Pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya menaruh harapan besar terhadap
bisnis, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana
cara mereka melakukannya. Pada saat yang sama, lingkungan tempat bisnis beroperasi semakin
kompleks sehingga hal tersebut menjadi tantangan etika bagi mereka. Jika mereka sampai
melakukan tindakan yang melanggar etika, maka hal tersebut dapat menimbulkan risiko yang
besar dan akan berpengaruh buruk bagi reputasi dan pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Jadi, sangat dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan yang menyediakan aturan
serta akuntabilitas yang tepat untuk kepentingan pemegang saham dan semua pemangku
kepentingan lainnya.
Kerangka Tata Kelola dan Akuntabilitas Modern untuk Pemegang Saham dan Para
Kasus pelanggaran etika yang berujung pada kegagalan bisnis, audit, dan tata kelola
perusahaan berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah mengakibatkan
suatu bencana besar di lingkungan bisnis, dan telah menjadi pemicu harapan baru dalam tata
kelola dan akuntabilitas perusahaan. Menyikapi hal tersebut, para politisi Amerika menciptakan
kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX)
yang bertujuan untuk memulihkan kembali kepercayaan investor dan memfokuskan kembali tata
kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka, yakni
tanggung jawab terhadap kepentingan pemegang saham dan para pemangku kepentingan
lainnya.
Perusahaan bertanggung jawab secara hukum kepada pemegang saham dan secara strategis
tindakan perusahaan berpedoman pada visi perusahaan, misi, strategi, kebijakan, kode etik,
praktik, sesuai mekanisme, dan pengaturan umpan balik. Jika tidak, perusahaan dapat kehilangan
dukungan dari satu atau lebih stakeholder. Pedoman yang tepat diperkuat oleh mekanisme umpan
balik harus diberikan kepada manajemen dan diperkuat oleh budaya perusahaan yang etis. Jika
tidak, manajemen dapat bertindak seenaknya karena tidak ada pedoman yang membatasi serta
umpan balik.
Dewan Direksi mungkin akan diperingatkan oleh beberapa agen jika muncul perilaku
Pemegang saham biasanya memilih auditor eksternal untuk memberikan pendapat ahli
tentang apakah lapkeu yang disiapkan manajemen telah menyajikan secara wajar dan
Auditor eksternal diminta untuk bertemu dengan Komite Audit dari dewan dan
Auditor internal berperan untuk menilai apakah kebijakan perusahaan telah bersifat
2
Pengacara perusahaan akan diharapkan untuk membuat dewan direksi menyadari
masalah jika manajemen tidak merespons dengan tepat ketika menceritakan kejanggalan
yang ada
Ethics Officer harus melapor kepada Dewan Komite Audit dan menjadi saluran yang
3
Dalam menanggapi ancaman-ancaman yang terkait dengan tata kelola dan akuntabilitas
yang baik, maka suatu pedoman yang jelas sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan
pendek. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kurangnya bimbingan yang tepat dan/atau
kepentingan dan operasi perusahaan, maka risiko harus dapat diidentifikasi, dinilai, dan
dikelola dengan hati-hati. Prinsipnya yaitu, risiko etika terjadi ketika terdapat
adalah sangat penting untuk menghindari krisis atau kehilangan dukungan dari para
pemangku kepentingan. Hal itu dapat dilakukan dengan menetapkan tanggung jawab,
- Konflik Kepentingan
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang bebas dari
menjadi goyah, atau ada kemungkinan goyah dalam membuat keputusan terkait dengan
kepentingan terbaik lainnya yang bergantung pada penilaian tersebut. Hal ini bisa saja
4
terjadi karena karyawan dan pimpinan perusahaan baik secara langsung maupun tidak
seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keragu-raguan, dan demi kepentingan
terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan ini lebih dari sekedar bias, dimana dapat
diukur dan disesuaikan. Jadi karena ketidakjelasan sifat dan besarnya pegaruh, perhatian
harus benar-benar diberikan pada setiap kecenderungan yang menuju kepada bias.
mempertimbangkan nilai-nilai etika yang tepat. Direksi dan para eksekutif harus cermat
dalam mengatur bisnis dan risiko etika perusahaannya. Mereka harus memastikan bahwa
budaya etis telah berjalan dengan efektif dalam perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengembangan kode etik sehingga dapat menciptakan pemahaman yang tepat mengenai
nilai-nilai yang mendasarinya melekat pada strategi dan operasi perusahaan. Hal-hal
seperti konflik kepentingan, pelecehan seksual, dan hal-hal serupa lainnya harus segera
diatasi dengan pengawasan yang memadai untuk menjaga agar budaya perusahaan tetap
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Kode etik dapat didefinisikan sebagai
terhadap prinsip-prinsip etika. Mekanisme tersebut dipandang sebagai suatu cara yang
efektif untuk mendukung kebiasaan etika dalam menjalankan bisnis. Kode etik menuntut
karyawan dan pimpinan perusahaan untuk melakukan praktik-praktik etika bisnis terbaik
dalam semua hal yang dilakukan atas nama perusahaan. Jika prinsip tersebut telah
perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran kode
etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum.
