Anda di halaman 1dari 10

Dialog Acara Pemeriksaan Ahli Kepala Badan Lingkungan Hidup

Kemudian Ketua Majelis memerintahkan kepada Tergugat untuk menghadapkan Ahli


selanjutnya. Kemudian Tergugat memanggil Ahli ke persidangan yang didampingi oleh
Petugas Pengadilan. Setelah maju ke muka persidangan didampingi oleh Petugas
Pengadilan, Ahli maju ke muka persidangan dan dipersilakan duduk oleh Ketua Majelis.
Setelah Petugas Pengadilan meninggalkan Ahli di muka persidangan, Ketua Majelis
menanyakan apakah Ahli bisa berbahasa Indonesia, keadaan Ahli dan kesiapan Ahli
untuk mengikuti persidangan. Menjawab pertanyaan tersebut Ahli menjawab bisa
berbahasa Indonesia, mengakui dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta
menyatakan siap mengikuti persidangan;

Kemudian Ketua Majelis menanyakan kepada Ahli apakah saudara Ahli memiliki
hubungan keluarga, darah, semenda, dan terikat hubungan pekerjaan dengan Majelis
Hakim, Panitera, Rohaniawan, Penggugat, Penggugat Intervensi, dan Para Tergugat.
Atas pertanyaan tersebut Ahli menjawab bahwa tidak memiliki hubungan sama sekali;

Selanjutnya Ketua Majelis memeriksa identitas Ahli:


Nama Lengkap : Dr. H. Raeg Pot, S.H., M.H.
Tempat Lahir : Yogyakarta
Umur / Tanggal Lahir : 40 Tahun / 18 Juli 1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Perumahan Casa Grande Klaster Andalusia Nomor 354
Ring Road Selatan Kecamatan Condongcatur Kabupaten Sleman
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sleman) dan Dosen Tidak Tetap Hukum Lingkungan di Fakultas Hukum
Universitas Janabadra, Fakultas Hukum UMY, Fakultas Hukum UAD, dan Fakultas
Hukum UCY
Pendidikan : Strata III

Kemudian Ketua majelis menanyakan kepada Ahli bahwa sebelum keterangannya


diambil, ahli diminta kesediaanya untuk diambil sumpah atau janjinya. Ahli menyatakan
bersedia untuk diambil sumpah atau janjinya. Atas pernyataan Ahli tersebut, Ketua
Majelis memerintahkan kepada Rohaniawan untuk membantu Ahli dalam pengambilan
sumpah atau janjinya. Kemudian Ketua Majelis mengatakan kepada Ahli agar mengikut
kata-kata Ketua Majelis, sesuai dengan agama yang dianutnya oleh Ahli yaitu Islam;

Kemudian Ketua Majelis memerintahkan kepada Ahli untuk mengikuti katakata Ketua
Majelis yaitu Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya sebagai ahli akan
memberikan keterangan menurut pengetahuan saya dengan sebaik-baiknya, dan
tiada lain dari yang sebaik-baiknya. Wallahi wabillahi watallahi;

Kemudian setelah saudara ahli telah bersumpah atau diambil janjinya, Ketua Majelis
mengingatkan kepada Ahli agar memberikan keterangan yang sebenarnya karena
apabila memberikan keterangan yang tidak benar maka saudara Ahli dapat diancam
pidana penjara maksimal 7 (tujuh) tahun sesuai Pasal 242 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

Selanjutnya setelah Ketua Majelis mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Ahli.


