Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga dapat memenuhi

tugas mata kuliah Manajemen Otonomi Daerah yang berjudul “Peraturan Perijinan

Mendirikan Bangun di Bantaraan Sungai” dan makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

membantu menyusun serta mencari materi yang disajikan dalam makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga

kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya

makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULIAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................................1

BAB 2 OBJEK PENELITIAN......................................................................................................3

2.1 Objek Penelitian..................................................................................................................3

2.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.............................................................................3

BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................................................................4

3.1 Peraturan Perizinan Mendirikan Bangunan di Bantaran Sungai........................................4

3.2 Dampak Mendirikan Bangunan Di Bantaran Sungai.........................................................7

3.3 Cara Mengatasi Agar Tidak Ada Lagi Bangunan yang Didirkan Di Bantaran Sungai......8

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................10

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................10

4.2 Saran.................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di kota Bandung,khususnya pada
pemukiman yang dimana lahan-lahan untuk tempat ditinggali semakin sedikit atau kurang. Hal
itu ditandai dengan adanya pemukiman di sekitar sungai, sebagai salah satu contoh pemukiman
yang dilarang oleh pemerintah di kota Bandung, yang dimana diperlukannya perizinan untuk
tempat tinggal di sekitaran daerah sungai.
Pemerintah harus bisa mengendalikan daerah pemukiman di sekitaran sungai yang dimana
perlu dikelola lagi oleh pemerintah. Pemerintah harus bisa memberikan suatu fasilitas kepada
masyarakat yang tinggal di sekitaran sungai dimana perlunya pengawasan oleh pemerintah di
Kota Bandung. Tak lepas dari itu, pemerintah harus ekstra keras menyiapkan dana dalam rangka
pembangunan atau penanggulangan limbah-limbah yang di hasilkan oleh pemukiman yang
tinggal di pinggiran daerah sungai.
Didalam usaha pemerintah untuk mengawasi pembangunan yang meningkat dengan cepat
disekitaran pinggiran sungai. Karena itu pemerintah harus lebih memperhatikan lagi pemukiman
penduduk yang berada di sektor sungai, terutama di pinggiran sungai yang sangat
membahayakan penduduk di sekitaran tersebut. Pemerintah juga seharusnya bertindak tegas
perihal perizinan tempat tinggal atau perusahaan yang berada di pinggiran sungai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana peraturan perizinan mendirikan bangunan di bantaran sungai ?


2. Dampak- dampak apa saja yang akan timbul jika mendirikan bangunan Di bantaran
sungai?
3. Bagaimana cara mengatasi agar tidak ada lagi bangunan yang didirkan di bantaran
sungai?

1.3 Tujuan

1
Mengacu kepada rumusan masalah yang dijelaskan diatas, adapun menjadi tujuan penulisan
makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peraturan perizinan mendirikan bangunan di bantaran


sungai ?
2. Untuk mengetahui dampak- dampak apa saja yang akan timbul jika mendirikan bangunan
Di bantaran sungai?
3. Untuk mengetahui Bagaimana cara mengatasi agar tidak ada lagi bangunan yang didirkan
di bantaran sungai?

2
BAB II
OBJEK PENELITIAN

2.1 Objek Penelitian


Objek penelitian dari malah ini adalah bagunan atau pemukiman yang beridiri di atas
bentaran sungai dan bangaimana pemerintah dalam mengimplemtasikan Peraturan tentang
perizininan mendirikan bangunan di atas bantaran sungai.

2.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber,yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder yang diperoleh dengan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain :
observasi dan dokumentasi.

1. Observasi

Obervasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan terhadap gejala atau
proses yang tampak pada objek penelitian, Pengamatan dilakukan untuk pengumpulan
data secara langsung. Dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi partisipan,
dimana peneliti mengamati secara langsung tentang perizinan mendirikan bangunan di
atas bantaran sungai.

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita biografi, peraturan, kebijakan,
dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk lisan misalnya rekaman berupa gaya bicara/dialek. Dalam
berbahasa suku tertentu. Dalam studi dokumen ini, peneliti akan mengumpulkan data
berupa foto,serta dokumen-dokumen lain yang di anggap penting dan memiliki
keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peraturan Perizinan Mendirikan Bangunan di Bantaran Sungai

Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari
hulu (sumber) menuju hilir (muara). Selain sebagai jalur aliran air sungai juga saring di
manfaatkan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhannya.

