Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN

PENGGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi atau perusahaan secara

berkesinambungan harus memastikan apakah mereka telah beroperasi di di dalam

norma–norma yang dijunjung masyarakat dan memastikan bahwa aktivitas mereka

bisa diterima pihak luar (dilegitimasi). Postulat dari teori legitimasi adalah

organisasi bukan hanya harus terlihat memperhatikan hak-hak investor namun

secara umum juga harus memperhatikan hak-hak publik. Ghozali dan Chariri

(2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimasi adalah “kontrak

sosial” antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan

menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan Sethi (1974) dalam Ghozali dan

Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial bahwa

“Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat

melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup

dan pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan

kepada masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada

kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.”

Jadi pada dasarnya setiap perusahaan memiliki kontrak implisit dengan

masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai–nilai yang dijunjung

12
13

didalam masyarakat. Biaya yang tinggi akan muncul disebabkan masyarakat

menolak melegitimasi keberadaan perusahaan di tengah-tengah mereka. Oleh

karena itu, perusahaan berusaha mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan

cara melaksanakan program-program yang sesuai dengan harapan masyarakat.

Teori legitimasi penting bagi organisasi karena teori legitimasi didasari oleh

batasan-batasan, norma-norma, nilai-nilai dan peraturan sosial yang membatasi

perusahaan agar memperhatikan kepentingan sosial dan dampak dari reaksi sosial

yang dapat ditimbulkan. Dengan melakukan pengungkapan sosial (kinerja

lingkungan), perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.

2.1.2 Teori Stakeholder

Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau

masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki

hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun

masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki kekuasaan,

legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan, Budimanta et al (2008). Konsep

yang mendasari mengenai siapa saja yang termasuk dalam stakeholder perusahaan

sekarang ini telah berkembang mengikuti perubahan lingkungan bisnis dan

kompleksnya aktivitas bisnis perusahaan.

Teori stakeholder menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak

memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan mereka. Para stakeholder dapat memilih untuk tidak

menggunakan informasi tersebut dan bahkan tidak dapat memainkan peran secara
14

langsung dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan stakeholder dianggap dapat

mempengaruhi tapi juga dapat dipengaruhi perusahaan. Dengan demikian,

keberadaaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan

oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Teori stakeholder merupakan teori

yang menggambarkan kepada pihak mana saja bahwa perusahaan harus

mempertanggungjawabkan seluruh dampak yang dihasilkan dalam kegiatan

operasionalnya. Dalam pendekatan stakeholder, menyatakan agar manajer mampu

merumuskan dan mengimplementasikan operasional perusahaan sehingga dapat

memuaskan semua pihak yang berkepentingan dalam proses bisnis perusahaan.

Perusahaan menganggap bahwa peran para stakeholder sangat berpengaruh

bagi perusahaan sehingga dapat mempengaruhi dan menjadi pertimbangan dalam

mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan mereka. Stakeholder

menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan karena mereka memegang posisi

yang kuat dalam perusahaan. Stakeholder pada dasarnya dapat mempengaruhi

pemakaian berbagai sumber ekonomi yang digunakan dalam aktivitas perusahaan.

Oleh karena itu, teori stakeholder umumnya berkaitan dengan cara-cara yang

digunakan perusahaan untuk mengendalikan pengaruh stakeholder tersebut.

2.1.3 Teori Agensi

Teori agensi muncul untuk mengatasi konflik agensi yang dapat terjadi

dalam hubungan keagenan. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dan

pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik

keagenan antara principal dan agen. Yang dimaksud principal adalah pemegang
15

saham atau investor sedangkan agen adalah orang yang diberi kuasa oleh principal

yaitu manajemen yang mengelola perusahaan. Teori agensi adalah teori yang

menjelaskan tentang hubungan antara principal dan agen.

