Pada awal bulan Agustus,
setelah HP menolah permohonannya untuk mengambil langkah, Perkin secara formal
meminta SEC untuk memerintahkan HP mempublikasikan surat pengunduran dirinya. Pada
awal bulan september HP memberikan pada SEC, dan pada saat itu Perkin membeberkan
pada media. Pada tanggal 21 September 2006, Mark Hund, pengganti Keyword dalam press
realease menyatakan: Yang dimulai untuk mencegah kebocoran informasi rahasia dari ruang
dewan berakhir dengan arah yang tidak diantisipasi. Sehari kemudian Patricia Dunn
mengundurkan diri. Dalam surat pengunduran dirinya dia menyatakan:

15
Saya mengundurkan diri atas permintaan dewan. Pembeberan informasi yang rahasia
merupakan pelanggaran yang serius terhadap perusahaan. Saya mengambil langkah yang
semestinya dengan bantuan pegawai yang menangani security. Saya tidak memilih orang
yang menangani penyelidikan, yang dilakukan setelah konsultasi dengan anggota dewan.
Saya menerima bahwa saya bertanggung jawab untuk mencari siapa yang membocorkan,
tetapi saya tidak menyarankan metode spesifik yang dipakai dalam investigasi. Saya sendiri
menjadi subyek yang diselidiki. Catatan telpon saya juga diselidiki bersama dengan catatan
telpon yang lainnya. Namun disayangkan, orang yang diandalkan untuk melakukan
investigasi ini menghancurkan saya dan perusahaan.
Seminggu kemudian, pada tanggal 28 September, Komite energi dan perdagangan di
Amerika melakukan penyelidikan. Ann Baskin, general councel, mengundurkan diri dan
tidak mau memberi kesaksian sesuai dengan amandemen ke 5 dalam proses penyelidikan
kriminal. Dalam dengar pendapat, Dunn dan Hurd membeberkan apa yang dilakukan dalam
penyelidikan internal. Dunn bersaksi bahwa dia tidak pernah menyetujui penggunaan taktik
yang diprtanyakan, dia mengatakan bahwa dia tidak sadar sampai dengan akhir Juni atau juli
2006, bahwa pretexting dapat menyebabkan seseorang memalsukan identitas untuk dapat
memperoleh catatan telpon.
Pada bulan Oktober 2006 kejaksaan California mengajukan dakwaan kriminal pada
perusahaan, Patricia Dunn dan pegawai Hp yang terlibat dalam penyelidikan. HP membayar
denda $14,5 juta dan berjanji untuk memperbaiki pelaksanaan tata kelola di perusahaan. Pada
bulan Juni 2007 Hakim memutuskan Patria Dunn dan pegawai yang terlibat dinyatakan tidak
bersalah.
Pada saat yang sama wartawan yang catatan telponya juga diselidiki, juga mengajukan
tuntutan. Dua tahun kemudian HP setuju melakukan penyelesaian dengan wartawan dari New
York Times dan Business Week. Jumlah yang dibayarkan tidak disebutkan. Dan hasil
pembayaran didonasikan untuk sosial.

Keterangan:
Pretexting adalah suatu teknik untuk membuat dan menggunakan skenario yang diciptakan
(sebuah dalih) yang melibatkan korban yang ditargetkan dengan cara meningkatkan
kemungkinan korban membocorkan informasinya. Pretexting bisa disebut sebagai
kebohongan yang terencana dimana telah diadakan riset data sebelumnya untuk mendapatkan
data-data akurat yang dapat meyakinkan target bahwa kita adalah pihak yang terautorifikasi.

16
Pertanyaan:
1. Haruskan dewan direksi diijinkan melakukan penyelidikan mengenai kelemahan
dalam sistem pengendalian perusahaan?
2. Apakah strategi pretexing dapat diterima dalam arti untuk memperoleh informasi
yang critical yang memperkuat sistem pengendalian intern? Berikut adalah saran
hukum yang diperoleh pada subjek oleh HP:Komite tersebut telah disarankan oleh
pengacara luar komite bahwa penggunaan dalih pada saat penyelidikan itu tidak
secara umum melanggar hukum (kecuali yang terkait dengan lembaga keuangan), tapi
nasihat tersebut tidak dapat memastikan bahwa teknik yang digunakan oleh
perusahaan konsultan luar dan pihak yang ditahan oleh perusahaan yang memenuhi
aturan hukum yang berlaku.
3. Apakah alasan pengundurunan diri dari dewan direktur selalu diumumkan ke publik?