Mendirikan atau membangun rumah atau pemukiman di bantaran sungai sudah diatur dalam
UU dan PERDA setempat, dalam Undang –undang Dipahami bahwa terdapat larangan
menggunakan bantaran sungai untuk sebuah kegiatan yang dapat berdampak berkurangnya atas
kemanfaatan fungsi dari sungai sebagai pelestarian lingkungan. Larangan mendirikan bangunan
juga diatur dalam Pasal 157 Undang-Undang Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 1 Tambahan
Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 1 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman yang
berisi: “Setiap orang yang dengan sengaja membangun perumahan, dan/atau pemukiman di
tempat yang berpotensi dapat menimbulkan bahaya bagi barang atau orang sebagaimana
dalam Pasal 140 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”

Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) dalam pasal 1 nomor 39 disebutkan; “Sungai adalah
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan “. Kemudian disebutkan larangan penggunaan
sempadan sungai pada pasal 38 yaitu: Dalam rangka mewujudkan ketertiban pada sempadan
sungai dan saluran air di Daerah, setiap Orang, Badan Hukum dan/atau Perkumpulan, dilarang :

a. Mendirikan bangunan pengairan tanpa ijin untuk keperluan usaha


b. Melakukan pengusahaan sungai dan bangunan pengairan tanpa ijin
c. Mengubah aliran sungai, mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-
bangunan di dalam atau melintas sungai

4
d. Mengambil dan menggunakan air sungai untuk keperluan usahanya yang bersifat
komersial tanpa ijin
e. Membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun berupa limbah ke
dalam maupun di sekitar sungai
f. Membuang/memasukkan limbah B3 atau zat kimia berbahaya pada sumber air yang
mengalir atau tidak, seperti sungai, jaringan air kotor, saluran air minum, sumber
mata air, kolam-kolam air minum dan sumber air bersih lainnya
g. Membuang air besar (hajat besar) dan hajat kecil atau kecil dan memasukan kotoran
lainnya pada sumber mata air, kolam air minum, sungai dan sumber air bersih
lainnya
h. Memelihara, menempatkan keramba-keramba ikan di saluran air dan sungai
i. Mengambil atau memindahkan tutup got selokan saluran air lainnya kecuali oleh
petugas untuk keperluan dinas
j. Mempersempit, mengurug saluran air dan selokan dengan tanah atau benda lainnya
sehingga mengganggu kelancaran arus air ke sungai

Bunyi pasal tersebut dijelaskan bahwa penggunaan sempadan sungai telah melarang setiap
kegiatan yang di lakukan baik perorangan, badan hukum dan/atau perkumpulan mengunakan
sempadan sungai tanpa izin. Jika larangan tersebut tidak di indahkan maka tindakan tersebut
dapat dikatakan melanggar peraturan karena dapat menimbulkan kerusakan pada sempadan
sungai.

Salah satu permasalahan daerah aliran sungai biasa terjadi pada perkotaan besar yaitu
permasalah bangunan dipinggir sungai, hal ini dapat terjadi karena lahan diperkotaan semakin
hari semakin sempit sehingga masyarakat mendirikan bangunan di pinggir sungai, pemukiman di
pinggir sungai sangat tidak sehat karena akan menimbul penyakit bagi masyarakat yang
membangun bangunan di pinggir sungai, seperti yang sudah kita ketahui bahwa air sungai di
perkotaan merupakan pembuangan air dari pemukiman warga dan limbah industri yang masuk
kedalam sungai sehingga airnya dapat menimbulkan penyakit.

di Kota Bandung, salah satu kota yang sedang berkembang ternyata banyak warga yang
mendirikan bangunan di sempadan sungai, padahal telah ada larangan untuk mendirikan
bangunan di sempadan sungai, aturan tersebut tercantum dalam yaitu Peraturan Daerah Kota

5
Bandung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pasal 120 pada ayat 1
dan 2, yaitu:

(1) Setiap orang atau badan dilarang :


a. menempatkan, mendirikan, baik secara keseluruhan atau sebagian bangunan di
daerah sempadan sungai dengan jarak kurang dari ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini
b. membuang sampah, limbah padat atau cair ke sumber air
c. mendirikan bangunan untuk hunian atau kegiatan usaha di daerah sempadan
sungai dan/atau di atas saluran/sungai
(2) Pengecualian pemanfaan lahan di daerah sempadan sungai atau saluran adalah untuk
kegiatan-kegiatan :
a. pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan serta rambu-
rambu pekerjaan
b. pemasangan rentang kabel listrik, kabel telpon dan pipa air minum
c. pemasangan tiang atau pondasi prasarana jalan atau jembatan baik umum
maupun kereta api
d. penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan yang
tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi
sungai
e. pembangunan prasarana lalu lintas dan bangunan pengambilan dan pembuangan
air.