Teori agensi menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul ketika salah

satu pihak (principal) memberi kuasa kepada pihak lain (agen) untuk melakukan

beberapa jasa untuk kepentingannya yang melibatkan pendelegasian beberapa

otoritas pembuatan keputusan kepada agen. Dalam kontrak ini agen berkewajiban

untuk melakukan hal-hal yang memberikan manfaat dan meningkatkan

kesejahteraan principal. Prinsipal akan mendelegasikan wewenangnya terhadap

agen untuk menggambil keputusan penting dalam kinerja perusahaan termasuk

kinerja lingkungan. Berdasarkan teori agensi tersebut, manajer berusaha memenuhi

kepentingan stakeholder dengan cara mengungkapkan kinerja lingkungan. Para

stakeholder akan puas bila perusahaan yang mereka investasikan di dalamnya

mengungkapkan kinerja lingkungan yang akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat.

2.1.4 Firm Characteristic (Karakteristik Perusahaan)

Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam

suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi, profile, leverage,

profitabilitas, size dan growth, Sari dan Ulupui (2014). Benardi et,al. (2009)

mengatakan bahwa karakteristik suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa

faktor, misalnya bidang usaha, pasar, dan sumber daya. Oleh karena itu dalam

konteks laporan keuangan Benardi et,al. (2009) mengklasifikasikan karakteristik


16

perusahaan menjadi tiga kategori, yaitu struktur perusahaan, kinerja perusahaan dan

pasar perusahaan.

Dalam penelitian ini Karakteristik Perusahaan (Firm Characteristic) di

proksikan dengan Profitabilitas dan Leverage.

1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas

dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada

pemegang saham, hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan

pertanggungjwaban sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat

laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan

hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan tersebut.

Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap

pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.

2. Leverage

Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang

lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya

keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Oleh karena

itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk

melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio

leverage yang rendah. Semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan

akan mengalami pelanggaran kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk
17

melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan.

Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan

perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode

akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya

berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat leverage

tertentu (rasio utang atau ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas

pemegang saham. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus

mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi

sosial).

2.1.5 Audit Committee (Komite Audit)

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai

Komite Audit adalah : “Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota

dewan komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian,

pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite

Audit.” Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 dikatakan

bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam

rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Definisi lainnya mengatakan

bahwa komite audit merupakan organ pendukung dewan komisaris yang bekerja

secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dalam melaksanakan

tugasnya. Pembentukan komite audit harus dilengkapi dengan Piagam Komite

Audit yang ditandatangani oleh komisaris utama dan direktur utama perseroan.
18

Ketua maupun anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Dewan

Komisaris.

Tugas Dan Fungsi Komite Audit Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite

audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu

melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit memiliki tugas terpisah dalam

membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam

memberikan pengawasan secara menyeluruh (FCGI, 2002). Menurut Kepmen

BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002, komite audit bertugas membantu

komisaris/dewan pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian

intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor.

Sedangkan menurut Peraturan Bapepam LK No. IX.1.5, komite audit bertanggung

jawab melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang dikeluarkan

perusahaan, melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan atas peraturan

perundang-undangan di pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya,

serta Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor eksternal.

Selain itu, pada peraturan nomor delapan poin (b), dikatakan bahwa komite audit

harus membuat laporan komite audit tentang kegiatan komite audit dalam satu

tahun serta hasil notulensi rapat. Menurut peraturan Bapepam LK Nomor: Kep-

643/BL/2012 komite audit harus mengadakan rapat minimal satu kali dalam tiga

bulan, atau empat kali dalam satu tahun.

Pada umumnya tanggung jawab komite audit meliputi tiga bidang, yaitu :
19

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting), adalah untuk memastikan bahwa

laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran

yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usahanya, serta rencana

dan komitmen jangka panjang.

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), adalah untuk

memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan

peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika,

melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan

dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control). Tanggung jawab Komite

Audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman

tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan

sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang

dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi

pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem

pengawasan intern.