Jawaban:
1. Menurut kelompok kami, pihak yang berhak menyelidiki sistem pengendalian
perusahaan adalah dewan komisaris. Hal ini dikarenakan, tugas dan wewenang
dewan komisaris berkaitan dengan melakukan pengawasan atas kebijaksanaan Direksi
dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada Direksi. Efektivitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam pengawasan tersebut, Dewan
Komisaris wajib membentuk maupun menentukan susunan Komite Audit maupun
komite lainnya sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan peraturan yang berlaku di Pasar Modal, serta berkewajiban melakukan
evaluasi terhadap kinerja komite-komite tersebut setiap akhir tahun buku perusahaan.
Terkait dengan apakah dewan direksi diijinkan melakukan penyelidikan mengenai
kelemahan dalam sistem pengendalian perusahaan, maka menurut kami dewan direksi
mempunyai hak untuk menyelidiki kelemahan dalam sistem pengendalian perusahaan
yang dalam pelaksanaanya dapat dibantu oleh dewan komisaris.
2. Menurut kelompok kami, pretexting dalam kasus ini dapat diterima karena tujuan
awal Dunn adalah menyelidiki kasus bocornya informasi jangka panjang HP ke
publik yang dalam praktiknya menggunakan penipuan yang berkedok sebagai dewan
HP. Kasus kebocoran informasi ini terkait dengan penyadapan dari tim investigasi
terhadap dewan dan beberapa wartawan terhadap telpon dewan dan 9 wartawan
termasuk reporter CNET, New York Times dan Wall Street Journal. Menindak lanjuti
dari artiket CNET, Patricia Dunn dibantu dengan pegawai yang menangani security

17
data dan penasihat mengotorisasi tim ahli security dan elektronic yang independen
untuk menyelidiki sumber kebocoran. Target dari penyelidikan adalah komunikasi
para manajer perusahaan yaitu telepon dan email bukan hanya account perusahaan
tetapi juga account pribadi. Namun, hal ini akan menyimpang jika seperti yang
dilakukan tim penyelidik yang tidak mendengarkan percakapan di telpon secara
langsung tetapi menyelidiki siapa yang ditelpon atau menelpon. Penyelidikan
menggunakan taktik yang beragam dari yang kontroversial sampai yang melanggar
hukum. Termasuk dalam taktik ini menggunakan penyelidik swasta yang berkedok
sebagai dewan HP dan kemudian menipu operator telpon untuk mendapatkan data
percakapan para direktur. Hal yang sama dilakukan terhadap 9 wartawan. Saran kami,
sebaiknya tindakan untuk melakukan perbaikan sistem internal seperti ini harus
dipikiran bersama dengan pejabat yang mengontrol sistem pengendalian perusahaan
karena rentan terhadap risiko jika salah mengambil keputusan tanpa persetujuan pihak
berwenang agar kasus penyadapan tidak terulang kembali
3. Menurut kelompok kami, pengunduran diri dewan direktur selalu diumumkan ke
publik dikarenakan publik sebagai pemakai laporan keuangan mempunyai hak untuk
dapat mengetahui struktur dalam suatu perusahaan. Struktur perusahaan ini perlu
diketahui oleh publik agar mereka mendapat kejelasan terkait pihak yang
bertanggungjawab pada masing-masing bidang di suatu perusahaan. Pergantian
direksi merupakan salah satu informasi penting pada pasar modal, hal ini dikarenakan
pengumuman pergantian direksi dampak memberikan sinyal positif atau negatif bagi
investor dalam melakukan keputusan berinvestasinya.

18
ARTICLE REVIEW

Title : The Role of Ethics in Corporate Governance


Published in : Jurnal Pengurusan, 35, (2012), 13-20
Author :Zaleha Othman, Rashidah Abdul Rahman, dan Faridahwati Mohd. Shamsudin