Etika Kepemimpinan
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah “tone at the
top” dan peran pimpinan dalam membangun, membina, melaksanakan, dan memantau
6
budaya perusahaan yang diharapkan. Jika para pemimpin senior atau junior hanya
karyawan akan mempertimbangkan hal tersebut sebagai suatu yang tidak patut
diperhatikan. Meskipun budaya formal organisasi menetapkan nilai tersebut, namun jika
tidak didukung oleh budaya informal maka hal tersebut hanya akan diangap sebagai suatu
namun merupakan suatu hukum. SOX Seksi 404 mengharuskan perusahaan meneliti efektivitas
sistem pengendalian internal mereka terkait dengan pelaporan keuangan. CEO, CFO, dan auditor
harus melaporkan dan menyatakan efektivitas tersebut. Pendekatan COSO terkait dengan sistem
melalui 4 dimensi, yaitu strategi, operasi, pelaporan, dan kepatuhan. Melalui 4 dimensi tersebut,
kerangka manajemen etika melibatkan 8 unsur yang saling terkait mengenai cara manajemen
menjalankan perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi dengan proses manajemen yang
meliputi lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko, tanggapan
(monitoring).
Etika dan budaya etis perusahaan memainkan peran penting dalam penetapan pengendalian
lingkungan, dan juga dalam menciptakan manajemen risiko etika yang efektif yang berorientasi
pada sistem pengendalian internal dan perilaku yang dihasilkan. Oleh karena itu, hal tersebut
dapat menentukan “tone at the top”, kode etik, kepedulian pegawai, tekanan untuk memperoleh
tujuan yang tidak realistis, kesediaan manajemen untuk mengabaikan pengendalian, kepatuhan
budaya perusahaan dan tindakan karyawan mereka adalah gelombang baru dalam pengawasan
pemangku kepentingan dan kebutuhan untuk transparansi dan akuntabilitas publik. Jika direksi
mampu mengenali dan mempersiapkan perusahaan mereka di era baru dimana akan berhadapan
dengan akuntabilitas para pemangku kepentingan yang efektif dan juga sistem tata kelola yang
beretika, mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tapi juga akan menghasilkan keuntungan
kompetitif dari perlanggan, karyawan, mitra, lingkungan, dan para stakeholder lainnya yang
tentunya menarik bagi pemegang saham. Intinya, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional
harus fokus sepenuhnya terhadap pengembangan dan pemeliharaan budaya integritas jika mereka
8
STUDI KASUS:
Pendahuluan
Infosys didirikan pada tahun 1981 oleh tujuh orang insinyur dengan modal awal sebesar US$250.
pemikiran besar yang mendorong kemajuan klien dan memperpanjang kehidupan melalui solusi
perusahaan. Dalam waktu tiga dekade, Infosys telah berfokus pada hal tersebut.
Kami menyadari pentingnya memelihara hubungan yang mencerminkan budaya etika yang teguh
dan saling menghormati. Itu akan datang tidak mengejutkan begitu, bahwa 98.1 persen (per
September 30, 2014) dari pendapatan kami berasal dari klien yang sudah ada.
Infosys memiliki keberadaan global tumbuh dengan lebih dari 165,000+ karyawan. Secara
global, kami memiliki 73 kantor penjualan dan pemasaran, dan 93 pusat pengembangan pada
Di Infosys, kami percaya tanggung jawab kita melampaui bisnis. Itulah sebabnya kami
mendirikan Infosys Yayasan - untuk memberikan bantuan kepada beberapa yang lebih sosial dan
ekonomi tertekan sektor masyarakat di mana kita bekerja. Dan itulah mengapa kita berperilaku
etis dan jujur dalam semua interaksi kita - dengan klien kami, mitra kami dan karyawan kami
(www.infosys.com).
9
Tantangan yang dihadapi Infosys Technologies, Ltd.
Dalam mewujudkan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan yang paling dihormati di India,
N.R. Narayana Murthy, salah satu pendiri Infosys yang sekarang ini ditunjuk menjadi Eksekutif
Ketua Dewan (Executive Chairman of the Board) dari Infosys. Menurut beliau, ada beberapa
tantangan yang signifikan membuat perusahaan ini harus bekerja keras dalam mewujudkan
1. Infosys memilih membayar pemerintah sesuai ketentuan daripada memberikan suap kepada
kesuksesan suatu bisnis. Sesuatu yang tidak normal di India jika terdapat perusahaan yang
dapat memenangkan tender tanpa memberikan sogokan kepada calon klien mereka.