Dinas Pekerjaan Umumm (DPU) Kota Bandung sudah mengingatkan masyarakat agar tidak
mendirikan bangunan di daerah bantaran sungai. Selain melanggar aturan, bangunan di bantaran
sungai dapat mengancam keselamatan. Dan setiap bangunan yang berada dekat dengan bantaran
sungai harus berjarak 3 meter dari bibir sungai.

Meskipun sudah terdapat aturan tidak mendirikan bangunan di bantaran sungai, tapi
kenyataannya masih banyak masyarakat mendirikan rumahnya di bantaran sungai bahkan sampai
menempel dan bahkan sampai melewati bibir sungai. Alasan masyarakat mendirikan
bangunan/hunian di bantaran sungai adalah kurangnya/ tidak adanya lagi lahan untuk dijadikan
hunian. Berikut contoh bentuk pelanggaran mendirikan bangunan di bantaran sungai:

6
Gambar 1.1

3.2 Dampak Mendirikan Bangunan Di Bantaran Sungai

Ketidakselarasan antara peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan kenyataan yang
terjadi dilokasi disebabkan oleh faktor ketidaktaan masyrakat terhadap peraturan perundang-
undangan yang didesain sebagai payung hukum bagi semua warganya Mendirikan bangunan di
bantaran sungai juga akan menimbulkan dampak yang dapat merugikan berikut dampak-dampak
jiga mendirikan bangunan atau pemukiman di bantaran sungai yang tidak taat dengan aturan:

3.2.1 Rumah-rumah atau bangunan yang dibangun dibagian bantaran sungai membuat alur
sungai menyempit dan tidak dapat lagi menampung deras aliran air sehingga setiap kali
hujan deras di pegunungan air meluap menggenangi permukiman.
3.2.2 Pondasi rumah-rumah atau bangunan yang dibangun dibantaran sungai akan tergerus oleh
aliran air sungai sehingga akan menimbulkan abrasi di bantaran sungai dan
mengakibatkan rumah atau bangunan tersebut rubuh atau ambruk, hal ini akan
mengancam keselamatan warga atau masyarakat yang mendiami rumah tersebut dan
membahayakan masyarakat sekitar.
3.2.3 Kondisi permukiman pada umumnya padat dan kumuh, prasarana dan sarana tidak tertata
dan tidak memadai. Hal ini dapat mengurangi tata keindahan kota tersebut. Selain itu
juga pemukiman kumuh yang tidak sehat akan menyebabkan munculnya penyakit yang
dapat menjangkit masyarakat sekitar daerah tersebut.

7
3.2.4 Setiap kali hujan turun dan air meluncur dari perbukitan, tidak langsung mengalir ke laut
karena tertahan di kawasan reklamasi. Kondisi seperti ini senantiasa membentuk
genangan-genangan air.
3.2.5 Pembuangan limbah padat maupun cair ke badan air dan bantaran sungai di berbagai ruas
sungai mencemari air dan menghambat aliran air sungai. Limbah atau bahan pencemar
yang bersalah dari permukinan warga (limbah rumah tangga) seperti aktivitas manusia
yang membuang bungkus makanan, air sabun, air bekas cucian yang mengandung zat
kimia dan sebagainya masuk langsung ke sungai. Sedangkan bahan pencemar yang
berasal dari aktivitas industri (limbah industri) seperti sisa produksi yang bermuatan zat
kimia dan ini merupakan pencemar air sungai nomor satu, penyebab lain juga
dikarenakan saluran buangan air dari setiap perumahan dan industri yang langsung
mengarah ke sungai.

3.3 Cara Mengatasi Agar Tidak Ada Lagi Bangunan yang Didirkan Di Bantaran Sungai

Dalam upaya menegakan hukum dan menegakkan aturan tentang mendirikan bangunan di
atas bantaran sungau maka upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat sebagai berikut;

3.3.1 Pemerintah seharusnya mengadakan sosialisasi kepada seluruh masyarakat


mengenai kebijakan pendirian bangunan di bantaran sungai seperti mendirikan
bangunan minimal 5 meter dari bantaran sungai.

3.3.2 Pemerintah dapat mengelola kembali lahan di pinggir sungai agar tidak ada
masyarkat yang mendirikan bangunan di bantaran sungai.

3.3.3 Pemerintah dapat merelokasi dan mendirikan RUSUNAMI untuk mengurangi


pemukiman warga di bantaran sungai.

