Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Banyaknya kasus pencemaran lingkungan saat ini menjadi aspek yang sangat

penting dan perlu perhatian, khususnya pada perusahaan-perusahaan manufaktur

yang mengelolah sumber daya alam untuk memproduksi barang. Pencemaran

lingkungan terjadi karena kelalaian perusahaan yang tidak memantau dampak

aktivitas operasional lingkungan. Saat ini masih banyak perusahaan-perusahaan

yang dengan sengaja membuang limbah pabrik ke sungai dan tidak mempunyai izin

tentang pelaksanaan pengelolaan limbah sehingga menyebabkan pencemaran

lingkungan. Pencemaran lingkungan yang terjadi pada sekitar perusahaan

mempunyai dampak negatif dan dirasakan oleh masyarakat sekitar seiring dengan

perkembangan sektor industri sekarang ini. Berkembangnya dunia sektor industri

tidak bisa dipungkiri menimbulkan efek permasalahan terhadap lingkungan,

dimana perilaku industri seringkali mengabaikan dampak yang ditimbulkan bagi

lingkungan, seperti timbulnya polusi air, tanah, udara dan adanya kesenjangan

sosial pada lingkungan (Hidayat, 2016).

Di Indonesia sudah banyak berbagai kasus kerusakan lingkungan, seperti

fenomena kasus kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan yang

dilansir oleh (suara.com, 2019), sebanyak 47 perusahaan dari 114 industri

manufaktur di Jakarta mencemari lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup DKI

Jakarta menjelaskan mereka memiliki cerobong asap beroperasi di ibu kota. Dinas

1
2

Lingkungan Hidup DKI menerapkan sanksi terhadap industri yang melanggar

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 tahun 2013 tentang

pedoman penerapan sanksi administratif di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Sanksi berjenjang itu yakni mulai dari teguran tertulis, paksaan

pemerintah, pembekuan izin lingkungan dan atau izin perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. "Ada 47 (perusahaan) yang dapat teguran dan

berjenjang, ada paksaan pemerintah, teguran dan peringatan," kata Kepala Dinas

Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih ditemui saat melakukan inspeksi

mendadak di pabrik peleburan baja di Cakung, Jakarta Timur, Kamis (8/8/2019).

Selain itu, jenjang berikutnya yakni pencabutan izin lingkungan dan atau izin

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dari seluruh sanksi yang

dijatuhkan, belum ada perusahaan yang kena sanksi pencabutan izin. Dinas

Lingkungan Hidup DKI mendata ada sekitar 1.150 cerobong gas buang industri di

Jakarta. Kegiatan industri tersebut umumnya memiliki cerobong lebih dari satu

unit. Sementara itu, dalam kegiatan pengawasan, komponen yang diawasi adalah

pemenuhan ketentuan spesifikasi teknis cerobong dan baku mutu udara keluaran.

Selain itu, kewajiban melakukan pengukuran secara mandiri emisi setiap enam

bulan oleh industri bekerja sama dengan laboratorium lingkungan hidup

terakreditasi dan kewajiban melaporkannya kepada Dinas Lingkungan Hidup. Ia

mengungkapkan, pengawasan kepatuhan industri terhadap ketentuan lingkungan

hidup secara rutin dilakukan petugas pengawas lingkungan hidup. Masyarakat juga

dapat membuat aduan atas dugaan pencemaran lingkungan oleh industri.

Pengawasan pemerintah tidak hanya terhadap kepatuhan pemenuhan baku mutu


3

cerobong emisi gas buang. Tetapi juga aspek persyaratan teknis lingkungan hidup

lainnya. Aspek itu seperti tersedianya instalasi pengolahan air limbah domestik, tata

kelola limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) hingga kepatuhan melaporkan

kegiatan pengendalian lingkungan.

Dengan adanya fenomena tersebut, merupakan bukti rendahnya perhatian

perusahaan terhadap dampak lingkungan dari aktivitas industrinya. Berbagai

macam kasus kerusakan lingkungan tersebut, diperlukan kebijakan responsif dari

perusahaan agar dapat menekan terjadinya pencemaran lingkungan, dengan

mematuhi kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan oleh pemerintah atau

kementrian sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan tidak bertindak egois

dengan hanya mementingkan keuntungan perusahaan sendiri saja, tetapi juga harus

memperhatikan dampak sosial dan lingkungan masyarakat sekitar aktivitas

operasional perusahaan. Kepedulian pemerintah Indonesia akan indikator kinerja

lingkungan dilakukan dengan tindakan pengawasan pengelolaan lingkungan yang

bertujuan untuk meningkatkan ketaatan terhadap peraturan lingkungan hidup agar

tercapai keunggulan lingkungan. Aturan tentang pengelolaan lingkungan hidup

juga tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 5. Perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berdasarkan peraturan

tersebut seharusnya perusahaan memenuhi kewajibannya dengan melakukan

transparansi atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
4

Hal ini didukung pula oleh Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-

38/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996 yang menjelaskan bahwa perusahaan dapat

memberikan informasi mengenai keikutsertaan perusahaan dalam kegiatan

pelayanan masyarakat, program kemasyarakatan, amal atau acara sosial lainnya.

