Anda di halaman 1dari 17

Strategi Dasar Perencanaan Pajak :

Distribusi Kepada Pemilik

Disusun oleh:

1. Dicga Naufalirfan 1113010102


2. Arin Andi Pratiwi 1313010005
3. Yuan Ady Kuncoro 1313010058
4. Ebi Kristanti 1313010199
5. Mita Wahyu W. 1313010200
6. Fajar Alifianto 1313010257
7. Amira Nur Ashar A.D. 1313010270

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” – JAWA TIMUR

2016

1
STRATEGI DASAR PERENCANAAN PAJAK : DISTRIBUSI KEPADA
PEMILIK

Distribusi imbalan kepada pemilik tidak termasuk pengorbanan bagi perusahaan, berbeda
dengan imbalan karyawan dan para kreditur yang keduanya merupakan pengorbanan atau biaya
yang mempengaruhi profitabilitas dan cash generating ability dari aktivitas operasinya, imbalan
kepada pemilik tidak mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

A. Status Pajak Perusahaan


Didalam memberikan imbalan kepada para pemilik, secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua kategori :
a) Perusahaan Perseorangan
b) Perusahaan Non Perseorangan dan bentuk usaha tetap
Perbedaan status pajak, sruktur dan tarif pajak dari kedua perusahan, yang membedakan
kemampuan untuk memberikan imbalan kepada pemilik. Perusahaan perseorangan di kenakan
pajak penghasilan berdasarkan tarif progresif 5%-30% dari penghasilan kena pajak. Sedangkan
perusahaan non perseorangan dan bentuk usaha tetap, dikenakan pajak berdasarkan
tarifproposional 25%.

Contoh 1 :Laba Akuntansi sebagai Batas Maksimum Imbalan Kepada Pemilik


Tiga perusahaan sejenis mempunyai pendapatan bruto Rp 4,00 milyar dan memperoleh
penghasilan neto sebesar Rp 1,00 milyar dalam tahun pajak 2011. Laba akuntansi (sesudah
pajak) sebagai batas maksimum jumlah imbalan kepada pemilik dalam tahun 2011 untuk
masing-masing perusahaan sesuai status pajaknya adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan WP-Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8
milyar memperoleh fasilitas pengrangan tariff sebesar 50% , atau sebesar 50% x 25% =
12,5%
b. Perusahaan WP-Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8
milyar sampai dengan Rp 50 milyar, memperoleh fasilitas pengurangan tarif sebesar 50%
c. Perusahaan WP-Badan dalam negeri dengan peredaran bruto lebih dari Rp 50 milyartidak
memperoleh fasilitas pengurangan tarif
Tabel berikut ini mengikhtisarkan laba akuntansi(sesudah pajak) sebagai batas
maksimum jumlah imbalan yang dapat didistribusikan kepada para pemilik, agar modal
perusahan tidak mengalami perubahan atau tetap sama dengan modal awalnya :

2
Contoh 2 : Laba Akuntansi sebagai Batas Maksimum Imbalan Kepada Pemilik
Dua perusahaan sejenis dengan peredaran bruto Rp 4,5 milyar, memperoleh penghasilan
kena pajak sebesar Rp 900 juta dalam tahun pajak 2011. Laba akuntansi(sesudah pajak) sebagai
batasan maksimum imbalan kepada pemilik dalam tahun 2011 untuk masing-masing perusahaan,
sesuai dengan bentuk badan usaha dan status pajaknya adalah sebagai berikut

Perhatikan bahwa untuk jumlah peredaran bruto dan penghasilan kena pajak yang sama
besarnya, perbedaan status pajak bias membuat tarif efektiv pajak perusahaan perseorangan
hamper dua kali lipat di banding tarif efektif pajak perusahaan nonperseorangan.

Contoh 3 : Laba Akuntansi sebagai Batas Maksimum Imbalan Kepada Pemilik


Dua perusahaan sejenis dengan peredaran bruto Rp 48 milyar, memperoleh penghasilan
kena pajak sebesar Rp 6 milyar dalam tahun pajak 2011. Laba akuntansi(sesudah pajak) sebagai
batasan maksimum imbalan kepada pemilik dalam tahun 2011 untuk masing-masing perusahaan,
sesuai dengan bentuk badan usaha dan status pajaknya adalah sebagai berikut :

Peredaran bruto tidak mempengaruhi tarif pajak penghasilan untuk perusahaan


perseorangan, tetapi dengan jumlah penghasilan kena pajak lebih dari Rp 500 juta maka
perusahaan terkena tariff marjinal pajak sebesar 30%. Dengan lapisan bagian terbesar
penghasilan kena pajak terkena pajak 30%, membuat tarif efektif pajak perusahaan mendekati
30% atau persis nya 29,08%.

3
Dengan jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 4,8 milyar tetapi kurang dari Rp 50 milyar,
ada dua tarif pajak yang relevan untuk perusahaan WP-badan dalam negeri, masing-masing
12,5% dan 25%. Tarif pajak sebesar 12,5% berlaku untuk jumlah penghasilan kena pajak yan
merupakan bagian dari peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 Milyar. Sedangkan tarif 25%
berlaku unutk jumlah penghasilan kena pajak penghasilan bruto diatas Rp4,8Milyas sampai
dengan Rp 48 milyar.