Ketua Majelis menanyakan kepada Hakim Anggota I apakah akan mengajukan
pertanyaan. Apabila ada pertanyaan maka Hakim Anggota I dipersilakan oleh Ketua
Majelis untuk mengajukan pertanyaan. Apabila tidak ada maka dilanjutkan kepada
Hakim Anggota II oleh Ketua Majelis apakah akan mengajukan pertanyaan kepada Ahli;

Selanjutnya Ketua Majelis menanyakan kepada Hakim Anggota II apakah akan


mengajukan pertanyaan kepada Ahli. Apabila ada maka Hakim Anggota II dipersilakan
oleh Ketua Majelis untuk mengajukan pertanyaan. Apabila tidak ada maka Ketua
Majelis melanjutkan dengan menanyakan kepada Penggugat apakah ada hal yang
ingin ditanyakan kepada Ahli;

Selanjutnya setelah Ketua Majelis menanyakan kepada Penggugat apakah ada hal
yang ingin ditanyakan kepada Ahli. Atas pertanyaan Ketua Majelis tersebut, maka
Penggugat mengatakan bahwa akan mengajukan pertanyaan kepada Ahli. Kemudian
Ketua Majelis mempersilakan Penggugat untuk mengajukan pertanyaan. Apabila tidak
ada maka Ketua Majelis melanjutkan dengan menanyakan kepada Penggugat
Intervensi;

Selanjutnya Ketua Majelis menanyakan kepada Penggugat Intervensi apakah akan


mengajukan pertanyaan. Apabila ada pertanyaan maka Penggugat Intervensi
dipersilakan oleh Ketua Majelis untuk mengajukan pertanyaan. Apabila tidak ada maka
Ketua Majelis menanyakan kepada Para Tergugat apakah akan mengajukan
pertanyaan kepada Ahli;

Selanjutnya Ketua Majelis menanyakan kepada Para Tergugat apakah akan


mengajukan pertanyaan. Apabila ada pertanyaan maka Para Tergugat oleh Ketua
Majelis dipersilakan untuk mengajukan pertanyaan. Apabila tidak ada maka dilanjutkan
kepada Ketua Majelis. Ketika terdapat pertanyaan yang akan diajukan maka menjawab
pertanyaan Ketua Majelis, Para Tergugat menyatakan akan mengajukan pertanyaan
kepada Ahli. Kemudian Ketua Majelis mempersilakan

Para Tergugat untuk mengajukan pertanyaan;


Selanjutnya Majelis Hakim, Penggugat, Penggugat Intervensi, dan Para Intervensi
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Ahli yang kemudian dijawab sebagai
berikut:

PERTANYAAN : JAWABAN :

Pertanyaan Majelis Hakim Kepada Ahli Rd. Dr. H. Raeg Pot, S.H., M.H. Saudara
Ahli apakah saudara mengerti untuk apa saudara dihadirkan dalam persidangan
ini?

Iya Yang Mulia, saya dihadirkan dalam persidangan ini untuk menjelaskan
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keahlian saya, yaitu di bidang hukum
lingkungan dan Diri saya yang juga seorang ,Di datangkan sebagai Ahli saya
juga merupakan saksi fakta dalam kasus ini, dimana saya sebagai Kepala
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman atas perintah Bupati
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 memiliki hak
untuk melakukan Pengawasan dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan Amdal,
Saya juga memberikan rekomendasi atas Izin Lingkungan yang diberikan
terhadap kebun Teh Tergugat

Dalam buku berjudul Teori Pembuktian yang ditulis oleh Prof. Eddy OS
Hiraiej SH, MH. ada 3 jenis Saksi dalam persidangan yakni Factual
testimony yang merupakan saksi fakta, Expert Testimony yang merupakan
saksi ahli dan Factual Testimony yang merupakan saksi Fakta sekaligus
Saksi Ahli

Kemudian kuasa hukum penggugat menolak kesaksian Dr. H. Raeg Pot, S.H., M.H.
karena kesaksian yang dianggap Bias dan Tidak Jelas

Lalu Majelis Hakim memberi kesempatan kepada kuasa hukum tergugat untuk
menanggapi

Lalu kuasa hukum tergugat menanggapi dengan penjelasan sebagai berikut :