3.3.4 Pemerintah dapat melakukan tindakan penggusuran apabila masyarakat mendirikan


bangunan tanpa izin atau ilegal di bantaran sungai.

3.3.5 Pemerintah atau aparat yang berwenang harus lebih taat kepada aturan atau
kebijakan mengenai pendirian bangunan di bantaran sungai dengan tujuan agar
tidak adanya bangunan yang tanpa izin yang legal. Dikarenakan sudah banyak

8
oknum aparat yang memberi izin mendirikan bangunan tanpa merujukm kepada
kebijana dan peraturan yang berlaku.

3.3.6 Masyarakat juga harus mentaati peraturan dan kebijakan mengenai pendirian
banguanan di bantran sungai yang berlaku.

3.3.7 Masyarakat juga harus memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan agar tidak
terjadinya pencemaran sungai dan lingkungan.

3.3.8 Mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah di daerah aliran sungai
karena itu faktor paling utama penyebab banjir.

3.3.9 Pengerukan sampah yang rutin oleh pemerintah kota atau masyarakat dalam bentuk
kerja bakti, agar dapat mengurangi potensi terjadinya banjir.

3.3.10 Pembangunan tanggul beton, waduk/polper, pompa dan sistem drainase untuk
mengurangi luas dan tinggi genangan.

9
BAB IV

KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan
Adanya peraturan yang mengatur tapi tetap saja didalam kehiduppan nyata masih terdapat
oknum yang melanggar.

4.1.1 peraturan perizinan mendirikan bangunan di bantaran sungai

terdapat larangan menggunakan bantaran sungai untuk sebuah kegiatan yang dapat
berdampak berkurangnya atas kemanfaatan fungsi dari sungai sebagai pelestarian
lingkungan. Larangan mendirikan bangunan juga diatur dalam Pasal 157 Undang-Undang
Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 1 Tambahan Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 1 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Dalam Dalam Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan
dan Keindahan (K3) dalam pasal 1 nomor 39 dan Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pasal 120 pada ayat 1 dan
2.

4.1.2 Dampak- dampak yang akan timbul jika mendirikan bangunan Di bantaran sungai
Dampak yang sering terjadi adalah bantaran sungai yang menjadi sempit akan
menyebabknnya aliran sungai terhambat dan menjadi sempit, bangunan yang ada di
bantaran sungai bisa jadi kemungkinan akan mengalami abrasi seiring waktu, kawasan
yang menjadi kumuh dan tidak sehat.
4.1.3 cara mengatasi agar tidak ada lagi bangunan yang didirkan di bantaran sungai.
pemerintah membuat kebijakan yang tegas dalam hal perizinan ini, selalu diadakannya
penyuluhan atau pengawasan langsung ke tkp agar msayarakat menhetahui dampak dan
resiko yang akan ditanggung. Peranan penting disini adalah peran masyaraktnya itu
sendiri. Pemerintah aruss tegas dalam menjalankan ini . Pemerintah dapat merelokasi dan
mendirikan RUSUNAMI untuk mengurangi pemukiman warga di bantaran sungai.

10
4.2 SARAN

Pemerintah harus tegas dalam hal ini , dan masyarakat pun harus sadar akan bahaya dan
resiko yang akan dting menghampiri. Diadakannya program program kecil seperti, bangunan
yang berada dibantaran sungai tidak boleh membelakangi sungai , kemudian pemerintah sering
diadakannya penyuluhan atau sosialissasi yang berdampaak bagi kesejahteraan masyarakat,

11
DAFTAR PUSTAKA

Pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tambahan Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 1 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

PERDA Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan


Keindahan (K3)

Elso’s Blog. 2016. Permukiman di Daerah Aliran Sungai (DAS).


http://elisabethaprianisihotang.blogspot.com/2016/02/permukiman-di-daerah-aliran-sungai-das.html (di
Akses 18 Desember 2019)

MNaufalHafidz.AYOBANDUNGCOM.2019.
https://www.ayobandung.com/read/2019/04/09/49251/dilarang-mendirikan-bangunan-di-bibir-sungai-ini-
dampaknya (di Akses 18 Desember 2019)

Alfiano Rezka Adi. KompasianaCom. 2015. Penataan Kawasan Bantaran Sungai Menjadi Lebih
Ekologis, Kasus Bantaran Sungai Code.

https://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/5587b6bbe422bd69068b456c/penataan-kawasan-
bantaran-sungai-menjadi-lebih-ekologis-kasus-bantaran-sungai-code (di Akses 19 Desember 2019).

12

Anda mungkin juga menyukai