Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 2:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dyah Alif Suryaningsih


Gina Sabrina
Jazaul Elvi Hasani
Sabbihal Husni
Desy Ratna K
Djairan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS


A. Kajian Teoritis ..............................................................................................13
1. Konsep Corporate Social Responsibility .......................................................13
2. Konsep Dasar Teori CSR ....................................................................................17
3. Konsep Komponen Corporate Social Responsibility ..........................................19
4. Konsep Teori Stakeholders (Stakeholders Theory) .................... ...........20
5. Konsep Tanggung Jawab Sosial Lingkungan........................................................22

B. Kajian Terhadap Asas dan Prinsip Terkait ...................................................28


1. Asas Itikad Baik................................................................. .................................28
2. Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG)

.....................................................................................................................28
3. Asas Kepatutan Dan Kepantasan ..................................................................28
C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta Permasalahan Yang
Dihadapi Masyarakat .....................................................................................................29

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam UndangUndang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat Dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban
Keuangan Negara ..........................................................................................................30

A. Kajian Teoritis

1.1 Corporate Social Responsibility


Corporate social Responsibility merupakan suatu konsep ayang kini banyak didengaar
dana abanyak dibahas diberbagai pihak.1Meskipun demikian belum ada suatu ruamusan
yang diterima secara luas mengenai definisi dari konsep ini sendiri.
1. Kewajiban suatu perusahaan diluar apa ayang dituntut aaaoleh ahuakum dan
system ekonomi (social obligation) untuk mengejar taujuan jangka panjang yang
baik aabagi komunitas masyarakat.2
2. Perilaku etis dari suatu perusahaan terhadap stakeholdersnya.3
Sedangkan pandangan aumaum mengenai CSR sendiri menggambarkannya sebagai
cara perusahaan untuk mencapai suatu keseimbangan dalam hal ekonomi, lingkungan, dan
norma social, sementara pada saat yang bersamaan memenuhi harapan dari stakeholder
perusahaan. CSR dipandang pula sebagai kontribusi dari perusahaan (business) untuk
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).4
Menurut Suharto (2008) CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk
pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan.
Pelaksanaan corporate social responsibility merupakan hal yang sangat penting karena
berkaitan dengan pembentukan citra positif perusahaan.
Definisi mengenai corporate social responsibility sekarang ini sangatlah beragam.
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), corporate
social responsibility adalah sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta
perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis
sendiri maupun untuk pembangunan.

1 Teguh Pamvudi, Perusahaan-Perusahaan Dermawan, SWA 19 Desember 2005

2 Perlu dibedakan dengan konsep social responsiveness, dimana hal ini merupakan bentuk adaptasi
perusahaan terhadap perubahan sosial

3 Csr berakaitan dengan tindakan memperlakukan stakeholder perusahaan secara etis dan bertaanggung
jawab. Etis dan bertangguang jawab berarti memperlakukannya sesuai dengan norma-norma yang berlaku
secara umum di masyarakat, dimana hal ini termasuk ytanggung jawab ekonomi. Tujuan dari hal ini adalah
untuk menciaaptakan standar hidup yang lebih baik bagi orang-orang didalam dan diluar perusahaan
sekaligus mempertahankan profitabilitas perusahaan.

4 Suatu konsep pembangaunan /perkembangan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi di masa dating untuk memenuhi kebutuhan mereka

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),


corporate social responsibility adalah sebagai komitmen bisnis untuk memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para
karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun
masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat
baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Sedangkan menurut Darwin (2004)
dalam Anggraini (2006) CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang
hukum.5
1.2 Dasar Teori CSR
Garriga dan Mele (2004) menyatakan CSR dapat dilihat dari beberapa teori yang
melandasi, yaitu teori instrumental, teori politik, teori integrative, dan teori etika.
1. Teori instrumental Dalam teori ini, CSR hanya dipandang sebagai perangkat
strategis untuk mencapai tujuan ekonomi, dan pada akhirnya penciptaan
kesejahteraan.
2. Teori politik. Teori ini berfokus pada interaksi antara bisnis dan masyarakat. Dalam
teori ini menyatakan bahwa ada tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para
pelaku bisnis terhadap masyarakat sesuai dengan kekuasaan bisnis yang dimiliki
perusahaan karena kekuasaan bisnis itu berasal dari pihak stakeholder internal
maupun eksternal.
3. Teori integratif Teori ini menyatakan bahwa bisnis bergantung dari masyarakat
untuk keberadaannya, keberlangsungannya, dan pertumbuhan bisnis itu sendiri.
4. Teori etika Teori ini berfokus terhadap persyaratan etis yang melekatkan hubungan
antara bisnis dan masyarakat. Menurut Freeman(1984) dalam Chand(2006)
menyatakan bahwa manajer harus bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder,
karena seluruh stakeholder yang dapat mempengaruhi ataupun terkena dampak dari
pencapaian tujuan organisasi.
1.3 Komponen Corporate Social Responsibility
Carroll (1979) menjelaskan komponen- komponen tanggung jawab sosial perusahaan
ke dalam empat kategori, yaiu economic responsibilities, ethical responsibilities, legal
responsibilities, dan discretionary responsibilities.
1. Economic Responsibilities merupakan tanggung jawab sosial utama perusahaan ,
karena lembaga bisnis terdiri atas berisi aktivitas ekonomi yang memiliki tanggung