Contoh 4 : Laba Akuntansi sebagai Batas Maksimum Imbalan Kepada Pemilik


Dua perusahaan sejenis dengan peredaran bruto Rp 60 milyar, memperoleh penghasilan
kena pajak sebesar Rp 7,5 milyar dalam tahun pajak 2011. Laba akuntansi(sesudah pajak)
sebagai batasan maksimum imbalan kepada pemilik dalam tahun 2011 untuk masing-masing
perusahaan, sesuai dengan bentuk badan usaha dan status pajaknya adalah sebagai berikut :

Perhatikan bahwa perbedaan status pajak perusahaan bisa mempengaruhi kemampuan


untuk memberikan imbalan kepada pemilik, meskipun profitabilitas anatarperusahaan relative
sama besarnya. Laba akuntasi sebagai batas maksimum imbalan kepada pemilik diantara
perusahaan WP-badan dalam negerijuga dipengaruhi oleh status/bentuk usaha :
i. Yang modal nya tidak terbagi saham
ii. Yang modal nya terbagi dalam saham (berbentuk perseroan terbatas)
Untuk perusahaan berbentuk perseroan terbatas masih dibedakan dalam dua kategori :
i. Perseroan tertutup (yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek)
ii. Perseroan terbuka
Perseroan terbuka juga masih dibagi dalam dua kategori :
i. Perseroan terbukayang sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia kurang dari
40% dari jumlah saham yang disetor
ii. Perseroan terbukayang sahamnya diperdagangkan di bursa efek Indonesia paling sedikit
40% dari jumlah saham yang disetor

B. Status Pajak Pemilik


Imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada pemiliknya bisa jadi merupakan :
i. Penghasilan bukan objek pajak
ii. Penghasilan objek pajak
Untuk imbalan kepada pemilik yang merupakan objek pajak juga di bedakan dalam dua kategori:
i.Berdasarkan tarif umum pasal 17
ii.Berdasarka tarif tertentu bersifat final

4
Untuk imbalan kepada pemilik yang merupakan penghasilan objek pajak, manajemen
berkewajiban untuk membantu para pemilik dalam meminimasi beban pajaknya. Seperti halnya
imbalan kepada karyawan, imbalan kepada para pemilikakan berakibat padaberkurangnya asset
atau bertambahnya utang perusahaan. Hal ini disebabkan oleh imbalan yg diterima oleh pemilik
perusahaan akan mengurangi klaim dari para pemilikterhadap aset bersih perusahaan. Satu
satunya alternatif yang dapat dilakukan manajemen adalah membatu meminimasi, termasuk
menunda atau mengangguhkan pembayaran pajak atas imbalan yang diberikan kepada para
pemilik.

Contoh-5 : Efek Pajak Ganda


Dua perusahaan WP-Badan dalam negeri, satu berbentuk firma dan satu lagi berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham-saham pada awal tahun 2012
mempunyai total aset, total utang dan total ekuitas sebagai berikut (rupiah dalam ribuan):
Deskripsi Fa. ACI PT SEC
Total Aset 5.000.000 5.000.000
Total utang (suku bunga 9%) 500.000 1.000.000
Modal saham (nominal @1jt) - 2.500.000
Laba yg ditahan - 1.500.000
Modal A 1.500.000 -
Modal C 1.500.000 -
Modal I 1.500.000 -
Total Utang dan Ekuitas 5.000.000 5.000.000

Dalam tahun pajak 2012 , kedua perusahaan mempunyai peredaran bruto dan
memperoleh penghasilan kena pajak yang sama besarnya , yakni sebesar Rp 600,00 Juta.
No Deskripsi Laba dibagi - 20% Laba dibagi – 80%
Fa. ACI PT.SEC Fa. ACI PT.SEC
1 Penghasilan Kena Pajak 600.000 600.000 600.000 600.000
2 Pajak Penghasilan Badan
Tarif 12,5% dari 200jt (25.000) (25.000) (25.000) (25.000)
Tarif 25% dari 400jt (100.000) (100.000) (100.000) (100.000)
3 Laba bersih (sudah pajak) 475.000 475.000 475.000 475.000
4 Laba dibagi pada pemilik 95.000 95.000 380.000 380.000
5 PPh –Pemilik (10% Final) 0 (9.500) 0 (38.000)
6 Jumlah pajak penghasilan 125.000 134.500 125.000 163.000
(2+5)
7 Tarif efektif pajak (6/1) 20,83% 22,442% 20,83% 27,17%

