Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Landasan Teori

Berbagai perspektif teori telah digunakan untuk menjelaskan praktik

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Beberapa studi tentang

pengungkapan sosial telah menggunakan teori legitimasi dan teori agensi sebagai

basis dalam menjelaskan praktik pengungkapan sosial. Penelitian ini

menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi dan teori agensi sebagai dasar

dalam menjelaskan praktik pengungkapan sosial.

2.1.1.1 Teori Stakeholder

Fokus teori stakeholder bukan laba semata yang menjadi tujuan

perusahaan, melainkan juga pemberian manfaat bagi para stakeholder. Teori ini

menegaskan bahwa sebagai entitas, perusahaan harus memberikan manfaat bagi

pihak yang berkepentingan. Januarti dan Apriyanti (2005) dalam Yusi Hasan,

2011:186 menyatakan bahwa asumsi dalam stakeholder theory ialah eksistensi

perusahaan memerlukan dukungan stakeholder sehingga aktivitas perusahaan juga

mempertimbangkan persetujuan stakeholder. Tujuan utamaa dari teori stakeholder

adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan penciptaan

nilai sebagai dampak dati aktivitas yang dilakukan dan meminimalkan kerugian

yang mugkin muncul bagi stakeholder. Teori stakeholder berhubungan dengan

konsep tanggung jawab sosial perusahaan dimana kelangsungan hidup perusahaan

15
16

dipengaruhi oleh para stakeholder-nya. Tanggung jawab perusahaan tidak hanya

terbatas untuk memaksimumkan laba dan kepentingan pemegang saham, namun

juga harus memperhatikan masyarakat, pelanggan, dan pemasok sebagai bagian

dari operasi perusahaan itu sendiri. Seperti halnya pemegang saham yang

mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan ( Indra

Sulitiana, 2018:362)

2.1.1.2 Teori Legitimasi

Fokus teori legitimasi ialah hubungan dua arah antara perusahaan dan

masyarakat. Dasar dari hal tersebut ialah pandangan yang menyatakan bahwa

perusahaan selalu berusaha menciptakan keharmonisan dan keselarasan antara

nilai sosial dalam aktivitasnya dan norma yang berlaku dalam sistem sosial

masyarakat bahwa perusahaan menjadi bagian dari sistem tersebut (Ghozali dan

Chairi, 2007) dalam Yusi Hasan , 2011:186. Teori legitimasi menyatakan bahwa

perusahaan harus secara berkelanjutan meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas

yang dilakukan sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial

tempat perusahaan beroperasi. Teori legitimasi mengakui bahwa aktivitas

perusahaan dibatasi oleh kontrak sosial. Di dalam kontrak tersebut disebutkan

bahwa perusahaan akan melaporkan kegiatan sosialnya agar memperoleh

pengakuan dan diterima oleh masyarakat. Hal tersebut dapat menjamin

kelangsungan hidup perusahaan. Teori legitimasi dalam bentuk umum

memberikan pandangan yang penting terhadap praktek pengungkapan sosial

perusahaan. Kebanyakan inisiatif utama pengungkapan sosial perusahaan bisa


17

ditelusuri pada satu atau lebih strategi legitimasi yang disarankan oleh Lindblom.

Sebagai misal, kecenderungan umum bagi pengungkapan sosial perusahaan untuk

menekankan pada poin positif bagi perilaku organisasi dibandingkan dengan

elemen yang negatif.(Marzuly,2012:23)

2.1.1.3 Teori Agensi

Berdasarkan agency theory, terdapat hubungan kontraktual antar anggota

di dalam perusahaan. Hubungan tersebut terjadi pada saat satu pihak, yang

selanjutnya disebut principle, memekerjakan pihak lain, yang selanjutnya disebut

agent, untuk memberikan jasa dan menyerahkan kuasa dalam pengambilan

putusan. Principle yang dimaksud ialah investor atau pemegang saham,

sedangkan yang disebut agent adalah manajemen. Inti hubungan kontraktual

berdasarkan teori agensi ialah adanya pemisahan tugas dan fungsi antara

kepemilikan investor dan pengendalian manajemen. Namun, pemisahan tersebut

sering menimbulkan konflik keagenan antara principle dan agent. Konflik

keagenan dapat semakin buruk karena keterbatasan ruang gerak dan waktu dari

principle dalam mengawasi perilaku manajemen. Terjadinya konflik keagenan

berdampak pada timbulnya biaya, yang disebut biaya keagenan. Untuk

meminimalkan biaya keagenan, manajemen melakukan pengungkapan informasi

yang lebih banyak, yakni dengan pengungkapan CSR (Yusni Hasan, 2011:187).

Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya pengawasan dan

biaya kontrak yang rendah cenderung akan melaporkan laba bersih rendah atau

dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen

salah satunya adalah biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata
18

masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan

berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal, salah satunya dengan

melakukan corporate environmental disclosure sebagai tindakan CSR. (Indra

Sulistiana, 2018:363)

Menurut Harianto dan Sudomo dalam Simanjuntak dan Widiastuti

(2004:353), teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dengan

pemegang saham, dimana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang

saham dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Principal

menyediakan fasilitas untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen

mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham

kepadanya. Agent diwajibkan memberikan laporan periodik pada principal

tentang usaha yang dijalankannya. Principal akan menilai kinerja agennya melalui

laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Agency theory mengimplikasikan

adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal).

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses

informasi atas prospek perusahaan. Manajer selaku pengambil keputusan di

perusahaan harus memilih alternatif tindakan yang dapat memaksimalkan

kekayaan pemegang saham. Namun pada kenyataannya yang terjadi di berbagai

perusahaan, manajer cenderung memilih tindakan-tindakan yang menguntungkan

kepentingannya.

2.1.2 Ukuran Perusahaan

2.1.2.1 Pengertian Ukuran Perusahaan

Menurut Angrita dan Denziana (2016:243) ukuran perusahaan adalah


19

suatu indaktor yang menunjukan kekuatan finansial perusahaan. Semakin besar

asset suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang akan ditanam,

semakin besar total penuualann suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga

perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka akan semakin besar

pula perusahaan akan dikenal oleh masyarakat.

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk

mengklasifikasikan besar kecilnya suatu entitas bisnis. Skala ukuran perusahaan

dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

mereka. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi sosial

atau tanggung jawab sosial lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Hal ini dapat

dijelaskan secara teoritis bahwa perusahaan besar merupakan entitas bisnis yang

tidak lepas dari risiko tekanan politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan

kecil.

Ukuran perusahaan ikut menentukan tingkat kepercayaan investor.

Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin

mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan, karena perusahaan

yang berukuran lebih besar cenderung mendapat pengawasan dari masyarakat dan

memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan kecil sehingga akan mengungkapkan lebih banyak informasi.

Kemudahan dalam mendapatkan informasi akan meningkatkan

kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian. ukuran perusahaan

dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi luas
20

pengungkapan tanggungjawab sosial karena umumnya perusahaan memiliki

competitive disadvantage lebih rendah dari perusahaan keci, skill karyawan yang

lebih baik sehingga memungkinkan melakukan pengungkapan terhadap laporan

keuangan yang lebih luas.

Adapun ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20 Tahun

2008.Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai

dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat

jenis ukuran tersebut antara lain:

a. perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki

jumlah penjualan Rp.300.000.000,-.

b. perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.50.000.000,- sampai Rp.500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan

bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp.300.000.000,- sampai

dengan Rp.2.500.000.000,-.

c. perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan

bersih Rp.500.000.000,- sampai Rp.10.000.000.000,- (tidak termasuk

tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp.2.500.000.000,-

sampai dengan Rp.50.000.000.000,-.

d. perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih

Rp.10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki

jumlah penjualan Rp.50.000.000.000,-.


21

2.1.2.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan

UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil,

usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari dengan

usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan

usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih

besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara

atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan

ekonomi di Indonesia.
22

Kategori ukuran perusahaanmenurut Badan Standarisasi Nasional tebagi

menjadi 3 jenis:

a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih lebih besar dari Rp. 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.

Memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 Milyar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil

penjualan lebih besar dari Rp.1 Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar

c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp. 200 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan

memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 Milyar/tahun

2.1.2.3 Indikator ukuran perusahaan

Seberapa besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,

penjualan kapitalisasi pasar, dan tenaga kerja. Semakin besar total aktiva,

penjualan, kapitalisasi pasar, dan tenaga kerja maka semakin besar pula ukuran

perusahaan. Ketiganya dapat digunakan dalam menentukan ukuran perusahaan

karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

kecilnya perusahaan. Salah satu indikator yang dipilih untuk digunakan dalam

penelitian ini adalah total asset.


23

Size : logN( Total Aset Perusahaan )

(Ana dan Nera, 2018)

Menurut PSAK Nomor 1 (2007 :10) yang dimaksud dengan aset adalah :

"Segala manfaat ekonomi yang menggandung potensi dalam suatu yang

produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan.

Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat di ubah menjadi kas atau

berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan

biaya akibat proses produksi alternatif."

2.1.3 Profitabilitas

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk dapat

menghasilkan laba atau keuntungan (Rina,2016:3). Profitabilitas adalah alat

yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen, tingkat profitabilitas

akan menggambarkan posisi laba perusahaan. Para investor di pasar modal

sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan

meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi investor dalam melakukan

jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus mampu memenuhi target yang

telah ditetapkan. Profitabilitas merupakan salah satu dasar penilaian kondisi

perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk menilainya. Alat

analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas

mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang di

peroleh dari penjualan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting


24

dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk jangka

panjang, karena profitabilitas menunjukan apakah perusahaan tersebut

mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang atau tidak.

Dengan demikian, setiap perusahaan akan selalu meningkatkan tingkat

profitabilitasnya karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan

maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.

2.1.3.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam

praktek (Hery,2017:32) untuk mengukur kemampuan perusahaan :

1. Hasil pengembalian atas asset (Return To Asset)

Hasil pengembalian atas asset merupakan rasio yang menunjukan

seberapa besar kontribusi asset dalam menciptakan laba bersih. Dengan

kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba

bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total

asset.

Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total

asset.Semakin tinggi hasil pengembalian asset berarti semakin tinggi pula

jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam

dalam total asset. Sebaliiknya, semakin rendah hasil pengembalian atas

asset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari

setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.

2. Hasil pengembalian atas Ekuitas ( Return on Equity )

Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang


25

menunjukan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba

bersih, dengan kata lain,rasio ini digunkan untuk mengukur seberapa besar

jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang

tertanam di total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih

terhadap total ekuitas.

Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin

tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang

tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya semakin rendah hasil pengembalian

asset ekuitas berarti semakin endah pula jumlah laba bersih yang

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.

3. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjulan bersih. Rasio ini

dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjulaan bersih. Laba

kotor sendiri dihitiung sebgai hasil pengurangan antara penjualan (tunai

maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual serta potongan

penjualan.

Semakin tinggi marjin laba kotor berarti semakin tinggi pula laba

kotor yang dihasikan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan

karena tingginya harga jual dan atau rendahnya harga pokok penjualan.

Sebaliknya, semakin rendah marjin laba kotor semakin rendah pula laba

kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan

karena rendahnya harga jual dan atau tingginya harga pokok penjualan.
26

4. Marjin Laba Operasional ( Operating Profit Margin)

Marjin lana operasional merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih.

Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional atas penjualan bersih.

Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba

kotor dengan beban operasional. Beban operasional disini terdiri atas

beban penjualan maupun beban umum dan administrasi.

Semakin tinggi marjin laba operasional semakin tinggi pula laba

operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat

disebabkan kerena tingginya laba kotor dan atau rendahnya beban

operasional. Sebaliknya , semakinrendah marjin blaba operasional yang

dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena

rendahnya laba kotor dan tingginya beban operasional

5. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Marjin laba berish merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya persentase laba bersih atas bersih penjualan laba

bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba terhadap penjualan bersih.

Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba

sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan. Yang

dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan disini adalah laba

operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain ,lalu dikurangi

dengan beban-beban atau kerugian lain-lain.


27

Semakin tinggi marjin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba

bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan

karena tingginya laba sebelum pajak penghasilan. Sebaliknya, semakin

rendah marjin laba bersih berate semakin rendah pula laba bersih yang

dihasilkan oleh penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena

rendahnya laba sebelum pajak penghasilan.

2.1.3.3 Indikator Profitabilitas

Pengukuran variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan ROA

( Return On Assets) . ROA digunakan dalam untuk menentukan profitabilitas

perusahaan dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan

setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanani asset tersebut. Return

On Assets (ROA) merupakan rasio yang tepat digunakan mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan secara relatif dibanding dengan total

assetnya atau ukuran untuk mengukur seberapa besar tingkat pengembalian dari

asset perusahaan.

Adapun Rasio ini dirumuskan sebagau berikut :

Return On Assets(ROA)=Laba Bersih Setelah Pajak


Total Asset

(Rindu Kurnia Putri, 2017)

Selain itu ada beberapa kelebihan ROA diantara lain:

1. ROA mudah dihitung dan di pahami

2. Meerupakan alat penhukur prestasi manajemen yang sensitive terhadap

setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.


28

3. Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan laba yang

maksimal.

4. Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets yang

dimiliki perusahaan utnuk memperoleh laba.

5. Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

6. Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan

manajemen.

2.1.4 Leverage

2.1.4.1 Pengertian Leverage

Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti

harafiah, leverage berarti pengungkit/kuas. Sumber dana perusahaan dapat

dibedakan menjadi dua sumber dana intern dn sumber dana ekstern. Sumber dana

intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada

lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang terutang dalam neraca. Sementara

sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar

perusahaan, misalnya hutang.

Menurut Purnasiwi dan Sudarno (Ana,2018:18) leverage menunjukkan

seberapa besar suatu perusahaan bergantung kepada kreditur dalam membiayai

aset perusahaan yang dimiliki. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi

berarti akan sangat bergantung kepada pinjaman luar dalam membiayai asetnya,

sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage lebih rendah menunjukkan bahwa

perusahaan kurang bergantung pada pinjaman luar dikarenakan lebih banyak

membiayai asetnya dengan modal sendiri. Agency theory memprediksi bahwa


29

perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak

informasi. Tambahan informasi biasanya diperlukan untuk menghilangkan

keraguan pemegang obligasi dipenuhinya hak- hak mereka sebagai kreditur.

2.1.4.2 Jenis-jenis leverage

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis leverage, yakni sebagai berikut :

1. Leverage Operasi

Leverage operasi ialah keahlian perusahaan didalam pemakaian

biaya operasi tetap untuk memperbesar dampak dari pergantuan volume

penjualan mengenai penghasilan sebelum bunga dan pajak

2. Leverage Gabungan

Leverage gabungan ialah dampak dari pergantian penjualan

mengenai pergantian keuntungan sesudah pajak untuk mengukur secara

langsung dampak pergantuan penjualan mengenai pergantian keuntungan

dan kerugian investor dengan tingkat kombinasi leverage yang diartikan

sebagai baguan pergantian perolehan per lembar saham sebagai dampak

bagian pergantian dalam barang per unit yang terjual.

3. Leverage Keuangan

Leverage keuangan ialah pemakaian sumber dana yang

mempunyai biaya tetap dengan berasumsi bahwa akan membagikan

tambahan laba yang sangat besar daripada biaya tetapnya sehingga akan

mengembangkan laba yang tersaji bagi investor.


30

2.1.4.3 Rasio leverage

Berikut ini terdapat beberapa rasio leverage untuk megukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, yakni sebagai

berikut:

1. Debt to Equity Ratio ( Rasio hutang terhadap ekuitas)

Debt to Equity Ratio atau rasio hutang terhadap ekuitas adalah

rasio keuangan yang menunjukan proporsi relative antara ekuitas dan

hutang yang digunakan untukmembiayai asset perusahaan. Debt On

Equity Ratio dihitung dengan cara mengambil total kewajiban hutang dan

membaginya dengan ekuitas.

2. Debt Rasio

Debt Ratio  atau Rasio Hutang adalah Rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar perusahaan mengandalkan hutang untuk

membiayai asetnya. Debt Ratio atau Rasio Hutang ini dihitung dengan

membagikan total hutang (total liabilities) dengan total aset yang

dimilikinya. Debt Ratio ini sering juga disebut dengan Rasio Hutang

Terhadap Total Aset (Total Debt to Total Assets Ratio).

3. Times Interest Earned Ratio

Times Interest Earned adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan.

Times Interest Earned Ratio ini  juga sering disebut juga Interest

Coverage Ratio. Cara menghitungnya adalah dengan membagi laba

sebelum pajak dan bunga dengan Biaya Bunga.


31

2.1.4.4 Indikator Leverage

Pengukuran variabel leverage dalam penilitian ini adalah menggunakan

rasio Debt On Ratio Equity. DER merupakan salah satu rasio yang digunakan

untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan.. Suatu perusahaan yang solvale

berarti bahwa perusahaan tersebut mempunya aktiva atau kekayaan yang cukup

untuk membayar semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan

yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya

disebut perusahaan insolvable. Leverage menunjukkan tingkat ketergantungan

perusahaan terhadap utang dalam membiayai aktivitas operasinya(Ana dan

Nera,2018:29) Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur

leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER).

Leverage = Total Liabilities


Modal pemegang saham

(Ana dan Nera, 2018)

2.1.4.5 Tujuan dan Manfaat Leverage

Berikut ini terdapat beberapa tentang tujuan dan manfaat dari leverage,

yakni sebagai berikut :

1. Untuk menanggapi posisi perusahaan mengenai kewajiban kepada bagian

lainnya. berebentuk tetap, misalnya cicilan kredit termasuk bunga.

2. Untuk menilai keselarasan antara nilai modal khususnya modal tetap dengan

dana.

3. Untuk menilai seberapa besar modal perusahaan dibebankan oleh utang.

4. Untuk menilai seberapa besar dampak utang perusahaan mengenai


32

manejemen modal.

2.1.5 Corporate Social Responsibility

Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau

konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)

sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana

perusahaan itu berada (Agustya,2015:3). CSR dimaksudkan agar dunia usaha

meminimalisir dampak buruk terhadap aspek sosial dan lingkungan yang

ditimbulkan selama menjalankan seluruh aktivitasnya.

Sedangkan menurut Syahrina,(2015:365) mengartikan bahwa Corporate

Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep akuntansi yang dapat

membawa perusahaan agar melaksanakan tanggung jawabnya terhadap

lingkungan dan masyarakat. Tanggung jawab sosial tidak hanya meliputi

tanggungjawab kepada diri sendiri dengan melindungi kepentingannya sendiri,

tetapi juga bertanggung jawab kepada masyarakat atas akibat yang timbul dari

aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan perusahaan.(Fahmi,2019:29).

Berbagai definisi CSR tersebut mengandung konsep yang sama dan

disempurnakan melalui ISO 26000. Di dalam ISO 26000 tahun 2010 tentang

International Guidance for Social Respoblity memberikan definisi mengenai

CSR, yaitu sebagai tanggung jawab organisasi akibat keputusan dan kegiatannya

dalam masyarakat dan lingkungan melalui perilaku yang transparan dan sikap etis

yang berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan

kesejahtteraan masyarakat, dengan memperhitungkan harapan dari seluruh

pemangku kepentingan.(Hery,2017:104)
33

2.1.5.1 Prinsip dalam CSR

Menurut Crowther,2008 (Hery, 2017:108) menyatakan bahwa terdapat tiga

prinsip dasar aktivitas CSR

1. Sustainbility

Sustainbility atau berkelanjutan memperhatikan dampak dari tindakan

yang dilakukan sekarang terhadap masa depan. Sumber daya yang terbatas

jumlahnya harus digunakan secara bertanggungjawab demi keberlangsungannya

dimasa mendatang. Hal yang dapat dilakukan demi keberlanjutan adalah

mencari alternatif yang dapat menggantikan sumber daya terbatas.

Keberlanjutan berarti masyarakat tidak boleh menggunakan sumber data yang

terbatas secara berlebihan.

2. Accountability

Implikasi dari akuntabilitas adalah sebuah pelaporan kuantifikasi atas

dampak dari tindakan yang diambil perusahaan kepada pihak internal maupun

eksternal. Akuntabilitas penting untuk membangun dan melaporkan

pengukuran yang tepat dan berguna dalam pengambilan keputusan.

3. Transparency

Transparansi berarti dampak dari tindakan tidak dibedakan dari fakta atas

tindakan tersebut, dan diketahu oleh pihak internal maupun eksternal .

Transparansi merupakan hal yang penting sehingga seluruh dampak aktivitas

yang telah dilakukan organisasi harus dapat terlihat secara jelas dari informasi

yang disajikan.

Sedangkan menurut Agustya (2015:4), terdapat tiga prinsip dasar yang


34

penting untuk di perhatikan dalam pelaksanaa CSR(Triple Bottom Lines

Corporate Social Responbillity), prinsip ini harus menjadi pemahaman

secaramenyeluruh dalam pengaplikasian program Corporate Social

Responbility, yaitu:

1. Profit

2. People

3. Planet

Ketiga hal ini merupakan prinsip dasar yang harus menjadi landasan salam

setiap konsep CSR sehingga pemahaman yangkeliru terhadap konteks

pelaksanaan CSR dapat dihindari.

2.1.5.2 Manfaat CSR

Dalam Hery,2017: 106 menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat jangka

panjang dari CSR yang dapat menjadi asset tak berwujud bagi perusahaan.

1. Kinerja Keuangan

Perusahaan menyadari bahwa adanya peningkatan dalam kinerja

keuangan kerika merak mengimplementasikan CSR. Dengan kata lain,

CSR dapat memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan,

khususnya dalam jangka panjang.

2. Keunggulan kompetitif , kepuasan dan Retensi Karyawan serta Reputasi

Perusahaan

Weber (2008) menyatakan bahwa CSR dapat menigkatkan

keunggulan kompetitif perusahaan dan penguasaan pangsa pasar melalui

penjualan produk-produknya yang sejalan dengantujuan dan nilai-nilai


35

masyarakat. Terkait dengan kepuasan dan retensi karyawandampak positif

CSR adalah mebuat lingkunagn kerja menjadi lebih bauik dan nyaman.

CSR jugadapat meningkatkan reputasi perusahaan secara keseluruhan.

Dengan peningjatan reputasi ini, akan ada lebih banyak konsumen yang

memilih untuk membeli produk atau jasa perusahaan dibanding pesaing.

3. Manfaat jangka panjang

Manfaat berwujud adalah berupa penurunan biaya dan risiko.

Dengan melakukan beberapa aktivitas CSR,perusahaan dapat memperkecil

dampak dari kegiatan bisnisnya bagi lingkunagn,sehingga mengurangi

risiko biaya lingkungan dimasa mendatang. Sedangkan manfaat tak

berwujud meliput penciptaan dan penigkatan merek dagang, menambah

reputasi dan kepercayaan dari masyarakat,serta memperbesar kapasitas

untuk melakukan inovasi. CSR dapat membantu perusahaan dalam

mencapai keberlanjutan jangka panjang melalui formasi modal dalam

bentuk keuangan,sumber daya manusia dan sumber daya alam.

2.1.6 Pengungkapan CSR

Menurut Mathews, 1995 pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan

proses pengkomunisasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi

organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan terhadap masyarakat

secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi

(khususnya perusahaan), diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan

keuangan kepada pemilik modal, khususnya kepada pemegang

saham( Agustya,2015:4). Gray et. Al, 1987 menyebutkan perluasan tersebut


36

dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih

luas dibandingkan hanya mencari laba untuk pemegang saham( Agustya,2015:4)

Dalam undang-undang No,25 Tahun 2007 tentang penanaman modal pasal

15(b) menyatakan bahwa “Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan

tanggung jawab sosial di perusahaan”. Pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan juga terdapat dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (sebagai

ganti BAPEPAM LK No.X.K.6 Lampiran keputusan Ketua Bapepam-LK

No.Kep-431/BL/2012 tentang penyampaianLaporan Tahunan Emiten atau

perusahaan Publik. (Rindu, 2017:561)

2.1.7 Pengukuran Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda mengenai

pengungkapan tanggung jawab sosial sesuai dengan kaarakteristik perusahaan.

Hal ini menimbulkan masalah dalam pengukuran pengungkapan tanggung jawab

sosial. Pengungkapan tanggung jawab sosial dilakukan oleh perusahaan dimana

pengungkapan tanggung jawab sosial di notasikan dengan indeks pengungkapan

sosial. Pengukuran variabel ini dengan menggunakan pengamatan ada tidaknya

item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan. Metode ini sering

dinamakan Checklist data. Dalam penelitian ini pengukuran CSR menggunakan

GRI(Global Reporting Initiatives). GRI adalah sebuah organisasi international

yang menyediakan konsep kerja untuk pelaporan keberlanjutan, dan itu dapat

dijadikan referensi oleh seluruh organisasi disemua negara. Untuk kawasan Asia

Tenggara, pedoman pelaporan CSR disebut juga dengan GRI G4.

Dalam standar GRI-G4 indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen


37

utama yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial yang mencangkup praktik

ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manuasi, masyarakat dan

tanggung jawab atas produk dengan total kinerja indicator mencapai 91 indikator.

Menentukan indeks pengungkapan sosial untuk setiap perusahaan sampel

berdasarkan daftar (checklist) pengungkapan sosial. Dalam menentukan indeks ini

dilakukan secara berikut :

1. Dalam menentukan skor pengungkapan sosial, sebuah item pengungkapan

diberi skor 1(satu) jika diungkapkan dan tidak diberi skor atau nol(0) jika

tidak diungkapkan.

Indeks pengungkapan sosial = jumlah skor pengungkapan dipenuhi


Jumlah item pengungkapan

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1. I Gusti Pengaruh X1=Ukuran Ukuran Perusahaan


Agung Arista Ukuran Perusahaan Tidak Mempengaruhi
Pradnyani1 Perusahaan, X2= Profitabilitas Pengungkapan
Eka Ardhani Profitabilitas, X3= Leverage Tanggung Jawab
Sisdyani Leverage, Dan Y1=Pengungkapan Sosial Perusahaan
(2015) Ukuran Dewan Tanggung Jawab Profitabilitas
Komisaris Pada Sosial Berpengaruh Positif
Pengungkapan Terhadap
Tanggung Pengungkapan
38

Jawab Sosial Tanggung Jawab


Perusahaan Sosial Perusahaan
Rasio Leveragetidak
Mempengaruhi Luas
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
2. Niki Pengaruh X1= Ukuran Ukuran Perusahaan
Ratnasari, Karakteristik Perusahaan Berpengaruh
Iren Meita Perusahaan X2= Umur Signifikan Terhadap
(2017) Terhadap Perusahaan Pengungkapan
Pengungkapan X3 = Leverage Tanggung Jawab
Tanggung Y = Pengungkapan Sosial Leverage
Jawab Sosial Tanggung Jawab Berpengaruh
Dengan Social Signifikan Terhadap
Kepemilikan Pengungkapan
Institiusional Tanggung Jawab
Sebagai Sosial Umur
Variabel Perusahaan
Moderasi Berpengaruh
Signifikan Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial
3. Muhammad Pengaruh X1 = Ukuran Secara Simultan
Fahmi(2019) Karakteristik Perusahaan Menunjukkan Bahwa
Perusahaan X2 = Profitabilitas Ukuran Perusahaan,
Terhadap X3= Dewan Profitabilitas Dan
Pengungkapan Komisaris Ukuran Dewan
Corporate Y = Pengungkapan Komisaris
Social Tanggung Jawab Berpengaruh
39

Responsibility Social Signifikan Terhadap


Pada Corporate Social
Perusahaan Responsibility Pada
Consumer Perusahaan Consumer
Goods Yang Goods.
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
4. Agustya Pengaruh X1=Kepemilikan Leverage Yang
(2015) Karakteristik Saham Diukur Dengan
Perusahaan X2=Leverage Menggunakan Debt
Terhadap X3=Likuiditas Equity Ratio (DER)
Pengungkapan X4=Profitabilitas Memberikan Pengaruh
Tanggung X5=Pertumbuhan Terhadap
Jawab Sosial Perusahaan Pengungkapan
Perusahaan Y=Pengungkapan Tanggung Jawab
(Csr) Pada CSR Sosial Perusahaan
Perusahaan (CSR Likuiditas Yang
Yang Terdaftar Diukur Dengan
Di Indeks Lq45 Current Ratio (CR)
Bursa Efek Tidak Memberikan
Indonesia (Bei) Pengaruh Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
(CSR Profitabilitas
Yang Diukur Dengan
Return On Equity
(ROE) Memberikan
Berpengaruh
Terhadap
40

Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
(CSR).
Likuiditas Yang
Diukur Dengan
Current Ratio (CR)
Tidak Memberikan
Pengaruh Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
(CSR).
Pertumbuhan
Perusahaan Tidak
Memberikan Pengaruh
Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
(CSR).
5. Hasni Pengaruh X1= Ukuran Berdasarkan Hasil Uji
Yusrianti, Karakteristik Perusahaan Secara Parsial
Yordi Rizki Perusahaan X2= Profitabilitas Mengindikasikan
Himawan Terhadap X3= Leverage Bahwa Ukuran
Pengungkapan Y1= Pengungkapan Perusahaan Yang
Corporate Tanggung Jawab Dinyatakan Dengan
Social Sosial Total Aset Yang Di
Responsibility Logaritma Natural
Perusahaan Dan Leverage Yang
Pertambangan Dinyatakan Dengan
41

Yang Tercatat DER Berpengaruh


Di Bursa Efek Terhadap
Indonesia Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan

6. Ana Pengaruh Size, X1=Size Secara Bersama-Sama


Wahyuningsi Leverage Dan Perusahaan Ukuran Perusahaan,
h1, Nera Profitabilitas X2= Leverage Leverage Dan
Marinda Terhadap X3= Profitabitas Profitabilitas
Mahdar(2018 Pengungkapan Y=Pengungkapan Berpengaruh terhadap
) Csr Pada CSR Pengungkapan
Perusahaan Tangung Jawab Sosial
Manufaktur (CSR) Perusahaan
Yang Terdaftar Manufaktur Yang
Di Bursa Efek Terdaftar Di Bursa
Indonesia Efek Indonesia (BEI).
7. Sembiring, Karakteristik Y1 = Size Perusahaan,
Eddy Perusahaan Pengungkapan Profile Dan Ukuran
Rismanda Dan CSR Dewan Komisaris
(2005) Pengungkapan X1 = Size Berpengaruh Positif
Tanggung X2 = Profitability Terhadap
Jawab Sosila X3 = Ukuran Pengungkapan CSR
Dewan Perusahaan
Komisaris Profitabilitas Dan
X4 = Leverage Leverage tidak
X5 = Profile Berpengaruh
Terhadap
Pengungkapan CSR
Perusahaan.
8. Welliam Pengaruh X1= Ukuran Menyatakan Bahwa
42

Pratono Karakteristik Perusahaan Semakin Besar Suatu


(2008) Perusahaan X2= Tipe Industri Perusahaan Maka
Terhadap X3= Dewan Perusahaan
Pengungkapan Komisaris Cenderung Untuk
Tanggung X4 = Leverage Lebih Banyak
Jawab Sosial: X5= Audit Mengungkapkan
Studi Empiris Y=PengungkapanC Informasi Karena
Pada SR Banyaknya Karyawan
Perusahaan Yang Dimiliki Dan
Yang Tercatat Perusahaan High
Di Bursa Efek Profile Akan
Indonesia Mengungkapkan
Tanggung Jawab
Sosial Yang Lebih
Banyak Dibanding
Dengan Low Profile
Untuk Menghindari
Tekanan Dari Aktivis
Sosial Dan
Lingkungan.
9 Anton Kamil Pengaruh X1=Profitabilitas Studi Ini Bukti Bahwa
(2012) Karakteristik X2=Likuiditas Sebagian Karakteristik
Perusahaan X3=Solvabilitas Entitas Berpengaruh
Terhadap Luas X4=Ukuran Terhdap Luasnya
Pengungkapan Perusahaan Pengungkapan CSR
Coorporate Y= Pengungkapan Dalam laporan
Social CSR Keuangan Perusahaan.
Responbillity Dari Keempat
Karakteristikhanya
Ukuran Perusahaan
Yang Berpengaruh
43

Positif Terhadap
Pengungkapan CSR.
10 Yormi Karto Pengaruh X1= Profitabilitas Profitabilitas (X1)
Pare1, Jullie J Karakteristik X2=Umur Yang Diproksikan
Sondakh2, Perusahaan Perusahaan Dengan ROA Tidak
Jenny Terhadap X3=Ukuran Dewan Berpengaruh Positif
Morasa3 Pengungkapan Komisaris Dan Signifikan
Corporate X4=Ukuran terhadap
Social Perusahaan Pengungkapan
Responsibility Y= Pengungkapan Corporate Social
Pada CSR Responsibility (Y).
Perusahaan Komposisi Dewan
Perbankan Komisaris (X2) Yang
Konvensional Diproksikan Dengan
Di Indonesia Jumlah Anggota
Dewan Komisaris
Tidak Berpengaruh
Positif Komposisi
Dewan Komisaris
(X2) Yang
Diproksikan Dengan
Jumlah Anggota
Dewan Komisaris
Tidak Berpengaruh
Positif Umur
Perusahaan (X4) Yang
Diproksikan Dengan
Tahun Berdiri
Berpengaruh Positif
Dan Signifikan
Terhadap
44

Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility (Y).
11 Syahrina Pengaruh X1=Ukuran Dewan Ukuran Dewan
Noormala Karakteristik Komisaris Komisaris
Dewi Perusahaan X2=Profitablitas Berpengaruh Positif
2015 Terhadap X3=Leverage Terhadap Luas
Pengungkapan Y=Pengungkapan Pengungkapan Sosial
Corporate CSR Dalam Laporan
Social Tahunan Perusahaan.
Responsibility Ukuran Dewan
(Csr) Komisaris
Berpengaruh Positif
Terhadap Luas
Pengungkapan Sosial
Dalam Laporan
Tahunan Perusahaan.
Ukuran Dewan
Komisaris
Berpengaruh Positif
Terhadap Luas
Pengungkapan Sosial
Dalam Laporan
Tahunan Perusahaan.
12 Syailendra Pengaruh X1= Leverage Leverage Yang
Eka Leverage, X2=Profitabilitas Diukur Dengan Debt
Saputra(2016 Profitabilitas X3= Size To Equity Ratio
) Dan Size Y = Pengungkapan Berpengaruh Positif
Terhadap Csr Dan Signifikan
Pengungkapan Leverage Yang
Corporate Diukur Dengan Debt
45

Social To Equity Ratio


Responsibility Berpengaruh Positif
Pada Dan Signifikan
Perusahaan Di Size Yang Diukur
Bursa Efek Dengan Total Assets
Indonesia Berpengaruh Negatif
Dan Signifikan
13 Indra Studi Negara X1= Pengungkapan Good Corporate
Sulistiana Asean CSR Governance tidak
(2018) Pengungkapan X2=Penerapan signifikan terhadap
Corporate GCG Pengungkapan
Social Y=Penghindaran Corporate Social
Responsibility Pajak Responsibility,
Mediasi sehingga H1 ditolak.
Penerapan Pengungkapan
Good Corporate Social
Corporate Responsibility (CSR)
Governance tidak signifikan
Terhadap terhadap
Penghindaran Penghindaran Pajak
Pajak sehingga H2 ditolak.
Pelaksanaan Good
Corporate
Governance signifikan
terhadap Penghindaran
pajak sehingga Ha
diterima.
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility (CSR)
sebagai variabel
46

intervening antara
Good Corporate
Governance terhadap
penghindaran pajak
tidak dapat memediasi.
Ukuran perusahaan
(Size) sebagai variabel
kontrol tidak signifikan
terhadap Penghindaran
pajak. Leverage
sebagai variabel
kontrol, yang
diproksikan dengan
melalui nilai Debt to
Equity Ratio (DER)
tidak signifikan
terhadap Penghindaran
Pajak. Growth sebagai
variabel control yang
diproksikan melalui
nilai penjualan
signifikan terhadap
Penghindaran Pajak.

2.2 Kerangka Berfikir

Penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengungkapai informasi

tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan pertambangan di Indonesia.


47

Penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,

dan leverage terhadap informasi pertanggung jawaban sosial perusahaan

pertambangan di Indonesia. Perusahaan pertambangan dipilih karena memliki

sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan. Selain itu, banyaknya anggapan br

adalah bahwa perusahaan pertambangan adalah faktor yang menyebabkan

kerusakan lingkungan.

Kerangka konseptual adalah kerangka berfikir merupakan konsep untuk

menjelaskan dan menunjukan keterkaitan antara variabel yang akan di teliti.

Dimana variabel analisisnya adalah variabel independen, yaitu Ukuran perusahaan

adalah X1, Profitabilitas adalah X2, dan Leverage adalah X3, sedangkan variabel

dependen atau terikatnya Pengungkapan Coorporate Social Responbility sebagai

Y.

2.2.1 Hubungan ukuran perusahaan dengan tanggung jawab sosial

Ukuran perusahaan (size) perusahaan adalah variabel penduga yang

banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan sosial dalam laporan

tahunan yang dibuat perusahaan. Perusahaan besar merupakan entitas yang paling

banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. mengungkapkan lebih

banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan

akuntabilitas publik. (Almilia,2008:12). Teori legitimasi memiliki alasan tentang

hubungan ukuran dan pengungkapan perusahaan yang lebih besar melakukan

aktivitas lebih banyak sehinga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap

masyarakat, memiliki lebih banyak pemegang saham yang punya perhatian

terhadap program sosial yang dilakukan perushaan dan laporan tahunan


48

merupakan alat yang efesien untuk mengkomunikasikan informasi ini.

2.2.2 Hubungan profitabilitas perusahaan dengan tanggung jawab sosial

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dan menunjukan seberapa besar kinerja keuangan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan. Profitabilitas yang tinggi, aakan memberikan kesempatan yang lebih

kepada manajemen dalam pengungkapan serta melakukan CSR. Agus 2011

dalam Rina,2016:3 menemukan bukti empiris bahwa terdapat hubungan positif

antara ROA dengan Corporate Social Perfromance yang kemudian menyatakan

bahwa jika perusahaan memiliki tingkat ROA yang tinggi , maka perusahaan akan

memiliki dana yang cukup untuk di alokasikan kepada kegiatan social dan

lingkungan sehingga tingkat pengungkapan pertanggung jaawaban sosial oleh

perusahaan akan tinggi.

2.2.3 Hubungan leverage perusahaan dengan tanggung jawab sosial

Leverage digunakan untuk menjelaskan kemampuan perusahaan dalam

menggunakan asset dan sumber dana untuk memperbesar hasil pengembalian

kepada pemiliknya atau investor. Apabila utang perusahaan semakin besar maka ,

financial leverage semakin besar, oleh karena itu perusahaan dengan leverage

yang tinggi, akan menyebabkan investor kurang percaya terhadap laba yang di

publikasikan oleh perusahaan karena investor beranggapan bahwa perusahaan

akan mengutamakan pembayran hutang terhadap kreditur daripada pembayaran

dividen (Hartono,2107:135). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ana dan

Nera, 2018;33 mendapatkan hasil bahwa Untuk kelompok dengan tingkat

pengungkapan CSR luas hubungan yang terjadi adalah hubungan positif dan
49

signifikan sedangkan untuk kelompok dengan tingkat pengungkapan CSR lebih

sedikit hubungan yang terbentuk merupakan hubungan negatif yang signifikan.

Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage kelompok

perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR luas, semakin tinggi pula tingkat

pengungkapan CSR. Sebaliknya terjadi pada kelompok perusahaan dengan tingkat

pengungkapan CSR sedikit. Semakin tinggi tingkat leverage semakin rendah

tingkat pengungkapan CSR yang dilaporkan perusahaan. Perbedaan hasil

penelitian ini dapat disebabkan oleh perbedaan sebaran leverage kedua kelompok

perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage perusaahan, semakin besar

kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan

akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang

dilaporkan tinggi, maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya

untuk mengungkapkan CSR (Agustya,2015:3).

2.2.4 Hubungan ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage

perusahaan dengan tanggung jawab sosial

Karakteristik perusahan merupakan salah satu pendorong sebuah perusahaan

mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan. Semakin

kuat karakteristik yang dimiliki perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak

sosial bagi publik tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab

sosialnya kepada publik.

Jensen dan Meckling (1976) ( I gusti ,2015:388) memilah biaya keagenan ini

menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Korelasi keagenan

terbentuk jika kedua belah pihakmenyepakati kontrak dimana untuk mengerjakan


50

suatu pekerjaan, prinsipal memberikan perintah kepada agen. Untuk situasi seperti

ini,terdapat kecenderungan agen berperilaku menguntungkan diri sendiri. Untuk

mencegah hal tersebut, prinsipal harus bermodalkanmekanisme pemantauan untuk

mengendalikan perilaku agen. Insentif, kompensasi dan melakukan

monitoringmerupakan cara yang bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku

agen. Biaya untuk keperluan itudikatakan sebagai biaya keagenan. Manajer

termotivasi memberikan agunan untuk prinsipal untuk meminimalisir biaya

keagenan yang dinamakan bonding cost.Monitoring cost dan bonding cost telah

dilakukan tetapi tetap adapertentangan antara ketentuan yang dipilih agen dengan

ketentuan yang selayaknya memberikan inputpada prinsipal disebutresidual loss.

Ukuran perusahaan banyak digunakan sebagai variabel penduga karena sesuai

teori agensi maka perusahaanbesar akan mampu mengalokasikan biaya keagenan

yang besar pula. Biaya yang dikeluarkan tersebut secara otomatis akan berdampak

kepada kebijakan manajemen dalam mengungkapkan informasi secara luas

mengenai aspek sosial dan lingkungan. Terlaksananyatugas agen kepada prinsipal

yaitu mendapatkan profit akan memberikan kebebasan kepada manajemen

perusahaan untuk melakukan CSR yang juga merupakan langkah untuk menjaga

korelasi baik dengan stakeholders.

Perusahaan dengan leverage yang rendah mencerminkan kemampuan

pendanaan dari pemegang saham yang baik. Sedangkan, tingkat leverage

perusahaan dikatakan tinggi jika pendanaan untuk aktivitas perusahaan lebih

banyak berasal dari pihak eksternal, dimana hal tersebut yang diperhatikan oleh

debtholders. Untuk meminimalisi perhatian debt holders maka manajemen


51

perusahaan memfokuskan pada peningkatan laba sehingga luasnya

pengungkapan tanggung jawab sosial dikurang. Dapat dilihat melalui kerangka

berikir sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Ukuran H1
Perusahaan (X1)

H2 Pengungkapan
Profitabilitas CSR(Y)
(X2)

H3

H4
Leverage (X3)

(Yormi Karto,2017:318)

2.3 Hipotesis penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara ukuran perusahaan dengan

pengungkapan Corporate Social Responsibility

H2: Terdapat pengaruh positif signifikan antara profitabilitas perusahaan dengan

pengungkapan Corporate Social Responsibility


52

H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara leverage perusahaan dengan

pengungkapan Corporate Social Responsibility

H4: Terdapat pengaruh positif signifikan antara ukuran perusahaan,

profitabilitas dan leverage dengan pengungkapan Corporate Social

Responsibility

Anda mungkin juga menyukai