Anda di halaman 1dari 8

HARAPAN ETIKA

1. Tujuan
Fungsi-fungsi bisnis dan profesi di antara sebuah kerangka (kerja) tercipta oleh
harapan/ekspektasi public atau masyarakat. Enron dan Arthur Andersen, serta
kegagalan besar WorldCom telah memicu sebuah “perubahan arus”harapan baru
untuk tata usaha dan profesi akuntansi di seluruh dunia. Harapan-harapan perilaku
baru ini didasarkan pada sebuah percepatan dari tren-tren atau kecenderungan-
kecenderungan etika bisnis dan profesi yang telah lama dibuat. Etika-etika bisnis dan
profesi menjadi penentu kunci keberhasilan, dan nilai utama penelitian dan perubahan
perusahaan.

Etika Lingkungan untuk Bisnis : Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan


keunggulan Kompetitif
Selama duapuluh lima tahun terakhir, telah terjadi peningkatan harapan bahwa bisnis
ada untuk melayani kebutuhan, baik para pemegang saham dan masyarakat. Banyak
orang mempunyai interes atau minat dalam bisnis, kegiatannya, dan dampaknya.
Apabila interes para pemangku kepentingan tidak dihormati, maka akan terjadi
tindakan yang menyakitkan untuk para pemegang saham, petugas, dan direktur.
Bahkan, sangat mungkin bahwa usaha atau profesi tidak dapat mencapai tujuan
jangka panjang strategisnya tanpa dukungan dari pemangku kepentingan kunci,
seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, kreditur, pemasok, pemerintah,
masyarakat local, dan aktivis.
Pemangku kepentingan semakin berharap bahwa kegiatan perusahaan akan
menghormati nilai-nilai dan interes mereka. Untuk sebagian besar, penghormatan
terhadap nilai-nilai dan interes pemangku kepentingan menentukan pendirian etika
dan keberhasilan perusahaan. Akibatnya, direktur perusahaan sekarang diharapkan
untuk memimpin perusahaan mereka dengan beretika, yang berarti bahwa mereka
akan memperhatikan apakah eksekutif, karyawan, dan agen perusahaan bertindak
secara etis. Selain itu, perusahaan diharapkan semakin dapat bertanggung jawab
kepada para pemangku kepentingan secara transparan atau etis.
1.1. Faktor yang Mempengaruhi Harapan Publik untuk Perilaku Bisnis
a) Fisik yaitu kualitas udara dan air, keselamatan
b) Moral yaitu keinginan untuk keadilan dan kesetaraan di rumah dan di luar
negeri
c) Penilaian yang buruk yaitu kesalahan operasi, kompensasi eksekutif
d) Aktivis pemangku kepentingan yaitu etika investor, konsumen, ahli
lingkungan hidup
e) Ekonomi yaitu kelemahan, tekanan untuk bertahan hidup, untuk memalsukan
f) Persaingan yaitu tekanan global
g) Penyimpangan keuangan yaitu banyak skandal, korban, keserakahan
h) Kegagalan tata kelola yaitu pengakuan bahwa tata kelola dan penilaian risiko
etika merupakan suatu hal yang penting
i) Akuntabilitas yaitu keinginan untuk transparasi
j) Sinergi yaitu publisitas, perubahan sukses
k) Penguatan hukum kelembagaan yaitu peraturan baru-lingkungan,
whistleblowing, mengingat kembali, U.S. Sentencing Guidelines, rezim
antipenyuapan OECD, reformasi Sarbanes-Oxley Act (SOX), reformasi
akuntansi professional, serta globalisasi standar (IFAC, IFRS) dan prinsip-
prinsip (Caux)

