PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Setelah kita mengetahui apa yang melatar belakangi masalah tata kelola etis suatu
perusahaan. Maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana tata kelola dan kerangka kerja akuntabilitas modern bagi pemegang saham
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata Kelola dan Kerangka Kerja Akuntabiltas Modern Bagi Pemegang Saham dan
kepentingan lainnya.
tindakan
perusahaan
mungkin
gagal
untuk
mempertimbangkan
kepentingan yang penting, dan perusahaan dapat kehilangan dukungan dari satu atau
lebih kelompok pemangku kepentingan.
Enron dan skandal lain mendedikasikan kembali profesi audit untuk
melindungi kepentingan public ketika menerapkan GAAP, bukan kepentingan
manajemen senior atau direksi sat ini. Auditor eksternal diminta untuk bertemu
dengan komite audit dari dewan dan mendiskusikan laporan keuangan serta pekerjaan
dan pendapat mereka, dan tentang keadaan tindakan internal control perusahaan.
Selain itu, auditor internal perusahaan adalah menilai apakah kebijakankebijakan perusahan telah bersifat komprehensif dan terus ditaati. Mereka secara rutin
harus melapor secara langsung dan pribadi, tanpa kehadiran manajemen kepada
Komite Audit, meskipun mereka dapat melapor setiap hari ke CEO atau CFO.
Akuntan profesional perusahaan telah menerapkan apa yang disebut oleh kode
etik profesional untuk melayani kepentingan publik. Akibatnya, mereka harus
melaporkan kesalahan keuangan kepada CFO, dan jika tindakan yang tepat tidak
diambil kepada EO, CEO, dan auditor. Mereka tidak diizinkan untuk terlibat
karenanya harus siap untuk whistle blower di dalam perudahaan.
b. Mengidentifikasi nilai nilai organisasi landasan perilaku , kerangka kerja
baru.
Untuk akuntabilitas didasarkan pada keinginan menanggapi kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan kerangka kerja tata modern
harus mengarahkan personel perusahaan untuk mengintegrasikan kepentingan
kepentingan mereka ke dalam strategi, perencanaan, dan pengambilan keputusan.
Pada dasarnya apa yang perlu dilakukan adalah mengeskplorasi kepentingan
pemangku dan harapan bagi organisasi, sehingga sikap hormat ini dapat dibangun
kedalam nilai-nilai yang mengendalikan perilaku. Ini akan mengurangi kemungkinan
personel termotivasi untuk mengambil keputusan dan tindakan yang tidak atas nama
kepentingan pemangku kepentingan, tetapi justru yang penting bagi pencapaian tujuan
perusahaan. Hubungan antara motivasi dan tindakan ini tercermin pada gambar
berikut ini.
4. Mekanisme Pedoman Budaya Etis dan Kode Etik
Nilai nilai yang ingin ditanamkan oleh direktur sebuah perusahaan dalam rangka
memotivasi keyakinan dan tindakan personel perlu disampaikan untuk memberikan
bimbingan yang diperlukan. Biasanya bimbingan tersebut berbentuk kode etik yang
menyatakan nilai nilai yang dipilih, prinsip prinsip yang mengalir dari nilai nilai dan
peraturan yang harus diikuti untuk memastikan bahwa nilai nilai yang sesuai telah
dihormati. Misalnya prinsip prinsip lebih berguna daripada hanya aturan karena prinsip
dapat memfasilitasi interpretasi ketika keadaan yang ditemui tidak tepat seperti aturan
yang ditentukan, campuran prinsip dan aturan sering kali lebih optimal.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa untuk menjadi efektif , kode etik harus
diperkuat oleh budaya etika yang komprehensif. Mengembangkan budaya etis melibatkan
upaya signifikan terus menerus dalam beberapa dimensi.
B. Ancaman Terhadap Tata Kelola yang Baik dan Akuntabilitas
4
Budaya yang berbeda tidak menjadi masalah, personel dapat salah memahami
tujuan organisasi dan peran mereka sendiri dan tugas fidusia. Misalnya pada kasus Enron,
banyak direksi dan karyawannya percaya bahwa tujuan perusahaan terpenuhi dengan baik
oleh tindakan-tindakan yang membawa keuntungan jangka pendek, sehingga perusahaan
melakukan manipulasi untuk memperoleh keuntungan tersebut yang ternyata berujung
pada kehancuran perusahan tersebut.
2) Kegagalan Untuk Mengidentifikasi dan mengelola Resiko Etika.