5
Tabel di atas menunjukkan tarif efektif pajak penghasilan dari perspektif para pemilik
peerusahaan pada masing-masing alternatif bagian laba yang didistribusikan sebagai imbalan
kepada para pemilik dalam tahun pajak 2012 (rupiah dalam ribuan):
Fa Aci sebagai WP-Badan Dalam Negeri yang modalnya tidak terbagi dalam saham-
saham dikenakan pajak penghasilan hanya sekali pada tingkat perusahaan (badan). Sedang PT
SEC dikenakan pajak penghasilan sebanyak 2x, satu pada tingkat (badan) dan satu pada tingkat
pemilik, untuk bagian laba yang didistribusikan kepada pemilik. Semakin besar bagian laba yang
didistribusikan pada pemilik , semakin tinggi tarif efektif pajaknya di mata para pemilik. Dengan
20% bagian laba didistribusikan pada pemilik, tarif efektif pajak di mata para pemilik berjumlah
1,59% lebih tinggi atau +/- 108% dari tarif pajak efektif di mata pemilik Fa. ACI. Tarif efektif
pajak di mata pemilik Fa.ACI tidak mengalami perubahan, berapapun bagian laba yang
didistribusikan pada para pemilik. Sementara itu, semakin besar bagian laba yang didistribusikan
pada para pemilik, akan semakin besar pula tarif efektif pajak di mata para pemilik SEC. Itulah
sebabnya mengapa selisih tarif efektif pajak di mata para pemilik PT.SEC menjadi 6,34% lebih
tinggi atau +/- 130% dari tarif efektif pajak di mata para pemilik Fa.ACI jika 80% bagian dari
laba didistribusikan pada pemilik.

Bentuk Imbalan Kepada Pemilik


Terdapat beberapa alternatif bentuk imbalan kepada pemilik yang masing-masing punya
konsekuensi pajak yang berbeda : kas, barang, sekuritas utang, sekuritas saham. Besaran tarif ,
basis perhitungan, dan saat terutangnya pajak bisa jadi berbeda untuk masing masing bentuk
imbalan.Basis pajak dari imbalan kepada pemilik berupa kas adalah jumlah uang yang
dibayarkan atau diterima dalam transaksi. Sedangkan Basis pajak untuk imbalan berupa
barang/jasa adalah harga pasar barang/jasa pada tanggal transaksi.

Kemampuan Perusahaan untuk Memberikan Imbalan kepada Pemilik


Ada 2 konsep untuk manajemen sebagai acuan distribusi imbalan pada pemilik:
- Konsep keseimbangan antara profitabilitas (laba akuntansi) dan likuiditas (laba tunai)
Laba akuntansi merupakan batas maksimum jumlah imbalan yang dapat didistribusikan
kepada para pemilik, agar distribusi imbalan kepada para pemilik tidak mengakibatkan
berkurangnya jumlah penyertaan modalnya di dalam perusahaan. Hal ini disebabkan oleh laba
akuntansi tidak selalu sama dengan laba tunai. Secara matematis hubungan keduanya tergambar
sbb:
Laba Tunai = Laba Akuntansi + Biaya Nonkas – Penghasilan Nonkas

Pajak penghasilan pada khususnya merupakan fungsi dari profitabilitas, dan harus
dibayar sehingga mempengaruhi likuiditas(laba tunai atau arus kas bersih dari aktivitas operasi).
Adanya keseimbangan dari kedua indikator atau pengukur kinerja perusahaan akan sangat
membantu manajemen dalam distribusi dividen.

6
- Konsep tingkat pertumbuhan berkelanjutan (Sustainable Growth Rate)dan Free Cash Flows
Dalam konsep ini perusahaan diharapkan bisa terus eksis dan berkembang, maka dari itu
pertanyaan mendasarnya adalah seberapa besarkah tingkat pertumbuhan yang seharusnya dicapai
oleh perusahaan mengingat tingkat pertumbuhan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memberikan imbalan pada pemilik.
Secara matematis SGR dapat dinyatakan sebagai berikut
Sustainable Growth Rate = ROE x (1-DPO)

Variabel (1-DPO) merupakan bagian laba yang tidak dibagi sebagai deviden dan
seringkali disebut retention ratio (RR) atau dengan kata lain RR= 1-DPO

Contoh-6 : Konsep Dasar Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan


Dua Perusahaan berbentuk PT WP-Badan dalam negeri pada awal tahun 2011
mempunyai total aset dan struktur modal yang sama sbb (rupiah dalam ribuan)
Deskripsi PT. ACI PT.ICI
Total Aset 50.000.000 50.000.000
Total utang (suku bunga 9%) 20.000.000 30.000.000
Modal saham (nominal @1000) 10.000.000 10.000.000
Laba yg ditahan 20.000.000 10.000.000
Total Utang dan Ekuitas 50.000.000 50.000.000

Seperti halnya dalam beberapa tahun terakhir , diumpamakan kedua perusahan


menghasilkan ROE sebesar 12,5% dalam tahun pajak 2011. Akan Tetapi, kedua perusahaan
menerapkan kebijakan deviden berdasar dividend payout yg konsisiten, masing-masing PT.ACI
sebesar 20% sedang PT ICI sebesar 60% . Sebagai akibatnya , sustainable growth rate (SGR)
PT.ACI adalah 10% (12,5 x 0,80) sedang SGR PT.ICI adalah 5% (12,5 x 0,40).
Dengan ROE 12,5% dan dividend payout masing-masing 0,20 dan 0,60 ,maka kenaikan
ekuitas (laba ditahan) pd masing2 perusahaan akan tampak sbb (rupiah dalam ribuan):