Bahwa Dalam buku berjudul Teori Pembuktian yang ditulis oleh Prof. Eddy
OS Hiraiej SH, MH. ada 3 jenis Saksi dalam persidangan yakni Factual
testimony yang merupakan saksi fakta, Expert Testimony yang merupakan
saksi ahli dan Factual Testimony yang merupakan saksi Fakta sekaligus
Saksi Ahli. Factual Expert ini pernah dilakukan di Peradilan di Indonesia
ketika Prof. Boediono,M.ec,.Ph.D .Melakukan kesaksian dalam kasus
Century dimana Prof. Boedino Saat itu dipanggil sebagai saksi fakta karena
dia merupakan Gubernur Bank Indonesia saat itu dan Kompetensi beliau
sebagai Ahli Ekonomi

Lalu majelis hakim berunding dan memperbolehkan ahli untuk melanjutkan


kesaksianya. dan Hakim Ketua memberikan pertanyaan

Hal mendasar apa yang ingin saudara jelaskan dalam persidangan kali ini?

Baik Yang Mulia, terlebih dahulu di sini saya akan menjelaskan mengenai
arti penting Amdal, Bahwa Amdal adalah dokumen penting dan wajib ada
dalam melakukan usaha yang berdampak pada lingkungan, Usaha yang
berdampak pada lingkungan yang dijalankan tanpa izin lingkungan, pejabat
yang mengeluarkan izin lingkungan tanpa disertai Amdal kedua-duanya
dapat di Pidana

Selanjutnya saya menjelaskan mengenai pertanggungjawaban keperdataan


dalam instrumen hukum lingkungan yang berkaitan dengan asas-asas
hukum lingkungan, dimana hukum lingkungan diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup ( UU PPLH) yang mana undang-undang tersebut mengatur tentang
penegakan hukum lingkungan secara lebih komprehensif. Penegakan
Hukum Lingkugan dapat dilakukan melalui Jalur Administrasi yang berfungsi
sebagai Pencegahan dan Penanggulangan, Melalui jalur Pidana yang
berfungsi sebagai efek Jera dan Derita, dan Melalui Jalur Perdata bertujuan
Sebagai Ganti Rugi dan Pemulihan Lingkungan

Lalu bisa saudara jelaskan secara singkat instrumen penegakan hukum dalam
hukum lingkungan?

Jadi begini yang Mulia, di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur sebagai
instrumen hukum lingkungan baik yang berbentuk administratif, pidana,
maupun perdata,yang dapat menjerat Perorangan maupun Badan Hukum
Kemudian dalam hukum lingkungan mengenal yang namanya asas
pencemar membayar, yaitu setiap penanggung jawab yang usahanya
dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan, lalu asas
tersebut dipertegas kembali dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang berbunyi setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
melakukan perbuatan melawan hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain
atau lingkungan wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan
tertentu.

Lalu bisa saudara ahli jelaskan secara singkat bagaimana tata laksana penerbitan
Amdal dan Hubunganya dengan Izin Lingkungan ?

Pada dasarnya Dokumen Amdal disusun oleh pemrakarsa, Pemrakarsa


membentuk tim penyusun atau melalui lembaga penyedia jasa
penyususnan AMDAL, Penyusun wajib memiliki sertifikat kompetensi,
Penyusunan AMDAL wajib menggunakan kaidah ilmiah, Tim penyusun: 1
org ketua tim dan minimal 2 anggota tim yang kesemuanya harus memiliki
Sertifikat kompetensi dan berlaku 3 thn. Sertifikat kompetensi dpt dicabut
oleh Menteri dlm hal tdk memenuhi persyaratan atau melakukan
penjiplakan/pemalsuan data, Pengawasan dilakukan oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota melakukan inspeksi scr berkala.

Izin Lingkungan yang dikeluarkan oleh Bupati atau Gubernur harus


Berpacu pada AMDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang telah dibuat oleh lembaga
penyedia penyusunan Amdal

Dan sepengetahuan saya sebagai Kepala Badan Lingkugan Hidup


Kabupaten Sleman Izin Lingkungan PT Gelem Sehat telah berpacu pada
Amdal dan Instrumen Lingkungan yang berlaku.

Pertanyaan Kuasa Hukum Tergugat Kepada Ahli Dr. Dr. H. Raeg Pot, S.H., M.H.