Konflik kepentingan telah menjadi topik yang sangat penting dalam skandal yang
muncul baru baru ini, dimana karyawan, agen, dan para professional gagal untuk
melakukan penilaian yang tepat atas nama principal mereka. Konflik kepentingan terjadi
ketika penilaian independen seseorang bergoyang, atau mungkin berayun, dari mengambil
keputusan demi kepentingan terbaik dari orang lain yang bergantung pada penilaian itu.
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang
bebas dari konflik kepentingan. Konflik kepentingan terjadi ketika penilaian independen
seseorang menjadi goyah, atau ada kemungkinan goyah dalam membuat keputusan terkait
dengan kepentingan terbaik lainnya yang bergantung pada penilaian tersebut. Hal ini bisa
saja terjadi karena karyawan dan pimpinan perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung memiliki kepentingan pribadi dalam mengambil suatu keputusan yang
seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keragu-raguan, dan demi kepentingan
terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan ini lebih dari sekedar bias, dimana dapat
diukur dan disesuaikan. Jadi karena ketidakjelasan sifat dan besarnya pegaruh, perhatian
harus benar-benar diberikan pada setiap kecenderungan yang menuju kepada bias.
Pelanggaran kode etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran hukum.
3. Kepemimpinan Etika
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah
tone at the top dan peran pimpinan dalam membangun, membina, melaksanakan,
dan memantau budaya perusahaan yang diharapkan. Jika para pemimpin senior atau
junior hanya bersuara untuk menyatakan nilai-nilai yang diinginkan di dalam
perusahaan, maka karyawan akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai suatu yang
tidak patut diperhatikan. Meskipun budaya formal organisasi menetapkan nilai
tersebut, namun jika tidak didukung oleh budaya informal maka hal tersebut hanya
akan diangap sebagai suatu ocehan atau istilah lainnya window dressing.
Tata kelola etika dan akuntabilitas perusahaan bukan hanya sekedar bisnis yang
bagus, namun merupakan suatu hukum. SOX Seksi 404 mengharuskan perusahaan
meneliti efektivitas sistem pengendalian internal mereka terkait dengan pelaporan
keuangan. CEO, CFO, dan auditor harus melaporkan dan menyatakan efektivitas tersebut.
Pendekatan COSO terkait dengan sistem pengendalian internal menjelaskan bagaimana
cara suatu perusahaan mencapai tujuannnya melalui 4 dimensi, yaitu strategi, operasi,
pelaporan, dan kepatuhan. Melalui 4 dimensi tersebut, kerangka manajemen etika
melibatkan 8 unsur yang saling terkait mengenai cara manajemen menjalankan
perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi dengan proses manajemen yang meliputi
lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko, tanggapan
terhadap risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan
(monitoring).
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan
pengendalian lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika yang
efektif yang berorientasi pada sistem pengendalian internal dan perilaku yang dihasilkan.
Oleh karena itu, hal tersebut dapat menentukan tone at the top, kode etik, kepedulian
pegawai, tekanan untuk memperoleh tujuan yang tidak realistis, kesediaan manajemen
untuk mengabaikan pengendalian, kepatuhan dalam penilaian kinerja, pemantauan
BAB III
ANALISIS KASUS
Spying on Hewlett-Packard (HP) Directors
Pada bulan Januari 2006, direktur Hewlett-Packard (HP), Patricia Dunn, membentuk
tim investigasi yang terdiri dari ahli elektronik dan pengamanan data untuk menyelidiki
kebocoran tentang strategi jangka panjang perusahaan yang menjadi rahasia perusahaan. Pada
bulan September 2006, media memberitakan adanya penyadapan dari tim investigasi
terhadap dewan dan beberapa wartawan. Mereka melakukan penyadapan terhadap telpon
dewan dan 9 wartawan termasuk reporter CNET, New York Times dan Wall Street Journal.
Penyadapan yang tidak etis dan melanggar hukum dilakukan dengan pretexting. Patricia
Dunn menyatakan dia tidak mengetahui metode yang dipakai tim investigasi untuk mencari
sumber kebocoran, namun mengundurkan diri setelah scandal tersebut terbongkar. Sepuluh
hari sebelumnya. George Keyworth, direktur yang bertanggung jawab terhadap kebocoran,
mengundurkan diri dari HP setelah menjadi direktur selama 21 tahun di perusahaan tersebut.
