Anda di halaman 1dari 10

Siti Dea Rahmadani A_2110247760

Protection Of Stakeholders Interest, Corporate Social Responsibility, Stakeholder’s


Roles And Responsibility

1. Prinsip No.4 G20/OECD Prinsiples Of Corporate Governance

Prinsip OECD IV (keempat) membahas mengenai Peranan Stakeholders


dalam Corporate Governance (CG). Secara umum, prinsip ini menyatakan
bahwa: “Kerangka corporate governance harus mengakui hak stakeholders yang
dicakup oleh perundang- undangan atau perjanjian (mutual agreements) dan
mendukung secara aktif kerjasama antara perusahaan dan stakeholders dalam
menciptakan kesejahteraan, lapangan pekerjaan, dan pertumbuhan yang
bekesinambungan (sustainibilitas) dari kondisi keuangan perusahaan yang dapat
diandalkan”.

Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa para pemangku kepentingan


(stakeholder) seperti investor, karyawan, kreditur dan pemasok memiliki
sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sumberdaya yang dimiliki oleh
stakeholder tersebut harus dialokasikan secara efektif untuk meningkatkan
efisiensi dan kompetisi perusahaan dalam jangka panjang.

Berikut prinsip yang terkait dengan Peranan Stakeholders dalam Corporate


Governance (CG) terbagi atas 6 (enam) sub-prinsip antara lain:

a. Hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang dicakup dalam


perundang- undangan atau perjanjian (mutual agreements) harus
dihormati.
b. Jika kepentingan stakeholder dilindungi oleh undang-undang, maka
stakeholders seharusnya memiliki kesempatan untuk menuntut (redress)
secara efektif atas hak- hak yang dilanggar.
c. Mekanisme peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan harus
diperkenankan untuk berkembang.
d. Jika Pemangku Kepentingan (stakeholders) berpartisipasi dalam proses
CG, maka stakeholder harus memiliki akses atas informasi yang relevan,
memadai dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan berkala.
e. Stakeholders termasuk didalamnya individu karyawan dan serikat
karyawan, seharusnya dapat secara bebas mengkomunikasikan
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

kepedulian mereka terhadap praktik ilegal atau tidak etis kepada Dekom,
dan tindakan tersebut seharusnya tidak merpengaruhi hakhak mereka.
f. Kerangka CG harus dilengkapi dengan kerangka insolvency yang efisien
dan efektif serta penegakan hukum (enforcement) yang efektif atas hak-
hak kreditur.

Sub-prinsip ini berkaitan dengan hak-hak kreditur. Di negara-negara yang


termasuk emerging market seperti Indonesia, kreditur merupakan stakeholder
utama. Besarnya kredit yang diberikan oleh kreditur tersebut sangat
tergantung pada hak-hak kreditur dan bagaimana enforcement dari hak-hak
tersebut. Secara umum, perusahaan yang beroperasi di negara dengan rating
GCG yang baik akan memperoleh dana yang lebih besar dan jangka waktu
kredit yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang
beroperasi pada negara dengan rating GCG yang kurang baik.Selanjutnya,
salah satu hak kreditur adalah mendapatkan perlidungan khususnya pada
saat suatu perusahaan (debitur) mengalami kesulitan keuangan yang
berakibat kepada kemampuannya dalam memenuhi kewajiban keuangannya
(insolvensi).

2. Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang terkain dengan


Perlingdungan Pemangku Kepentingan

Kesejahteraan pemangku kepentingan (stakeholders) menjadi salah satu


faktor yang menentukan sustainability suatu perusahaan, sehingga menjadi fokus
dalam tata kelola perusahaan. Contohnya adalah melaksanakan program
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bukti kepedulian dan
tanggungjawab perusahaan, lebih dari sekedar mencari laba. Oleh karena itu,
peraturan yang melindungi kepentingan para stakeholders penting dimiliki oleh
suatu negara, termasuk Indonesia. Dalam makalah ini akan dijabarkan beberapa
peraturan yang ada di Indonesia terkait perlindungan kepentingan pemangku
kepentingan , antara lain:

1. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (UU No. 5 Tahun
1990)

2. Perlindungan Konsumen (UU No. 8 Tahun 1999)


Siti Dea Rahmadani A_2110247760

3. Perlindungan Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

4. Perlindungan kepada Penanam Modal (Investor)

5. Perlindungan terhadap Kompetitor

6. Perlindungan terhadap Kreditur (UU No. 42 Tahun 1999)

7. Perlindungan terhadap Whistleblowers

3. Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia


bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan
dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan
pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

Dengan demikian CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
untuk menigkatkan keuntungan perusahaan secara finansial melainkan pula
untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan, secara holistik, melembaga dan
berkelanjutan. Dengan CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan
perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan
masyarakat, investasi sosial perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik
menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital.
Dalam aktifitasnya setiap perusahaan akan beinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara
perusahaan dan lingkungan sosialnya yang berimplikasi pada timbulnya dampak-
dampak sosial atas kegiatan operasi perusahaan pada lingkungannya.
Sepanjang perusahaan menggunakan sumber daya manusia dan komunitas
yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit
dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat.

4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Hackston dan Milne, tangggung jawab sosial perusahaan sering


disebut juga sebagai corporate social responsibility atau social disclosure,
corporate social reporting, social reporting merupakan proses pengkomunikasian
dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara


keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini
perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan
kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat
dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas
dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham.

Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tesebut


dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan
informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan.
Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon
positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Apabila perusahaan
memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan
dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham.

5. Manfaat CSR
a. Manfaat bagi perusahaan

Adapun manfaat CSR bagi perusahaan yaitu : Mempertahankan dan


mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan, Mendapatkan lisensi
untuk beroperasi secara sosial, Mereduksi risiko bisnis perusahaan,
Melebarkan akses sumberdaya bagi perusahaan, Membuka peluang besar
yang lebih luas, Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan
limbah, Memperbaiki hubungan dengan stakeholders, Memperbaiki hubungan
dengan regulator, Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, dan
Peluang mendapatkan penghargaan.

b. Manfaat CSR bagi Masyarakat

Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan


dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban
sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa harus melakukan
regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah harus
berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR(Corporate
Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang
penanganan yang menjadi fokus, dengan masukan pihak yang kompeten.
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

Setelah itu, pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan memberi


penghargaan pada kalangan bisnis yang mau terlibat dalam upaya besar ini.
Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan
kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang lebih adil dan
menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap
yang lain. Intinya manfaat CSR bagi masyarakat yaitu dapat mengembangkan
diri dan usahanya sehingga sasaran untuk mencapai kesejahteraan dapat
tercapai. (Oktaviani, 2016: 2)

6. The Principle Of The Role Of Stakeholders and The Concept of Corporate


Responsibility

Seperti yang kita ketahui bahwa stakeholders itu adalah sekumpulan group
atau individu yang mampu memberikan dampak terhadap perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan yang baik. Dan tanggung jawab corporate dalam
sosial sangat lah bergantung pada kemajuan perusahaan tersebut. Program
CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana
biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre).

Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung


terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain
masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha
memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral
untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal,
karena seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk
bertanggung jawab sosial.