2. Infosys tidak mampu bersaing dengan rival mereka karena mereka banyak menggunakan
3. Berhubungan dengan para senior eksekutif di Negara berkembang sangat memerlukan pelicin
4. Infosys pernah berhenti mendistribusikan piranti lunak yang menyedot banyak tambahan
biaya (extra-cost) dikarenakan harus mengimpor barang tersebut yang bea masuknya sangat
Mantan kepala penjualan di seluruh dunia Infosys ini, asisten eksekutif yang di
Infosys dan asuransi yang dibayar lebih dari $ 3 milInfosys baru-baru ini.
10
6. Dengan dikenal sebagai perusahaan yang berbasis nilai membuat tekanan pada Infosys untuk
7. Isu terakhir mengenai Infosys, bahwa perusahaan dituduh melanggar hukum AS visa dengan
menyediakan pekerja penuh waktu dengan visa dimaksudkan hanya untuk pengunjung
(business-trip visa yang diberikan dengan tujuan untuk seminar dan traininig)
dan berbuat hanya yang sesuai dengan aturan. Dengan kebenaran yang coba disampaikan Infosys
kepada pegawainya, pegawai merekapun menjadi bersemangat untuk bertidak sesuai aturan,
meski pegawai lain melakukan hal sebaliknya. Pegawai Infoys menjadi rasa antusias yang tinggi,
Dalam hal memenangkan tender, Infosys berani menolak memberikan mobil untuk
memenangkan tender tersebut. Perusahaan juga berani menutup produk yang tinggi ongkos
distribusinya dikarenakan bea masuk yang tinggi (hal ini terjadi karena Infosys tidak ingin
Ada beberapa kasus pegawai Infosys yang tidak mematuhi nilai-nilai yang dianut perusahaan.
Perusahaan menjalankan praktek (zero tolerance policy) sehingga pegawai tersebut tidak
kasus yang ada tidak menjadi bertambah besar. Sebaliknya, perusahaan juga menyediakan
11
Untuk memenuhi tanggung jawab kepada pemangku kepentingan (stakeholders) mereka,
Infosys lebih menyukai mengungkapkan kerugian mereka kepada para pemangku kepentingan
sehingga stakeholders pun tidak menghukum mereka malah semakin mendukung Infosys.
Infosys memiliki nilai-nilai yang tidak tercatat sampai pada tahun 1998 berhasil
pegawai-pegawai baru. Cara-cara yang dilakukan dalam hal sosialisasi sistem nilai perusahaan
adalah:
nilai kami. Mereka banyak menghabiskan istirahat makan siang mereka dengan karyawan
Untuk mendukung visi dari perusahaan, maka Infosys membuat suatu sistem nilai di Perusahaan.
Berikut ini sistem nilai yang dibuat perusahaan, dinamakan C-LIFE yaitu sebagai berikut:
12
- Komitmen untuk berusaha tanpa henti, untuk terus meningkatkan Diri kita sendiri, tim
Satisfying the spirit of the law and not just the letter of the law (Memuaskan semangat
Going beyond the law in upholding corporate governance standards (Melampaui hukum
Maintaining transparency and a high degree of disclosure levels (Menjaga transparansi dan
(Membuat perbedaan yang jelas antara kenyamanan pribadi dan sumber daya perusahaan)
Communicating externally in a truthful manner about how the company is run internally
Complying with the laws in all the countries in which the company operates (Mematuhi
Having a simple and transparent corporate structure driven solely by business needs
kebutuhan bisnis)
13
Embracing a trusteeship model in which the management is the trustee of the shareholders'
capital and not the owner (Merangkul model wali amanat di mana manajemen adalah
Driving business based on the belief, ‘when in doubt, disclose’ (Mengemudi bisnis
Kesimpulan Kasus
Hasil dari peninjauan terhadap kasus Infosys, menurut kelompok kami, Infosys merupakan
perusahaan yang memang terbukti telah membangun perusahaan mereka dengan nilai-nilai etika
sebagai pondasinya. Bukan profit yang mereka kejar, tapi dengan mengedepankan tata kelola
yang beretika maka perusahaan dapat mengejar ketinggalannya dalam segi profit.
Infosys juga telah merancang dan mengimplementasikan program etika, sistem nilai yang disebut
oleh Brooks, cultural values dalam perusahaan. N. R. Narayana Murthy dan enam orang insinyur
pendiri Infosys berhasil menciptakan struktur korporasi yang beretika sejak tahun 1981.
14