5 Akronim, Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) dalam Kebijakan Rightsizing BUMN, (online: http://ejournal.uajy.ac.id/5833/1/JURNAL.pdf) diakses pada tanggal 5 Februari 2016 Pukul 13.10 WIB

jawab untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai keinginan masyarakat dan
dijual secara menguntungkan. Semua lembaga bisnis pasti berasumsi seperti ini.
2. Legal Responsibilities Masyarakat berharap pelaksanaan bisnis dilakukan dengan
menaati hukum dan peraturan yang berlaku. Dengan demikian Economic
Responsibilities dan Legal Responsibilities harus dilaksanakan secara bersamaan.
3. Ethical Responsibilities Kedua tanggung jawab yang telah disebutkan sebelumnya
telah masuk dalam kategori etika , namun ada aktivitas dan perilaku tambahan
yang diharapakan oleh kelompok masyarakat tetapi tidak secara langsung tertulis
dalam sebuah aturan. Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara
etis. Tindakan etis adalah tindakan yang mampu menghasilkan utilitas paling besar
untuk jumlah orang terbesar.
4. Discretionary Responsibilities Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan
dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi
oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis atau tidakan
sukarela untuk kepentingan publik.
1.4 Teori Stakeholders (Stakeholders Theory)
Teori stakeholder menjelaskan hubungan antara stakeholders dan informasi yang
mereka dapat (Sun et.al, 2010) dalam (Mestuti ,2012). Menurut Mestuti (2012) teori
stakeholder menjelaskan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh
informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan mereka. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam Mestuti (2012) perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi para stakeholdernya (pemegang saham kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain) sehingga keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada
perusahaan tersebut. Clarkson (1995) dalam Mestuti (2012) menyatakan bahwa ada dua
jenis stakeholder berdasarkan karakteristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder
sekunder.
1. Stakeholder primer adalah seseorang atau kelompok yang sangat berpengaruh
dalam perusahaan dan tanpa mereka perusahaan tidak dapat bertahan untuk going
concern, meliputi : pemegang saham dan investor, karyawan, konsumen dan
pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder
publik, yaitu : pemerintah dan komunitas.
2. Kelompok stakeholder sekunder
didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan,
namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi dengan perusahaan dan tidak
esensial kelangsungannya. Pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh pihak stakeholder. Stakeholder pada
dasarnya dapat mempengaruhi pemakaian berbagai sumber ekonomi yang
digunakan dalam aktivitas perusahaan sehingga pada umumnya teori stakeholder

umumnya berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk


mengendalikan pengaruh stakeholder tersebut (Mestuti,2012). Perusahaan harus
menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan
kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap
ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan,
misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan
Ghozali, 2007) dalam (Mestuti ,2012). Pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan perusahaan
dengan stakeholder-nya. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan
mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola
stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Mestuti ,2012).
1.5 Tanggung Jawab Sosial Lingkungan

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung


jawab sosial dan lingkungan adalah proses yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya
terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Jenis pengungkapan ada yang
bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary).
Masnila (2010) mengatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu dari tingkat pengungkapan, tema
yang diungkapkan, tipe pengungkapan , maupun lokasi atau tempat pengungkapan
tersebut dilakukan dalam laporan tahunan.