7. Shareholders

Kepemilikan perusahaan dan jenis pemilik perusahaan publik telah berubah


secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Pasar modal lebih likuid dari
sebelumnya, yang membuat kepemilikan saham lebih likuid. Baik investor
individu maupun institusi dapat mempengaruhi struktur tata kelola perusahaan.
Regulasi pasar modal dan pelaporan keuangan dimaksudkan untuk melindungi
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

hak dan kepentingan investor. Investor aktif, khususnya investor institusional,


dapat memainkan peran penting dalam efisiensi pasar modal. Pemantauan
keputusan manajerial oleh pemegang saham besar adalah mekanisme tata
kelola perusahaan yang efektif dan langsung yang dapat mengurangi biaya
agensi. Investor individu kecil tidak efektif dalam memonitor manajemen secara
langsung karena (1) biaya monitoring yang besar biasanya lebih besar daripada
bagian kecil dari manfaat (masalah free-rider), dan (2) keputusan akhir dari
investor kecil untuk menjual saham mereka tidak akan mungkin berdampak pada
harga saham perusahaan karena likuiditas dan efisiensi pasar modal. Namun,
bagi investor besar, yang memiliki sebagian besar saham perusahaan yang
beredar, masalah free-rider dikurangi, dan keputusan mereka untuk menjual
saham mereka dapat berdampak besar pada nilai saham perusahaan, yang
dapat memaksa manajemen untuk ubah saja. Namun demikian, pemantauan
oleh investor besar bukan tanpa biaya. Insentif dan minat investor besar mungkin
berbeda dari investor kecil, dan mereka mungkin menghadapi masalah
pengendara bebas yang sama dengan pemegang saham kecil.

8. Shareholders Inventors

Para pemegang saham perusahaan publik dengan kepemilikan yang tersebar


memiliki sedikit, jika ada, insentif atau peluang untuk memantau urusan bisnis
dan kegiatan manajerial perusahaan mereka. Sistem voting pluralitas yang
berlaku juga membuat sulit bagi pemegang saham untuk memantau perusahaan
mereka. Patung negara secara tradisional membatasi pemantauan pemegang
saham selain melalui pemilihan direktur dan pemungutan suara pada isu-isu
perusahaan besar (misalnya, merger dan akuisisi). Undang-undang federal telah
meningkatkan pemantauan pemegang saham melalui aturan proksi, yang
memungkinkan pemegang saham untuk memasukkan proposal mereka dalam
materi proksi perusahaan. Efektivitas fungsi pemantauan dan pengendalian oleh
investor ditentukan berdasarkan faktor interelasi dari (1) hak milik yang
ditetapkan oleh hukum atau perjanjian kontraktual yang mendefinisikan
hubungan antara investor perusahaan dan manajemennya, serta adanya
hubungan antara berbagai jenis investor; (2) sistem keuangan yang memfasilitasi
pasokan keuangan antara rumahtangga, perantara keuangan, dan perusahaan;
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

dan (3) jaringan kompetisi interoperat dan kerjasama yang membangun


hubungan antar perusahaan di pasar.

9. Institutional Investor

Investor institusional yang terdiri dari perusahaan asuransi, dana pensiun, trust
investasi, reksa dana, dan kelompok manajemen investasi sering kali memegang
saham perusahaan publik yang besar. Investasi institusional di Amerika Serikat
telah tumbuh secara signifikan dalam lima dekade terakhir dan akan terus
tumbuh karena lebih banyak karyawan yang berpartisipasi dalam dana pensiun.
Tabel 10.1 menyediakan jenis dan definisi dana investasi. Investor institusional
mungkin tidak sepenuhnya menjalankan fungsi pengawasan tata kelola
perusahaan dan kontrol pemantauan karena beberapa alasan. Pertama, manajer
dana pensiun biasanya bukan penerima manfaat akhir dari kekayaan yang
dihasilkan oleh perusahaan, dan mereka mungkin tidak memiliki insentif yang
kuat untuk terlibat dalam pemantauan urusan perusahaan. Kedua, pengelola
dana mungkin enggan untuk mengeluarkan biaya pemantauan, terutama ketika
investor lain akan mendapat manfaat dari pemantauan tersebut (masalah free-
rider). Akhirnya, investor institusional sering bukan investor jangka panjang dan
mungkin tidak termotivasi untukterlibat dalam pemantauan jangka panjang yang
mahal, sebaliknya memilih untuk melepas saham yang berkinerja buruk. Namun
demikian, kepemilikan ekuitas dari investor institusional menjadi lebih terindeks
dan beragam, mengurangi peluang untuk keluar yang mudah untuk divestasi
saham yang berkinerja buruk Pengindeksan dan diversifikasi ini dapat
mengakibatkan penyelarasan dana dengan kepentingan publik dan kinerja pasar
sebagai lawan keselarasan dengan perusahaan tertentu. . Dalam kapasitas ini,
investor institusional memainkan peran penting dalam meningkatkan
kepercayaan investor dan kepercayaan publik dalam tata kelola perusahaan
melalui kehadiran mereka dan partisipasi aktif dalam memantau struktur tata
kelola perusahaan publik.