1. Area of Interest
Motivasi penelitian ini bertujuan untuk menetapkan dasar eksplorasi lebih lanjut dari
tata kelola perusahaan dari perspektif perilaku dengan memindahkan agenda penelitian
menuju lingkup yang lebih luas dalam pemeriksaan masalah tata kelola perusahaan.
2. Phenomenon
Peran etika menjadi konteks sistem tata kelola perusahaan yang dewasa ini beberapa
penelitian telah mengeksplorasi dengan melihat keadaan saat ini yang tata kelola perusahaan
umumnya bersifat legalistik dalam arti bahwa kode, pedoman, dan peraturan diberlakukan
untuk mengawasi tata kelola perusahaan khususnya Kode Etik Malaysia tentang Tata Kelola
Perusahaan (MCCG) yang berfokus pada memastikan perusahaan mematuhi aturan tata
kelola perusahaan, pedoman, dan regulasi. Pembaruan terbaru dari kode, seperti Sarbanes
Oxley Act (SOX) 2002 dan revisi MCCG 2007 menunjukkan adanya indikasi memaksakan
kepatuhan sebagai cara dan sarana untuk memperbaiki sistem pemerintahan, seperti halnya
SOX 2002 yang menetapkan langkah-langkah terkait larangan layanan non-audit oleh auditor
luar dan pelaksanaan kode etik direksi untuk memperkuat kekuatan komite audit. MCCG
2007 yang direvisi menetapkan aturan tentang kualifikasi dewan, peran komite, fungsi audit
internal (IAF), dan peran komite audit untuk meningkatkan praktik tata kelola perusahaan di
antara perusahaan publik di Malaysia. Dengan kata lain, perbaikan yang dibuat untuk aturan
dan peraturan tata kelola perusahaan menunjukkan hanya modifikasi struktural dari sistem.
Hal itu disebabkan karena pembangunan sistem tata kelola perusahaan terutama dibuat
dengan memfokuskan pada proses dan struktur hukum untuk memastikan kepatuhan, aspek
moral diperdebatkan oleh banyak orang untuk tidak hadir atau terbatas. Keterbatasan ini,
menurut Arjoon (2005) misalnya, tidak memadai untuk mendukung lingkup sekarang tata
kelola perusahaan untuk memotivasi perilaku perusahaan yang baik.
3. Theoritical Foundation
Beberapa tinjauan literatur untuk tata kelola perusahaan yang berdasarkan teori dan
penelitian-peneitian terdahulu, yaitu teori agensi yang menjadi teori utama dalam
menekankan manfaat finansial sebagai fokus utama tujuan perusahaan. Kemudian, teori-teori

19
pemerintahan, seperti teori stakeholder dan teori penatagunaan menyatakan bahwa tujuan
pemerintahan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, dan menjaga
kepentingan para pemangku kepentingan lainnya. Secara umum, teori-teori awal ini
memposisikan kontribusi akademik terhadap satu perspektif tata kelola, yaitu, generasi
kekayaan melalui maksimalisasi keuntungan. Akibatnya, kerangka kerja tata kelola
perusahaan dikembangkan dan dipahami sebagai sistem struktur dan proses untuk mencapai
keuntungan ekonomi, yaitu, keuntungan finansial.
Keinginan manajer untuk menarik perhatian investor terkait dengan keuntungan
finansial, maka perusahaan perlu melaporkan kepatuhan yang tinggi terhadap aturan dan
peraturan tata kelola. Bukti empiris berkenaan dengan tata kelola menunjukkan bahwa kode,
aturan dan peraturan digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi kepatuhan perusahaan
(Webb 2007; Valenti 2008). Adapun indikator khusus, seperti struktur dewan, audit, dewan
direksi, dualitas CEO, peran investor institusi, struktur kepemilikan dan peran komite audit
yang diidentifikasi sebagai langkah-langkah untuk mengevaluasi kepatuhan tata kelola
perusahaan. Sebagai contoh, Valenti (2008) menemukan efek yang signifikan dari SOX 2002
pada praktik tata kelola perusahaan, yang diukur dengan independensi dewan, komite audit,
dan keragaman gender.
Penelitian oleh Valenti juga mengungkapkan bahwa tata kelola perusahaan meningkat
setelah penerapan SOX 2002. Hal ini berarti bahwa kepatuhan terhadap SOX Act 2002
berdampak pada praktik tata kelola yang positif. Bauwhede (2009) meneliti efek kepatuhan
pada praktik tata kelola perusahaan dan kinerja operasi perusahaan-perusahaan Eropa, diukur
dengan return on assets (ROA). Penelitian ini dapat mendukung hipotesis bahwa kepatuhan
yang lebih besar mengarah pada kinerja operasi yang lebih besar dan sejalan dengan hasil
penelitian oleh Saad (2010) menunjukkan pandangan positif pada kepatuhan dan ekonomi,
yaitu, struktur pasar.
4. Data and Method
Sumber data primer diperoleh dengan menggunakan pertanyaan penelitian yang
diajukan dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk memahami
bagaimana etika ditafsirkan dalam konteks tata kelola perusahaan, pendekatan kualitatif
dianggap tepat. Pendekatan ini paling sesuai untuk mempelajari upaya untuk memberikan
eksplorasi mendalam tentang ide-ide yang berkaitan dengan etika dan tata kelola perusahaan.
Pemilihan ahli dan proses pengumpulan data dirancang secara tepat sesuai dengan
persyaratan permintaan kualitatif. Adapun untuk pengumpulan data, kredibilitas data
didukung oleh pemilihan responden secara menyeluruh, membandingkan tanggapan antara