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan Norma


Tanggung jawab sosial oleh perusahaan di daerah kutai timur diselenggarakan
berdasarkan asas atau prinsip. Asas atau prinsip dalam tanggung jawab sosial atau
CSR dihubungkan dengan asas dan prinsip yang terkandung dalam peraturan

perundang-undangan serta undang-undang dasar sebagai landasan hukum yakni


pancasila. Asas atau prinsip inilah yang menjadi dasar dalam penyusunan normanorma yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial. Menurut Paul Scholten bahwa
asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang
sistem hukum yang masing-masing dirumuskan dalam peraturan perundangundangan dan putusan-putusan hakim.6
Tanggung jawab sosial atau CSR merupakan komitmen bagi para perusahaan
guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik untuk para karyawan maupun
lingkungan sekitar. Tujuan tanggung jawab sosial atau CSR adalah mensejahterakan
masyarakat dengan berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, bidang
pemberdayaan masyarakat, bidang olah raga dan kebudayaan, bidang agama,
fasilitas umum, dan bidang sosial lainnya yang diperlukan oleh masyarakat guna
kesejahteraan

ekonomi

dan

sosial

masyarakat.

Kesejahteraan

sosial

dan

perkembangan ekonomi merupakan fasilitas bagi perusahaan untuk mencapai visi


dan misinya.
Kesejahteraan dan sosial masyarakat terhadap tanggung jawab sosial atau CSR
diwujudkan dalam beberapa asas atau prinsip yang berkaitan dengan tanggung jawab
sosial perusahaan. Beberapa asas atau prinsip diterapkan dalam rancangan peraturan
daerah terhadap tanggung jawab sosial.
1. Asas itikad baik
Menurut pandangan Prof. Mr. P.L. Wry itikad baik

merupakan hukum

perjanjian, bahwa kedua belah pihak harus berlaku yang satu terhadap yang lain
seperti patut saja antara orang-orang sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat,
tanpa cilat-cilat, akal-akal, tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat
kepentingan sendiri saja, tetapi juga dengan melihat kepentingan pihak lain.
Asas itikad baik dibedakan dua hal yaitu :
a. itikad baik subyektif
sebagai kejujuran seseorang atas dalam melakukan suatu perbuatan hukum
yaitu apa yang terletak pada sikap bathin seseorang pada saat diadakan suatu
perbuatan hukum.
b. itikad baik obyektif
pelaksanaan suatu perjanjian yang harus didasarkan pada norma kepatutan atau
apa yang dirasakan patut dalam suatu masyarakat.7
2. Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG)
6 JJ.H.Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Bandung; Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.119. Rocque Reynolds
and Natalie P. Stoianoff, Intellectual Property: Text and Essential Cases, New South Wales: The Federation
Press, 2005, hlm. 552.

7 Hendra, Rahmad, Hukum Perikatan, (online: http://rahmadhendra.staff.unri.ac.id/files/2013/04/AsasPerjanjian.pdf) diakses pada 3 Februari 2016 Pukul 16.00 WIB

Tata kelola perusahaan berkonsentrasi pada keseimbangan antara ekonomi dan


sosial dan antara individu dan masyarakat. Tujuannya untuk menyeimbangkan
sebaik mungkin kepentingan individu, perusahaan dan masyarakat. Prinsipprinsip Good Corporate Governance/GCG berdasarkan Peraturan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. PER- 01/MBU/2012 tentang
penerapan praktik Good Corporate Governnace (GCG) terdiri dari beberapa
prinsip-prinsip yang ada dalam peraturan menteri yaitu :
a. Transparansi yaitu keterbukaan dalam pelaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dieklola secara
profesional tanpa berbenturan denga kepentingan dan pengaruh tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat 3.
Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan tanggung jawab
organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
c. Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan
terhdapa peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi
d. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hakhak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian peraturan
perundnag-undangan yang berlaku.8
3. Asas kepatutan dan kepantasan
Kepatutan berasal dari kata dasar patut yang artinya baik, layak, pantas,
senonoh, sesuai benar. Jadi Kepatutan adalah kecocokan, kelayakan,
kepantasan, kesesuaian. Maka asas kepatutan merupakan bagian dari kepantasan
Asas kepatutan sendiri telah tercantum dalam Pasal 1339 KUH Perdata bahwa
suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal hal yangdengan tegas
dinyatakan dalam perjanjian. Tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
sifat perjanjian diharuskan atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan
undang-undang.
Asas kepatutan berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas
ini merupakan ukuran tentang hubungan yang ditentukan juga oleh rasa keadilan
masyarakat dan asas ini juga sangat berhubungan dengan itikad baik yang
bersifat positif.9
8 Akronim, Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
dalam Kebijakan Rightsizing BUMN, (online: http://e-journal.uajy.ac.id/5833/1/JURNAL.pdf)
diakses pada tanggal 5 Februari 2016 Pukul 13.10 WIB