Jumlah komite audit minimal seorang komisaris independen dan di luar

perusahaan minimal ada dua orang anggota yang bertanggung jawab pada dewan

komisaris. Komite audit bertanggung jawab menentukan organisasi untuk

menjalankan aturan undang-undang sesuai dengan aturan yang berlaku,

melaksanakan etika usaha, dan melakukan pengawasan untuk meminimalisir

konflik kepentingan serta tindakan kecurangan karyawan perusahaan, FCGI (2002).


20

Komite audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme

pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan dalam bentuk tanggung

jawab sosial perusahaan dan kinerja lingkungan.

2.1.6 Environmental Performance (Kinerja Lingkungan)

Kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen

lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya, serta

pengkajian kinerja lingkungan yang didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran

lingkungan dan target lingkungan (ISO 14004, dari ISO 14001). Menurut Ikhsan

(2008), kinerja lingkungan adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan

yang terkait langsung dengan lingkungan alam sekitarnya.

Kinerja lingkungan (environmental performance) dibuat dalam bentuk

peringkat oleh suatu lembaga yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Kinerja

lingkungan adalah cara organisasi dalam melakukan kegiatan perusahaan yang

berhubungan langsung dengan lingkungan, sehingga akan memberikan dampak

yang signifikan bagi perusahaan. Perusahaan akan mendapatkan nilai positif,

apabila perusahaan tersebut menerapkan kinerja lingkungan dengan baik. Karena

aktivitas yang dilakukan perusahaan bukan hanya mencari keuntungan bagi

perusahaan, namun juga untuk keuntungan bersama.

Dalam penelitian ini Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) di

proksikan dengan PROPER.

PROPER
21

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, PROPER ialah Pogram Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. PROPER telah

diluncurkan sejak tahun 2002 sebagai pengembangan dari PROPER PROKASIH.

Sejak dikembangkan, PROPER telah diadopsi menjadi instrumen penaatan

lingkungan di berbagai negara seperti China, India, Filipina, dan Ghana, serta

menjadi bahan pengkajian di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Tujuan Kementerian Lingkungan Hidup dalam menerapkan instrumen PROPER

adalah untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan

lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam

pengelolaan lingkungan. Guna mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Peningkatan kinerja penaatan dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif

reputasi yang timbul akibat pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada

publik. Para pemegang kepentingan (stakeholders) perusahaan yang terkait akan

memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan memberikan

tekanan atau dorongan kepada perusahaan yang belum berperingkat baik agar dapat

memperbaiki kinerja lingkungannya.

Pelaksanaan PROPER diharapkan dapat memperkuat berbagai instrument

pengelolaan lingkungan yang ada, seperti penegakan hukum lingkungan, dan

instrumen ekonomi. Di samping itu penerapan PROPER dapat menjawab

kebutuhan akses informasi, transparansi dan partisipasi publik dalam pengelolaan

lingkungan. Pelaksanaan PROPER saat ini dilakukan berdasarkan Keputusan


22

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 tahun 2010 tentang Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kriteria penilaian PROPER

Penilaian kinerja penaatan perusahaan dalam PROPER dilakukan

berdasarkan atas kinerja perusahaan dalam memenuhi berbagai persyaratan

ditetapkan dalam peraturan perundang‐undangan yang berlaku dan kinerja

perusahaan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang terkait dengan kegiatan

pengelolaan lingkungan yang belum menjadi persyaratan penaatan (beyond

compliance). Pada saat ini, penilaian kinerja penaatan difokuskan kepada penilaian

penaatan perusahaan dalam aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian

pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3 serta berbagai kewajiban lainnya

yang terkait dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Mengingat hasil penilaian peringkat PROPER ini akan dipublikasikan

secara terbuka kepada publik dan stakeholder lainnya, maka kinerja penaatan

perusahaan dikelompokkan ke dalam peringkat warna. Melalui pemeringkatan

warna ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah memahami kinerja penaatan

masing‐masing perusahaan. Sejauh ini dapat dikatakan bahwa PROPER merupakan

sistem pemeringkatan yang pertama kali menggunakan peringkat warna.

Pelaksanaan PROPER telah sesuai dengan Undang-Undang 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga dalam

peringkat kinerja penaatan dikelompokkan dalam 5 (lima) peringkat warna.