HP didirikan tahun 1939 dan beroperasi lebih dari 170 negara. Penjualan terbesar
adalah komputer personal, dan menyediakan produk dan jasa yang beragam seperi foto
digital, entertaimen digital, penghitungan, printer. Sebagai tambahan HP menyediakan
infrastruktur dan penyediaan superkomputer yang sangat kuat yang mengendalikan berbagai
peralatan. HP termasuk dalam jajaran perusahaan IT besar dengan total pendapatan pada
kuartal keempat 2007 yang berakhir 31 Desember 2007 sebesar $ 107,7 juta. HP menduduki
rangking ke 14 dari daftar 500 perusaan terbesar menurut the Forbes. Kantor pusat
perusahaan di di Palo Alto California.
3. Permasalahan Kasus
a. Kebocoran Informasi Rahasia dan Investigasi HP
Patricia Dunn bergabung dengan HP tahun 1998 dan pada bulan Februari 2005
menjadi direktur. Sebelumnya dia menjadi direktur perusahaan investasi Barclay Global.
9
Pada Januari 2006, di web CNET memberitakan tentang strategi jangka panjang HP yang
dikutip dari sumber orang dalam perusahaan yang tidak disebutkan namanya. Informasi
yang diberitakan merupakan informasi yang hanya diketahui para dewan. Menindak
lanjuti dari artiket CNET, Patricia Dunn dibantu dengan pegawai yang menangani
security data dan penasihat mengotorisasi tim ahli security dan electronic yang
independen untuk menyelidiki sumber kebocoran. Target dari penyelidikan adalah
komunikasi para manajer perusahaan yaitu telepon dan email bukan hanya account
perusahaan tetapi juga account pribadi.
Tim penyelidik tidak mendengarkan percakapan di telpon secara langsung.
Mereka menyelidiki siapa yang ditelpon atau menelpon. Penyelidikan menggunakan
taktik yang beragam dari yang kontroversial sampai yang melanggar hukum. Termasuk
dalam taktik ini menggunakan penyelidik swasta yang berkedok sebagai dewan HP dan
kemudian menipu operator telpon untuk mendapatkan data percakapan para direktur. Hal
yang sama dilakukan terhadap 9 wartawan. Teknik ini dikenal dengan pretexting.
b. Pengunduran Diri Tom Perkins
pengunduran Perkin ke SEC empat hari kemudian juga tidak menyebutkan alasannya.
Pada awal bulan Agustus, setelah HP menolah permohonannya untuk mengambil
langkah, Perkin secara formal meminta SEC untuk memerintahkan HP mempublikasikan
surat pengunduran dirinya. Pada awal bulan september HP memberikan pada SEC, dan
pada saat itu Perkin membeberkan pada media. Pada tanggal 21 September 2006, Mark
Hund, pengganti Keyword dalam press realease menyatakan: Yang dimulai untuk
mencegah kebocoran informasi rahasia dari ruang dewan berakhir dengan arah yang tidak
diantisipasi. Sehari kemudian Patricia Dunn mengundurkan diri. Dalam surat
pengunduran dirinya dia menyatakan:
Saya mengundurkan diri atas permintaan dewan. Pembeberan informasi yang
rahasia merupakan pelanggaran yang serius terhadap perusahaan. Saya mengambil
langkah yang semestinya dengan bantuan pegawai yang menangani security. Saya
tidak memilih orang yang menangani penyelidikan, yang dilakukan setelah
konsultasi dengan anggota dewan. Saya menerima bahwa saya bertanggung jawab
untuk mencari siapa yang membocorkan, tetapi saya tidak menyarankan metode
spesifik yang dipakai dalam investigasi. Saya sendiri menjadi subyek yang
diselidiki. Catatan telpon saya juga diselidiki bersama dengan catatan telpon yang
lainnya. Namun disayangkan, orang yang diandalkan untuk melakukan investigasi
ini menghancurkan saya dan perusahaan.
Seminggu kemudian, pada tanggal 28 September, Komite energi dan perdagangan
di Amerika melakukan penyelidikan. Ann Baskin, general councel, mengundurkan diri
dan tidak mau memberi kesaksian sesuai dengan amandemen ke 5 dalam proses
penyelidikan kriminal. Dalam dengar pendapat, Dunn dan Hurd membeberkan apa yang
dilakukan dalam penyelidikan internal. Dunn bersaksi bahwa dia tidak pernah menyetujui
penggunaan taktik yang diprtanyakan, dia mengatakan bahwa dia tidak sadar sampai
dengan akhir Juni atau juli 2006, bahwa pretexting dapat menyebabkan seseorang
memalsukan identitas untuk dapat memperoleh catatan telpon.
Pada bulan Oktober 2006 kejaksaan California mengajukan dakwaan kriminal
pada perusahaan, Patricia Dunn dan pegawai Hp yang terlibat dalam penyelidikan. HP
membayar denda $14,5 juta dan berjanji untuk memperbaiki pelaksanaan tata kelola di
perusahaan. Pada bulan Juni 2007 Hakim memutuskan Patria Dunn dan pegawai yang
terlibat dinyatakan tidak bersalah.