Deskripsi PT.ACI PT.ICI


Laba bersih (sesudah pajak 12,5% dr total ekuitas) 3.750.000 2.500.000
Kurang distribusi deviden (0,2 dan 0,6 dari laba bersih) (750.000) (1.500.000)
Laba ditahan(kenaikan ekuitas) 3.000.000 1.000.000

Mengacu pada tingkat pertumbuhan berkelanjutan tersebut, PT.ACI akan tumbuh atau
berkembang 2x lebih pesat (10% = 12,5% x 0,80) dibanding PT ICI (5% = 12,5% x 0,40).
Sebagai akibatnya total aset, total utang, dan total ekuitas dari masing-masing perusahaan pada
akhir tahun pajak 2011 akan menjadi sebagai berikut (rupiah dalam ribuan):
Deskripsi PT ACI (SGR = 10%) PT ICI (SGR = 5%)
1 Jan 31 Des 1 Jan 31 Des

7
Total Aset 50.000.000 55.000.000 50.000.000 52.500.000
Total utang (bunga 9%) 20.000.000 22.000.000 30.000.000 31.500.000
Modal saham (nominal @1rb) 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Laba yang ditahan 20.000.000 23.000.000 10.000.000 11.000.000
Total Utang dan Ekuitas 50.000.000 55.000.000 50.000.000 52.500.000

Perhatikan bahwa jumlah kenaikan laba yang ditahan (ekuitas) dari masing-masing
perusahaan (sebesar 3M untuk PT ACI dan 1M untuk PT ICI). Jadi pada akhirnya, tingkat
pertumbuhan berkelanjutan tersebut termanifestasi pada kenaikan atau pertumbuhan total aset,
utang & ekuitas perusahaan.
Melanjutkan contoh tersebut diatas, diumpamakan tahun 2012 ROE PT ACI turun 10%
dan PT ICI naik 15% dan jika kebijakan deviden tidak berubah maka akan menjadi seperti
berikut:
Deskripsi PT ACI (SGR = 8%) PT ICI (SGR = 6%)
31 des ‘11 31 Des ‘12 31 des ‘11 31 Des ‘12
Total Aset 55.000.000 59.400.000 52.500.000 55.650.000
Total utang (bunga 9%) 22.000.000 23.760.000 31.500.000 33.390.000
Modal saham (nominal 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
@1rb) 23.000.000 25.640.000 11.000.000 12.260.000
Laba yang ditahan
Total Utang dan Ekuitas 55.000.000 59.400.000 52.500.000 55.650.000

Konsep ini relevan untuk dipakai oleh manajemen, karena bisa digambarkan sebagai berikut :
- Dalam hal investasi yang diinginkan melebihi tingkat pertumbuhan berkelanjutan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
1. Memperkecil deviden,
2.Mengubah struktur modal lewat penerbitan sekuritas utang/saham baru
- Dalam hal investasi yang diinginkan kurang dari tingkat pertumbuhan berkelanjutan. Hal
ini dapat dilakukan deganncara kebalikan cara sebelumnya.

Distribusi Laba dan Efeknya Terhadap Nilai Perusahaan


Konsep dasar pertumbuhan berkelanjutan (Sustainable Growth Rate) harus diakui sangat
bermanfaat untuk membantu manajemen di dalam membuat kebijakan dividen atau distribusi
kepada pemilik. Semakin besar proporsi laba yang dibagisebagai dividen, semakin rendah
tingkat pertumbuhan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin
tinggi tingkat pertumbuhan yang ditargetkan, semakin kecil proporsi laba yang dapat dibagi
sebagai dividen.
Terdapat sekurang-kurangnya 4 pendapat menyangkut relevansi kebijakan dividen
terkait efeknya terhadap harga pasar saham, yaitu :

8
1. Disebut traditional view, kebijakan dividen dipandang relevan dalam arti dapat
mempengaruhi harga pasar saham serta pemegang saham lebih menyukainya daripada
capital gains yang tidak pasti.
2. Menyatakan sebaliknya, bahwa para pemegang saham lebih menyukai capital gains
daripada dividen. Sebab capital gains dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah
dibandingkan dividen dan pajak atas penghasilan berupa dividen bersifat tak
terhindarkan, sedang pajak atas capital gains bersifat opsional.
3. Harga pasar saham relatif tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen yang diterapkan oleh
perusahaan. Serta perubahan dividend-payout ration perusahaan tidak akan
mempengaruhi harga pasar sahamnya. Dalam hal ini kebijakan dividen bersifat pasif dan
bukan merupakan keputusan yang bersifat pasif.
4. Perubahan kebijakan deviden merupakan sinyal penting bagi para pemodal menyangkut
perubahan-perubahan dalam ekspetasi manajemen terhadap laba yang dapat dihasilkan
oleh perusahaan dimasa mendatang.