Demikian juga kepedulian pemerintah Indonesia akan indikator kinerja lingkungan

perusahaan dilakukan dengan mengadakan tindakan pengawasan pengelolaan

lingkungan yaitu Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) oleh Kementrian Lingkungan Hidup

sejak tahun 2002 yang berupa pemberian insentif atau disentif kepada penanggung

jawab usaha. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi

peserta PROPER banyak berasal dari perusahaan manufaktur, karena perusahaan

manufaktur lebih mudah terpengaruh oleh kondisi ekonomi dan memiliki tingkat

sensitifitas yang tinggi terhadap setiap kejadian baik internal maupun ekternal

perusahaan. Selain itu, perusahaan manufaktur juga sangat terkait dengan

lingkungan dan masyarakat. Umumnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI merupakan perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan besar tentu menjanjikan

laba yang lebih tinggi, oleh sebab itu banyak calon investor yang tertarik pada

perusahaan manufaktur. Serta merupakan perusahaan yang menghasilkan limbah

sisa proses industri yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat

sekitar industri.

Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik juga terbukti memiliki

kepedulian sosial yang lebih besar baik terhadap masyarakat maupun tenaga

kerjanya. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik tersebut tidak hanya
5

mengungkapkan mengenai kepedulian perusahan terhadap lingkungan tetapi juga

mengenai kualitas produk, keamanan produk, tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat sekitar, hingga kepedulian perusahaan terhadap keselamatan

dan kesejahteraan tenaga kerjanya. Penelitian Pfleiger et al. (2005) menunjukkan

bahwa usaha- usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan

sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan pemegang saham dan stakeholder

terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggung

jawab di mata masyarakat. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan

lingkungan yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta

meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

keuntungan finansial perusahaan. Melihat banyaknya investor yang peduli akan

kondisi lingkungan, maka suatu perusahaan harus meningkatkan kinerja

lingkungannya supaya menarik investor atau para stakeholder untuk menanamkan

sahamnya. Bukti bahwa perusahaan memikirkan kepentingan para stakeholder dan

masyarakat sekitar, maka perusahaan melakukan kinerja lingkungan yang tinggi.

Karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang

baik, akan meningkatkan simpati masyarakat dan investor.

Komite audit merupakan alat bagi banyak pihak dalam menghindari

kecurangan dan pelanggaran laporan keuangan dan juga merupakan pihak akhir

yang memonitor proses pelaporan keuangan perusahaan, termasuk dalam hal ini

memonitor kualitas pengungkapan CSR, Gantyowati dan Nugroho (2009). Dengan

demikian komite audit yang merupakan salah satu fungsi pengawasan dalam

perusahaan, dapat dikatakan mempunyai hubungan baik secara langsung maupun


6

tidak langsung dengan tingkat kualitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan.

Selain sebagai fungsi pengawas pelaporan keuangan perusahaan, komite audit yang

dipimpin dewan komisaris pun melakukan pengawasan terhadap pihak manajemen

perusahaan dalam menjalankan kinerjanya pada masing-masing fungsi. Dengan

kata lain, kinerja komite audit dalam mengawasi pihak manajemen, memiliki andil

besar dalam penilaian baik buruknya kinerja manajemen perusahaan yang dalam

penelitian ini dikhususkan pada kinerja lingkungan. Komite Audit memainkan

peran penting dalam memantau dan meninjau pelaksanaan kebijakan fiskal /

akuntansi dan bisnis, termasuk yang menyangkut kinerja lingkungan. Di

lingkungan Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) No. 55 / POJK.04 / 2015, komite audit harus bebas dari segala

jenis konflik kepentingan. Ini menyiratkan bahwa anggota komite audit harus

independen karena mereka bertanggung jawab dalam memantau kebijakan

manajemen risiko, termasuk risiko perusahaan yang disebabkan oleh dampak

negatif dari kegiatan perusahaan di lingkungan. Dengan demikian, komite audit

dapat dianggap sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja lingkungan

perusahaan. Memang, komite audit dapat membantu perusahaan membangun dan

mempertahankan legitimasi mereka di mata penyedia sumber daya eksternal

dengan meninjau dan memantau semua kebijakan perusahaan, termasuk yang

berkaitan dengan masalah lingkungan.

Kepedulian perusahaan terhadap isu lingkungan sangat berkaitan dengan

karakteristik perusahaan. Kinerja lingkungan juga dipengaruhi oleh karakteristik

perusahaan salah satunya menilai kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan besar


7

memiliki aktivitas lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil sehingga

menimbulkan pengaruh yang lebih besar pada masyarakat. Pengelolaan lingkungan

dapat menghindarkan perusahaan dari reputasi buruk serta klaim masyarakat dan

pemerintah sehingga dapat meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan

meningkatkan keuntungan ekonomi. Perusahaan menghasilkan profit memerlukan

modal yang terdiri dari modal sendiri, modal pemegang saham serta pinjaman dari

pihak lain. Ketergantungan perusahaan pada utang dalam membiayai kegiatan

operasionalnya akan mempengaruhi kinerja lingkungannya. Semakin tinggi rasio

utang perusahaan maka semakin rendah aktivitas perusahaan dalam mengelola dan

memperbaiki lingkungan akibat dampak operasinya karena laba dari penjualan

perusahaan akan dialokasikan untuk menurunkan risiko keuangan perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan diukur dengan tingkat penjualan karena jika perusahaan

mampu mencapai tingkat penjualan tertentu, perusahaan dapat meningkatkan

kinerja lingkungannya serta mendapatkan citra positif dari masyarakat. Kinerja

keuangan yang sukses saat ini akan meningkatkan kinerja lingkungan di masa

depan, Earnhart dan Lizal (2006). Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas

atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa

segi, profile, leverage, profitabilitas, size dan growth, Sari dan Ulupui (2014).