Saudara Ahli bisa saudara jelaskan mengenai pertanggungjawaban perdata


dalam hukum lingkungan hidup?

Pertanggung jawab perdata dalam konteks penegakan hukum lingkungan


merupakan instrumen hukum perdata untuk mendapatkan ganti kerugian
dan biaya pemulihan lingkungan akibat pencemaran dan atau perusakan
lingkungan. Pertanggungjawaban perdata tersebut mengenal 2 (dua) jenis
pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban yang mensyaratkan adanya
unsur kesalahan (fault based liability). Pertanggungjawaban mutlak/ketat
(strict liability) suatu pertanggungjawaban tanpa harus dibuktikan adanya
unsur kesalahan (fault).

Strict liability merupakan lex spesialis dari gugatan perbuatan melawan


hukum pada umumnya. Tanggung jawab mutlak dalam hal ini adalah
dikarenakan apabila berhubungan dengan tindakan/usaha/kegiatan yang
menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3 dan/atau
yanmg menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup.

Saudara Ahli bisa saudara jelaskan dalam hal apa strict liability dan liability based
on fault digunakan ?

Asas strict liability diterapkan secara limitatif, dalam arti bahwa untuk dapat
dikenakan strict liability, kegiatan usahanya memenuhi unsur-unsur yang
telah ditetapkan oleh undang-undang. Menurut Pasal 35 ayat (1) UUPLH,
kegiatan-kegiatan tersebut adalah (1) kegiatan yang berdampak besar dan
penting terhadap lingkungan; (2) yang menggunakan bahan berbahaya dan
beracun; (3) menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun. Dengan
adanya pembatasan penerapan strict liability terhadap kegiatan-kegiatan
tertentu maka diberlakukan pengecualian terhadap pertanggungjawaban
perdata yang dikenal sebagai Perbuatan Melawan Hukum. Pelaku usaha
dapat dibebaskan dari strict liability apabila dapat membuktikan bahwa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan oleh salah
satu alasan yang disebutkan oleh undang-undang, Adanya bencana alam
atau peperangan; atau Adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan
manusia; atau Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

Liability based on fault juga dikenal dalam Rezim undang-undang lingkungan


seperti yang ada dalam pasal 87 (1) yang memuat 2 hal yakni liability based
on fault dan juga strict liability namun yang perlu diingat adalah strict liability
yang ada disini diatur secara limitative yang tertuang dalam pasal 35 Ayat 1.
Liability based on fault diartikan sejauh terbukti telah melakukan perbuatan
pencemaran dan/atau perusakan. Pembuktian tersebut baik itu nyata adanya
hubungan kausal antara kesalahan dengan kerugian
Menurut ahli dalam kasus ini pembuktian apa yang diperlukan ?

Tadi saya telah menyampaikan bahwa strictliability hanya digunakan ketika


(1) kegiatan yang berdampak besar dan penting terhadap lingkungan; (2)
yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun; (3) menghasilkan limbah
bahan berbahaya dan beracun. Inti dari konsep strict liability ialah bahwa
dalam hal seseorang menjalankan jenis kegiatan yang dapat digolongkan
sebagai extrahazardous atau ultrahazardous atau abnormally dangerous, ia
diwajibkan memikul segala kerugian yang ditimbulkan, walaupun ia telah
bertindak sangat hati-hati (utmost care) untuk mencegah segala bahaya atau
kerugian tersebut, dan walaupun kerugian itu timbul tanpa adanya
kesengajaan.

Selain 3 hal diatas maka menggunakan pertanggungjawaban liability based


on fault. Apakah kegiatas usaha perkebunan teh ini dianggap sebagai
extrahazardous atau ultrahazardous atau abnormally dangerous saya
serahkan kepada hakim.

Saudara Ahli, sebagai Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman,


Apakah saudara ahli ikut campur dalam pemberian Izin Lingkungan untuk PT
Gemes ?

Tentu saja, saya telah melakukan tugas sebaik-baiknya, saya memberikan


rekomendasi kepada Bupati untuk memberikan Izin Lingkungan kepada PT
Gemes karena dilihat dari AMDAL RPL dan RKL telah sesuai, Setelah
Permohonan izin lingkungan dikeluarkan BLH Juga melakukan
Pengunguman ke Publik melalui beberapa media massa dan Papan di
Lokasi, untuk melihat respon dari masyarakat selama 1 bulan. Dan waktu itu
tidak ada keberatan sama sekali dari masyarakat termasuk Penggugat juga
tidak keberatan.

Pertanyaan Kuasa Hukum Para Penggugat Kepada Ahli Dr. Dr. H. Raeg Pot, S.H.,
M.H.
Saudara Ahli, Apakah ada kewajiban bagi pemegang Izin Lingkungan ?

Berdasarkan Pasal 53 PP 27/2012 tentang Izin Lingkungan Pemegang


izin lingkungan berkewajiban untuk: a. menaati persyaratan dan kewajiban
yang dimuat dalam izin lingkungan; b. membuat dan menyampaikan
laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin
lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan c.
Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup
sesuai ketentuan Peraturan perundang-undangan dan Laporan
disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan

Saudara Ahli, Apakah izin lingkungan PT Gemes telah dibuat sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku ?

Sebagai pejabat yang ikut campur dalam penerbitan izin lingkungan PT


Gemes, saya telah memastikan bahwa izin lingkungan telah kami terbitkan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan UU
PPLH Sebagai pejabat saya bisa dituntut secara Administrasi dan Pidana
atas kesalahan penerbitan Izin Lingkungan Hidup.

Saudara Ahli, Siapakah yang mengawasi atas kewajiban-kewajiban yang dimuat


dalam izin lingkungan PT Gemes ?

Ada 2 Tipe Pengawasan dalam Izin Lingkungan, yang pertama adalah


pengawasan sosial yang dilakukan oleh masyarakat, dalam hal proses
penerbitan izin lingkungan harus mengikutsertakan masyarakat yakni
dengan konsultasi kepada public dan pengumuman kepada public sebelum
izin lingkungan itu dikeluarkan, selanjutnya pasca penerbitan izin lingkungan
Masyarakat dapat melakukan Gugatan Perdata, PTUN, dan Laporan Tindak
Pidana apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan, bahkan secara khusus masyarat dilindungi oleh
undang-undang lingkungan secara langsung. Dalam Pasal 66 UU PPLH
Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat perdata
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi korban dan atau pelapor yang
menempuh cara hukum akibat pencemaran atau perusakan lingkungan
hidup Perlindungan ini dimaksudkan untuk mencegah tindakan pembalasan
dari terlapor melalui pemidanaan atau gugatan perdata dengan tetap
memperhatikan kemandirian peradilan

Saudara Ahli, apakah strict liability dapat digabungkan dengan perbuatan


melawan hukum dalam formulasi gugatan?

Tentu saja bisa, di dalam hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia
sampai saat ini, terdapat dua dasar gugatan yaitu gugatan perbuatan
melawan hukum dan gugatan wanprestasi, dalam hal ini perbuatan melawan
hukum bisa digunakan untuk memperlihatkan actual conduct/perbuatan yang
dilakukan, sedangkan mengenai strict liability digunakan sebagai dasar
pertanggungjawaban atas dampak yang timbul dari perbuatan yang
dilakukan.

Setelah pemeriksaan terhadap Ahli dilakukan berupa pengajuan pertanyaan oleh Ketua
Majelis, Hakim Anggota I, Hakim Anggota II, Penggugat, Penggugat Intervensi, dan
Para Tergugat. Ketua Majelis kembali menanyakan kepada Hakim Anggota I dan Hakim
Anggota II, Penggugat, Penggugat Intervensi, dan Para Tergugat apakah ada hal yang
ingin ditanyakan atau ditambahkan lagi terhadap Ahli;

Anda mungkin juga menyukai