23

Masing‐masing peringkat warna mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja

penaatan terbaik adalah peringkat emas, dan hijau, selanjutnya biru, merah dan

kinerja penaatan terburuk adalah peringkat hitam.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun

2010 Tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup, kriteria yang digunakan dalam pemeringkatan tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1
Kriteria Peringkat PROPER

Peringkat Warna Definisi

Emas Untuk usaha atau kegiatan yanng telah secara konsisten


menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency)
dalam proses produksi atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika
dan bertanggung jawab terhadap masyarakat

Hijau Untuk usaha atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan


lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam epraturan (beyond
compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan, lingkungan,
pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4 R (Reduce,
Reuse, Recycle dan recovery), dan melakukan upaya tanggungjawab
sosial (CSR/Comdev) dengan baik.
24

Biru Untuk usaha atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan
lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Merah Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan


persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi Administrasi.

Hitam Untuk usaha atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau
melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran atau
kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi
administrasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa peneliti terdahulu yang melakukan penelitian tentang Firm

Charactersitc, Audit Committee terhadap Environmental Performance diantaranya:

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Judul & Peneliti Variabel Pengukuran Hasil Penelitian

(1) Judul : Variabel Environmental Berpangurh Positif :


“Firm Dependen : Performance diukur Profile of Industry,
Characteristics, Environmental dengan Skor Independent Committee
Audit Committee, Performance PROPER. Audit dan Audit Committee
and Meetings.
Environmental
25

Performance:
Insights from Variabel Firm Size diukur Tidak Berpengaruh : Firm
Indonesian Independen : dengan total asset, Characteristics
Companies”. Firm Size, Profile of Industry (Karakteristik perusahaan)
Profile of diukur dengan
Nama Peneliti : Industry, variabel dummy
Chariri, et al Independent terdiri dari kategori
(2017). Committee high-profile dan low-
audit, and Audit profile, Independent
Committee Committee audit
Meetings. diukur dengan jumlah
anggota komite audit
independen, dan Audit
Committee Meetings
diukur dengan jumlah
rapat komite Audit.

(2) Judul : Variabel Environmental Operational Efficiency,


“Environmental Dependen : Performance diukur Company Profitability,
Performance Environmental dalam ton CO2 . Financial Viability,
Versus Performance Company Liquidity
Economic- Operational Efficiency menunjukkan hubungan
financial Variabel diukur dengan ROI. positif dengan
Performance: Independen : Company Profitability Environmental
Evidence from Operational diukur dengan ROA. Performance.
Italian Firms.” Efficiency, Financial Viability
Company diukur dengan D/E
Nama Peneliti : Profitability, ratio.
Di Pillo, et al Financial Company Liquidity
(2017) Viability, diukur dengan current
Company ratio (CR).
Liquidity.

(3) Judul : Variabel Environmental Characteristics of Firms


“Environmental Dependen : Performance diukur dengan proksi
performance Environmental dengan instrumen environmental strategy,
indicators: An Performance yang dikembangkan International Organization
empirical study berdasarkan pada for Standardization (ISO)
of Canadian Variabel standar ISO 14031. 14001 compliance, Size,
Independen :
26

manufacturing Environmental dan Ownership


firms.” strategy, Environmental berpengaruh positif
International strategy diukur terhadap Environmental
Nama Peneliti : Organization for dengan 14 item performance.
Henri, J. F., & Standardization implementasi
Journeault, M. (ISO) 14001 perusahaan.
(2008). compliance,
Size diukur dengan log
Size, dan
jumlah karyawan.
Ownership.
Ownership diukur
dengan Jumlah
kepemilikan publik
dan private

(4) Judul : Variabel Environmental Berhugungan secara


“Impact of Dependen : Performance diukur positif :
Firms’ Environmental dengan (Energy
Profitability on Performance Intensity Ratio) Power ROA, ROE,ROS.
Environmental and Fuel Expenses.
Tidak berhubungan :
Performance:
Evidence from Variabel Variabel profitabilitas
ROCE.
Companies in Independen : diukur dengan ROA,
India.” Return on Assets ROE, ROCE dan
(ROA), Return ROS.
Nama Peneliti : on Equity
Vinayagamoorthi, (ROE), Return
et.al (2015). on Capital
Employed
(ROCE), Return
on Sales (ROS)