9 Universitas Sumatera Utara, Kedudukan Asas Kepatutan Dalam Sistem Hukum Perjanjian, diakses dari
(online: repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf) diakses pada tanggal 6 februari 2016 pukul
13.15 WIB

C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta Permasalahan


Yang Dihadapi Masyarakat

UUD NRI 1945 dalam Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan perundang-undangan mengenai sumber
daya alam sudah seharusnya merujuk pada ketentuan konstitusi tersebut semata-mata
untuk tujuan kemakmuran rakyat. Berbagai peraturan perundang-undangan baik UU
Pertambangan, UU Penanaman Modal, UU Perseroan Terbatas, UU Mineral dan Batubara,
UU Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP Nomor 47 Tahun 2012 telah mengamanatkan
bahwa perusahaan wajib melakukan tanggung jawab sosial perusahaan sebagao bentuk
tanggung jawab untuk setiap perusahaan yang mengeskploitasi dan mengeksplorasi
sumber daya alam wajib bertanggung jawab terhadap yang telah dieksploitasi maupun
terhadap masyarakat sekitar.
Filosofi CSR di Indonesia merupakan sebuah kesukarelaan dan bukan kewajiban,
hal ini terlihat dari metode pengawasan dan penegakan hukum CSR yang cenderung masih
berada dalam zona abu-abu10, tidak jelas pihak penegak, pemberi sanksi, bahkan bentuk
sanksi itu sendiri. Hal itulah yang menjadi penghambat keefektifan keberjalanan CSR di
Indonesia.
Untuk menguraikan perkembangan CSR di Indonesia, berikut ini adalah tabel
perkembangan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang CSR di Indonesia11:
No
.
1.

Peraturan
Perundang-

Letak

Isi

undangan
UU Nomor 4 Pasal 108

Para

Tahun

IUP

2009

Keterangan

pemegang UU
dan

tentang Mineral

wajib

dan Batubara

program

IUPK istilah

Minerba

menggunakan

pengembangan

dan

menyusun pemberdayaan masyarakat. PP


Nomor 23 Tahun 2010 tentang

pengembangan dan Pelaksanaan

Kegiatan

Usaha

pemberdayaan

PErtambangan

Mineral

masyarakat,

Batubara mengatur bahwa ketika

penyusunan

pemegang IUP dan IUPK tidak

10Tineke Elisabeth Lambooy, Afifah kusumadara, dkk. CSR In Indonesia: Legislative Developments and
Case Studies. Jakarta: KonsPress. 2013. Hal. 11-25.

11 Indah Dwi Qurbani dan Milda Istiqomah. Op.Cit. Hal 5-10.

dan

program

tersebut melaksanakan

kewjaiban

dikonsultasikan

pengembangan

dan

kepada

pemberdayaan masyarakat maka

Pemerintah,

akan

diberikan

sanksi

pemerintah daerah, administratif berupa: peringatan


dan masyarakat.

tertulis, penghentian sementara


IUP operasi produksi atau IUPK
operasi produksi mineral atau
batubara dan atau pencabutan

2.

UU Nomor 25

IUP dan IUPK.


Perumusan ini

Tahun

konsep suistanable development

2007

tentang

yang merupakan bagian penting

Penanaman

dari tanggung jawab sosial dan

Modal

lingkungan
menekankan

3.

mengandung

perusahaan
pada

yang

kelestarian

UU Nomor 40 Konsideran

bahwa

lingkungan hidup.
Berdasarkan landasan filosofis

Tahun

perekonomian

tersebut maka pada Pasal 74 UU

2007 s

tentang

menimbang

nasional

Perseroan

huruf a

diselenggarakan

Terbatas

yang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

berdasar

atas adanya

demokrasi

kewajiban

Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan

ekonomi

dengan bagi perusahaan pertambangan.

prinsip
kebersamaan,
efisiensi
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan,
kemandirian, serta
dengan

Perseroan Terbatas diatur tentang

menjaga

keseimbangan
kemajuan

dan

kesatuan ekonomi
nasional,

perlu

didukung

oleh

kelembagaan
perekonomian

yang kokoh dalam


rangka
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat.
a. Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas lebih mengikat
untuk memaksa perusahaan pertambangan menjalankan program CSR. Karena itu
kemunculan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memicu
beragam reaksi dari

kalangan pengusaha tambang.