Harapan Baru untuk Bisnis


Mandat Baru untuk Bisnis
Perubahan-perubahan dalam harapan masyarakat telah memicu-selanjutnya-sebuah
evolusi dalam mandat untuk bisnis: laissez-faire, laba hanya dari Milton Friedman
telah diganti dengan pandangan bahwa bisnis ada untuk melayani masyarakat, bukan
sebaliknya. Bagi beberapa, hal tersebut dapat menyatakan bahwa derajat perubahan
terlalu kuat, tetapi bahkan mereka akan mengakui bahwa hubungan bisnis untuk
masyarakat merupakan aspek yang saling bergantung satu sama lain, dimana
“kesehatan jangka panjang” yang salah satu aspek akan menentukan “kesehatan
jangka panjang” yang lain.
Mereka yang berfokus pada prinsip keuntungan-murni sering membuat
keputusan oportunis jangka pendek yang membahayakan keuntungan jangka panjang
yang berkelanjutan. Mereka sering melupakan fakta bahwa keuntungan berkelanjutan
merupakan hasil (usaha) dari penyediaan barang dan jasa yang berkualitas tinggi,
berdasarkan hukum dan norma-norma etika dengan cara yang efisien dan efektif. Jauh
lebih efektif untuk berfokus pada penyediaaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat secara efisien, efektif, legal, dan etis daripada mengadopsi sasaran
berisiko tinggi untuk menghasilkan keuntungan dengan cara apa pun.
Penilaian keberhasilan masa depan perusahaan akan dilakukan berdasarkan
kerja berorientasi pemangku kepentingan yang luas, termasuk apa yang telah dicapai
dan bagaimana mencapainya.
Tata Kelola dan Kerangka Kerja Akuntabilitas yang Baru
Berdasarkan analisis ini, perusahaan-perusahaan sukses akan dilayani dengan sangat
baik oleh mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang berfokus pada sebuah
kumpulan hubungan fidusia yang berbeda dan lebih luas dibandingkan dengan masa
lalu. Kesetiaan direktur dan eksekutif harus mencerminkan interes pemangku
kepentingan, terkait dengan sasaran, proses, dan hasil. Tujuan dan proses tata kelola
harus mengarahkan perhatian kepada perspektif-perspektif baru ini. Demikian juga,
kerangka akuntabilitas modern harus mencakup laporan-laporan yang fokus pada
perspektif-perspektif itu. Jika tidak, harapan masyarakat tidak akan dipenuhi dan
peraturan tersebut dibuat untuk memastikan perhatian dan fokus tersebut.
Peranan Fidusia yang Diperkuat bagi Akuntan Profesional
Harapan masyarakat untuk laporan kinerja perusahaan yang dapat dipercaya tidak
dapat dipenuhi, kecuali para akuntan professional yang mempersiapkan atau
mengaudit laporan tersebut memfokuskan loyalitas utama mereka pada kepentingan
umum dan mengadopsi prinsip-prinsip, seperti kebebasan penilaian, objektivitas, dan
integritas yang melindungi kepentingan umum. Loyalitas kepada manajemen dan/atau
direktur dapat menyesatkan karena mereka telah sering terbukti sangat
mementingkan diri sendiri dan tidak dapat dipercaya. Direktur yang seharusnya
mengatur manajemen sering mengandalkan akuntan professional untuk memenuhi
tanggung jawab fidusia mereka. Konsekuensinya, tanggung jawab fidusia utama dari
akuntan seharusnya kepada masyarakat atau untuk kepentingan umum. Jika
sebaliknya, harapan para pemangku kepentingan dalam masyarakat tidak akan
terpenuhi dan kredibilitas perusahaan akan terkikis, demikian pula kredibilitas dan
reputasi dari profesi akuntansi.