(5) Judul : Variabel Environmental Berpengaruh signifikan :


“The Influence Dependen : Performance (Kinerja Proporsi komisaris
Analysis of Environmental Lingkungan) diukur independen dan
Corporate Performance dari peringkat Profitabilitas.
Governance on PROPER.
Environmental Variabel Tidak berpengaruh :
Performance (An Independen : Ukuran dewan Ukuran dewan komisaris,
Empirical Study ukuran dewan komisaris diukur jumlah rapat dewan
27

of Listed komisaris, dengan jumlah total komisaris, ukuran komite


Companies on proporsi dewan komisaris. audit, size dan leverage.
The Indonesian komisaris
Stock Exchange independen, Proporsi komisaris
and Rated Proper jumlah rapat independen diukur
2011-2013).” dewan komisaris dengan persentase (%)
dan ukuran antara jumlah anggota
Nama Peneliti : komite audit. komisaris independen
Suharyati & dibandingkan dengan
Rahmawati Variabel total anggota dewan
(2015). Kontrol : komisaris.
profitabilitas,
size dan Jumlah rapat dewan
leverage. komisaris diukur
dengan berdasarkan
total rapat yang
dilaksanakan secara
intern antar dewan
komisaris perusahaan
pada tiap tahunnya.

Ukuran komite audit


diukur dengan jumlah
anggota komite audit
yang dimiliki
perusahaan

Size diukur dengan log


total aset.

Profitabilitas diukur
dengan ROA.

Leverage diukur
dengan DAR.

(6) Judul : Variabel Corporate Social Profitabilitas tidak


“Company Dependen : Responsibility berpengaruh pada CSR,
characteristics Corporate Disclosure diukur sedangkan kinerja
and CSR Social dengan CSRD index.
28

disclosure toward Responsibility lingkungan berpengaruh


environmental Disclosure Profitabilitas diukur pada CSR
performance”. dengan ROA & ETR.
Variabel
Nama Peneliti : Independen : Kinerja Lingkungan
Profitability & dengan skor
A Ramadhan et al Environmental PROPER.
(2019) Performance

(7) Judul : Variabel Environmental Leverage tidak


“The Influence Intervening : Performance (Kinerja mempengaruhi kinerja
of Company Environmental Lingkungan) diukur lingkungan dan Jumlah
Characteristics Performance dari peringkat rapat komite audit tidak
and Corporate PROPER. mempengaruhi kinerja
Governance Variabel lingkungan perusahaan.
Toward Mediasi : Environmental
Environmental Environmental Disclosures diukur
Disclosures and Disclosures dengan penilaian
The Effects on pengungkapan
Variabel lingkungan
Environmental
Independen : menggunakan Global
Performance”.
Company Reporting Inisiatif
Nama Peneliti : Characteristics (GRI) standar
Supianto & and Corporate
Pratiwi (2017). Governance Company
Characteristics diukur
dengan Size dan
Leverage. Corporate
Governance diukur
dengan Independent
commissioner
proportion dan
Number of audit
committee meeting.

(8) Judul : “The Variabel Environmental Berpengaruh signifikan :


Relationship Dependen : Performance diukur profitabilitas
Between Environemental dengan PROPER
Environmental Performance
Performance and
29

Financial
Performance of Variabel Financial
Indonesian Indepeden : Performance diukur
Companies” Financial dengan Profitabilitas
Performance yaitu ROA (Return on
Nama Peneliti : Asset)
Sarumpaet, Susi
(2005)