10. Mutual Funds (Reksa Dana)

Menurut Biro Sensus AS, terdapat lebih dari 2.656 dana pensiun publik yang
memiliki lebih dari 20 persen ekuitas AS yang diperdagangkan secara publik dan,
dengan demikian, dianggap sebagai pemegang saham utama pasar modal AS.
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

Banyak dana pensiun publik, termasuk CalPERS dan SBA Florida telah
menerima perhatian besar di era pasca SOx untuk partisipasi mereka dalam tata
kelola perusahaan. Dana ini telah meningkatkan fungsi pemantauan investor
melalui proposal pemegang saham, dukungan regulasi untuk meningkatkan
demokrasi pemegang saham, dan partisipasi dalam aksi penipuan sekuritas.
Dana pensiun yang lebih kecil tidak diharapkan untuk terlibat aktif dalam tata
kelola perusahaan terutama karena biaya pemantauan yang besar.

11. Investor Activists

Fungsi pemantauan sebagian besar dipimpin oleh pemegang saham institusional


yang besar dan proaktif telah memainkan peran penting dalam meningkatkan
tata kelola perusahaan. Aktivis investor umumnya mengklaim bahwa reformasi
tata kelola perusahaan baru-baru ini tidak memadai, karena yang lain percaya
bahwa reformasi ini tidak adil bagi perusahaan-perusahaan publik (misalnya,
utilitas) yang sangat diatur dan telah sesuai dengan hukum, aturan, dan
peraturan yang berlaku. Skandal keuangan perusahaan-perusahaan high profile
menyebabkan para investor lebih aktif dalam memantau perusahaan-perusahaan
tempat mereka berinvestasi, dan mereka mulai mempertimbangkan keefektifan
tata kelola perusahaan dalam keputusan investasi mereka. Fokus investor yang
sangat dibutuhkan dan ditunggu-tunggu ini pada tata kelola perusahaan
menghasilkan permintaan dan minat dalam pengembangan metrik peringkat atau
sistem yang mengumpulkan, menganalisis, memberi peringkat, dan
membandingkan praktik tata kelola perusahaan publik. Organisasi nasional dan
internasional, termasuk ISS, The Corporate Library, Standard & Poor's, Moody's
Investment Service, Core Ratings, dan GMI memiliki semua variasi peringkat tata
kelola perusahaan yang dikembangkan dan dipublikasikan yang sering
digunakan oleh pemegang saham dalam menilai pengembalian saham mereka
dan oleh pemegang obligasi menentukan biaya pinjaman.

12. Employee Monitoring

Aspek teori agensi tata kelola perusahaan berfokus terutama pada hubungan
antara investor dan manajemen dengan pemegang saham dianggap sebagai
satu-satunya pembawa risiko residual.Di perusahaan modern, khususnya di era
kemajuan teknologi, sumber daya tenaga kerja menjadi bagian penting dari tata
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