Tanggapan dan Perkembangan


Kemunculan Model-model Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemangku
Kepentingan
Reaksi oleh bisnis terhadap evolusi dari mandat keuntungan-murni menjadi
pengenalan adanya saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat menjadi lebih
mudah diamati seiring bergulirnya periode 1990-an. Sebagai tambahan, beberapa tren
penting lainnya yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan
kompetitif yang telah dan terus memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan
professional. Tren ini mencakup :
 Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan,
 Pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan pengendalian
internal, dan
 Ketetapan niat untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi,
Meskipun perubahan yang signifikan juga terjadi dalam cara organisasi beroperasi,
mencakup :
 Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik yang
berhubungan, dan
 Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja
nonkeuangan yang digunakan secara nyata.
Sebagai akibat dari tren dan perubahan ini, perusahaan mulai memiliki minat yang
lebih besar terhadap betapa etisnya kegiatan mereka, dan bagaimana memastikan
bahwa permasalahan etika tidak terjadi. Hal ini menjadi suatu bukti bahwa
pendekatan tradisional perintah-dan-kendali (atas-bawah) tidaklah cukup, dan bahwa
organisasi menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendorong etika perilaku,
bukan memaksakannya. Dewan dan manajemen menjadi lebih tertarik pada isu-isu
etika meskipun kompleksitas entitas bisnis dan transaksi menjadi lebih besar dan
cepat, sehingga mengurangi kemampuan untuk memeriksa keputusan orang lain. Oleh
karena itu, semakin penting bahwa setiap karyawan memiliki kode perilaku pribadi
yang harmonis dengan pemberi kerja.
Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko
Para direktur, eksekuitf, manajer, dan karyawan lainnya harus memahami sifat dari
interes pemangku kepentingan dan nilai-nilai yang mendukungnya untuk
menggabungkan interes pemangku kepentingan kedalam kebijakan, strategi, dan
operasional perusahaan. Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan yang
dikumpulkan dari para pemangku kepentingan akan bergantung pada pemahaman dan
pada kemampuan perusahaan untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan secara
langsung, maupun risiko-risiko yang berdampak pada pemangku kepentingan.
Hypernorms (Nilai-nilai Dasar) yang Mendasari Interes Pemangku Kepentingan
Hypernorm merupakan sebuah nilai yang hamper secara universal dihormati oleh
kelompok-kelompok pemangku kepentingan. Oleh karena itu, jika kegiatan
perusahaan menghormati hypernorm, perusahaan mungkin akan dihormati oleh
kelompok-kelompok pemangku kepentingan dan akan mendorong dukungan
masyarakat untuk kegiatan perusahaan. Hypernorm melibatkan nilai-nilai dasar
berikut : Kejujuran, Keadilan, Kasih Sayang, Integritas, Keterprediksian, Tanggung
Jawab.
Relevansi dari enam Hypernorms sangat signifikan bagi keberhasilan masa depan
perusahaan. Akibatnya, mereka harus dibangun menjadi kode etik, kebijakan, strategi,
dan kegiatan sebuah perusahaan dalam upaya memastikan interes banyak kelompok
pemangku kepentingan dihormati, dan bahwa reputasi perusahaan akan menghasilkan
dukungan maksimal.
Reputasi juga telah menjadi subyek studi terbaru yang cukup ramai diteliti. Tidak
mengherankan factor-faktor yang terlihat sebagai penentu penting dari reputasi
berkaitan erat dengan hypernorm yang sebelumnya diidentifikasi.
Penentu Reputasi
Risiko Kejadian yang Menyebabkan Jatuhnya Nilai Saham Lebih dari 25%,
Persentase Perusahaan-perusahaan Fortune 1000, 1993-1998
Strategi (58%) Penurunan tajam permintaan pelanggan (24%), Tekanan
kompetitif (12%), M & A Integerasi Masalah (7%),
kesalahan penempatan produk (6%), lainnya (9%).
Operational (31%) Penyimpangan biaya __ overruns cost ( 11%),
penyimpangan akutansi (7%), Tekanan rantai pasokan
(6%)
Keuangan (6%) Asing, ekonomi makro, tingkat suku bunga
Bahaya dan lainnya (5%) Tuntutan hokum, bencana alam.

Meski kebanyakan perusahaan besar telah menempatkan beberapa bentuk proses


menejemen resiko, paling tidak secara spesipik mempertimbangkan risiko etika—
risiko kegagalan memenuhi harapan para pemangku kepentingan – dengan cara yang
luas dan komprehensif. Bagaimanapun, semenjak risiko etika telah terbukti sangat
penting bagi reputasi dan keberlangsungan perusahaan.

Istilah-istilah Manajemen Risiko yang penting


Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu (kejadian) yang akan berdampak pada
tujuan.
Manajemen Risiko meliputi aplikasi/penerapan sistematis dari kebijakan, prosedur,
dan praktik manajemenuntuk menetapkan konteks, mengidentifikasi, menganalisa,
menilai, mengelola, memantau, dan mengomunikasikan risiko.

Risiko – risiko Etika – Sebuah Daftar Repesentatif


EKSPETASI PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TIDAK DIPENUHI RISIKO-RISIKO ETIKA
Pemegang saham
Pencurian, penyalahgunaan dana atau asset Kejujuran, integritas
Konflik kepentingan dengan petugas Keterprediksian, tanggung jawab
Tingkat kinirja Tanggung jawab, kejujuran
Transparansi pelaporan, akurasi Kejujuran, integritas
Karyawan
Keselamatan Keadilan
Keragaman Keadilan
Tenaga kerja anak dan/atau buruh dengan upah yang rendah Belas kasihan, keadilan
Pelanggan
Keselamatan Keadilan
Kinerja Keadilan, integritas
Pecinta Lingkungan
Polusi Integritas, tanggung jawab