(9) Judul : “The Variabel Environmental Hubungan positif


Relations Among Dependen : Performance diukur Environmental Disclosure,
Environmental Environmental dengan Environmental Economic Performance
Disclosure, Performance Concern, Public
Environmental Visibility
Performance, Variabel
and Economic Independen : Economic
Performance: A Environmental Performance diukur
Simultaneous Disclosure, dengan Unexpected
Equations Economic Earning, Growth
Approach.” Performance Opportunities, Profit
Margin
Nama Peneliti :
Al-Tuwaijri, et al. Environmental
(2003). Disclosure diukur
dengan Firm
Size,Predisclosure
Environment

(10) Judul : “The Variabel Firm performance Environmental


impact of Dependen : diukur dengan Tobin’s Performance secara
environmental Firm q, return on assets & berpengaruh signifikan
performance on performance return on sales. terhadap Firm
firm performance.
performance: Variabel Environmental
Static and Indepeden : Performance diukur
dynamic panel Environmental dengan Corporate
data evidence.” Performance environmental
performance score.
30

Nama Peneliti :
Elsayed & Paton
(2005).
Variabel Berpengaruh Signifikan :
(11). Judul : “The Dependen : Environmental Proporsi Komisaris
Influence Environmental Performance diukur Independen &
Analysis of Performance dengan peringkat Profitabilitas
Corporate PROPER.
Governance on Variabel Tidak berpengaruh :
Environmental Ukuran dewan Ukuran Dewan Komisaris,
Independen :
Performance (An komisaris diukur Jumlah Rapat Dewan
Ukuran Dewan
Empirical Study berdasarkan jumlah Komisaris, Ukuran Komite
Komisaris,
of Listed total dewan komisaris. Audit, Size & Leverage
Proporsi
Companies on Proporsi komisaris
Komisaris
The Indonesian independen diukur
Independen,
Stock Exchange berdasarkan
Jumlah Rapat
and Rated Proper persentase (%) antara
Dewan
2011-2013).” jumlah anggota
Komisaris dan
komisaris independen
Ukuran Komite
Nama Peneliti : dibandingkan dengan
Audit.
Tri, Lestari total anggota dewan
Suharyati dan komisaris. Jumlah
Variabel
Isna, Putri rapat dewan komisaris
Kontrol : Size,
Rahmawati diukur berdasarkan
Profitabilitas
(2015). total rapat yang
dan Leverage.
dilaksanakan secara
intern antar dewan
komisaris perusahaan
pada tiap tahunnya.
Ukuran komite audit
diukur dengan jumlah
anggota komite audit
yang dimiliki
perusahaan. Size
diukur dengan Log
Total Asset,
Profitabilitas dengan
31

ROA, Leverage
dengan DAR.

(12) Judul : Variabel Kinerja Lingkungan Berpengaruh positif :


“Pengaruh Dependen : diukur dari peringkat Size
Karakteristik Kinerja PROPER.
Perusahaan Lingkungan Tidak berpengaruh :
terhadap Kinerja Profile yang diukur Profile, Leverage,
Lingkungan Variabel dengan variabel Profitabilitas dan Growth.
Berbasis Independen : dummy terdiri dari
PROPER Pada profile size kategori high-profile
Perusahaan leverage dan low-profile.
Manufaktur yang profitabilitas Size yang diukur
terdaftar di growth dengan log natural
BEI.” total aset. Leverage
yang diukur dengan
Nama Peneliti : Debt to Equity Ratio
Sari & Ulupui (DER). Profitabilitas
(2014). yang diukur dengan
Return on Equity
(ROE). Growth diukur
melalui penjualan
perusahaan tahun
2009-2011.

(13) Judul : Variabel


“Pengaruh Dependen : Kinerja Lingkungan Profitabilitas, Leverage
Profitabilitas, Kinerja diukur dengan dan Likuiditas
Leverage dan Lingkungan. PROPER berpengaruh secara tidak
Likuiditas Variabel signifikan terhadap
Profitabilitas diukur Kinerja Lingkungan.
terhadap Independen :
dengan ROA,
Kinerja Profitabilitas,
Leverage diukur
Lingkungan Leverage dan
dengan Rasio Utang
(Studi pada Likuiditas
dan Likuiditas diukur
Badan Usaha
dengan Rasio Lancar.
Milik Negara
(BUMN) Sektor
Manufaktur
32

Periode 2009-
2013).”

