1.
2.
3.
4.
5.
6.
.....................................................................................................................28
3. Asas Kepatutan Dan Kepantasan ..................................................................28
C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta Permasalahan Yang
Dihadapi Masyarakat .....................................................................................................29
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam UndangUndang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat Dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban
Keuangan Negara ..........................................................................................................30
A. Kajian Teoritis
2 Perlu dibedakan dengan konsep social responsiveness, dimana hal ini merupakan bentuk adaptasi
perusahaan terhadap perubahan sosial
3 Csr berakaitan dengan tindakan memperlakukan stakeholder perusahaan secara etis dan bertaanggung
jawab. Etis dan bertangguang jawab berarti memperlakukannya sesuai dengan norma-norma yang berlaku
secara umum di masyarakat, dimana hal ini termasuk ytanggung jawab ekonomi. Tujuan dari hal ini adalah
untuk menciaaptakan standar hidup yang lebih baik bagi orang-orang didalam dan diluar perusahaan
sekaligus mempertahankan profitabilitas perusahaan.
4 Suatu konsep pembangaunan /perkembangan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi di masa dating untuk memenuhi kebutuhan mereka
5 Akronim, Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) dalam Kebijakan Rightsizing BUMN, (online: http://ejournal.uajy.ac.id/5833/1/JURNAL.pdf) diakses pada tanggal 5 Februari 2016 Pukul 13.10 WIB
jawab untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai keinginan masyarakat dan
dijual secara menguntungkan. Semua lembaga bisnis pasti berasumsi seperti ini.
2. Legal Responsibilities Masyarakat berharap pelaksanaan bisnis dilakukan dengan
menaati hukum dan peraturan yang berlaku. Dengan demikian Economic
Responsibilities dan Legal Responsibilities harus dilaksanakan secara bersamaan.
3. Ethical Responsibilities Kedua tanggung jawab yang telah disebutkan sebelumnya
telah masuk dalam kategori etika , namun ada aktivitas dan perilaku tambahan
yang diharapakan oleh kelompok masyarakat tetapi tidak secara langsung tertulis
dalam sebuah aturan. Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara
etis. Tindakan etis adalah tindakan yang mampu menghasilkan utilitas paling besar
untuk jumlah orang terbesar.
4. Discretionary Responsibilities Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan
dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi
oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis atau tidakan
sukarela untuk kepentingan publik.
1.4 Teori Stakeholders (Stakeholders Theory)
Teori stakeholder menjelaskan hubungan antara stakeholders dan informasi yang
mereka dapat (Sun et.al, 2010) dalam (Mestuti ,2012). Menurut Mestuti (2012) teori
stakeholder menjelaskan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh
informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan mereka. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam Mestuti (2012) perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi para stakeholdernya (pemegang saham kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain) sehingga keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada
perusahaan tersebut. Clarkson (1995) dalam Mestuti (2012) menyatakan bahwa ada dua
jenis stakeholder berdasarkan karakteristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder
sekunder.
1. Stakeholder primer adalah seseorang atau kelompok yang sangat berpengaruh
dalam perusahaan dan tanpa mereka perusahaan tidak dapat bertahan untuk going
concern, meliputi : pemegang saham dan investor, karyawan, konsumen dan
pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder
publik, yaitu : pemerintah dan komunitas.
2. Kelompok stakeholder sekunder
didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan,
namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi dengan perusahaan dan tidak
esensial kelangsungannya. Pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh pihak stakeholder. Stakeholder pada
dasarnya dapat mempengaruhi pemakaian berbagai sumber ekonomi yang
digunakan dalam aktivitas perusahaan sehingga pada umumnya teori stakeholder
ekonomi
dan
sosial
masyarakat.
Kesejahteraan
sosial
dan
merupakan hukum
perjanjian, bahwa kedua belah pihak harus berlaku yang satu terhadap yang lain
seperti patut saja antara orang-orang sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat,
tanpa cilat-cilat, akal-akal, tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat
kepentingan sendiri saja, tetapi juga dengan melihat kepentingan pihak lain.