20
sampel, penggunaan beberapa teknik wawancara dan dokumen, ketelitian dalam proses
analisis, penggunaan kutipan, kata-kata terkait ke teori yang muncul, anggota periksa dan
periksa rekan.
Pemilihan responden dilakukan dengan teknik wawancara pada posisi, peran dan
relevansi individu dalam sistem tata kelola perusahaan di Malaysia, sebagaimana dibenarkan
oleh hasil bola salju dan Liew (2007) menyarankan untuk kerangka sampel. Pemilihan ahli
didasarkan pada temuan Liew (2007), yang mengidentifikasi individu-individu terkemuka,
seperti politisi, anggota Institut Akuntan Malaysia, Institut Pemerintahan Korporasi Malaysia,
Institut Sekretaris Chartered Malaysia, pengacara perusahaan dan perusahaan penasihat
pemerintahan, sebagai ahli dalam tata kelola perusahaan di Malaysia. Teknik analisis yang
digunakan adalah snowballing yang dilakukan, penelitian ini mengkonfirmasi daftar ahli
yang disediakan oleh Liew (2007). Para ahli termasuk satu mantan pemimpin, 5 presiden
badan profesional dan lembaga terkait tata kelola perusahaan, Direktur Institut Etika Bisnis
Malaysia, Direktur Institut Integritas Malaysia, dua akademisi, satu konsultan tata kelola
perusahaan, Direktur Pengembangan Perusahaan dan Kebijakan Publik, Komisi Perusahaan
Malaysia, dan satu investor institusional.
5. Conclusions
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran etika dalam konteks tata
kelola perusahaan ditafsirkan dari tiga perspektif yaitu tata kelola perusahaan sebagai kode
etik, inklusivitas etika dalam pemerintahan, dan etika sebagai afiliasi tata kelola perusahaan.
Temuan seperti ini menunjukkan pandangan dunia tentang realitas sosial etika dalam konteks
Malaysia. Pada dasarnya, ketiga perspektif berkontribusi pada pemahaman etika dalam
mengatur sebuah perusahaan. Temuan ini memperkenalkan akademisi pada perspektif baru
isu-isu tata kelola perusahaan. Tiga perspektif yang muncul dari temuan berkontribusi pada
kebutuhan untuk merevisi dan mengevaluasi kembali struktur tata kelola perusahaan saat ini.
Mungkin lebih banyak struktur dan proses harus dimasukkan untuk mengintegrasikan etika
dalam model tata kelola perusahaan.
6. Futher Researches
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu bahwa temuan seperti ini menunjukkan
pandangan dunia tentang realitas sosial etika dalam konteks Malaysia. Pada dasarnya, ketiga
perspektif berkontribusi pada pemahaman etika dalam mengatur sebuah perusahaan. Temuan
ini memperkenalkan akademisi pada perspektif baru isu-isu tata kelola perusahaan. Tiga
perspektif yang muncul dari temuan berkontribusi pada kebutuhan untuk merevisi dan
mengevaluasi kembali struktur tata kelola perusahaan saat ini. Mungkin lebih banyak struktur

21
dan proses harus dimasukkan untuk mengintegrasikan etika dalam model tata kelola
perusahaan. Tiga perspektif yang muncul menunjukkan spektrum yang berbeda dalam
pemahaman tata kelola perusahaan. Paradigma baru tentang aspek tata kelola ini
memperkenalkan para peneliti pada aspek tata kelola yang baru. Penelitian selanjutnya dapat
dengan mempertimbangkan aspek sosial tata kelola perusahaan di mana ruang lingkup
penelitian tata kelola perusahaan diperluas untuk memasukkan aspek perilaku tata kelola,
bukan hanya aspek struktur.

22
ARTICLE REVIEW

Title : Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Penghindaran Pajak Terhadap


Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Published in : Jurnal Bisnis dan Manajemen, 6(1), 2016
Author : Juoro Larastomo, Halim Dedy Perdana, Hanung Triatmoko, Eko Arief

1. Area Of Interest
Penelitian ini berfokus pada bagaimana tax avoidance dan corporate governance
mempengaruhi earning management pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tata kelola perusahaan dan penghindaran pajak
terhadap manajemen laba. Tata kelola perusahaan dipisahkan menjadi empat variabel yaitu
ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial.