Dalam penelitian ini, karakterisitik perusahaan diukur dengan profitabilitas dan

leverage. Penulis memilih variabel profitabilitas dan leverage untuk diteliti karena

hasil penelitiannya masih beranekaragam.

Meningkatnya tekanan pada fenomena atau masalah lingkungan dari

pemegang saham, regulator pemerintah, konsumen, karyawan, dan publik telah


8

memotivasi perusahaan untuk lebih memperhatikan kinerja lingkungan. Perusahaan

dituntut untuk meningkatkan kinerja keuangan mereka terus menerus tanpa

mengabaikan dampak lingkungan. Dengan demikian, tidak heran jika para sarjana

akuntansi telah tertarik untuk menyelidiki penentu dan konsekuensi dari masalah

lingkungan dalam kegiatan bisnis.

Penelitian yang dilakukan oleh Chariri, et al (2017) mengatakan bahwa Firm

Characteristics tidak berpengaruh terhadap Environmental Performance,

sedangkan Independent Committee Audit dan Audit Committee Meetings

berpengaruh positif terhadap Environmental Performance, sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Henri, J. F., & Journeault, M. (2008) mengatakan bahwa

Firm Characteristics berpengaruh terhadap Environmental Performance, dan

penelitian yang dilakukan oleh Elsayed & Paton (2005) mengatakan bahwa

Environmental Performance secara berpengaruh signifikan terhadap Firm

performance. Penelitian yang dilakukan oleh Sarumpaet, Susi (2005), Suharyati &

Rahmawati (2015). Vinayagamoorthi, et.al (2015), Di Pillo, et al (2017) bahwa

Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Environmental Performance, namun

penelitian yang dilakukan Sari & Ulupui (2014) bahwa Profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap Environmental Performance. Penelitian yang dilakukan oleh

Supianto & Pratiwi (2017) dan Tri, Lestari Suharyati dan Isna, Putri Rahmawati

(2015), mengatakan Leverage tidak mempengaruhi Environmental Performance.

Menurut Widarsono & Cantika 2015) bahwa Profitabilitas dan Leverage

berpengaruh secara tidak signifikan terhadap Environmental Performance,

sedangkan menurut Yesika & Chariri (2013), Sari & Ulupui (2014), bahwa
9

Profitabilitas dan Leverage tidak berpengaruh terhadap Environmental

Performance. Penelitian yang dilakukan oleh Parlupi, Irvania Fatma (2018) bahwa

komite audit tidak berpengaruh terhadap Environmental Performance.

Memang benar bahwa studi sebelumnya telah memberikan kontribusi

pentingnya mempelajari masalah lingkungan, tetapi mereka mengabaikan faktor

penentu Kinerja Lingkungan, termasuk peran peraturan pemerintah.

Mempertimbangkan fenomena dan temuan yang tidak meyakinkan dari penelitian

sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor-faktor penentu

Kinerja Lingkungan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lebih spesifik lagi, penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki pengaruh

karakteristik perusahaan dan komite audit pada kinerja lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Firm Characteristic & Audit Committee Terhadap

Environmental Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di BEI periode 2017-2019)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada judul, latar belakang dan

batasan masalah diatas maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1) Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap environmental

performance ?

2) Seberapa besar pengaruh leverage terhadap environmental performance ?


10

3) Seberapa besar pengaruh audit committee terhadap environmental

performance ?

1.3 Tujuan dan Kontribusi Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul, latar belakang, dan perumusan masalah di atas maka

tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap

environmental performance.

2) Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh leverage terhadap

environmental performance.

3) Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Audit Committee terhadap

Environmental Performance.

1.3.2 Kontribusi Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

I. Kontribusi Praktik

1) Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi

perusahaan dalam pengambilan keputusan di bidang keuangan terutama dalam

rangka mencapai tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimalkan nilai

harga saham.

II. Kontribusi Akademik

1) Bagi Universitas
11

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi

penambahan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Manajemen Keuangan serta

menjadi bahan bacaan di perpustakaan Universitas dan dapat memberikan

referensi bagi mahasiswa lain.

2) Bagi Penelitian Berikut

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat dan

dapat dijadikan bahan acuan atau referensi untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya.

3) Bagi penulis

Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang diharapkan dapat

menambah wawasan pengetahuan, sehingga dapat lebih memahami aplikasi

dan teori-teori yang selama ini dipelajari dibandingkan dengan kondisi

sesungguhnya dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai