Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATA KULIAH (RMK) BAB 2

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu:
AINUN ARIZAH, S.Pd, M.Si

OLEH:
ANDI AULIA RANA AKASY
105731126320
KELAS FA20B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023
1

RINGKASAN MATERI

KONSEP AKUNTANSI DAN HIPOTESIS KEPERILAKUAN

A. Perusahaan (Entitas): Awal Perdebatan Konsep Keperilakuan


1. Pengertian Perusahaan
Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan
kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan
perdagangan), yang dilakukan secara terus-menerus
atau teratur, terang-terangan, dan dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan/atau laba. Secara umum
perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang
mengolah sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan
jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan dan agar dapat memuaskan kebutuhan
masyarakat.
2. Tujuan Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah mencapai laba yang
optimum guna memaksimalkan nilai para pemegang
saham. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus
dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengelola aktivitas
bisnisnya secara efektif, efisien, dan ekonomis. Ada juga
perusahaan yang beroperasi dengan tujuan selain
memaksimalkan keuntungan. Perusahaan nirlaba ini
bertujuan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat,
seperti melakukan penelitian dibidang kesehatan atau
perlindungan sumberdaya alam. Memaksimalkan nilai
perusahaan sangat penting artinya bagi suatu
perusahaan, karena dengan memaksimalkan perusahaan
berarti juga memaksimalkan nilai pemegang saham yang
merupakan tujuan utama perusahaan.
2

3. Pemangku Kepentingan dalam Perusahaan


Pemangku kepentingan dalam perusahaan disebut
dengan stakeholders atau pemegang saham. Stakeholders
didefinisikan sebagai kelompok atau individu yang
dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan
kelangsungan hidup perusahan. Stakeholders dibagi menjadi
stakeholders primer dan stakeholders sekunder.
Stakeholders primer adalah pihak dimana tanpa
partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat
bertahan. Stakeholders primer merupakan rangkaian
kompleks hubungan antara kelompok kepentingan yang
mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang
berbeda. Stakeholders sekunder didefinisikan sebagai pihak
yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tetapi
mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan
dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan.
Definisi yang lebih sempit adalah suatu kelompok atau
individu yang menanggung jenis resiko karena mereka telah
melakukan investasi di perusahaan tersebut, ataupun
karenamereka menghadapi resiko akibat kegiatan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu,stakeholders
adalah pihak yang akan dipengaruhi secara langsung oleh
keputusan danstrategi perusahaan.

B. Munculnya Perbedaan Persepsi


1. Konsep Kepemilikan
Menurut teori kepemilikan (proprietary theory), entitas
adalah agen, perwakilan, atau pengaturan dimana seorang
wiraswasta atau pemegang saham beroperasi. Sudut
pandang dari konsep ini memandang kelompok pemilik
adalah pusat kepentingan yang dicerminkan dalam cara-cara
3

dimana catatan akuntansi disimpan dan laporan keuangan


disusun. Tujuan utama teori kepemilikan adalah penentuan
dan analisis dari kekayaan bersih pemilik.
2. Konsep Entitas
Menurut teori ini, entitas itu dianggap sebagai sesuatu
yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menanamkan
modal ke dalam suatu perusahaan dan unit bisnis tersebut
yang menjadi pusat perhatian dan menyajikan informasi
yang harus dilayani, bukan pemilik. Konsep ini kemudian
berkembang dengan istilah teori keagenan. Konsep entitas
berorientasi pada income atau income oriented atau
income statement oriented. Pertanggungjawaban pada
pemilik dilakukan dengan cara mengukur prestasi kegiatan
dan prestasi keuangan yang ditunjukkan entitas atau
perusahaan. Dengan demikian income adalah merupakan
kenaikan ekuitas pemilik atau kenaikan kewajiban
entitas kepada pemilik
3. Konsep Tanggung Jawab Sosial
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan,
sedangkan di Amerika konsep ini sering kali disamakan
dengan corporate citizenship. Pada intinya, keduanya
dimaksudkan sebagai upaya perusahaan untuk
meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan
lingkungan dalam kegiatan usaha dan juga acara
perusahaan berinteraksi dengan stakeholders yang
dilakukan secara sukarela. The World Business Council for
Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR
sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus
bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan.
4

Tiga hal yang memotivasi perusahaan melakukan CSR


adalah (1) corporate charity, yakni dorongan amal
berdasarkan motivasi keagamaan; (2) corporate
philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya
bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong
sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial; (3)
corporate citizenship,yakni motivasi kewargaan demi
mewujudkan keadilan social berdasarkan prinsip
keterlibatan sosial. Secara teoritis, konsep tanggung jawab
social yang dilaksanakan oleh perusahaan setidaknya akan
menyinggung 2 (dua) makna yaitu :
a) Konsep tanggung jawab dalam makna responsibility
Pada prinsipnya tanggung jawab dalam arti responsibility
lebih menekankan pada suatu perbuatan yang harus
atau wajib dilakukan secara sadar dan siap untuk
menanggung segala resiko dan atau konsekuensi
apa pun dari perbuatan yang didasarkan atas moral
tersebut. Dengan kata lain responsibility merupakan
tanggung jawab dalam arti sempit, yaitu tanggung jawab
yang hanya disertai sanksi moral. Dengan demikian,
tidak salah apabila pemahaman sebagian pelaku
dan atau perusahaan terhadap CSR hanya sebatas
tanggung jawab moral yang diwujudkan dalam bentuk
kedermawanan (philanthropy) dana amal (charity).
b) Konsep tanggung jawab dalam makna liability
Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti
berbicara tanggung jawab dalam ranah hukum, dan
biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab
keperdataan. Perbedaan antara tanggung jawab dalam
makna responsibility dengan tanggung jawab dalam
makna liability pada hakikatnya hanya terletak pada
sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum
5

ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma


hukum maka termasuk dalam makna responsibility,
dan sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah diatur
di dalam norma hukum maka termasuk ke dalam
makna liability.

C. Dampak Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan


1. Classical Theory Of Managerial Firm
Teori Clasiccal of Managerial Firm dikembangkan dari
gagasan pemisahan kepemilikan terhadap pengendalian
dimana teori ini pertama kali digagas dan dikembangkan oleh
Berle dan Means (1964). Teori ini menjelaskan bahwa
terjadinya perbedaan kinerja perusahaan yang
dikendalikan oleh manajemen jika dibandingkan dengan
perusahaan yang dikendalikan oleh pemilik perusahaan
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
diantara keduannya. Kepentingan pemilik perusahaan
adalah memaksimalkan nilai pasar dari perusahaan,
sedangkan kepentingan dari manajer adalah
memaksimalkan utilitas (kekuatan, keamanan, status, dan
pendapatan).
2. Agency Theory
Agency Theory (teori keagenan) merupakan suatu
hubungan yang berdasarkan pada kontrak yang terjadi
antar anggota dalam perusahaan, yakni antara principal
(pemilik) dan agent (agen) sebagai pelaku utama. Masalah
keagenan pada awalnya dieksplorasi oleh Ross (1973) dan
eksplorasi teoritis secara mendetail dari teori keagenan
pertama kali dinyatakan oleh Jensen & Meckling
(1976). Pemilik merupakan pihak yang memberikan
mandat kepada agen untuk bertindak atas nama pemilik,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi mandat oleh
6

pemilik untuk menjalankan perusahaan. Teori keagenan


bertujuan untuk menyelesaikan: (1) masalah agensi
yang muncul ketika adanya konflik tujuan antara pemilik
perusahaan dan manajemen serta kesulitan pemilik
perusahaan melakukan verifikasi pekerjaan manajemen, (2)
masalah pembagian risiko yang muncul ketika pemilik
perusahaan dan menajemen memiliki perilaku berbeda
terhadap resiko. Dalam penelitiannya, Jensen dan
Meckling menyatakan bahwa hubungan keagenan
muncul ketika satu atau lebih principal mempekerjakan
agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan pada
agent tersebut. Dengan demikian, seorang agent wajib
untuk mempertanggung jawabkan mandat yang diberikan
oleh principal kepadanya. Dalam perusahaan, hubungan
antara principal dan agent diwujudkan dalam hubungan
antara pemegang saham dan manajer. Hubungan ini
menimbulkan suatu kontrak antara pemegang saham
dan manajer. Hubungan ini memungkinkan terjadinya
konflik kepentingan (conflict of interest) antara pemegang
saham dan manajer.

D. Pengaruh Teori Ekonomi Perusahaan


Konsep kepemilikan dan konsep entitas perusahaan
merupakan bagian dari disiplin ekonomi, tetapi keduanya
tidak ditunjukkan dan diberi label secara jelas seperti pada
disiplin akuntansi. Bidang ini ditutupi oleh ekonom
yang memandang perusahaan (enterprise) dan wiraswasta
(entrepreneur) sebagai satu kesatuan atau sebagai sesuatu yang
sama. Dengan demikian, pada suatu waktu mereka menyebut
keuntungan sebagai imbal hasil (return) bagi perusahaan,
sementara pada saat yag lain menyebut keuntungan
7

sebagai pengembalian kepada pemilik perusahaan. Sebagian


besar ekonom memahami dan memandang kepemilikan sebagai
“penghasilan bersih dari aliran dana kepada pemilik
perusahaan”. Ekonom lain sulit menerima fiksi dimana
institusi impersonal, yakni perusahaan, sebagai penerima
penghasilan akhir dipisahkan sama sekali dari orang-orang
yang ada di dalamnya oleh konvensi.
Konsekuensi dari Sudat Pandang yang Berbeda
Sebagai akibat dari terjadinya perbedaan dalam
memahami dan memandang keuntungan perusahaan
menimbulkan konsekuensi dari sudut pandang yang berbeda.
Beberapa cara berbeda dalam melihat penanganan kepentingan
individual, dividen, dan pajak perusahaan dalam proses
penentuan keuntungan, menjadi pembahasan yang hangat
diperbincangakan. Lorig (1964) menyebutkan perbedaan
akuntansi dan pelaporan disebabkan oleh eksistensi dari
dua sudut pandang utama. Meskipun demikian, telah
ditunjukkan bahwa terdapat beberapa gradasi atau bahkan
bayangan dalam konsep kepemilikan dan konsep entitas. Oleh
karena alasan ini, mungkin akan sulit menemukan item-item
dari daftar yang digunakannya ketika menyampaikan persepsi
tentang sudut pandang ini yang sesuai dengan perbedaan
spesifik.

E. Beberapa Hipotesis Keperilakuan untuk Konsep yang


Berbeda
1. Alasan Terjadinya Perbedaan Persepsi
Setiap individu dalam masyarakat yang kompleks
dipengaruhi oleh banyak kelompok dimana ia menjadi
anggotanya. Geografi, agama, pendidikan, teman sebaya,
kelompok sosio-ekonomi memberikan pengaruh dalam hal
norma kelompok dan standar sikap yang harus dipelajari,
8

dan banyak dari sikap ini yang berhubungan dengan situasi


kerjadan masyarakat industri. Tidak dikatakan bahwa setiap
individu akan mengambil dan menginternalisasi seluruh nlai
kelompok sosial di mana ia berada, tetapi nilai tersebut akan
berpengaruh terhadap orang tersebut jika ia terlibat
secara psikologis. Dalam beberapa kasus, sikap seseorang
telah terbentuk, bukan oleh keanggotaan di dalam
kelompok referensi, melainkan karena mereka bercita-
cita menjadi anggota kelompok tersebut sehingga
mengadopsi sudut pandangnya.
2. Beberapa Hipotesis Mengenai Konsep Kepemilikan
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang
saham yang memiliki saham dari perusahaan dalam jumlah
yang substansial menganut pandangan kepemilikan. Secara
khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham biasa dalam
kuantitas yang substansial. Dapat dipastikan bahwa
sebagian besar kepemilikan tunggal, anggota persekutuan,
dan direktur maupun pemegang saham dari perusahaan kecil
melihat perusahaan dengan sudut pandang kepemilikan.
Sulit bagi banyak orang untuk memisahkan bisnis mereka
dengan kepentingan pribadi. Semuanya dianggap
sebagai hak milik dan cenderung disalurkan ke dalam
satu jaringan kekayaan.
3. Beberapa Hipotesis Berkaitan Dengan Konsep Entitas
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai
perusahaan yang tanggung jawabnya didelegasikan
menganut konsep entitas; semakin tinggi skala hierarkis dari
pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini.
Mayoritas dari pegawai semacam ini, baik secara sadar
maupun tidak, memandang entitas sebagai pemilik dari
keuntungan ketika mereka mendapatkan aset bersih.
Mereka cenderung memandang pemegang saham sebagai
9

bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi bukan bagi


pemiliknya.

F. Usaha Merekonsiliasi Konsep Dasar


1. Teori Akuntansi Dana
Teori akuntansi dana dari Vetter dirancang menjadi
sebuah ekspresi dari cara seseorang memahami perusahaan
walaupun sebagian besar mengganggap teori dana
sebagai pengembangan dari teori entitas yang dirancang
untuk menggunakan gagasan personalistik, yang
merupakan usaha yang semakin banyak dilakukan dari
sudut pandang statistik guna menangani masalah
akuntansi. Akuntansi dana yang dicetuskan oleh Vetter
dapat diterapkan pada usaha swasta, badan pemerintah,
lembaga sosial dan institusi lainnya.
2. Penghapusan Faktor-Faktor
Gagasan teori dana didasarkan pada asumsi
bahwa teori entitas maupun teori kepemilikan mencapai
kesepakatan atas penggunaan berbagai item dalam
laporan keuangan, dan keduannya sepakat dengan cara
menghitung setiap item. Konsep entitas menekankan
perusahaan itu sendiri, pada aset, dan kapasitasnya. Konsep
kepemilikan menekankan pada kepentingan kelompok
kepemilikan dalam perusahaan dan asetnya. Bagi teoritikus
entitas, keuntungan yang diperoleh pada periode tertentu
dapat didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang
diungkapkan dalam mata uang, ketika tidak ada kapasitas
transaksi selama periode tersebut, yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan kepada penerima
manfaat (beneficiary) tanpa merusak kapasitas operasi
perusahaan. Bagi teoritikus kepemilikan, keuntungan
perusahaan didefinsikan sebagai jumlah maksimum
10

ketika tidak ada transaksi biaya modal selama periode


tersebut, yang dapat didistribusikan oleh perusahaan
kepada penerima manfaat tanpa kontraksi dalam
jumlah ekuitas pemegang saham.
3. Teori Komando
Rantai komando merupakan garis wewenang tidak
terputus yang menghubungkan semua orang dalam
koordinasi dan menujukkan posisi orang yang bertanggung
jawab. Hal ini dikaitkan dengan dua prinsip dasar. Kesatuan
perintah berarti bahwa karyawan. Hal ini dikaitkan dengan
dua prinsip dasar. Kesatuan perintah berarti bahwa
karyawan bertanggung jawab hanya kepada supervisor.
Wewenang dan tanggung jawab untuk mengetahui
kepada siapa mereka harus bertanggung jawab seperti
juga tingkat manajemen yang berjenjang keatas. Rantai
Komando mengilustrasikan struktur wewenang dari
organisasi. Wewenang ditentukan dengan tiga kategori : 1)
Wewenang berada pada posisi organisasi, bukan kepada
orang; 2) Wewenang diterima oleh bawahan; 3) Wewenang
mengalir ke bawah pada koordinasi hierarki vertikal.

Anda mungkin juga menyukai