2. Phenomenon
Laba menjadi indikator penting dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Informasi laba menjadi perhatian utama yang digunakan untuk memperkirakan kinerja
perusahaan. Harian Rakyat Merdeka (2013) mengutip pernyataan Wakil Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Hasan Basri, yang menyatakan bahwa sering ditemukannya
kecurangan perhitungan akuntansi dalam laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Kecurangan tersebut dilakukan dengan cara melaporkan laba yang diterima lebih
besar dari laba yang sebenarnya. Tujuannya tentu saja untuk melambungkan laba perusahaan
supaya manajemen mendapatkan bonus besar.
3. Theoritical Foundation
Beberapa tinjauan literatur berdasarkan penelitian terdahulu, sebagai berikut:
1) Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola yang baik yaitu prinsip-prinsi yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan
etika. Penerapan prinsip tata kelola yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan
dan nilai ekonomi jangka panjang bagi para investor dan pemangku kepentingan.
Terdapat 5 prinsip tata kelola perusahaan yakni, transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran.
2) Penghindaran Pajak

23
Penghindaran pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak
sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara. penghindaran pajak
(tax avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan yang legal (misalnya meminimalkan
beban pajak tanpa melawan ketentuan perpajakan) dan penyelundupan pajak (tax
evasion/tax fraud) diartikan sebagai kegiatan yang ilegal (misalnya meminimalkan
beban pajak dengan memanipulasi pembukuan). Penghindaran pajak yang dilakukan
oleh wajib pajak, khususnya badan dalam bentuk tax avoidance, memang
dimungkinkan atau dalam hal ini tidak bertentangan dengan undang-undang atau
ketentuan hukum yang berlaku, karena dianggap praktek-praktek yang berhubungan
dengan tax avoidance lebih kepada pemanfaatan lubang-lubang atau celah-celah atau
bisa juga kekosongan-kekosongan dalam undang-undang perpajakan. Pemerintah
dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak tidak bisa berbuat apa-apa –melakukan
penuntutan secara hukum, meskipun praktek tax avoidance ini akan mempengaruhi
penerimaan negara dari sektor pajak. Praktek tax avoidance ini sebenarnya suatu
dilema bagi pemerintah, karena wajib pajak melakukan pengurangan jumlah pajak
yang harus dibayar, tetapi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
3) Manajemen Laba
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba
sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)
Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi
pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Hal tersebut
membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja
perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal.
4. Data and Method
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010 hingga 2014. Metode penetapan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang terbatas pada
jenis tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan kriteria-kriteria yang
ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2013). Kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam
pemilihan sampel pada penelitian ini adalah pertama, perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan 2014; Kedua, ketersediaan data;
Ketiga, tidak mengalami kerugian; Keempat, tidak menggunakan mata uang asing pada

24
laporan keuangannya.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda

5. Findings
Hasil dari penelitian ini yaitu secara simultan dewan komisaris, komisaris
independen, komite audit, kepemilikan manajerial, dan tax avoidance berpengaruh terhadap
earning management. Secara parsial, dewan komisaris dan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap earning management. Sebaliknya, variabel kepemilikan
manajerial dan tax avoidance berpengaruh positif terhadap earning management. Namun,
komite audit tidak berpengaruh terhadap earning management.
6. Conclusions
Pada penelitian telah menemukan beberapa bukti empiris terkait dengan hipotesis
yang dirumuskan. Adapun kesimpulan dari pengujian yang dilakukan, sebagai berikut.
1) Secara simultan dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, kepemilikan
manajerial, dan tax avoidance berpengaruh terhadap earning management.
2) Secara parsial, dewan komisaris dan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap earning management.
3) Secara parsial variabel kepemilikan manajerial dan tax avoidance berpengaruh positif
terhadap earning management.
4) Secara parsial komite audit tidak berpengaruh terhadap earning managemen.t
7. Further Researches
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan Book Tax Difference sebagai
proksi penghindaran pajak karena dapat lebih detail dalam mengukur penghindaran pajak
dan tidak mempermasalahkan terjadinya kerugian pada perusahaan. Selain itu,
pengelompokkan perusahaan dengan persentase kepemilikan manajerial rendah dan tinggi
juga perlu dilakukan. Selanjutnya, disarankan untuk membandingkan perusahaan yang
terdapat kepemilikan manajerial dan perusahaan yang tidak terdapat kepemilikan manajerial
di dalamnya.

25

Anda mungkin juga menyukai