Preferensi Terhadap Penghasilan Rutin (Current Income)


Saham-saham perusahaan yang termasuk high yielding mempunyai daya tarik tersendiri
bagi para pemodal yang mengandalkan dividen sebagi sumber penghasilan utamanya. Sudah
barang tentu, para pemodal yang menempatkan dividen secara teratur sebagai sumber
penghasilan rutin dapat menjual kembali sebagian dari portfolio investasi sahamnya sewaktu-
waktu untuk memperoleh penghasilan yang berupa capital gains yang digunakan sebagai sumber
penghasilan rutin (current income) sebagaimana halnya dividen yang didistribusikan oleh
perusahaan.
Penerimaan dividen secara teratur dapat membebaskan pemodal dari ketidaknyamanan
dan pengorbanan berupa komisi broker, yang bisa jadi akan menyangkut jumlah yang signifikan,
terutama untuk frekuensi transaksi yang seringkali terjadi dan menyangkut jumlah yang besar.
Disamping pengorbanan berupa komisi broker, penghasilan dari transaksi penjualan (kembali)
saham dibursa efek juga dikenakan pajak penghasilan bersifat final sebesar 0,1% dari jumlah
bruto nilai transaksi, bahkan bisa setinggi 5,1% untuk saham pendiri.
Inefisiensi pasar modal (market imperfections) dan bukan preferensi seorang pemodal
untuk memperoleh dividen secara teratur sebagai penghasilan rutin (current income) yang
sebenarnya membuat pemodal tertentu lebih memilih high-payout stocks daripada high-growth
low-payout stock. Ditambah lagi, Undang-undang Pajak Penghasilan memperlakukan dividen
secara berbeda di antara para pemodal.

Perbedaan Status dan Tarif Pajak Atas Penghasilan Berupa Dividen dan Capital Gain
Pajak adalah salah satu penyebab terjadinya inefisiensi pasar modal (market
imperfections). Undang-undang Pajak Penghasilan (Undang-undang Nomor 36 tahun 2008) tidak
memperlakukan secara berbeda antara penghasila berupa dividen dengan penghasilan berupa

9
capital gains. Bisa jadi, hal ini disebabkan oleh karena keduanya merupakan penghasilan yang
berasal dari harta atau modal (investment income).
Dividen dan capital gain adalah dua tipe penghasilan yang dapat diharapkan dari
investasi berupa sekuritas saham atau penyertaan modal pada suatu perusahaan. Dividen adalah
distribusi laba yang dihasilkan oleh perusahaan, sedang capital gain adalah kenaikan harga
saham atau nilai investasi dalam perusahaan yang diperoleh pada saat penyertaan modal atau
sekuritas saham dijual. Dengan menjual kembali penyertaan modal atau investasi sahamnya pada
harga yang lebih tinggi dibandingkan nilai perolehannya, para pemodal sebagai wajib pajak
memperoleh penghasilan berupa capital gain.
Pajak atas penghasilan berupa dividen terutang pada saat atau dalam tahun diterimanya
dividen, sedang pajak atas penghasilan berupa capital gain (kenaikan harga pasar saham)
terutang pada saat atau dalam tahn terjadinya transaksi penjualan kembali sekuritas saham
terkait. Ditambah lagi dengan fakta bahwa tarif pajak atas penghasilan berupa dividen berbeda
(biasanya lebih tinggi) dibandingkan tarif pajak atas penghasilan berupa capital gain.
Meskipun Undang-undang Pajak Penghasilan (Undang-undang Nomor 36 tahun 2008)
tidak secara eksplisit membedakan antara penghasilan berupa dividen dengan penghasilan berupa
capital gain, namun demikian situasi dan kondisi serupa, sedikit banyak juga dihadapkan oleh
para pemodal. Yang secara garis besar dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
i. Penghasilan dari Transaksi Saham yang diperdagangkan di Bursa Efek
Pasal 4, ayat 2 huruf (c) Undang-undang Pajak Penghasilan (UU Nomor 36 tahun
2008), antara lain menyatakan bahwa "penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa efek, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal venture dapat dikenai pajak
bersifat final" (Untuk transaksi saham yang diperdagangkan di bursa efek, tarif pajak
penghasilan bersifat final tersebut adalah 0,1% atau 5,1% dari nilai bruto transaksi
khusus untuk saham pendiri).
ii. Penghasilan Berupa Dividen
Undang-undang Pajak Penghasilan (UU Nomor 36 tahun 2008) mengatur penghasilan
dividen sebagai salah satu tipe pnghasilan yang berasal dari investasi berupa sekuritas
saham atau penyertaan modal dalam suatu perusahaan sedemikian kompleks.
Sekurang-kurangnya terdapat 4 pasal mengatur tentang penghasilan berupa dividen
yakni :
a. Ketentuan pasal 4, ayat 1 huruf (g) tentang pengertian atau definisi dividen.
Ketentuan pasal 4, ayat 1 huruf (g) menyatakan bahwa dividen sebagai
penghasilan obyek pajak merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham
atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh oleh anggota koperasi. Termasuk pengertian dividen :
1. Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama
dan dalam bentuk apapun