Nama Peneliti :
Widarsono &
Cantika 2015).
(14) Judul : Variabel Kinerja Lingkungan Berpengaruh terhadap
“Pengaruh Dependen : diukur dari peringkat Kinerja Lingkungan :
Corporate Kinerja PROPER. Kepemilikan Institusional
Governance Lingkungan dan Nilai Perusahaan
terhadap Kinerja Nilai diukur dengan Tobin’s Tidak berpengaruh
Lingkungan dan Perusahaan. Q. terhadap Kinerja
Nilai Lingkungan :
Perusahaan.” Komisaris Independen,
Variabel Komisaris Independen Kepemilikan Manajerial
Nama Peneliti : Independen : diukur dengan jumlah dan Komite audit.
Parlupi, Irvania Komisaris anggota komisaris
Fatma (2018) Independen, independen. Tidak mempengaruhi Nilai
Kepemilikan Kepemilikan Perusahaan : Kepemilikan
Manajerial, Manajerial diukur Manajerial, Kepemilikan
Kepemilikan dengan jumlah saham Institusional dan Komite
Institusional dan yang dimiliki Audit.
Komite Audit. manajerial.
Kepemilikan Mempengaruhi Nilai
Institusional diukur Perusahaan :
dengan jumlah saham Komisaris Independen
yang dimiliki
institusional dan
Komite Audit diukur
dengan jumlah
anggota komite audit.
(15) Judul : Variabel Kinerja Lingkungan Berpengaruh Positif :
“Pengaruh Dependen : diukur dengan Proporsi Komisaris
Mekanisme Kinerja PROPER. Independen dan Jenis
Corporate Lingkungan Industri
Governance Dan Mekanisme corporate
Karakteristik Variabel governance diukur Berpengaruh Negatif :
Perusahaan Independen : dengan ukuran dewan Ukuran Dewan Komisaris
33

Terhadap komisaris, proporsi


Kinerja Mekanisme komisaris independen, Tidak Berpengaruh :
Lingkungan”. Corporate dan jumlah pertemuan
Governance & komite audit. Profitabilitas, Leverage
Nama Peneliti : Karakteristik Karakteristik dan Jumlah Pertemuan
Perusahaan perusahaan diukur Komite Audit
Yesika & Chariri dengan profitabilitas,
(2013) leverage dan jenis
industri

2.3 Rerangka Konseptual

Rerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Rerangka

konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar

tentang suatu topik yang akan dibahas. Pada penelitian ini membahas Firm

Characteristic yang diproksikan dengan Profitabilitas & Leverage dan Audit

Committee terhadap Environmental Performance. Berdasarkan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian pustaka. Maka peneliti menguraikan

rerangka konseptual sebagai berikut :

Profitabilitas
H1

Leverage H2 Environmental
Performance

Audit H3
Committee
34

Gambar 2.1

Skema Rerangka Konseptual

2.4 Pengembangan Hipotesis

Menurut Yusuf (2014:131), hipotesis adalah suatu pernyataan kira-kira atau

suatu dugaan sementara mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan Sax dalam Yusuf (2014:131), hipotesis

adalah pernyataan mengenai hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau

lebih. Adapun menurut Yusuf (2014:130), hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu

pernyataan yang belum merupakan suatu tesis, suatu kesimpulan sementara, suatu

pendapat yang belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Sehingga

peneliti dapat menyimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan atau

kesimpulan yang bersifat sementara mengenai hubungan antara dua atau lebih

variabel yang masih harus dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan rumusan masalah dan penelitian terdahulu, maka penelitian ini

menggunakan hipotesis asosiatif. Karena ingin mengetahui dan menganalisis

pengaruh Firm Characteristic dan Audit Committee terhadap Environmental

Performance. Adapun hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1. Pengaruh Firm Characteristic yang di proksikan dengan Profitabilitas

terhadap Environmental Performance.


