Dalam pendekatan pemangku kepentingan terdapat beberapa elemen yang saling terkait
secara logis. Elemen tersebut ialah :
Apapun pendirianmu dan apapun tujuanmu, kamu harus mempertimbangkan
dampak perbuatan pada pihak lain dan dampak perbuatan orang lain padamu.
Dengan melalakukan hal pada poin (1) maka kamu harus memahami perilaku,
tata nilai, konteks/latar belakang berbagai pihak pemangku kepentingan
termasuk konteks sosial. Agar sukses terus maka kita harus memiliki jawaban
atas pertanyaan “apa pendirian kita?”.
Ada beberapa poin penting untuk menjawab pertanyaan pada point (2) atau
strategi perusahaan tersebut.
Kita perlu memahami bagaimana hubungan antarpemangku kepentingan pada
3 tingkatan analisis, yaitu (a) rasional atau perusahaan secara keseluruhan, (b)
proses, (c) standard operating procedures
Kita dapat memikirkan kembali bagaimana proses perencanaan stratejik
seharusnya dijalankan agar bisa memasukkan kepentingan pihak-pihak
pemangku kepentingan kita ke dalam perencanaan perusahaan
Kepentingan para pemangku kepentingan harus diseimbangkan sepanjang
waktu
Dengan skema tersebut, karena kepentingan semua pihak sudah dimasukkan ke dalam
proses bisnis, maka pendekatan corporate social respocibility (CSR) secara terpisah
sehingga saat ini menjadi tidak dikeluarkan.
Dalam pasar bebas setiap organisasi perusahaan komersial menghadapi 3 macam masalah
seperti :
Masalah penciptaan niai dan perdagangan. Dunia bisnis yang mengglobal dan
dinamis akan meningkatkan resiko bisnis.
Problem etika kapitalisme. Bagaimanakah keterkaitan antara aspek etika
dengan kapitalisme?
Problem mindset managerial. Bagaimana manajemen harus berpikir dalam
rangka menciptakan nilai dan menghubungkan antara etika dengan
kapitalisme?
Aspek Ideologi
Dalam sebuah artikel di tahun 1970 di majalah New York Times Magazine Milton
Friedman membuat pernyataan. Menurut Friedman jika manajer perusahaan
mempertimbangkan aspek tanggung jawab sosial dalam membuat keputusan bisnisnya
maka dia sudah melanggar tanggung jawabnya pada pemilik perusahaan. Sebagai
individu seseorang eksekutif atau manajer boleh saja menggunakan uangnya sendiri
untuk menjalankan program-program soaial yang disukainya. Pandangan Milton
Friedman konsisten dengan pemikiran Libertarianisme (Rothbard 1978) yang
mengatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menggunakan harta hak
miliknya sesuka dia termasuk untuk melakukan kontrak dengan pihak lain dalam
meningkatkan kemakmurannya sejauh itu tidak melaggar hak pihak lain. Den Uyl
mengajukan serangkaian logika untuk menunjukkan mengapa Stakeholder Theory dari
sudut aliran Libertarianisme adalah keliru sebagai berikut :
Bowen (1953) menyatakan bahwa CSR merujuk pada kewajiban perusahaan(bisnis) untuk
menjalankan kewajiban dan untuk membuat keputusan yang diharapkan dalam konteks untuk
mencapai tujuan dan niai-nilai masyarakat. Ada beberapa variasi kegiatan yang dapat
dikatagorikan sebagai CSR. Dalam perspektif jangka panjang secara umum kegiatannya
memiliki 3 ciri-ciri sebagai berikut :
Lack of Specifity. Selain kritik yang disampaikan oleh parmar at al (2010) beberapa ilmuan
juga mengajukan pandangan negatif mengenai teori tersebut. misalnya, Key (1999)
mengatakan stakeholder theory lemah dalam hal Specifity sehingga menyulitkan review
secara ilmiah. Pemangku kepentingan hal yang sangat umum sekali. Kepentingan
antarkelompok yang sama pun (anggota masyarakat) terhadap perusahaan bisa berbeda-beda.
Private Politics Model. Dari sudut pandang private politics model perusahaan dianggap
memilliki kepentingan sendiri dalam hal mencapai laba maksimal, sedangkan stakeholder
yang lain juga memiliki kepentingan sendiri yaitu memaksimalkan manfaat untuk mereka
sendiri tanpa mempedulikan kepentingan perusahaan. Solusinya ialah pada saat mereka
berinteraksi adalah delam negosiasi. Dengan negosiasi manajemen akan mempertimbangkan
suara masyarakat sehingga akan terciptanya kebijakan produksi yang ramah lingkungan,
aman dikonsumsi dan sebagainya,