10
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham
bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham
4. Pembagian laba dalam bentuk saham
5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa setoran
6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseorangan
yang bersangkutan
7. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan,
jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan
8. Pembayaran sehubuungan dengan tanda-tanda laba
9. bagian laba sehubungan dengan kepemilikan obligasi
10. Bagian laba yang diterima sebagai pemegang polis asuransi
11. Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi
12. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham
b. Ketentuan pasal 4, ayat 3 huruf (f) pengecualian dividen sebagai obyek pajak
Ketentuan pasal 4, ayat 3 huruf (f) menyatakan bahwa dividen yang dananya
berasal dari laba setelah dikurangi pajak dan diterima atau diperoleh : (i)
Perseroan terbatas sebagai wajib pajak badan dalam negeri, (ii) Koperasi, (iii)
Badan usaha milik negara (BUMN) atau Badan usaha milik daerah (BUMD)
dari pernyetaan pada badan usaha lainnya yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, dengan syarat :
1. Dividen berasal dari cadangan laba ditahan
2. Bagi perseroan teerbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen penyertaan
sekurang-kurangnya 25% dari modal yang disetor dikecualikan dari atau
tidak termasuk obyek pajak.

EFEK PEMBELIAN SAHAM TREASURI TERHADAP NILAI INVESTASI SAHAM


Apabila suatu perusahaan dapat menaikkan kesejahteraan atau kekayaan para pemegang
sahamnya dengan cara melakukan pembelian saham treasuri merupakan salah satu persoalan
yang mengapresiasi secara lebih baik tentang ada atau tidak adanya keuntungan dari pembelian
saham treasuri (sebagai alternatif distribusi deviden), ada baiknya apabila dimulai dari suatu
kasus yang tidak memberikan keuntungan semacam itu.

KEUNGGULAN RELATIF PEMBELIAN SAHAM TREASURI


Pemegang saham perusahaan akan lebih menyukai program pembelian saham treasuri
daripada distribusi deviden yang sama besarnya (sebelum pajak). Apabila pembelian saham
treasuri menghasilkan penerimaan kas netto setelah dikurangi dengan: (1) Pajak yang terutang;

11
(2) Biaya transaksi yang lebih besar jumlahnya. Barangkali memang tidak praktis, bagi suatu
perusahaan mengumpulkan seluruh pemegang sahamnya hanya untuk menentukan status
pajaknya masing masing. Namun suatu perusahaan dapat mengestimasi tarif pajak break-even
(break-even tax rate) yang membuat para pemegang saham sebagai suatu kelompok, menjadi
indiferen diantara pembelian saham treasuri dengan distribusi deviden yang dilakukan oleh
perusahaan

PENENTUAN TARIF PAJAK BREAK-EVEN


Break-even tax rate dapat diestimasi melalui 4 tahap sebagai berikut: (1) Menentukan
jumlah uang netto setelah dikurangi biaya administrasi dan pajak yang akan diterima oleh para
pemegang saham jika perusahaan mendistribusikan deviden; (2) Membuat estimasi biaya yang
diperlukan oleh perusahaan untuk melaksanakan program pembelian saham treasuri; (3)
Menentukan sebagian dari uang yang akan diterima oleh para pemegang saham jika perusahaan
melakukanpemberian saham treasuri untuk dialokasikan atau diperlakukan sebagai capital gain;
(4) Membuat estimasi jumlah kas netto sesudah pajak yang akan diterima para pemegang saham
jika perusahaan melakukan pembelian saham treasuri.
Untuk mendistribusikan deviden, perusahaan harus mengeluarkan biaya administrasi per
pemegang saham x jumlah pemegang saham, sehingga jumlah uang yang akan diterima oleh para
pemegang saham netto sesudah pajak dapat ditentukan sebagai berikut:

Kas tersedia – (BA x jumlah pms)(1 – Tp deviden)


Dengan kas tersedia= jumlah uang yang tersedia untuk distribusikan sebagai deviden,
BA= biaya administrasi per pemegang saham, PMS= pemegang saham, Tp= tarif pajak

Alternatifnya, perusahaan dapat melakukan pembelian saham treasuri. Untuk melakukan


pembelian saham treasuri perusahaan harus mengeluarkan biaya yang meliputi biaya solisitasi
seperti misalnya biaya pengiriman per pemegang saham (BS) dan biaya transaksi untuk setiap
kali terjadi transaksi (BT) sehingga saham pembelian saham treasuri (BPST) dapat diestimasi
sebagai berikut:
(Tax Basis) x (kas tersedia – BPST)/HPS
Atas penghasilan yang diidentifikasi sebagai capital gain, para pemegang saham akan menerima
kas netto sesudah pajak sebagai berikut:
{(kas tersedia – BPST)(1 – Tp capital gain) x (1 – tax basis/HPS)[1 – (1 + R)- T]}

Dengan mengurangi beban pajak, sekarang tidak lagi tersedia jika sisa portofolio investasi saham
dijual (pada suatu saat T), dan R merupakan biaya modal dari para pemegang saham

Break even tax rate= [(BT x Jumlah transaksi) + (BS – BA)(jumlah pms)]
: {kas tersedia – (BA x Jumlah pms) – P x (kas tersedia – BPST) x (1- tax
basis/HPS)[1 – (1 + R)]}