Pengusaha

menilai,

Tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan pertambangan sedianya tidak


diatur di dalam perundang-undangan. Hal tersebut dapat menggangu iklim
investasi. Karena disamping bertentangan dengan sistem kerelaan, juga dapat
menjadi beban tambahan baru bagi perusahaan pertambangan. Reaksi ini kemudian
diejawantahkan kalangan pengusaha dalam bentuk judicial review ke Mahkamah
Konstitusi atas Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, berdasarkan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 53/PUU-VI/2008 permohonan tersebut ditolak dan Pasal 74 ayat
(1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dinyatakan tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat
(2), dan Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.12
b. UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 huruf b UU
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mewajibkan bagi setiap
penanam modal melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan juga merupakan perwujudan
komitmen perseroan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan. Pada Pasal 16 huruf d UU
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berisi ketentuan tentang
tanggung jawab penanam modal untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Dilanjutkan pada Pasal 17 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
yang mewajibkan bagi penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam
yang tidak terbarukan untuk mengalokasikan dana secara bertahap untuk
pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup yang
pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagi penanam modal yang tidak dapat memenuhi kewajiban melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikenai sanksi administratif berupa;
peringatan tertulis; pembatasan kegiatan usaha; pembekuan kegiatan usaha
dan/atau fasilitas penanaman modal atau; pencabutan kegiatan usaha dan/atau
12 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-VI/2008 Pengujian Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas terhadap Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.

fasilitas penanaman modal. Selain dikenai sanksi administratif dapat dikenai sanksi
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini diatur
dalam Pasal 34 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
c. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dalam Pasal
108 menyatakan bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, penyusunan program tersebut
dikonsultasikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Ketentuan ini bertujuan untuk menyesuaikan program yang telah direncakan oleh
pemegang IUP dan IUPK dengan kebutuhan masyarakat dan membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat. Ketentuan mengenai pasal ini
diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dalam Pasal 106-109 yang memuat
sanksi apabila pemegang IUP dan IUP tidak menyusun program pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat. Sanksi yang dimuat dalam pasal ini berupa sanksi
administrative mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara IUP operasi
produksi atau IUPK operasi produksi mineral atau batubara sampai dengan
pencabutan IUP dan IUPK. Berdasarkan ketentuan ini maka pembuat UU
mengamanatkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau dalam UU ini
menggunakan nama lain yaitu program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat adalah wajib dilakukan oleh pemegang IUP dan IUPK.
d. PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas. Sebagaimana tertuang dalam filosofi perundangannya, PP
Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 UU Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas telah mewajibkan
perseroan terbatas untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan, khususnya perseroan yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber
daya alam.Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam
laporan tahunan Perseroan dan dipertanggung jawabkan kepada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Menurut klausul Pasal 8 ayat (2) PP Nomor 47 Tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas,
pemerintah akan memberikan penghargaan pada perusahaan yang bersedia
menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sebagai contoh pada
bulan November 2010 PT. Aneka Tambang Tbk memperoleh penghargaan dalam
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) 2010 sebagai Best Sustainability
Report, penghargaan tersebut merupakan apresiasi terhadap pelaporan kinerja
tanggung jawab CSR perusahaan yang disusun sesuai dengan standar internasional
pelaporan sustainability hal tersebut merupakan bentuk komitmen terhadap

transparansi dan akuntabilitas informasi. Sekalipun demikian terdapat sejumlah


kelemahan dalam PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas. Pertama, PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas tidak memuat tentang
sanksi apa yang diberikan pada perusahaan yang tidak bersedia menjalankan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Di dalam Pasal 7 PP Nomor 47 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas hanya
disebutkan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tanpa merinci sanksi apa yang akan
diberikan.Kedua, PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas juga tidak merinci bagaimana proses dan atau
tanggung jawab sosial dan lingkungan itu di jalankan. Di dalam penjelasan hanya
disebutkan bahwa Pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut
dimaksudkan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran Perseroan terhadap pelaksanaan tanggung jawab
sosial dan lingkungan di Indonesia;
2. Memenuhi perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat mengenai
tanggung jawab sosial dan lingkungan; dan;
3. Menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah
diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sesuai dengan bidang
kegiatan usaha Perseroan yang bersangkutan. Jika memang PP Nomor 47
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas ditujukan untuk menjamin daya rusak sosial dan lingkungan yang
ditimbulkan perusahaan khususnya yang melakukan ekstraksi sumberdaya
alam.