Asas itikad baik dibedakan dua hal yaitu :
a. itikad baik subyektif
sebagai kejujuran seseorang atas dalam melakukan suatu perbuatan hukum
yaitu apa yang terletak pada sikap bathin seseorang pada saat diadakan suatu
perbuatan hukum.
b. itikad baik obyektif
pelaksanaan suatu perjanjian yang harus didasarkan pada norma kepatutan atau
apa yang dirasakan patut dalam suatu masyarakat.7
2. Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG)
6 JJ.H.Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Bandung; Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.119. Rocque Reynolds
and Natalie P. Stoianoff, Intellectual Property: Text and Essential Cases, New South Wales: The Federation
Press, 2005, hlm. 552.
7 Hendra, Rahmad, Hukum Perikatan, (online: http://rahmadhendra.staff.unri.ac.id/files/2013/04/AsasPerjanjian.pdf) diakses pada 3 Februari 2016 Pukul 16.00 WIB
9 Universitas Sumatera Utara, Kedudukan Asas Kepatutan Dalam Sistem Hukum Perjanjian, diakses dari
(online: repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf) diakses pada tanggal 6 februari 2016 pukul
13.15 WIB
UUD NRI 1945 dalam Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan perundang-undangan mengenai sumber
daya alam sudah seharusnya merujuk pada ketentuan konstitusi tersebut semata-mata
untuk tujuan kemakmuran rakyat. Berbagai peraturan perundang-undangan baik UU
Pertambangan, UU Penanaman Modal, UU Perseroan Terbatas, UU Mineral dan Batubara,
UU Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP Nomor 47 Tahun 2012 telah mengamanatkan
bahwa perusahaan wajib melakukan tanggung jawab sosial perusahaan sebagao bentuk
tanggung jawab untuk setiap perusahaan yang mengeskploitasi dan mengeksplorasi
sumber daya alam wajib bertanggung jawab terhadap yang telah dieksploitasi maupun
terhadap masyarakat sekitar.
Filosofi CSR di Indonesia merupakan sebuah kesukarelaan dan bukan kewajiban,
hal ini terlihat dari metode pengawasan dan penegakan hukum CSR yang cenderung masih
berada dalam zona abu-abu10, tidak jelas pihak penegak, pemberi sanksi, bahkan bentuk
sanksi itu sendiri. Hal itulah yang menjadi penghambat keefektifan keberjalanan CSR di
Indonesia.
Untuk menguraikan perkembangan CSR di Indonesia, berikut ini adalah tabel
perkembangan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang CSR di Indonesia11:
No
.
1.
Peraturan
Perundang-
Letak
Isi
undangan
UU Nomor 4 Pasal 108
Para
Tahun
IUP
2009
Keterangan
pemegang UU
dan
tentang Mineral
wajib
dan Batubara
program
IUPK istilah
Minerba
menggunakan
pengembangan
dan
Kegiatan
Usaha
pemberdayaan
PErtambangan
Mineral
masyarakat,
penyusunan
10Tineke Elisabeth Lambooy, Afifah kusumadara, dkk. CSR In Indonesia: Legislative Developments and
Case Studies. Jakarta: KonsPress. 2013. Hal. 11-25.
dan
program
tersebut melaksanakan
kewjaiban
dikonsultasikan
pengembangan
dan
kepada
Pemerintah,
akan
diberikan
sanksi
2.
UU Nomor 25
Tahun
2007
tentang
Penanaman
Modal
lingkungan
menekankan
3.
mengandung
perusahaan
pada
yang
kelestarian
UU Nomor 40 Konsideran
bahwa
lingkungan hidup.