12
Perhitungan Break-Even Tax Rate
Suatu perusahaan dengan 100rb pemegang saham, bermaksud untuk mendistribusikan
kas sebesar Rp 100 juta kepada para pemegang sahamnya. Menurut catatan pembukuannya,
untuk memberikan pelayanan kepada setiap pemegang saham (BA) diperlukan biaya
administrasi sebesar 500 rupiah. Menurut hasil analisis yang dilakukan oleh perusahaan,
pembelian saham treasuri akan memerlukan biaya sosialisasi untuk setiap pemegang saham (BS)
sebesar 200 rupiah, dan biaya transaksi sebesar 100 rupiah per transaksi (BT) untuk jumlah
transaksi yang diperlukan guna menyelesaikan seluruh program pembelian saham treasuri
sebanyak 4000. Rata rata volume atau jumlah saham berjumlah ¼ dari jumlah saham yang
beredar, sehingga rata rata masa kepemilikan saham perusahaan adalah 2tahun. Harga pasar
saham sekarang kurang lebih 2x dari rata rata harga pasarnya selama 4 tahun terakhir. Oleh
karena itu, perusahaan memutuskan untuk menggunakan rasio tax basis dengan harga pasar
saham sebelum transaksi pembelian saham treasuri sebesar 0,50. Estimasi komponen
penghasilan berupa capital gain yang harus ditambahkan kepada ordinary income untuk
menentukan rata rata jumlah pajak yang terutang oleh para pemegang saham adalah 0,281.
Dengan asumsi biaya modal para pemegang saham R= 10% dan rata rata kepemilikan
saham 4 tahun, P= 2, maka break even tax rate dapat ditentukan sebagai berikut :

Break event tax rate


=((Rp1000x4000)+(Rp200-Rp50)(100.000): (Rp1000.000.000-(Rp50x100.000)-
0,281x(Rp100.000.000- Rp24.000.000)x(1+0,10)2))
=(Rp19.000.000)/(Rp95.000.000- Rp21.356.000)x0,913)
=(Rp19.000.000)/ Rp67.236972)
=0,2826atau 28,26%

Efek Pembelian Saham Treasuri Terhadap Laporan Keuangan


Perusahaan yang bermaksud untuk melakukan pembelian saham treasuri perlu
menganalisis efeknya terhadap laporan keuangan, disamping the basic economic sebagai
alternatif distribusi dividen. Tabel berikut ini mengilustrasikan bentuk analisis pro forma yang
bisa digunakan oleh perusahaan (rupiah dalam jutaan, kecuali untuk laba per saham dalam
rupiah) :

13
Informasi tersebut pada tabel diatas didasarkan pada fakta dan beberapa asumsi sebagai
berikut :
- Perusahaan mempunyai kas dan surat berharga berlebih sebesar 160 juta
- Jika perusahaan bermaksud untuk mendistribusikan kas kepada para pemegang saham
dalam jumlah lebih dari 160 juta, kekurangan nya harus dipenuhi melalui pinjaman bank
berjangka panjang dengan bunga 12%
- Penggunaan kas dan surat berharga yang lebih, termasuk apabila harus ditambah dengan
pinjaman bank berjangka panjang untuk melakukan pembelian saham treasuri akan
berakibat pada berkurangnya laba atau penghasilan kena pajak yang berasal dari harta
atau modal sebesar 10% dari nilai investasi.

14
Sepanjang rata rata harga pasar saham tidak lebih dari Rp80 per saham, maka dengan jumlah
kas yg berlebih tersebut perusahaan akan dapat melakukan pembelian saham treasuri sampai
dengan 2 juta saham. Pembelian saham treasuri tersebut akan mengurangi laba bersih perusahaan
dalam tahun tahun mendatang, namun oleh karena jumlah saham yg beredar juga kurang dengan
presentase yang lebih besar, maka dapat diharapkan akan terjadinya kenaikan laba per saham.
Pada contoh ini, nilai buku saham juga berkurang karena pembelian saham treasuri dilakukan
dengan harga diatas nilai buku sebelum terjadinya transaksi (catatan : nilai buku saham akan
mengalami kenaikan apabila harga beli saham treasuri kurang dari nilai buku sebelum terjadinya
transaksi). Pada akhirnya , sebagai akibat dari pembelian saham treasuri rasio keuangan yang
berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh sumber dana eksternal berupa
utang sedikit mengalami penurunan, sebagai mana tampak pada penurunan rasio rasio likuiditas
dan kenaikan leverage.