Akuntabilitas
Merupakan konsep etika yang dekat dengan administrasi public pemerintahan
(Lembaga eksekutif pemerintahan, Lembaga legislative parlemen, Lembaga yudikatif
kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan secara
sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggung jawabkan.
Etika Perilaku dan Perkembangan dalam Etika Bisnis
Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku
Filsuf Yunani, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hidup adalah kebahagian, dan
kebahagiana dicapai dengan menjalani hidup secara saleh/bijak sesuai dengan alas an.
Beberapa dari kebijakan termasuk integritas, kehormatan, kesetiaan dan keberanian,
dan kejujuran. Dalam pengertian bisnis, hal tersebut berarti direktur, eksekutif, dan
akuntan harus menunjukkan integeritas dalam semua urusan bisnis mereka; mereka
harus menghormati syarat-syarat kontrak dan bukannya mencari celah yang dapat
dimanfaatkan; mereka harus setia pada karyawan, pelanggan, dan pemasoknya;
mereka harus memiliki keberanian untuk jujur dantransparan ketika berhubungan
dengan para pemangku kepentingan yang relevan; dan mereka harus jujur ketika
memberikan penjelasan tentang perilaku bisnis yang baik dan buruk.
Filsuf Jerman, Immanuel Kant, berpendapat bahwa orang-orang beretika ketika
mereka tidak memanfaatkan orang lain demi kesejahteraannya, dan ketika mereka
tidak bertindak dengan cara munafik dalam menuntut prilaku tingkat tinggi dari orang
lain, sementara membuat pengecualian bagi diri mereka sendiri.
Uraian tersebut cukup untuk menyatakan bahwa teori ini menetapkan standar tinggi
dalam prilaku bisnis yang dapat diterima.

Konsep dan Persyaratan Etika Bisnis


Secara khusus, ada dua perkembangan yang sangat berguna dalam memahami etika
bisnis, serta bagaimana bisnis dan profesi bisa mendapatkan keuntungan dari
penerapannya yaitu antara lain:
1. Pemangku Kepentingan
Mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur, peminjam, komunitas tuan
rumah, pemerintah, ahli lingkungan dan pemegang saham
2. Kontrak Sosial Perusahaan
Adalah hubungan antara perusahaan dan masyarakat / konsumen

Pendekatan untuk Pengambilan Keputusan Etis


Semua pendekatan dimulai dengan identifikasi pemangku kepentingan yang
signifikan, suatu investigasi terhadap interes mereka, dan peringkat interes-interes
tersebut untuk memastikan bahwa hal paling penting adalah mendirikan perhatian
memadai selama analisis dilakukan dan pertimbangan lebih pada tahap pengambilan
keputusan dalam pengambilan keputusan etis. Pendekatan tersebut antara lain:
1. Modified Five Question Approach (Pendekatan Lima Pertanyaan Termodifikasi)
Pertanyaan diminta dan pilihan untuk tindakan dihilangkan, bergantung pada
sejauh mana nilai-nilai etika perusahaan dan kepentingan pemangku kepentingan
dirugikan, seringkali pilihan-pilihan tindakan dapat dimodifikasi untuk dibuat
lebih etis.
2. Modified Moral Standards Approach (Pendekatan Standar Moral Termodifikasi)
Dikembangkan oleh Profesor Manuel Velasquez (1992), berfokus pada empat
dimensi dampak dari tindakan yang diusulkan:
a. Apakah memberikan manfaat bersih untuk masyarakat
b. Apakah adil bagi semua pemangku kepentingan
c. Apakah tindakan yang benar
d. Apakah hal ini menunjukkan kebajikan yang diharapkan oleh para pemangku
kepentingan
3. Modified Pastin Approach (Pendekatan Pastin Termodifikasi)
Diciptakan oleh Profesor Mark Pastin (1986) yang memperluas Moral Standards
Approach dengan mempertimbangkan secara khusus budaya di dalam perusahaan
dan apa yang dikenal sebagai permasalahan umum. Pastin menyarankan agar
setiap keputusan yang diusulkan dievaluasi dalam perbandingannya dengan
aturan-aturan perusahaan (“aturan etika dasar”), manfaat bersih yang dihasilkan
(“titik akhir etika”), apakah menyinggung hak-hak pemangku kepentingan
manapun dan memperluas aturan untuk menyelesaikan konflik (“aturan etika”),
dan akhirnya apakah melanggar yang tampaknya merupakan hak milik semua
orang (“masalah milik bersama”).

Anda mungkin juga menyukai