Pada saat yang sama wartawan yang catatan telponya juga diselidiki, juga
mengajukan tuntutan. Dua tahun kemudian HP setuju melakukan penyelesaian dengan
11
wartawan dari New York Times dan Business Week. Jumlah yang dibayarkan tidak
disebutkan. Dan hasil pembayaran didonasikan untuk sosial.
Pretexting adalah suatu teknik untuk membuat dan menggunakan skenario yang
diciptakan (sebuah dalih) yang melibatkan korban yang ditargetkan dengan cara
meningkatkan kemungkinan korban membocorkan informasinya. Pretexting bisa disebut
sebagai kebohongan yang terencana dimana telah diadakan riset data sebelumnya untuk
mendapatkan data-data akurat yang dapat meyakinkan target bahwa kita adalah pihak
yang terautorifikasi.
4. Pertanyaan Kasus
1) Haruskah Dewan Direksi diizinkan melakukan penyelidikan mengenai kelemahan
tanpa
diketahui
oleh
pihak
yang
seharusnya
berwenang
atau
bertanggungjawab dalam hal ini, sebaiknya tindakan seperti ini harus didiskusikan
terlebih dahulu kepada salah seorang pejabat yang berwenang yang bertanggung
jawab atas sistem internal perusahaan, karena akan sangat berisiko mengemban
tanggungjawab sebesar ini tanpa adanya dukungan dari pihak yang mempunyai
wewenang. Setelah diketahui pelakunya dan apa penyebab kebocoran terjadi maka
manajemen mampu mengambil tindakan lebih lanjut untuk melakukan perbaikan
sistem internal agar dikemudian hari tidak aka ada lagi kebocoran informasi dari
orang dalam perusahaan.
3) Pada perusahaan Go Public alasan pengundurunan diri dari dewan direktur
seharusnya selalu diumumkan ke publik. Hal ini dilakukan karena publik memiliki
hak untuk mengetahui informasi apapun yang ada dan terjadi dalam perusahaan,
khususnya bagi investor maupun kreditur, pergantian direksi merupakan salah satu
informasi penting dalam bursa saham yang mana itu nantinya akan menyebabkan
adanya sentimen positif maupun negatif bagi investor yang merupakan
pertimbangan pengambilan keputusan investasi, dimana ini juga sesuai dengan
13
prinsip full disclosure untuk menjaga dan melindungi kepentingan publik. Dan
pergantian direksi juga akan menentukan arah perusahaan kedepannya, tujuan
yang ingin dicapai karena beda pemimpin beda pula cara untuk mencapai tujuan
dan hal tersebut tentunyta akan sangat mempengaruhi kondisi perusahaan.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Kebutuhan untuk tata kelola perusahaan yang etis bukan hanya baik bagi bisnis, kini
diwajibkan oleh hukum. Perubahan terbaru dalam tata peraturan sedang mengubah harapan
secara signifikan. Dalam era keterbukaan yang mengikat, di mana perilaku etis dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan secara mendalam adalah untuk kepentingan
para pemegang saham, direktur, dan eksekutif bahwa sistem tata perusahaan mereka
menyediakan pedoman yang memadai dan berakuntabilitas.
Direksi harus menunjukan due diligience dalam pengelolaan bisnis perusahaan dan
risiko etika. Mereka harus memastikan bahwa budaya etis yang efektif berlaku di perusahaan
mereka. Hal ini memerlukan pengembangan kode etik, dan sarana penting untuk menciptakan
kesadaran tentang perilaku yang tepat, perilaku yang memperkuat, dan memastikan bahwa
nilai-nilai yang mendasari tertanam dalam strategi perusahaan dan operasi. Posisi perusahaan
pada konflik kepentingan, pelecehan seksual, dan topic serupa harus terlibat dari awal,
dengan waspada memutakhirkan informasi untuk mengikuti harapan budaya perusahaan saat
ini.
Jika para direktur mampu mengenali dan mempersiapkan perusahaan mereka untuk
era baru akuntabilitas pemangku kepentingan melalui sistem, tata kelola etika yang efektif,
mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tetapi akan menghasilkan keunggulan
kompettitif di antara pelanggan, karyawan, mitra, lingkungan dan pemangku kepentingan
lainnya yang pasti akan menarik bagi pemegang saham.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. & Paul Dunn, 2010, Business & Professional Ethics for Accountants, 5th
edition, South-Western Cengage Learning.
16