BIAYA PENERBITAN DAN KOMISI BROKER


Pemegang saham atau pemodal yang mengharapkan suatu aliran penghasilan atas
investasinya dapat menjual sebagaian dari portofolio investasi sahamnya untuk menciptakan
‘homemade dividen’ sebagai pengganti deviden kas yang didistribusikan oleh perusahaan.Akan
tetapi mereka harus mengeluarkan biaya komisi broker dan pajak atas pengasilan daripenjualan
saham di bursa efek sebesar 0,1% dari nilai bruto transaksi.
Pada umumnya besaran biaya penerbitan saham baru dan komisi broker berkorelasi
negative dengan besaran nilai transaksi. Skala ekonomi ini akan membuat biaya penerbitan
saham yang harus dikeluarkan oleh perusahaan relative lebih besar - karena menyangkut saham
yang relative besar jumlahnya, disbanding komisi broker yang harus dikorbankan oleh para
pemegang saham – karena menyangkut saham yang relative kecil jumlahnya. Sebagai akibatnya,
distribusi deviden oleh perusahaan biasanya lebih hemat biaya daripada homemade deviden yang
diciptakan oleh para pemegang saham.
Perkembangan pasar modal telah mempengaruhi struktural antara biaya penerbitan saham
baru dengan komisi broker. Pertumbuhan industri diskon broker telah mengurangi beban komisi
broker, meskipun pengurangan hanya terjadi pada transaksi saham yang besar jumlahnya.

PEMBELIAN SAHAM TREASURI vs DISTRIBUSI DIVIDEN


Perusahaan yang ingin mendistribusikan kas pada para pemegang sahamnya biasanya
mengumumkan deviden kas. Alternatifnya, perusahaan bisa membeli atau menarik kembali
sebagian sekuritas sahamnya dari peredaran atau sering kali disebut pembelian saham treasuri.
Bagi perusahaan, kedua alternatif distribusi kas kepada para pemegang saham berdampak sama,
yaitu berkurangnya ekuitas perusahaan

MENGAPA PERUSAHAAN MELAKUKAN PEMBELIAN SAHAM TREASURI


Baik distribusi deviden berupa kas maupun pembelian saham treasuri atau penarikan
kembali saham dari peredaran, keduanya merupakan distribusi kepada pemilik. Terdapat

15
beberapa alasan atau motif yang melandasi perusahaan melakukan pembelian saham treasuri atau
menarik kembali saham dari peredaran. Beberapa alasan atau motif tersebut di antaranya:

a) Distribusi kas kepada pemegang saham


Di negara – negara yang undang – undang pajak penghasilannya memperlakukan capital
gains berbeda dengan dividend an capital gains dikenakan pajak dengan tariffyang lebih
rendah pembelian saham treasuri merupakan sarana yang efektif bagi perusahaan untuk
membantu para pemegang sahamnya di dalam meminimasi beban pajaknya.
b) Pembatalan saham dari pemegang saham kecil
Biaya pelayanan (biaya cetak dan biaya pengiriman laporan keuangan, cek deviden, dan
lain sebagainya) kepada banyak pemegang saham masing – masing dalam jumlah kecil
pasti akan lebih mahal dibanding biaya pelayanan kepada sedikit pemegang saham
masing – masing dalam jumlah yang relatif besar.
c) Meningkatkan leverage
Perusahaan yang bermaksud untuk meningatkan leverage-nya dapat melakukannya
dengan carameminjam uang dari bank atau lembaga keuangan, dan hasilnya digunakan
untuk membeli saham treasuri
d) Saham perusahaan undervalued
Alasan yang paling sering digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pembelian saham
treasuri adalah karena saham perusahaan undervalued, sehingga sangat menarik perhatian
para pemodal.
e) Menetralisasi efek dilutive transaksi tertentu
Menyediakan saham perusahaan yang diperlukan untuk employee stock option plan
(ESOP), melaksanakan program akuisisi, penukaran waran, atau penukaran sekuritas
utang konversi adalah alasan utama yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
pembeliaan saham treasuri.
f) Menaikkan laba per saham
Pembelian saham treasuri bisa berdampak pada kenaikan laba per saham. Jika saham
perusahaan tetap dapat diperdagangkan pada tingkat price-earnings ratio (PER) yang
sama, harga pasar saham setelah terjadinya pembelian saham treasuri akan menjadi lebih
tinggi.
g) Konsolidasi insiders’ control position
Meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tujuan, namun besar kemungkinan
perusahaan melakukan pembelian saham treasuri punya maksud untuk mengonsolidasian
posisi dari existing management atau kelompok pemegang saham tertentu.
h) Mengeliminasi market overhang
Program pembelian saham treasuri juga dilakukan dengan tujuan atau dalam rangka
meningkatkan likuiditas saham – saham perusahaan yang dikuasai oleh para pemegang
saham dalam jumlah besar.

16
KESIMPULAN
Salah satu fungsi manajemen pajak adalah perencanaan pajak (tax planning).
Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan yang terkait
dengan konsekuensi potensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
mengefisiensikan jumlah pajak yang akan dibayar.
Perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan kemudian
menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi – strategi (program), taktik –taktik (tata
cara pelaksanaan program), dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan secara menyeluruh.
Intinya Tax Planning (Perencanaan Pajak) adalah proses mengorganisasi usaha wajib
pajak sekelompok wajib pajak sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak
lainnya. Dan pada umumnya , perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha
transaksi wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam
bingkai peraturan perpajakan. Jika perencanaan tepat maka akan menghasilkan beban pajak
minimal yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan / penghindaran pajak bukan karena
penyelundupan pajak yang tidak berdasarkan pada peraturan perundang – undangan.

17

Anda mungkin juga menyukai