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam
Undang-Undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat

CSR penting untuk dilakukan oleh perusahaan terutama oleh perusahaan


yang kegiatan operasinya menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun
lingkungan sekitar. CSR tersebut dianggap penting karena pada kenyataannya
terdapat perusahaan yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan
masyarakat (konflik) karena masyarakat atau komunitas lokal merasa terganggu
dengan aktivitas perusahaan. Akan tetapi, selain terdapat perusahaan yang
memiliki hubungan yang tidak harmonis, terdapat pula perusahaan yang memiliki
hubungan yang cukup harmonis dengan masyarakat karena perusahaan tersebut
telah menerapkan CSR dengan baik. Penerapan CSR tersebut dilakukan sebagai

pembuktian dari adanya fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan.13
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dapat memiliki
kendala yang dapat disebabkan oleh kekurangsigapan perusahaan dalam
menangani permasalahannya. Perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu
menjaga keseimbangannya dengan memperhatikan pihak lain yang dapat
mempengaruhi perkembangan perusahaan yang salah satunya yaitu masyarakat.
Masyarakat merupakan salah satu pihak yang terkait dengan berbagai kegiatan
pembangunan, termasuk kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Masyarakat
(dalam hal ini komunitas lokal), memegang peranan sebagai pihak yang dapat
terkena dampak sosial, politik, ekonomi maupun dampak lingkungan dari kegiatan
perusahaan. Untuk itu pentingnya dilakukan CSR untuk menjaga keharmonisan
antar stakeholder maupun meningkatkan pertumbuhan perusahaan.14
CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan
(sustainability) perusahaan yang dicerminkan ke dalam triple bottom line 3P
yaitu profit, planet dan people. Bahwa keberlangsungan hidup perusahaan hanya
akan terjadi apabila perusahaan menaruh kepedulian terhadap pertumbuhan
ekonomi, kepedulian terhadap pengembangan lingkungan dan kepedulian terhadap
pengembangan sosial. Searah dengan perkembangan, perusahaan bisnis harus
memberikan konstribusi terhadap tiga hal tersebut. Pada dasarnya keberlanjutan
adalah keseimbangan antara kepentingan - kepentingan ekonomi, lingkungan dan
masyarakat.15
Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti
merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi
usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya
wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua, kalangan
bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara
untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial.
Konsep dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat agar terbebas dari
kemiskinan. Pelaksanaan CSR diarahkan kepada pengembangan pembangunan
daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian fasilitas
kemasyarakatan dan juga bantuan bagi usaha masyarakat yang memerlukan
pengembangan. Masyarakat diberi pelatihan dan penyuluhan terhadap suatu
kegiatan lalu mereka difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai
13 Ibid
14 Ibid
15 Akronim, (online:http://www.mediaqitafoundation.org/CSR.html) diakses pada tanggal 4
Maret 2016 pukul 18.00 WIB

dengan penyuluhan dan pelatihan yang sudah diberikan. Dengan demikian,


masyarakat memiliki kegiatan dan usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup
mereka. Selain pemberdayaan masyarakat, CSR juga bertujuan agar perusahaan
dapat beroperasi dengan lancar tanpa gangguan dari masyarakat sekitar
perusahaan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa
dipastikan perusahaan akan sulit melakukan kegiatan usaha.16
Implikasi penerapan Undang-Undang Wawasan Nusantara dalam bidang
ekonomi yaitu :
1. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang agar
pembangunan senantiasa terarah secara berkesinambungan sejalan dengan
prinsip pembagunan berkelanjutan
2. Meningkatkan kontribusi perusahaan dari dunia usaha untuk kondisi
ekonomi, sosial di lingkungan sekitarnya
3. Menciptakan penerapan tanggung jawab social perusahaan yang
memperhatikan aspek lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat

16 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility (CSR), Jakarta: Sinar Grafika,2008,
hal. 3.

Anda mungkin juga menyukai