kelola perusahaan sebagai sumber daya modal. Keseimbangan asosiasi


kekuasaan dan hak milik Antara (perlindungan investor), monitoring manajerial
(manajemen hak prerogatif), dan hak partisipasi karyawan (manajemen tenaga
kerja dan perlindungan karyawan) dapat memainkan peran penting dalam
efektivitas tata kelola perusahaan. Partisipasi karyawan dalam tata kelola
perusahaan dapat mempengaruhi kontrol dan otoritas manajerial, dan dapat
mempengaruhi kerja sama karyawan dalam pelaksanaan keputusan. Bentuk dan
tingkat partisipasi karyawan dalam tata kelola perusahaan adalah fungsi dari
tingkat investasi karyawan dalam saham perusahaan melalui rencana pensiun
dan jika keterampilan mereka spesifik perusahaan. Dalam situasi di mana
karyawan berinvestasi dalam keterampilan khusus untuk perusahaan mereka
dan dana pensiun dan pensiun mereka terkait dengan saham perusahaan,
insentif mereka untuk berpartisipasi dalam tata kelola perusahaan lebih besar.
Atau, Ketika keterampilan karyawan perusahaan-perusahaan di seluruh portabel
dan investasi mereka di perusahaan mereka tidak signifikan, Semoga Mereka
lebih memilih strategi keluar lebih suara dalam menanggapi ketidakpuasan dan
keluhan. Dengan demikian, kepentingan karyawan dalam tata kelola perusahaan
dibentuk oleh hubungan ekonomi, investasi, dan pekerjaan mereka dengan
perusahaan, serta partisipasi mereka dalam keputusan manajerial.

13. Employee Ownership

Karyawan adalah salah satu pemangku kepentingan penting dari mereka


yang produktivitas dan efisiennya memberikan kontribusi pada intinya
meningkatkan nilai perusahaan. Karyawan Biasanya dibayar gaji tetap atau upah
Terlepas dari kinerja perusahaan (kecuali ada ancaman kebangkrutan atau
kehilangan pekerjaan Salah satu cara untuk mendapatkan karyawan lebih terlibat
dalam tata kelola perusahaan adalah untuk menghubungkan gaji mereka untuk
kinerja perusahaan melalui rencana kepemilikan saham:. Seperti spesifikasi
operasi . Secara teoritis, menggabungkan modal kerja dan modal ekuitas oleh
akhirnya pindah ke perusahaan karyawan yang dimiliki Secara substansial dapat
mengurangi biaya agensi dengan memberdayakan karyawan dan Melindungi
Kedua tenaga kerja dan modal. Meskipun demikian, Sering karyawan (1) tidak
memiliki insentif untuk mempertahankan modal fisik yang dapat menyebabkan
inefisiensi dalam penggunaan Kedua modal manusia dan fisik (2) termotivasi
Siti Dea Rahmadani A_2110247760

untuk memaksimalkan pendapatan bersih per pekerja daripada untuk


memaksimalkan keuntungan, yang mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan
sumber daya dan tingkat produksi, dan (3) adalah risk averse, lebih menyukai
upah tetap, dan mungkin tidak dapat melakukan diversifikasi risiko dibandingkan
dengan investor yang lebih berisiko netral dan mampu diversifikasi Enron
bencana portofolio mereka Menunjukkan Bahwa karyawan termotivasi untuk
berinvestasi di perusahaan mereka, dan kapan insentif dan kesempatan
Mengingat, Mereka berinvestasi untuk kapasitas maksimum mereka tanpa
Diversifikasi portofolio investasi keuangan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

International Labour Organization. Undang Undang Ketenagakerjaan Indonesia.


Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004.
Li, N. and A. Toppinen. Corporate responsibility and sustainable competitive
advantage in forest-based industry: Complementary or conflicting goals?.
Forest Policy and Economics 13 (2011): 113-123.
OECD dan Central Bank Governors.Ensuring the Basis for an Effective Corporate
Governance Framework. G20/OECD Corporate Governance (2015):.
Razaee, Zabihollah, 2009, Corporate Governance and Ethic, Jhon Wiley (ZR)
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.Jakarta: Sekretariat Negara, 1999.
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Jakarta:
Sekretariat Negara, 1990.

Anda mungkin juga menyukai