Berdasarkan landasan filosofis
Tahun
perekonomian
2007 s
tentang
menimbang
nasional
Perseroan
huruf a
diselenggarakan
Terbatas
berdasar
atas adanya
demokrasi
kewajiban
Tanggung
ekonomi
prinsip
kebersamaan,
efisiensi
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan,
kemandirian, serta
dengan
menjaga
keseimbangan
kemajuan
dan
kesatuan ekonomi
nasional,
perlu
didukung
oleh
kelembagaan
perekonomian
Pengusaha
menilai,
fasilitas penanaman modal. Selain dikenai sanksi administratif dapat dikenai sanksi
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini diatur
dalam Pasal 34 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
c. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dalam Pasal
108 menyatakan bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, penyusunan program tersebut
dikonsultasikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Ketentuan ini bertujuan untuk menyesuaikan program yang telah direncakan oleh
pemegang IUP dan IUPK dengan kebutuhan masyarakat dan membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat. Ketentuan mengenai pasal ini
diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dalam Pasal 106-109 yang memuat
sanksi apabila pemegang IUP dan IUP tidak menyusun program pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat. Sanksi yang dimuat dalam pasal ini berupa sanksi
administrative mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara IUP operasi
produksi atau IUPK operasi produksi mineral atau batubara sampai dengan
pencabutan IUP dan IUPK. Berdasarkan ketentuan ini maka pembuat UU
mengamanatkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau dalam UU ini
menggunakan nama lain yaitu program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat adalah wajib dilakukan oleh pemegang IUP dan IUPK.
d. PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas. Sebagaimana tertuang dalam filosofi perundangannya, PP
Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 UU Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PP Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas telah mewajibkan
perseroan terbatas untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan, khususnya perseroan yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber
daya alam.Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam
laporan tahunan Perseroan dan dipertanggung jawabkan kepada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Menurut klausul Pasal 8 ayat (2) PP Nomor 47 Tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas,
pemerintah akan memberikan penghargaan pada perusahaan yang bersedia
menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sebagai contoh pada
bulan November 2010 PT. Aneka Tambang Tbk memperoleh penghargaan dalam
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) 2010 sebagai Best Sustainability
Report, penghargaan tersebut merupakan apresiasi terhadap pelaporan kinerja
tanggung jawab CSR perusahaan yang disusun sesuai dengan standar internasional
pelaporan sustainability hal tersebut merupakan bentuk komitmen terhadap
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam
Undang-Undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat
pembuktian dari adanya fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan.13
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dapat memiliki
kendala yang dapat disebabkan oleh kekurangsigapan perusahaan dalam
menangani permasalahannya. Perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu
menjaga keseimbangannya dengan memperhatikan pihak lain yang dapat
mempengaruhi perkembangan perusahaan yang salah satunya yaitu masyarakat.
Masyarakat merupakan salah satu pihak yang terkait dengan berbagai kegiatan
pembangunan, termasuk kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Masyarakat
(dalam hal ini komunitas lokal), memegang peranan sebagai pihak yang dapat
terkena dampak sosial, politik, ekonomi maupun dampak lingkungan dari kegiatan
perusahaan. Untuk itu pentingnya dilakukan CSR untuk menjaga keharmonisan
antar stakeholder maupun meningkatkan pertumbuhan perusahaan.14
CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan
(sustainability) perusahaan yang dicerminkan ke dalam triple bottom line 3P
yaitu profit, planet dan people. Bahwa keberlangsungan hidup perusahaan hanya
akan terjadi apabila perusahaan menaruh kepedulian terhadap pertumbuhan
ekonomi, kepedulian terhadap pengembangan lingkungan dan kepedulian terhadap
pengembangan sosial. Searah dengan perkembangan, perusahaan bisnis harus
memberikan konstribusi terhadap tiga hal tersebut. Pada dasarnya keberlanjutan
adalah keseimbangan antara kepentingan - kepentingan ekonomi, lingkungan dan
masyarakat.15
Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti
merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi
usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya
wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua, kalangan
bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara
untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial.
Konsep dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat agar terbebas dari
kemiskinan. Pelaksanaan CSR diarahkan kepada pengembangan pembangunan
daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian fasilitas
kemasyarakatan dan juga bantuan bagi usaha masyarakat yang memerlukan
pengembangan. Masyarakat diberi pelatihan dan penyuluhan terhadap suatu
kegiatan lalu mereka difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai
13 Ibid
14 Ibid
15 Akronim, (online:http://www.mediaqitafoundation.org/CSR.html) diakses pada tanggal 4
Maret 2016 pukul 18.00 WIB
16 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility (CSR), Jakarta: Sinar Grafika,2008,
hal. 3.