35

Peneliti beragumen, dengan kinerja perusahaan yang baik yang dicerminkan

oleh tingkat profitabilitas, juga akan mempengaruhi tingkat kinerja lingkungan

perusahaan pula. Jadi semakin manejemen berusaha meningkatkan tingkat

profitabilitas perusahaan, ukuran dari kinerja lingkungan akan semakin

membaik/tinggi.

Berkaitan dengan teori agency, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi maka

manajemen akan meningkatkan pengelolaan lingkungannya karena perusahaan

dengan keuntungan yang tinggi akan menjadi sorotan publik, maka perusahaan

akan mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan kinerja lingkungan dan tanggung

jawab sosialnya. Profitabilitas merupakan satu dari banyak acuan bagi investor

untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan profitabilitas

yang tinggi sudah pasti menjadi perhatian para investor. Namun, saat ini investor

tidak hanya melirik peningkatan dan penurunan laba perusahaan. Investor juga

tertarik dengan perusahaan yang mengelola dan menata lingkungan dengan baik,

karena investor menganggap bahwa perusahaan yang dapat mengelola dan menata

lingkungan dengan baik memiliki citra positif di masyarakat. Oleh karena itu,

perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan memahami pentingnya

pengelolaan dan penataan lingkungan, sehingga perusahaan bersedia menambah

anggaran yang digunakan untuk meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sarumpaet, Susi

(2005), Suharyati & Rahmawati (2015), Vinayagamoorthi, et.al (2015), dan Di

Pillo, Francesca et.al , (2017) menemukan bahwa Profitabilitas mempunyai


36

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan kajian

diatas maka hipotesis penelitian adalah :

H1 = Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Environmental Performance.

2. Pengaruh Firm Characteristic yang di proksikan dengan Leverage

terhadap Environmental Performance.

Peneliti beragumen bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi

memiliki risiko keuangan yang tinggi. Agar dapat melaporkan keuntungan yang

besar maka manajemen harus mengurangi biaya-biaya aktivitas perusahaan. Hal ini

berarti, manajer perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi harus mengurangi

biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan laporan sosial dan lingkungan).

Bahkan, semakin tinggi tingkat leverage semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga akan berusaha untuk

melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Para stakeholder perusahaan, akan lebih

percaya dan memilih untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan-

perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat dan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa laba dari penjualan perusahaan akan dialokasikan untuk

menurunkan risiko keuangan sehingga kinerja lingkungan dikesampingkan.

Hal ini didukung oleh penelitian Supianto, C.L and Pratiwi, I.R. (2017)

menemukan bahwa Leverage berpengaruh negatif dan tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan kajian diatas, maka hipotesis

yang akan digunakan adalah :


37

H2 = Leverage berpengaruh negatif terhadap Environmental Performance.

3. Pengaruh Audit Committee terhadap Environmental Performance.

Peneliti beragumen bahwa komite audit untuk melakukan tugas pengawasan

pengelolaan perusahaan termasuk dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungannya, komite audit juga harus mewujudkan asas responsibilitas atau

tanggung jawab terhadap masyarakat dan kinerja lingkungan perusahaan.

Berkaitan dengan teori agency yang memberikan penjelasan bahwa dengan

adanya komite audit, diharapkan kualitas pengontrolan dan perolehan informasi

mengenai kegiatan sosial dan lingkungan perusahaan dapat meningkat dan menjadi

lebih baik. Dalam melaksanakan aktivitasnya, komite audit akan melakukan rapat

untuk melakukan koordinasi. Semakin banyak frekuensi rapat komite audit maka

koordinasi komite audit dalam melakukan pengawasan semakin baik, termasuk

dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan dalam

bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja lingkungan.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Chariri, et al (2017). menyatakan bahwa

komite audit secara positif mempengaruhi environmental performance (kinerja

lingkungan). Berdasarkan kajian diatas, maka hipotesis yang akan digunakan

adalah :

H3 = Audit Committee berpengaruh positif terhadap Environmental Performance.

Anda mungkin juga menyukai